NovelToon NovelToon

Queen Is [Cruel] To King [Cold]

1. Kematian

Karya novel Author yang ke 5

_____________

Seorang wanita berusia 25 tahunan berlari di atas sebuah bangun pencakar langit, berlarinya wanita bersenjatakan tembakan api, dikejar tiga pria dan tiga wanita berjas hitam. Wanita berambut pirang hitam putih sepinggang, dengan mata hitam pekat penuh ketenangan, melontarkan isi senapannya tatkala para pengejar yang mengikutinya menembakkan peluru ke arahnya.

"Ck! Sekumpulan sampah, apa mereka pikir jumlah mereka membuatku takut?" decak wanita itu sambil membidik satu persatu musuh dalam sekali tatapan.

Degungan dari banyak senjata api bergema keras, memperingatkan semua orang yang ada di sana untuk berhati-hati jika tidak ingin mati. Pertarungan antara senjata api terus berlanjut, ketika tidak ada di antara ke dua bela pihak yang ingin mengalah.

Wanita 25 tahun itu adalah Charllote, seorang mafia dari agent tersembunyi yang baru beberapa tahun berdiri. Charllote seorang anak yatim, dibeli saat berumur 5 tahun oleh seorang pemimpin mafia bernama Geralt. Berharap Charllote bisa menemukan cahaya ketika dirinya memutuskan ikut bersama Geralt, tapi tenyata pemikirannya itu hanyalah khayalan. Charllote justru dilatih menjadi senjata, diasingkan ke sebuah pulau terpencil bersama ratusan anak seumurannya, dilatih dengan keras dan bahkan dijadikan bahan penelitian oleh seorang profesor gila.

Awalnya, Charllote memang melakukan perlawanan keras karena paksaan mereka, namun karena pada saat itu dia hanya bocah kecil ingusan, apa yang bisa dia perbuat? Melawan pun percuma, apalagi kabur dari pulau terpencil itu. Sejak saat itu memaksakan Charllote untuk menerima takdirnya.

Charllote tentu masih ingat, bagaimana dia harus berlatih keras agar bisa mendapat makanan, bertarung hidup dan mati sesama rekan di dalam sebuah ruangan agar bisa keluar secara hidup, ditambah lagi dengan adanya profesor gila yang selalu menyuntik mereka dengan cairan-cairan aneh yang tidak mereka ketahui. Menerima pelatihan keras dari usia kecil membuat Charllote tumbuh menjadi sosok yang mengerikan. Hidup dalam kekerasan, mengajarkannya tumbuh menjadi kejam dan bengis.

Saat-saat kejam itu sudah berlalu selama 20 tahun, dari banyaknya ratusan jiwa yang dilatih hanya 10 nyawa saja yang bertahan. Charllote merupakan 10 di antara anak yang masih bertahan sampai sekarang. Karena Charllote bisa dikatakan bibit paling unggul di antara sembilan anak lainnya, dia mendapat posisi Wakil Pemimpin.

Kembali kepada situasi awal, Charllote bersembunyi di belakang tembok sambil mendengus pelan. Senjata yang dia pegang sudah kehabisan peluru, menjadikan situasinya sedikit sulit. Bukannya apa, Charllote hanya sendiri, sedangkan dia melawan enam orang yang dilatih bersamanya sejak kecil. Tentunya Charllote tahu seberapa kuat dan hebatnya mereka.

"Charllote, menyerahlah dan berikan koper itu pada kami. Kami akan membantumu berhadapan dengan Tuan, Tuan pasti akan mengampunimu." Terdengar suara seorang pria berteriak, dia adalah Keanu. Melihat Charllote tidak melakukan perlawanan lagi, Keanu meminta temannya yang lain untuk tidak menyerang lagi, dia tahu Charllote sudah kehabisan peluru.

Salah satu wanita berambut pendek berusia tidak jauh berbeda dengan Charllote menjatuhkan senjatanya, "Charllote, dengarkan dan ikutlah bersama kami. Kami akan membantumu beralasan di hadapan Tuan," teriak wanita berambut pendek bernama Leoni.

Berusaha membujuk dari pada melakukan perlawanan, ide yang cukup lumayan, lagi pun mereka tahu Charllote merupakan pemimpin di antara mereka, juga bisa dikatakan paling mengerti mereka. Mereka telah menjadi saudara sejak bertemu dari pulau terkutuk itu, dan berjanji akan saling melindungi. Tapi, tidak akan pernah mereka duga, akan ada saat di mana mereka harus melawan Charllote saudara sekaligus pemimpin mereka, meskipun mereka telah mendengar kabar Charllote berkhianat, tapi rasa persaudaraan mereka masih sangat kuat sehingga mereka percaya Charllote tidak mungkin berkhianat.

