NovelToon NovelToon

MENGEJAR CINTA OM DUREN

PROLOG

Reva Pratiwi, putri dari keluarga kalangan bawah, Reva sekarang bekerja di sebuah perusahaan besar yang beroperasi di bidang kecantikan dan fashion. Reva bukan karyawan, bukan juga tukang bersih-bersih. Dia pengganti dari pemimpin VCLO Viana Arsen yang menghilang.

Pertemuan Reva dan Viana membuat kehidupannya berubah, dirinya yang dulu serba kekurangan sekarang berubah menjadi memiliki segalanya.

Reva memimpin VCLO dengan meneruskan cara kepemimpinan pemimpin sebelumnya, Reva sosok wanita yang periang, suka bercanda, mulutnya bocor tapi di dalam pekerjaan dia sosok wanita yang keras, penuh imajinasi dan kreativitas, juga sangat emosian.

Sejak kecil Reva mempunyai jiwa dagang yang tinggi, dia tidak punya malu soal cara mencari uang demi makan keluarganya. Reva harus bisa menjadi panutan bagi adiknya agar tidak mengeluh.

Walaupun kehidupan Reva berubah dia tidak lupa daratan, dia tetap menjadi dirinya yang heboh, kocak, suka bercanda.

***

Bima Bramasta, dia seorang duda yang bekerja sebagai asisten pribadi dari Rama Prasetya pemimpin LOVER. Dia membimbing Rama sejak Rama usia 10tahun atas janjinya kepada ayahnya.

Bima menikah saat masih muda, tapi pernikahan tidak bertahan lama, di memiliki seorang putri yang tinggal bersama mantan istrinya.

Setiap hari Bima bekerja mempertahankan perusahaan LOVER, juga mengajari bocah ABG yang akan menjadi penerusnya.

Dia juga harus di sibukkan dengan bisnisnya sendiri yang dia rintis dari nol.

Sejak kematian orangtuanya, Bima memikul beban yang cukup berat, hutang budi kepada keluarga Prasetya yang sebagai gantinya dia harus mengabdi sampai putra semata wayang keluarga Prasetya bisa menjadi pemimpin sesungguhnya.

Dan satu masalah lagi yang membuat Bima stres, mencari keberadaan saudara kembarnya yang menghilang, bersamaan dirinya yang mulai sibuk mengurusi Rama dan juga bisnis. Adiknya yang manja dan kekanak-kanakan kekurangan kasih sayang dan pergi meninggalkan rumah dan tidak pernah kembali.

Bima mencintai seorang wanita yang tidak akan pernah bisa dia miliki, wanita yang dulunya lembut, ramah, baik sudah berubah menjadi wanita kejam, dingin dan arogan. Bima tidak punya keberanian untuk menemuinya, hanya mengagumi dari kejauhan.

Sejak perpisahan dengan wanita yang bima cintai, dan juga perceraiannya. Bima tidak pernah membuka hati pada wanita manapun, dan seperti apapun. Waktunya sudah habis untuk kehidupan yang penuh masalah.

***

Kisah cinta Bima dan Reva berawal dari taruhan Reva dengan para tante-tante rumpi yang selalu mengagumi sosok Bima.

Demi mendapatkan uang 10juta, Reva menerima taruhan dan mengejar cinta Bima. Reva mengakui Bima sangat tampan untuk seorang pria yang sudah berstatus duda, tapi Reva wanita kesekian ratus kalinya yang mendapatkan perlakuan dingin seakan tidak terlihat. Sikap dingin Bima tidak tersentuh, dia jarang berbicara, hanya seperlunya saja.

Reva yang mempunyai kecantikan dan sifatnya yang ramah, membuat banyak pria yang mengejarnya. Setiap hari Reva berganti pacar dan membuat banyak orang patah hati, tapi kecantikan tidak berlaku untuk menarik perhatian Bima.

Belum ada yang bisa mengisi hatinya yang penuh dengan urutan pekerjanya, prioritas utama Bima hanyalah bekerja.

Melihat sifat dingin Bima membuat Reva marah dan murka, dia melakukan sumpah serapah tidak akan menikah jika tidak dengan Bima. Dia akan mengejar Bima sampai Bima bertekuk lutut di kakinya.

Perjalanan cinta mereka tidak seindah yang Reva bayangkan, dia membutuhkan waktu cukup lama sampai menemukan sebuah pelabuhan, kehidupan yang penuh lika-liku, cinta sepihak, juga Reva miliki tidak pernah Bima hargai, di mata Bima, Reva hanya gadis ABG pengganggu.

