NovelToon NovelToon

Suami Pilihanku

1

Pagi hari yang teramat cerah, sinar mentari menghangatkan tubuh setiap insan. Seorang gadis berambut pendek, berkulit putih, dengan penampilan yang sekilas seperti cowok, sedang menjemur pakaian di halaman belakang rumah tempat ia tinggal. Tepatnya sebuah kos-kosan khusus putri.

Dia adalah Andhara Trisha gadis berusia 23 tahun yang bekerja di sebuah toko perlengkapan haji ternama di kota Tulungagung. Ia memilih untuk kos dekat dengan tempat kerja daripada harus pulang ke rumah orangtuanya setiap hari karena memerlukan waktu yang lama juga ongkos untuk perjalanan yang tak sedikit. Andhara tinggal di kota Blitar di daerah kabupaten.

"Dhara, kamu gak pulang ke Blitar, hari ini kan libur?"

"enggak Mbak, minggu depan saja sekalian."

"Memang gak kangen sama Ibu dan Bapak kamu?"

"he he he ... ya kangen Mbak, daripada buat ongkos naik kendaraan mending uangnya aku pakai kebutuhan yang lain dulu Mbak."

Yunita terdiam sejenak mendengar jawaban Andhara, merasa kagum dengan pemikirannya karena di usia yang masih muda sudah mampu mandiri.

"Aku masak agak banyak hari ini, karena suami aku juga libur, ntar kamu tidak usah masak atau beli sayur ya,"

"tak usah Mbak Yuni, jadi tak enak aku. Tapi kalau ngasihnya banyak ya gak pa pa, he he he ... "

"kamu ini selalu bisa menggoda aku, selalu bisa membuat orang tersenyum."

"Aku seperti badut ya Mbak?"

"tuh kan Andhara,"

"iya Mbak Yuni," sahut Andhara sambil senyum dan meringis karena cubitan gemas.

Yunita adalah tetangga sebelah tempat Andhara kos. Dia sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak yang usianya masih 4 tahun dan suka bermain dengan Andhara.

"Ya sudah, aku mau bersih-bersih rumah dulu, ntar sayurnya biar diantar Riska saja ya."

"Gak usah Mbak Yun, biar aku saja nanti sekalian bawa wadah yang besar kalau perlu sekalian aku bawa semuanya. Ntar Mbak Yuni makan di kosan aku, he he he ..."

Yunita tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya dan berkata,"sudah ah, kalau ngobrol sama kamu gak ada habisnya dan kerjaan aku gak kelar-kelar."

Andhara tersenyum mendengar perkataan Yunita bagi Andhara sendiri Yunita sudah ia anggap seperti kakak sendiri begitu juga sebaliknya, karena saat Yunita harus pergi ada urusan di luar, tak jarang menitipkan Riska pada Andhara.

Yunita pulang kembali ke rumah, sementara Andhara kembali masuk ke rumah sambil membawa ember bekas wadah jemuran.

Di dalam kos-kosan berukuran 3X4 meter, Andhara menghabiskan waktu liburnya dan melepaskan penat setelah pulang kerja.

Meskipun ia harus membayar sendiri uang kos-kosan, Andhara sangat pintar mengatur keuangan. Sehingga setiap pembayaran kos tak pernah sampai terlambat.

Andhara juga tak lupa menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk bersedekah, ini adalah pesan dari orangtuanya dan memang sudah menjadi kebiasaan Andhara sejak kecil suka berbagi.

Ruangan yang selalu tertata rapi dengan peralatan sederhana dan seperlunya saja, membuat Andhara lebih mudah untuk merawat maupun membersihkan.

Kasur spon yang hanya cukup untuk dirinya merebahkan tubuh, menghilangkan lelah tampak tertata rapi bersandar di dinding dekat dengan lemari pakaian minimalis, tak ada televisi hanya ponsel android yang menemaninya di kosan.

Terkadang ada juga teman yang bermain ke kosan, laki-laki maupun perempuan. Namun Andhara tak mau terima tamu sehabis Ashar. Jadi teman Andhara biasanya berkunjung pagi hari atau sehabis dhuhur.

Bersambung

Sekian dulu ya

Tahap pemanasan setelah lama tak menulis

Mohon dukungan like, komentar, vote maupun hadiahnya

Terimakasih

Salam Manis

TRIO A

2

Tok tok tok (suara pintu diketuk), Andhara terbangun dari duduknya, melangkahkan kaki menuju pintu dan perlahan membukanya. Tampak seseorang sedang berdiri di depan pintu sambil menjinjing tas kresek berisi sesuatu. Pria itu tak lain adalah Ade sepupu Andhara yang dari Blitar.