Mendengar bujukan dari Keanu dan Leoni, Charllote tersenyum tipis dan keluar dari tempat persembunyiannya. Mata hitamnya menatap 6 temannya yang sudah dia anggap sebagai saudaranya.

"Kalian, tidak perlu membujukku." Charllote menolak bujukan mereka, sebab tekadnya sudah kuat, dia tidak akan kembali lagi pada Tuannya, "Aku tidak akan mengalah," lanjut Charllote sambil menyunggingkan senyuman sinis.

Keanu mengumpat dalam hati, memaki betapa keras kepalanya Charllote. Membuat Keanu tidak bisa berlaku lembut lagi, dia tahu seberapa keras kepalanya Charllote, jika wanita sudah mengatakan itu maka kata itu akan terus berlanjut tidak ada perubahan.

Leoni menjadi dilema, di satu sisi dia tidak bisa membunuh Charllote, tapi di sisi lain perintah ini adalah tugas dari Tuannya. Charllote sendiri seperti Kakak bagi Leoni, bagaimana mungkin dia tidak dilema jika mendapat tugas seperti ini.

Bingung dan ragu membuat mereka berenam sulit menentukan, kaki mereka ingin mengejar Charllote dan menangkapnya, tapi hati mereka berkata enggan untuk melukai sosok pemimpin mereka.

Melihat mereka semua terdiam dan belum bertindak apapun, Charllote tersenyum tipis, kakinya secara perlahan mundur ke belakang membuat semua mata yang menatapnya terkejut, tentu mereka tahu apa yang ingin dilakukan Charllote.

Leoni berniat mengejar Charllote, mencegah Charllote menjatuhkan diri dari gedung pencakar langit. Tapi baru selangkah dia berjalan, Charllote langsung berteriak.

"Maju selangkah aku akan melompat!" Charlotte sudah berada di pinggir gedung membuat siapa saja memandangnya ngeri melihat tindakannya itu, "Ck! Kalian masih saja sama seperti dulu!" Charllote tertawa meledek. Sejenak dia memperhatikan pinggir pijakan kakinya, dapat dia lihat betapa tingginya gedung pencakar langit, dan mulai membayangkan seperti apa lagi bentuk tubuhnya jika dia jatuh ke bawah.

"Charllote, tenangkan dirimu! Kita bisa bicara baik-baik!" sahut seorang pria berambut kuning, pandangannya nanar seakan tidak sanggup melihat Charllote berdiri di pinggir gedung pencakar langit.

"Berbicara omong kosong kah? Jika aku mendengarkan kalian, kalian pasti menangkapku. Aku bukanlah orang bodoh, kalian harus ingat kita sudah hidup bersama selama dua puluh tahun," balas Charllote, kemudian dia membuka koper yang dia pegang dan mengeluarkan benda di dalamnya, "Apa kalian tahu benda ini?" Tangannya mengangkat sebuah batu kecil berwarna putih, meskipun batu itu terlihat biasa saja, tapi percayalah karena batu itu Charllote berakhir seperti sekarang, "Aku akan membawa mati batu sialan ini! Karena batu ini Troy dan Carline mati di reruntuhan gua! Aku bahkan tidak menyangka Tuan tidak peduli dengan kematian Troy dan Carline, dia justru memperdulikan batu sialan ini! Apa bagusnya batu ini selain mahal!" pekik Charllote sambil membuang koper yang dia genggam ke lantai dengan kasar.

Batu putih berbentuk lingkaran itu adalah batu permata yang kononnya memiliki legenda tersendiri, tidak hanya itu, ada sebagian mengatakan batu itu memiliki kekuatan sihir yang hebat. Bila batu itu di jual, uang triliunan juta bisa mereka miliki. Tapi karena batu itu, Charllote menjadi berkhianat, tidak, lebih tepatnya membela dua saudaranya yang telah mati karena berusaha membawa pulang batu itu.

Melihat tindakan Charllote yang mulai diluar kendali, semua orang berniat mendekatinya dan menahannya, tapi ... lagi-lagi gadis itu mengancam mereka dengan akan melompat jika mereka mendekat.

"Jangan mendekat!" Mata Charllote melotot disertai mimik wajah mengerikan, sesaat dia memandang batu kecil di tangannya, bisa dia lihat batu putih polos itu memiliki ukiran kecil di sana, meski tidak terlalu jelas tapi Charllote bisa melihatnya. Sesaat Charllote tersenyum pada batu itu dan kepada saudara seperjuangan hidup dan matinya. Dengan gerakan cepat, Charllote menelan batu itu membuat semua mata menatapnya melotot besar seakan hendak keluar dari songketnya.