***

OM SOMBONG

Dari kejauhan Reva berlari kencang memasuki sebuah cafe yang sudah ramai, Reva masuk ke belakang untuk mengganti bajunya. Setelah siap dia langsung ke meja untuk melayani para tamu yang datang berkunjung.

"telat lagi Lo Rev," sapa Della teman kerja Reva.

"iya maklum, pulang sekolah ada les kejar target buat ujian sekolah, tahun ini gue lulus." Reva nyegir tersenyum manis.

"kenapa tidak izin, fokus dulu ke sekolah Lo. Kalau tidak lulus baru tahu rasa." Della langsung melangkah pergi meninggalkan Reva yang sibuk berdandan.

"sialan Lo Della, menyumpah gue tidak lulus." Cepat Reva memakai lipstik nya.

Pengunjung terus berdatangan, Reva dengan semangatnya melayani para pelanggan yang sudah dekat dengannya.

Beberapa wanita sosialita yang setiap hari bersantai di cafe tempat Reva bekerja sudah datang. Semuanya istri para pejabat yang kesepian.

"hai, tante-tante yang cantik badai," Reva menyapa mereka semua yang sangat menyukai Reva yang ramah dan heboh.

"Reva, ada cowok berondong anaknya Tante Iska baru pulang dari luar negeri, gayanya norak." Mereka mulai membicarakan salah satu teman mereka yang tidak ikut kumpul.

"gini ya Tante, kalau bagi Reva tidak peduli dia norak, jelek, brewokan, kapang, panu yang penting Manny nya banyak, pria bakal tampan jika dia mempunyai harta."

"Kamu mau jodoh kamu duda beranak tapi kaya raya." Tawa mereka melihat wajah Reva yang langsung tertawa terbahak-bahak.

"Tante, kalau duda beda ceritanya, bukan hanya harta tapi dia berpengalaman. Asik di ranjang."

"Reva!" teriakan ibu-ibu bersama membuat Reva melangkah pergi sambil tertawa.

"ini bocah masih SMA tapi cara bicara sudah seperti seorang janda." Ucap salah satu wanita yang dandanan paling menor.

Pemilik dari cafe sudah lama memperhatikan Reva yang ceria, dia sangat menyukai sosok Reva yang cantik juga baik. Reva gadis SMA yang spesial penggemarnya sangat banyak, Reva terkenal suka bergonta-ganti pacar.

***

Suara alarm membuat Reva kesal dan langsung membuangnya, cepat dia duduk cemberut. Tubuhnya sangat lelah bekerja yang pulang larut malam.

Selesai bersiap Reva melihat tudung nasi melihat sarapan, Reva menghitung jumlah telur goreng yang tersedia. Adiknya yang berjumlah 3 orang baru bangun juga, Reva hanya mengigit sedikit telur goreng dan mengambil nasi agar tidak kelaparan.

"Kak Rev, Nana di minta membeli buku untuk tugas, mau kasih tahu ibu tapi...."

"nanti kak Rev yang belikan, ini uang jajan kamu. Rajin-rajinlah sekolah lihat kedua orangtua kita dari pagi bekerja untuk mencari makan kalian harus jadi kebanggaan."

"ini kak, Aris bagi telur, Kakak hanya makan nasi." Reva mengelus kepala adik bungsunya.

Adik kedua Reva datang membanting tas nya, air matanya keluar langsung mengambil makan dan mengunyahnya.

Reva mengeluarkan uang tabungannya, memberikan ke adiknya Ratna yang dari kemarin ditagih uang sekolah.

"Ratna jangan malu hidup susah, berusahalah jika kalah harta setidaknya kita menang akhlak. Kamu harus kuat dari buli, angkat kepala kamu dan tunjukan kamu kuat walaupun dari keluarga miskin."

"terimakasih kak Reva, tapi uang sekolah Kaka."

"tenang saja, kakak mendapatkan beasiswa." Reva tersenyum kepada adiknya.

"wooww kak Reva pintar." Ucap Aris bangga.

"Beasiswa sebagai masyarakat kurang mampu, kamu bangga!" Ratna geleng-geleng kepala.

Reva tertawa melihat adiknya yang mengatakan dirinya bangga sebagai masyarakat kurang mampu, Reva bukannya bangga tapi tidak punya pilihan. Dia masih bersyukur bisa sekolah.