"Assalamualaikum,"

"waalaikumsalam, Mas Ade darimana?"

"biarkan Mas masuk dan duduk dulu ya, dan tolong terima ini," ucap Ade sambil menyerahkan tas kresek dan segera mencari posisi duduk yang nyaman.

"Iya Masku sayang, gak usah pasang muka cemberut kenapa, ntar cepat ubanan, eh bukan tapi cepat tua," ucap Andhara sambil meletakkan tas kresek pemberian Ade.

"Kebetulan Mas hari ini juga libur, dan tak ada kegiatan di rumah jadi Mas putuskan main ke sini, karena kata Paman, kamu minggu ini tidak pulang ke rumah."

"Iya Mas, kemarin aku sudah kasih kabar ke Bapak dan beliau bilang gak pa pa. Buat istirahat saja di kosan, karena dua minggu ini lumayan sibuk, banyak barang baru datang."

"Makanya tadi pagi-pagi, Bibi ke rumah ngantar itu minta sekalian dibawakan ke kamu, karena tahu Mas ada rencana main ke sini, waduh dari mulai datang sampai sekarang tak ada penyambutan. Masak gak ditawari minum atau apalah."

Andhara tertawa kecil sambil menuangkan air putih di gelas dan berkata,"ya maafkan adikmu ini Mas,"

"pasti Mas maafkan, dan kamu akan mengulangi lagi di kemudian hari," kata Ade sambil meneguk air putih perlahan.

Andhara tersenyum mendengar perkataan Ade, dan membuka bungkusan tas kresek, sambil berkata,"em ... baunya sedap sekali, ibu selalu tahu apa yang aku mau, makasih ya Mas, sudah mau bawakan titipan dari ibu."

Ade mengangguk sambil tersenyum, melihat Andhara yang selalu terbaru setiap kali menerima bingkisan dari ibunya.

Andhara mengambil piring kosong dan menata beberapa potong kue bolu kukus, untuk disuguhkan ke Ade.

"Sudahlah buat kamu saja deek, bisa buat camilan ntar malam juga sama besok. Jadi gak perlu beli kue lagi. Dari dulu kamu suka ngemil kan?"

"iya Mas, gak pa pa ... coba deh, pasti ketagihan. Kue buatan ibuku juara rasa maupun aromanya." Andhara mengunyah sambil berulang memejamkan kedua matanya dan menggelengkan kepala menandakan kue yang ia nikmati enak.

Tak lama kemudian, ketika keduanya sedang menikmati kue, datanglah seorang pria tampan, dengan penampilan rapi. Kaos distro berwarna putih bersih dengan bawahan celana jeans panjang berwarna biru dongker.

"Assalamualaikum,"

"waalaikumsalam," Andhara dan Ade menjawab bersamaan.

"Mas Ade sudah di sini, sejak kapan?"

"Iya, sejak kemarin malam. Percaya gak kamu?"

"he he enggak lah Mas?"

"iya lah, pasti gak ada yang percaya. Bagas juga sudah kesini, jam segini,"

"biasa Mas, libur kerja juga pengen ketemu Dhara."

"Tuh kan, Dhara sama saja. Tamunya gak disuruh masuk, ayo Bagas masuk sini temani Mas makan kue. Hari ini Dhara buat kue enak banget tapi pakai tangan ibunya,"

"Mas bisa saja, Dhara itu gak bisa buat kue, bisanya makan dan kerja cari uang baru. Kalau urusan buat kue, dia tak tertarik samasekali."

Mendengar percakapan Bagas dan Ade, Andhara hanya tersenyum. Memang Bagas mengenal Andhara sudah lama dan sudah tahu sifat kesukaan masing-masing.

Bagas sudah lama mengenal Andhara, juga anggota keluarga Andhara.

"Ternyata Bagas sangat tahu Andhara ya,"

"harus Mas, kan aku sangat mengharapkan Andhara menjadi pendamping hidup aku Mas."

Deg

Jantung Andhara berdetak kencang, mendengar ucapan Bagas, sungguh Andhara belum siap membangun rumah tangga.

Bersambung

jangan lupa like, komentar dan kasih hadiah ya buat author, biar semangat menulis

Terimakasih

Salam Manis

TRIO A

3

Ade dengan santai menggoda Bagas,"memang ibu kamu mau punya menantu gak bisa masak?"

"ya mau saja Mas, ibu aku senang sama Dhara, urusan masak nanti bisa belajar sama ibu."

Sambil tersenyum Ade berkata,"syukurlah kalau ibu kamu menerima kekurangan Dhara, bagaimana pendapat kamu Ra?"