"Charllote! Apa yang kau lakukan!" pekik Keanu keras, seakan tidak percaya Charllote baru saja menelan batu permata itu.

"Charllote, apa kau tahu betapa bahayanya menelan batu itu!" sahut Leoni lirih dengan pandangan nanar.

Alih-alih merasa takut telah memakan batu itu, Charllote justru mengukir senyum puas, terlihat sangat puas tidak ada lagi yang bisa mengambil batu itu darinya, "Hahaha ... sekarang kalian mau apa? Membelah tubuhku dan mengambil batu itu? Silakan ... itu pun jika kalian bisa!" Charllote membuka jas hitam yang dia kenakan, tampak sepasang bom melekat di tubuhnya, tanpa berpikir panjang lagi, Charllote menelan tombol di bom itu, membuat waktu bom itu berjalan.

Terbelalak semua mata melihat sepasang bom melekat di tubuh Charllote, siapa menduga gadis itu telah menyiapkan semuanya dengan sempurna tanpa diketahui saudara-saudaranya. Keanu dan saudara lainnya tidak bisa membiarkan bom itu meledak, selain membahayakan nyawa Charllote juga membahayakan pondasi gedung pencakar langit.

Tapi, Charllote tahu apa yang akan mereka lakukan, "Tidak perlu mendekat, bom ini hanya memiliki waktu lima belas detik. Kalian tidak akan sempat menjinakkannya," ungkap Charllote dengan senyuman hangat, untuk pertama dan terakhir kalinya dia bisa melukis senyuman seperti itu, seakan menunjukan kebebasannya tidak akan lama lagi datang. Tanpa berpikir apapun lagi, Charllote segera menjatuhkan dirinya ke bawah dengan cepat.

"Charllote!!!" teriak Keanu dan lainnya ketika melihat Charllote menjatuhkan dirinya ke bawah dengan senyuman.

Tidak butuh waktu lama Charllote terjun ke bawah, suara bom langsung terdengar memekikan banyak telinga. Dan seharusnya bom itu pasti membunuh Charllote secara berkeping-keping bersama batu permata itu.

______________

Jika berkenan jangan lupa difavoritkan, berikan dukungan dengan cara like dan beri hadiah ^-^

Karakter Charllote

2. Kehidupan Baru

Pusing, itulah yang pertama kali gadis 17 tahun rasakan ketika dia membuka matanya. Matanya langsung dijamu dengan suasana ruang tempat dia terbaring, begitu buruk dan suram. Gadis muda itu memegang kepalanya sambil meringis ketika kepalanya kembali berdenyut lagi.

"Aauu! Sakit sekali." Ringisan gadis itu membuat seorang gadis berpakaian pelayan yang tertidur di pinggir kasurnya terbangun. Pelayan itu membuka matanya, dapat dia melihat majikan yang sejak tadi dia tunggu untuk sadar kini telah membuka mata.

"Nona Freya, syukurlah! Syukurlah anda telah sadar!" pekik pelayan itu girang sambil memeluk gadis di depannya penuh semangat.

Gadis yang dipeluk pelayan itu hanya terdiam namun pikirannya melayang-layang entah ke mana. Sesaat gadis itu tampak memikirkan sesuatu, dan setelah dia tersadar, gadis itu membuka suaranya.

"Di mana aku sekarang?" Pertanyaan gadis itu membuat pelayan yang girang dalam pelukannya segera melepas sambil berekspresi kebingungan.

Tidak berpikir ingin mempermasalahkan gadis di depannya bersikap sedikit aneh, pelayan itu segera menjawab, "Jawab Nona, anda ada di kamar Nona." 

Manik mata biru milik gadis itu menatap pelayan di depannya, pandangan dingin dan datar tergambar jelas di sana membuat pelayan itu sedikit terkejut, "Apa yang terjadi padaku? Bukankah aku sudah seharusnya mati? Dan ... siapa dirimu?" tanya gadis itu dengan aura suram.

Rasa terkejut tidak bisa pelayan itu tutupi, meskipun begitu dia tetap menjawab dengan suara pelan, "Nona hampir saja mati karena bunuh diri, Nona nekat bunuh diri dengan melukai pergelangan tangan Nona. Tidakkah Nona ingat, Nona melakukan itu agar Raja Sean memperhatikan anda?" Pelayan itu tampak memancarkan pandangan nanar, mungkin bersedih sebab gadis di depannya telah melupakan sesuatu.