***

Reva berjalan pelan dengan berjongkok masuk kelasnya, dia terlambat lagi. Guru sudah mulai mengabsen siswa, saat nama Reva disebut Septi langsung menjawabnya. Reva langsung duduk di samping Septi sambil tersenyum.

Soal-soal ujian sudah di bagikan, Reva hanya mengaruk kepalanya karena tidak belajar, matanya melihat ke Rama meminta jawaban, tapi Rama hanya menggakat bahunya. Meminta ke Septi sama saja bohong, otaknya di bawa Reva, ke arah Ivan sama dongo nya.

"Reva! kepala kamu mau ibu putar ke belakang." Guru pengawas menegur Reva yang celingak-celinguk.

"patah Bu!" Reva tersenyum melihat ke kertas nya.

Semua siswa melihat Reva yang suka melawan guru, dan ucapnya seakan keceplosan tapi mengundang gelak tawa.

Tangan Reva membulat keras ujian, seluruh jawabnya huruf A, Reva langsung bangkit dan menyerahkan lembar jawaban nya. Guru tercengang melihat jawaban Reva.

"Reva, kamu punya niat sekolah tidak?"

"niat Bu, makanya saya pergi sekolah, saya permisi assalamualaikum." Reva melangkah keluar, kepalanya pusing melihat soal.

Reva bersantai di taman, Rama dan lainnya menghampiri Reva yang duduk santai tidak punya beban pikir.

"Kenapa tidak belajar Rev?" Rama memulai percakapan.

"buat apa?" Reva sebenarnya sedih melihat dirinya yang sibuk bekerja dan melupakan pendidikannya.

"Rev, pendidikan penting, kurangi kerja Lo. Ini kisi-kisi Lo pelajari. Gue pergi duluan!" Rama melangkah pergi menuju mobilnya, Reva melihat seorang pria dewasa menjemput Rama.

***

Bima yang sedang mengawasi Rama, setelah lulus sekolah akan segera memimpin perusahaan LOVER, berkali-kali Bima harus keluar masuk LN demi menjaga keseimbangan perusahaan dan di terimanya Rama sebagai pemimpin yang baru.

"Kak Bim, Rama di jodohkan." Rama mengigat perjodohannya dengan seorang wanita dewasa Viana Arsen.

"serius kamu, masalah perusahaan saja masih belum stabil sekarang ingin menikah." Bima mengaruk kepalanya.

Di kantor Bima mengeluarkan banyak berkas penting, Rama harus menelan seluruh pelajaran Bima soal perusahaan.

Rama yang cerdas memudahkan Bima mengaturnya, Bima bahkan jarang tidur demi bisa membimbing Rama sesuai janjinya kepada orangtuanya.

Bima mempertahankan perusahaan LOVER hampir delapan tahun, dan mundur dari jabatannya setelah putra dari pimpinan terdahulu berusia 18tahun.

Setelah lelah bekerja Bima selalu mampir ke cafe yang tidak jauh dari rumahnya yang baru pindah, banyak mata yang memandanginya. Wajah tampan Bima yang campuran, dan gayanya yang dingin dan cuek membuat banyak perempuan mengaguminya.

Sambil bersantai Bima menyempatkan diri mengurus bisnisnya sendiri yang dia buka sejak masih muda, mata Bima melihat seorang gadis cantik berlari kencang masuk cafe melalui pintu belakang. Bima hanya menggelengkan kepalanya merasa risih dengan karyawan yang tidak bisa tepat waktu.

Banyak mata yang berbisik membicarakan Bima yang hanya duduk sendiri, beberapa wanita cantik menyapanya tapi Bima mengabaikan mereka seakan tidak pernah terlihat.

Reva melangkah mendekat mengantarkan pesanan Bima, Reva melihat Bima yang fokus melihat ke layar tabletnya.

"maaf paman, masih ada tambahan." Reva tersenyum manis tapi diabaikan.

Bima hanya menggakat tangannya meminta Reva melangkah pergi, tangan Reva langsung digenggam siap menonjok kepala Bima yang super duper cuek.

"hai Rev, pesan minuman seperti biasa." Sapa seorang pemuda seumuran Reva.

"pesan sendiri ke meja kasir, gue sibuk." Reva melangkah pergi mengabaikan para penggemarnya.

"Om sombong, sok ganteng..., tapi memang ganteng." Reva tertawa menepuk jidatnya sendiri.

***

TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA

JANGAN LUPA LIKE COMENT DAN VOTE YA

TARUHAN

Hari kelulusan tiba, Reva di temani ibunya mengambil kelulusan. Jantung Reva terasa tidak berdetak, mati rasa.