"emm, kenapa kita jadi bahas pernikahan, kan ada obrolan yang lain," ucap Andhara berusaha mengalihkan percakapan.

Memang Andhara suka sama Bagas namun jika mengarah ke arah pernikahan, Dhara belum siap. Meskipun status Bagas adalah Pacar Dhara namun selama pacaran mereka tak pernah pergi ke tempat romantis atau tempat asyik lainnnya.

Bagas ke kosan Dhara atau Dhara ke rumah Bagas yang memang tak terlalu jauh dari kosan, karena rumah Bagas dekat dengan rumah Vina teman kerja di toko.

Pernah beberapa kali pula Bagas bermain ke rumah Dhara, saat Dhara liburan di rumah.

"Ya, gak pa pa lah dek, kan memang Bagas mau serius sama kamu," sahut Ade.

"Gak pa pa Mas, memang Dhara sering begitu, kalau membahas keseriusan kami," ujar Bagas pelan.

"Nah kan, sudah tau kenapa diulang dan diulang terus," sahut Dhara mendengar ucapan Bagas dengan muka cemberut.

Bagas diam mendengar jawaban Dhara, sudah resiko karena dulu yang memaksa untuk meminta dijadikan pacar adalah Bagas. Sedangkan Dhara sendiri menganggap Bagas teman biasa saja, berhubung Dhara sering diledek bos pemilik toko ingin dijodohkan dengan keponakannya. Dhara menerima Bagas jadi pacar hanya sekedar status saja.

Dan selama ini Bagas juga selalu menuruti apa kemauan Dhara untuk tidak berani macam-macam dengannya. Pegang tangan aja, gak diijinkan Dhara. Jadi hanya ngobrol makan bareng itu juga jarang, karena Dhara memang sulit diajak pergi.

Sebagai anak perempuan, Andhara sangat menjaga baik-baik pesan kedua orangtuanya. Agar selalu menjaga kehormatannya sebagai seorang anak gadis. Karena orangtua Andhara mengetahui bahwa dirinya punya banyak teman cowok.

Dari samping rumah datanglah seorang gadis kecil yang sangat cantik dan lucu membawa kotak tupperware berisi sayur matang sambil berteriak memanggil,"Mbak Dha...ra, oh Mbak Dharaku sayang, aku bawa sayur nih ... untuk Mbak Dharaku sayang. Eh, ada Mas Ade dan pacar Mbak Dhara."

"Hai Riska, kamu tambah cantik dan lucu ya ... ihhh, bikin Mas Bagas tambah gemas sama Riska," ucap Bagas sambil mengusap rambut Riska perlahan.

"Terimakasih Mas Bagas yang ganteng," sahut Riska sambil mencium tangan Bagas.

"Nah, aku gimana Riska?"tanya Ade sambil mendekat ke Riska.

"Iya, Mas Ade juga gak kalah ganteng sama Mas Bagas," ujar Riska sambil mencium tangan Ade.

Kedatangan Riska menambah seru obrolan mereka. Riska anak yang sangat menyenangkan bila diajak ngobrol.

Mereka semua terhibur oleh Riska hingga mereka makan siang bersama di kosan Dhara dengan lahap.

Waktu begitu cepat, hingga tiba waktu sholat dhuhur. Bagas lebih dulu pamitan untuk pulang, barulah Ade juga pamitan karena ingin Dhara istirahat di hari liburnya. Hanya Riska yang masih tinggal karena masih ingin menemani Dhara.

Dhara mengajak Riska untuk sholat dhuhur bersama. Riska segera mengambil mukena di rumahnya dan segera kembali ke kosan Dhara. Riska mengikuti baik gerakan wudhu maupun sholat. Biasanya sehabis sholat Dhara menyempatkan diri mengaji, dan ia juga mengajari Riska mengaji.

Riska merasa sangat senang, banyak belajar dengan Andhara. Banyak ilmu bermanfaat yang diajarkan oleh Dhara.

"Mbak Dhara, terimakasih ya ... sudah ajari aku sholat dan mengaji," ujar Riska sambil mencium tangan Dhara selesai mengaji.

"Iya sayang, sama-sama. Semoga bermanfaat untuk Riska sampai kapanpun dan di manapun," balas Dhara dengan senyuman.

Suasana di kosan Andhara terasa adem setelah keduanya mengerjakan sholat maupun mengaji bersama. Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu dari luar.

Bersambung

Jangan lupa tekan like, ketik komentar dan beri hadiah juga vote buat author ya ... biar semangat nulis. Jangan lupa tekan tanda hati agar tak ketinggalan episode baru.

Terimakasih

Salam Manis TRIO A

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!