Pandangan gadis itu menjadi sedikit berubah, terlihat kebingungan dan terkejut. Gadis itu berpikir kembali, pelayan tadi barusan memanggilnya dengan nama 'Nona Freya' sedangkan namanya adalah 'Charllote'. Pelayan itu juga menjelaskan bahwa dirinya hampir mati karena melukai diri sendiri. Ada sesuatu yang aneh, seingat gadis itu dia mati melompat dari gedung pencakar langit dengan bom di tubuhnya, seharusnya itu sudah pasti merengut nyawanya sekarang. Tapi kenapa dia masih hidup?

Memikirkan semua itu membuat kepala gadis itu semakin sakit, dan akhirnya dia hanya bisa berteriak menahan sakit kepalanya. Tangannya meremas rambutnya secara kasar, mulutnya terus mengerang kesakitan sambil memejamkan mata.

"Aarrggg! Sakit sekali kepalaku!" pekik gadis itu keras seraya berguling-guling di kasur. Bersamaan dengan itu pelayan yang tadinya kebingungan kini menjadi panik.

"Nona! Nona Freya! Ada apa dengan anda!" panggil pelayan itu sambil memegang bahu gadis itu cukup kuat, berusaha membantu gadis itu tenang tapi justru membuat gadis itu semakin mengerang kesakitan. Melihat betapa kesakitannya gadis itu, pelayan itu segara berlari keluar dengan wajah paniknya. Kini tinggallah gadis yang sedang kesakitan itu mengerang-erang seperti orang gila.

"Aaarrgggg! Sakit sekali! Rasanya kepalaku mau pecah!" pekik gadis itu keras sambil membenturkan kepalanya di ranjangnya. Bersamaan dengan itu, sebuah ingatan menyerbu pikirannya dengan cepat.

"Yang Mulia!"

"Yang Mulia!"

"Yang Mulia!"

Seorang gadis berambut kuning dengan manik mata biru mencolok memanggil sosok pria yang baru saja melewatinya. Berharap pria itu berbalik, namun sayangnya pria yang dia panggil bahkan tidak berhenti berjalan meninggalkannya.

"Yang Mulia! Kumohon berbaliklah!" tangis gadis itu semakin deras, dirinya jatuh berlutut di lantai dengan pandangan sedih, "Aku hanya ingin menjelaskan pada Yang Mulia, bahwa bukan aku yang membunuh Adikmu, Yang Mulia." Untuk kesekian kalinya, gadis itu selalu diabaikan, dan untuk kesekian kalinya dia merasa tersiksa menikah dengan seorang Raja dingin dan kejam.

Dipaksa menikah hanya karena dituduh sebagai pembunuh Adik dari Raja Sean, gadis itu merasa seperti berada dalam neraka. Tidak hanya terbatas, tapi perlakukan semua orang begitu kejam padanya. Gadis itu ingin membenarkan dirinya, dia bukanlah pembunuh. Tapi ... di istana dingin ini, tidak ada seorang pun yang peduli dengan pengakuannya selain pelayan pribadinya. Hidup terkurung selama dua tahun membuat gadis malang itu tersiksa, tiap harinya dia selalu menerima cacian dan makian dari banyak orang, berpasrah untuk hidup dan berusaha mengakhiri hidupnya dengan melukai diri dan meminum racun. Lagi pun tidak ada lagi yang peduli dengannya, kehadirannya juga tidak pernah diharapkan, daripada harus tersiksa terus-menerus alangkah baiknya dia menghabisinya nyawanya sendiri.

Di akhir kehidupannya, gadis itu beralasan melakukannya agar suaminya Raja Sean akan datang memperhatikan dan mendengarkan alasannya untuk terakhir kali, tapi ... bahkan sampai nyawanya telah berakhir, sosok yang dia tunggu-tunggu tidak kunjung datang.

Gadis yang tadinya mengerang kesakitan bahkan sampai terjatuh dari kasurnya, kini menatap lantai dengan tatapan kosong. Raut wajah yang dia keluarkan begitu terlihat ketakutan dan panik.

"Ingatan milik siapa itu!?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri. Dia mengangkat pandangannya, memperlihatkan bola matanya yang tampak melotot dengan air mata yang mengalir deras, "Ingatan itu! Sungguh menyakitkan."  Gadis itu memegang dadanya, terasa sesak dan berat. Meskipun gadis itu hanya beranggap penderitaan gadis itu tidak seberapa dengan apa yang dia hadapi, tapi ... tubuhnya tidak bisa menutupi respon dari perasaannya. Marah, sedih dan panik bercampur baur seperti lautan berombak.