"Reva! gue takut." Septi memeluk Reva yang duduk di sampingnya.

"makanya belajar, lihat gue santai." Reva dengan tersenyum melihat teman-temannya.

"Lo percaya diri banget Rev!" Septi tidak melihat kecemasan di wajah Reva.

"jantung gue sudah gue titipin tadi sama mbak Iin buat bayar bakso, jadi gue tidak punya jantung untuk berdetak." Reva menahan tawa.

"Apa? Lo gila ya, rela jual jantung demi bakso." Septi berdiri sambil teriak, semua orang melihat kearahnya. Ibu Septi menarik telinga Septi agar duduk kembali.

Ivan dan yang lainnya melihat ke arah Reva dan Septi yang sedang berdebat, Reva cekikikan tertawa membuat ibunya geleng-geleng kepala.

Jantung Reva dari tadi malam berdegup kencang, dia sudah melakukan yang terbaik semuanya sudah diserahkan ke yang maha tahu. Reva sudah belajar melalui kisi-kisi Rama dan dia sangat percaya diri, banyak yang lebih buruk dari dirinya.

Ketegangan terus terjadi, satu persatu siswa keluar membawa amplop kelulusan. giliran Reva yang tersenyum manis, menyalami gurunya tanpa menangis.

"Reva! kamu punya bakat di bidang desain. Kembangkan kamu bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa." Wali kelas Reva memberikan semangat.

"siap ibu cantik!" Reva memeluk gurunya yang selalu membantu dirinya, saat kesulitan biaya sekolah.

Semua teman-teman Reva berkumpul, mereka akan membuka kertas bersamaan. Belum sempat hitungan ke tiga, Reva dengan bodohnya membuka kertasnya dan langsung membacanya, dan tersenyum. Mengambil kertas Septi dan membukanya, lanjut punya Ivan, punya Satya juga kecuali punya Rama.

"hasilnya Rev," Septi tidak berani membuka kertas.

"Lulus lah!" Reva menarik pelan rambut Septi.

Mereka semua teriak bahagia, punya Rama tidak perlu dibuka, pasti hasilnya lulus sebagai peringkat pertama sebagai siswa terbaik.

"Stop! Ivan Lo ngapain ikut bahagia, liat kertas Lo. Tidak lulus!" Reva menatap Ivan dengan wajah sedih.

Ivan langsung terdiam, semua temannya menatap Ivan dengan rasa kasihan. Ivan menundukkan kepalanya, membuka pelan kertasnya. Semuanya memeluk Ivan sambil mengintip kertasnya.

"Reva!" teriakan Ivan menggema, yang lainnya juga menatap kesal Reva yang sudah melarikan diri.

Bahagia banget Reva, bisa mengerjai teman-temannya. Mereka semua melakukan acara ritual kelulusan yang menjadi kebahagiaan, perayaan coret baju. Banyak siswa dari sekolah lain juga ikut bertemu di sebuah jembatan.

Reva dengan tawanya yang membuat rusuh, mereka saling tandatangan sebagai tanda perpisahan. Melakukan coretan dengan banyak warna, terjadi keributan antar Septi dan siswa dari sekolah lain. Mereka saling menyemprotkan Pilok ke badan membuat, semuanya marah dan Reva terpental ke jalan.

Semprotan Reva mengenai mobil mewah, semua orang terdiam. Keluar seorang wanita seksi dan cantik, wajahnya marah dan langsung berjalan kearah Reva dan menampar kuat Reva.

Karena tidak terima, Reva menjambak rambutnya kuat. Terjadi banting membanting, Reva kalah tinggi, tubuhnya berada di bawah habis kena pukulan, rambutnya di Jambak. Reva membalas dengan kuat sampai merusak pakaian mewah dan meninggalkan cakaran.

Aksi Reva langsung terhenti karena Rama dan Ivan, menahan mereka berdua. Reva merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tatapan jahat dari wanita di hadapannya. Caci maki dari mulut Tante tajir yang seksi membuat Reva merasakan sakit hati.

Dia pergi bersama Rama masuk ke mobil mewahnya, Ivan dan Septi membawa Reva ke tempat sepi. Air matanya perlahan terjatuh, sakit tubuhnya juga sakit hatinya.

"Tante jahat, Reva tidak sengaja jangan di hina." Reva menangis dalam pelukan Septi yang merapikan rambutnya.