***

Gadis yang tadi terlihat mengamuk tidak jelas akibat sakit kepala yang dia derita kini telah baring dengan tenang di kasurnya. Seorang pria berpakaian serbah putih baru saja memeriksa kondisinya.

"Sepertinya racun yang diminum Nona Freya membuat efek besar pada otaknya, sehingga membuat Nona Freya merasa kesakitan. Tapi tenang ... aku sudah menuliskan resep, asalkan meminumnya secara teratur, Nona Freya pasti sembuh," jelas pria berbaju putih itu. Setelah memberikan surat resep yang dia tulis kepada pelayan, dia segera pergi meninggali kamar itu.

Sejenak terjadi keheningan, pelayan yang tidak jauh dari gadis bernama Freya tampak kebingungan. Mungkin bingung kenapa majikannya bertindak begitu ekstrem, tidak hanya melukai dirinya tapi juga meminum racun, tidakkah gadis itu berpikir dia hampir saja membunuh dirinya?

Berbeda dengan pelayan itu yang tampak memikirkan perbuatan majikannya, gadis bernama Freya itu terlihat tenang, namun pandangannya masih memancarkan keterkejutan dan kepanikan.

'Aku hidup kembali sebagai wanita dari Raja Sean. Sungguh tidak pernah aku duga akan mendapat keberuntungan seperti ini, tapi ... kenapa bisa?' Freya bertanya dalam hati, prihal bagaimana bisa dia hidup kembali setelah meledakkan dirinya sendiri.

'Aku tidak pernah berharap untuk kembali hidup, tapi ... tampaknya Tuhan tidak mengizinkanku mati begitu mudah.' Sesaat Freya terkekeh dalam hatinya, entah mentertawai dirinya atau Tuhan yang memberikannya takdir begitu mengejutkan, 'Tapi ... karena Tuhan begitu baik hati menghidupkan aku lagi. Maka kehidupan kali ini, tidak akan aku sia-siakan lagi.' Freya bertekad, pada kehidupan ke duanya dia tidak akan mati bunuh diri lagi seperti di kehidupan pertamanya, dan tidak akan membiarkan seorang pun menahan dirinya dari kebebasan. 

'Tidak peduli bahkan jika Raja bodoh itu mengurungku di kastil dingin ini!'

3. Jelanak Pembunuhan

Freya, bukan lagi nama asing di kota Damons. Gadis pemilik nama itu adalah istri dari Raja Sean sekaligus gadis pembunuh adik Raja Sean setelah terdakwa membunuh Putri Selena dengan cara mendorong Putri Selena ke telaga saat acara pesta di kerajaan Felix. Meskipun gadis itu berusaha mengungkapkan dirinya bukanlah pembunuh, tapi tidak ada bukti kuat yang bisa membantunya. Dan seharusnya gadis bernama Freya itu sudah dihukum mati akibat pembunuhannya, tapi tidak ada yang tahu kenapa, Raja Sean justru memberikan hukuman dengan menjadikan wanitanya. Banyak orang berpikir bahwa hukuman itu lebih tepat dikatakan anugerah bukannya siksaan. Tapi ... justru dengan menerima anugerah itu, Freya terasa hidup di neraka.

Freya, gadis 17 tahun, yatim piatu, tinggal bersama Paman dan Bibinya. Meski pernah hidup sebelum tinggal di kastil dingin, kehidupan Freya bersama Paman dan Bibinya juga tidak jauh berbeda dengan neraka. Tapi paling tidak ... Freya masih merasa diperhatikan di rumah Pamannya. Namun setelah dirinya dijatuhkan hukuman, bahkan berniat membela pun tidak dilakukan Paman dan Bibinya. Justru mereka memaki dan menghina Freya sebagai anak pembawa sial.

Hari-hari menjalankan hukuman berlalu semakin cepat, neraka tiap harinya terus menyapa, Freya sampai tidak kuas menahan penderitaannya lagi. Dan membuat dirinya memutuskan bunuh diri dengan meminum racun dan melukai tangannya sendiri.

Jelas sekali kehidupan Freya sangatlah malang, bahkan lebih malang dari cerita dongeng Cinderella, jika pemeran utamanya berakhir dengan bahagia, berbeda dengan Freya berakhir mengenaskan.

Gadis itu menutup matanya, memahami jalan kehidupan yang telah Freya lalui. Meskipun dia merasa kehidupan Freya tidak jauh lebih sadis dari kehidupannya, tapi Freya berakhir malang sebab tidak tahan dengan penyiksaan. Dibandingkan dengan raga yang berada di tubuh Freya, dia juga sama sepertinya, anak yatim piatu, tapi jalan kehidupannya dipenuhi darah dan kekerasan.

'Kahidupan kita tidak jauh berbeda, hanya saja kehidupanmu dipenuhi air mata, sedangkan aku ... penuh darah dan pembunuhan di mana-mana,' ucap Freya dalam hati. Perlahan Freya membuka kembali matanya, melihat kamarnya yang terdiri dari dinding batu kusam dan kotor. Freya tidak bisa mengatakan kediamannya ini adalah kastil, mungkin lebih tepat penjara dari batu.

Lama Freya termenung, telinganya diganggu dengan suara-suara kecil seperti pertengkaran. Karena penasaran, Freya beranjak dari kasurnya, kemudian melangkah menuju jendela dan melihat pelayan yang tadi bersamanya tampak sedang beradu mulut dengan dua orang pria berzirah perak.

"Apa yang dilakukan pelayan itu? Apa dia berniat melawan dua pria itu?" Semua orang pasti bisa melihat, pelayan itu tampak sengaja menyahuti dua pria itu meski dia tahu tidak seharusnya dia meladeninya, "Aku khawatir pelayan itu akan dipukul, mereka adalah prajurit sedangkan dia pelayan. Sebaiknya aku turun dan melihat." Freya segera melenggang menuju pintu.

***

"Kalian tidak bisa berbuat seperti ini! Jika Yang Mulia tahu, dia pasti akan memenggal kepala kalian!" pekik gadis berpakaian pelayan kepada dua prajurit di depannya.

Dua prajurit itu adalah utusan dari istana utama, tugas mereka pasti membawa bahan pokok ke kastil dingin untuk Freya dan pelayan itu makan. Tapi hari ini, prajurit itu sengaja hanya memberikan sekantung kecil gandum membuat pelayan itu marah atas perlakukan tidak sopan mereka.

"Apanya yang dipenggal? Semua orang tahu, Nona Freya hanyalah tahanan, bukan istri Yang Mulia Raja Sean,"  sahut salah satu prajurit di akhiri dengan kekehan keras.

"Hahaha ... bersyukurlah kami tidak menghabiskan semua bahan pokok kalian! Jika tidak, kalian tidak akan makan satu hari ini!" Prajurit lain ikut menambah, gelak tawa keluar dengan bebas dari mulutnya.

"Kalian!" Pelayan itu mengangkat tangannya berniat memukul mereka, tapi dia hentikan sebab dia sadar dia bukanlah lawan dua prajurit itu, "Dasar tidak tahu malu! Memakan daging dan sayur kami! Lihatlah aku akan mengadu pada Yang Mulia!" Kesal dan geram, pelayan itu menunjukkan ekspresi begitu tidak senang.

Alih-alih merasa takut pelayan itu mengancam akan melaporkan kejahatan meraka kepada Raja Sean, mereka justru semakin tergelak sambil memegang perut mereka, seakan mereka baru saja mendengar lelucon paling lucu di dunia.

"Hahaha!!! Apa aku tidak salah dengar? Dia mau mengadu pada Yang Mulia? Silakan ... jika saja Yang Mulia mendengarkanmu!" celetuk prajurit itu.

Pelayan itu tidak bisa berkutik, karena mau bagaimana pun, ucapannya tadi hanyalah ancaman belaka. Kalau pun dia mengadu pada Raja Sean, apa iya Raja itu akan peduli dengan penderitaan yang dialami Freya? Pelayan itu justru berpikir, Raja Sean akan suka melihat pembunuh adiknya menderita.

Melihat pelayan itu tidak berbicara, dua prajurit itu melebarkan senyum sinis, "Sekarang apa? Masih berpikir mau mengadu pada Yang Mulia? Sebaiknya kau pikirkan dulu. sebelum benar-benar mengatakannya. Aku khawatir Yang Mulia tidak akan memperdulikanmu!" celoteh prajurit satunya sinis.

"Ya, sebaiknya kau pikirkan." Tangan salah satu prajurit menyetuh bahu pelayan itu, membuat pelayan itu sedikit terkejut, "Dari pada kau hidup menderita di sini. Lebih baik, kau ikutlah bersama kami. Aku berjanji akan membuatmu bahagia," ujarnya dengan seringai hasrat yang tinggi.

"Apa!? Apa yang mau kau lakukan dasar pria kotor!" Pelayan itu menggerakkan bahunya, merasa tak nyaman saat prajurit itu mengelus bahunya," Jangan sentuh aku! Dasar pria brengs*k!" tegas pelayan itu keras.