"Sudahlah! Lo harus belajar bela diri Reva biar bisa membanting orang seperti Tante tadi." Ivan menahan tawa.

Satya berlari melihat Reva, dia masih binggung melihat Rama pergi bersama wanita yang barusan berkelahi dengan Reva.

Mereka mengakhiri acara kelulusan, Reva pergi ke rumah Septi untuk mandi dan memperbaiki penampilan. Beberapa luka lebam di wajahnya, Reva menutupi lukanya dengan menggunakan bedak.

***

Reva berjalan pelan memasuki rumahnya, dia berharap ibu dan bapaknya belum pulang. Langkah pelan Reva ingin masuk ke kamar, suara panggilan bapaknya membuat Reva terhenti.

"Reva! sini nak." Bapak Reva meminta Reva duduk.

Dengan terpaksa Reva mendekati bapaknya, Reva menghela nafas mendengarkan ucapan bapaknya yang meminta Reva kuliah. Dengan sopan Reva menolak karena ingin bekerja, Reva ingin menghasilkan uang sendiri dan membantu ekonomi keluarga.

Selesai bicara dengan bapaknya Reva bersiap untuk bekerja, dengan menggunakan sepeda Reva bersemangat mengincang sambil tersenyum bahagia.

Sampai di cafe Reva melihat Om yang kemarin sombong, memasuki cafe. Cepat Reva masuk dan mengganti bajunya. Reva melihat Om sombong duduk di tempat kemarin sambil memainkan tabletnya.

Reva mengambil makanan dan minuman yang Bima pesan, dengan gaya cantik Reva menyerahkan pesanan sambil menyapa.

"Om, kenal saya tidak, kenapa wajah om tidak asing." Reva bicara sambil menunduk melihat wajah Bima yang fokus di tablet.

Bima mengangkat kepalanya melihat Reva yang tersenyum manis, Bima melihat jelas wajah Reva memang terlihat familiar. Tanpa jawaban Bima lanjut mengerjakan pekerjaannya.

"Om bisu! atau tuli." Reva menatap Bima tajam.

"Saya tidak bisa dan tuli, bisa menyingkir sekarang. Saya terganggu!" Bima bicara tegas membuat mata Reva melotot.

Dengan langkah kesal Reva pergi melayani pelanggan lainnya, Reva menemui Tante rempong yang sekarang berubah jadwal datangnya, bersamaan dengan kedatangan Bima.

"Reva! kamu bicara apa sama dia." Tante Ais terpesona melihat ketampanan Bima.

"Om sombong," Reva menatap Bima dari jauh dengan wajah permusuhan.

"hei Reva, dia pria duda yang sudah lama cerai, dia juga pemimpin perusahaan LOVER. Rumahnya juga besar dan mewah." Tante Del memperhatikan Bima yang masih fokus bekerja.

"Tante tahu dari mana?" Reva jadi penasaran, LOVER tidak asing di telinganya.

"tetangga baru, dia baru satu minggu pindah."

Beberapa pemuda datang menyapa Reva, Tante Ais tersenyum melihat Reva yang masih melamun.

"Reva! pacar kamu datang." Tante Ais melihat pemuda tampan yang selalu mengejar Reva.

"mantan!" Reva hanya tersenyum tipis.

"Berapa banyak mantan kamu Reva? hati-hati karma."

"biarkan saja Tante Del, Reva hanya memanfaatkan mereka, tidak tertarik untuk jatuh cinta." Reva melihat pemuda yang selalu menyatakan cinta padanya membuat Reva risih, dia lebih penasaran dengan om Duren yang sombong, angkuh.

"Ais, ayo kita taruhan. Menurut kamu mampu tidak Reva menaklukkan Duren tampan di sana."

"Dia pria sombong Del, mana mungkin tertarik dengan Reva yang centil."

"Bagaimana kalau Reva bisa? Tante mau bayar Reva berapa."

Tante Del mengeluarkan uang berwarna merah 10juta, Reva menganga melihat uang di atas meja. Tante Ais tersenyum melihat Reva yang nyegir.

"jika kamu sampai jadian dengan dia, Tante tambah 10jt."

"seriusan Tante Ais, astaga Reva setuju!" dengan semangat Reva mengambil uang di atas meja sebagai DP.

Dengan semangat Reva mencium pipi Tante Ais dan Della, Reva mengucapkan terimakasih dan dia pastikan Bima takluk di tangan nya.

***

Jangan lupa like coment dan vote ya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!