Melihat sikap penolakan dari pelayan itu, prajurit itu semakin berhasrat ingin memilikinya. Prajurit itu dengan kasar menarik pelayan itu dalam pelukannya, namun dirinya menerima penolakan keras dari pelayan itu.

"Prajurit bedebah! Lepaskan aku!" Pelayan itu berusaha melepaskan cengkeraman prajurit itu di tangannya, tapi terlalu kuat untuk dia lawan, "Brengs*k lepaskan aku!"

"Hei! Hei! Bermain-mainlah sedikit dengan kami, tenang saja kamu akan main secara harus!" sahut prajurit lainnya ikut menarik tangan kiri pelayan itu.

Menolak, pasti dilakukan pelayan itu. Dengan segenap usaha dan tenaganya, pelayan itu berusaha melepaskan diri. Tapi na'as, dia sedang melawan dua tenaga dari dua pria terlatih, tentu tidak sebanding dengan tenaganya yang hanya seorang pelayan.

"Bajingan kalian! Lepaskan pelayanku!" Freya tiba-tiba muncul sambil melayangkan satu vas bunga ke salah satu prajurit, "Berani menyetuh orang terdekatku. Cari mati!" Freya melangkah dengan cepat mendekati pelayannya yang sudah terlepas dari cengkeraman dua prajurit itu.

Prajurit yang tertimpa vas bunga itu meraung kesakitan sebab mengenai kepala dan matanya, "Mataku! Sakit sekali!"

Prajurit yang tersisa terkejut melihat rekannya telah terluka karena satu vas, sontak pandangannya langsung tertuju kepada si pelempar vas. Sedikit terkejut sebab dia melihat Freya lah yang melempar vas bunga itu.

"Dasar pembunuh! Beraninya kau melukai prajurit istana!" pekik prajurit itu keras.

Pelayan Freya sedikit takut melihat satu prajurit tumbang dengan vas bunga yang melukai kepalanya, dan tidak juga menduga bahwa Freya lah yang melakukannya. Pelayan itu berlindung di belakang Freya ketika Freya menariknya untuk berlindung.

"Kalian hanya prajurit buat apa ditakutkan? Lagi pun jika aku membunuh kalian sekarang, apa akan ada yang tahu?" balas Freya sinis, "Kastil ini cukup jauh dari istana utama, aku yakin tidak akan ada yang sadar jika aku membunuh kalian!" Tambah Freya lagi membuat dua prajurit dan pelayannya terbelalak kaget.

"Kau! Berani sekali! Akan kuberi pelajaran kepada seorang pembunuh sepertimu!" Prajurit itu bergerak maju dengan melayangkan satu pukulannya, "Rasakanlah wanita pembunuh!"

"Ck! Serangan bocah seperti itu mau mengajariku? Baiklah akan kuajari pada kalian apa itu rasa sakit?" Freya tidak menghindari serangan prajurit itu, dia justru menangkapnya dengan satu tangan. Lalu tangan lainnya langsung menghantam wajah prajurit itu dengan kuat. Tidak hanya sampai di situ saja, Freya juga menyikut perut prajurit itu dengan lulut kanannya.

Terkejut, prajurit itu terkejut dengan mata melotot. Tenaga dan kecepatan yang Freya berikan pada prajurit membuat mulutnya mengeluarkan darah segar meski tidak banyak. Sakit, sangat sakit ketika lutut Freya memukul keras perut prajurit itu meski dia sedang memakai zirah perak. Seakan perutnya tadi terpukul oleh sebarang besi besar.

Prajurit itu jatuh terkapar sambil memegang perutnya sakit, di tanah prajurit itu meringis sambil bergelagat seperti cacing kepanasan, "Ugh! Sakit! Sakit sekali!"

Prajurit lain yang melihat rekannya telah dihajar oleh Freya hanya bisa diam membeku, seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Seorang gadis yang selama ini menunjukkan kelemahannya sekarang memperlihatkan sisi yang tidak pernah muncul. Bagaimana bisa?

"Kau tahu bela diri? Bagaimana mungkin?" tanya prajurit itu pelan sambil menahan sakit tubuhnya.

Freya menyungging senyum, seraya melangkah mendekati prajurit yang terkapar itu, "Kau meragukan kucing bisa menjadi singa? Heh ... Tidak kusangka kalian begitu naif," dengus Freya sinis. Dunia itu luas, banyak kejutan dan misteri yang tidak diketahui, jadi jangan sesekali berpikir menjadi bahwa dirimu paling hebat sebelum merasa pahit manisnya perjalanan dunia.

Freya mengangkat kakinya, lalu menginjak dengan kasar kepala prajurit itu. Sorotan mata tajam, dan raut wajah datar, terlihat bahwa Freya sangatlah kejam, "Apa kau punya kata-kata terakhir sebelum pergi?" tanya Freya membuat semua orang terkejut.

"No-Nona! Ampunan Nona Freya! Ampuni saya! Saya berjanji tidak akan menganggu Nona lagi!" merangkak prajurit itu memegang kaki Freya, tak lupa juga prajurit itu memberikan tatapan nanar agar Freya mengampuninya. Tapi sayang, gadis yang berhadapan mereka memiliki jiwa yang kejam.

Alih-alih merasa kasihan dengan tatapan tidak berdaya dari prajurit yang Freya injak, justru Freya semakin mendingin dan tidak peduli, "Sayangnya aku tidak memiliki belas kasihan untuk orang seperti kalian. Jadi enyahlah dari dunia!" Freya mengangkat kakinya lalu menghentakkannya dengan kuat ke leher prajurit itu, tidak hanya sekali namun berkali-kali sampai prajurit itu berhenti menghembuskan nafas.

Setelah melihat prajurit itu mati dengan mata terbuka-tampak tidak ikhlas mati begitu cepat-barulah Freya berhenti menginjak-injak lehernya. Kemudian sorotan mata tajamnya tertuju pada satu prajurit yang kini terbelalak melihat Freya telah membunuh.

Sadar kalau sekarang gilirannya menemui ajal, prajurit itu menarik belati yang ada di pinggangnya. Prajurit itu menyodorkan belatinya ke arah Freya, berniat melunturkan keinginan Freya membunuh dirinya sebab dia memiliki senjata.

Tapi lawannya adalah manusia yang tidak takut mati apalagi dengan benda tajam. Bukan tidak asing lagi Freya sering berhadapan dengan benda tajam setiap harinya sebagai anggota mafia di kehidupan pertamanya.

"Kau pikir belati itu bisa menyelamatkankanmu dari kematian?" Alis kiri Freya naik sebelah, tampak seringai jahat tergambar jelas di wajahnya, "Baiklah ... akan kubuat kau mati dengan berlatimu sendiri." Freya dengan cepat mendekati prajurit itu.

Pertarungan kembali terjadi, prajurit itu dengan gesit melayangkan belatinya ke arah tidak menentu, membuat setiap pergerakannya mudah dibaca dan dilawan. Di dalam hati Freya mendengus pelan, tidak akan menyangka memiliki lawan semudah ini. Tidak berniat berlama-lama dalam pertarungan. Saat tangan yang memegang belati itu melewatinya, Freya dengan cepat meraih lengan prajurit itu, membuat pergerakan belati prajurit itu terhenti. Lalu Freya menghajar wajah pria itu dengan kepalan tangannya secara beberapa kali hingga darah keluar dari hidung prajurit itu. Setelah merasa cukup puas memberi pukulan di wajah prajurit itu, Freya mematahkan tangan prajurit yang memegang belati, membuat prajurit seketika menjerit keras bersamaan dengan belatinya jatuh ke tanah.

Freya melepaskan prajurit itu, membiarkannya jatuh terkapar di tanah sambil mengerang kesakitan. Pandangan Freya tertuju pada belati yang kini tergelak di tanah, dia mengambilnya dan langsung menggorok leher prajurit itu.

Darah menciprat wajah Freya, membuat kesan kejam dan menakutkan tergambar jelas di sana. Melihat prajurit itu telah mati, Freya menjatuhkan belati di tangannya, kemudian berbalik menatap pelayannya yang tidak jauh darinya.

Bisa Freya lihat pelayannya itu sudah memuntahkan isi perutnya, wajahnya sudah pucat dan pandangannya terasa kosong. Bergegas Freya mendekati pelayannya dan membantunya untuk tetap berdiri.

"Elis, apa aku menakutimu?" tanya Freya dengan nada sedikit cemas, sungguh tidak tega melihat aura buruk keluar dari pelayannya bernama Elis itu.

Elis terus memuntahkan isi perutnya, akibat menonton pembunuhan secara nyata, untuk kali pertamanya dia melihat pembunuhan di depan matanya secara nyata dan sadis. Apalagi berlumuran darah, Elis pun tidak sanggup menahan rasa mualnya.

"Hoek!" Elis memuntahkan lagi isi perutnya, "Ugh! Aku tidak menyangka Nona bisa sekejam itu."

______________

A/N : Cerita ini memiliki alur maju mundur, dan juga memiliki bagian cerita dewasa, seperti kekerasan, pembunuhan, bahasa kasar, dan romansa dewasa. Diharap menanggapinya dengan bijak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!