Untuk kalian yang baru mulai membaca novel ini Berikan Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
Dan jangan Lupa Like dan Komentar kalian juga sangat Author nantikan di setiap bab.
Karena sekarang sistemnya adalah vote dan memberi hadiah, author juga berharap partisipasi kalian semua untuk memberi vote pada novel karya ini sekali seminggu. Terima kasih🙏🏻❤🙏🏻❤🙏🏻❤
Selamat membaca dan menikmati kisah nya.
“Mel...Besok dia akan datang. Jadi...”
“Ya aku mengerti Lim, besok aku akan pergi, dan mencari penginapan didekat sini.” Ucap Carmel. Meskipun Lim belum mengatakan separuh dari kalimatnya. Carmel sudah begitu paham kemana arah pembahasan mereka.
“Maaf, sayang...” Sesal Lim, raut wajahnya saja sudah sangat menjelaskan bahwa ia benar-benar tidak sampai hati membuat Carmel seperti ini.
*Lim Abraham (30th) Pengusaha sekaligus CEO dari perusahan Abraham Group. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti dan brand-brand besar di kota Shanghai. Dan Carmel Abigail (26th) seorang staf biasa di perusahaan yang dipegang oleh kekasihnya sendiri yaitu* Lim Abraham.
Keduanya bertemu 6 tahun yang lalu di sebuah universitas terkemuka di Berlin, Jerman. Mereka aktif disebuah organisasi yang sama, karena begitu sering bertemu, waktu semakin membuat mereka saling mengenal dan akrab, di tambah lagi Lim dan Carmel sama-sama memiliki hobby dan minat yang sama. Namun semakin dekat mereka, semakin Carmel harus menjaga perasaannya. Karena bagaimanapun Lim diam-diam telah mencuri hatinya. Tapi pria tampan itu jelas miliki seseorang yang jauh di sana. Semua itu di buktikan dari cincin pertunangan yang hingga kini masih terus melingkar di jari pria itu.
Lalu bagaimana dengan Carmel ?
*Kisah ini dimulai sejak malam pergantian tahun, saat Lim mengajak Carmel untuk merayakan pergantian tahun bersamanya. Di malam itu juga Lim mengatakan telah jatuh cinta pada Carmel. Meskipun itu sangat mengejutkan bagi Carmel. Dimana pria itu pun ternyata memiliki perasaan yang sama padanya. Sebagai manusia biasa ia tahu bahwa ini salah, tetapi untuk menapik bahwa ia pun telah jatuh cinta pada pria itu. Ia tidak memiliki kuasa untuk menolaknya*.
Sekarang Lim dan Carmel tinggal disebuah apartemen mewah, di tengah kota Shanghai. Tempat yang cukup strategis jika saja mereka sudah menikah. Tetapi sepertinya pernikahan hanya akan menjadi angan untuk Carmel. Karena hingga kini, cincin pertungangan itu masih melingkar dijari manis nya. Jangan tanyakan kenapa ! Hanya Lim yang bisa menjelaskan, kenapa begitu sulit untuk membuat ini jelas untuk mereka.
Carmel mulai memasukan barangnya satu persatu kedalam koper.
“Sayang. Apa kau marah?.” Tanya Lim.
“Apa aku diperbolehkan untuk marah Lim? Bukankah aku memang harus pergi jika Caroline datang kesini !.”
“.....” Lim terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa.
“Sini biar aku bantu...” Lim membantu Carmel memasukan barang-barang Carmel kedalam koper.
“Mungkin ada baiknya aku memikirkan untuk mencari tempat tinggal lain setelah ini.”
Brak. Lim menjatuhkan koper Carmel dan membuat semuanya keluar lagi.
“Kau mau meninggalkan ku !.” Tanya Lim.
“Aku tidak berniat meninggalkanmu Lim. Hanya saja, apa kita harus seperti ini setiap kali Caroline datang? Bagaimana jika kita ketahuan, bagaimana jika dia datang tanpa pemberitahuan. Kita tidak bisa hanya menebak saja kan.” Carmel mulai dirundung kebimbangan.
“Mel...Jika kau pergi, aku juga akan ikut pergi bersamamu.”
Carmel tersenyum.
“Kenapa kau seperti ini Lim...” Melas Carmel, menyentuhkan jari-jari lembutnya di wajah prianyaitu.
“Karena aku mencintaimu. Kau miliki ku.” Lim menggenggam tangan Carmel erat.
“Baiklah aku milikmu. Lalu bagaimana denganmu, Apa kau milikku atau kau milik Caroline....” Carmel kembali bertanya pada Lim.
“Kau ingin tahu jawabannya.” Tanya Lim.
Carmel mengangguk, tanda bahwa ia ingin Lim segera mengatakannya.
“Baiklah...” Bukannya menjawab, Lim malah mengangkat tubuh Carmel diatas bahunya.
“Lim turunkan aku. Aku belum selesai membereskan barang sayang...” Rengek Carmel. Memukul ringan punggung Lim.
Lim menurunkan Carmel, ia membaringkan wanita itu perlahan diatas tempat tidur mereka.
Cup.
Lim mencium mesra bibir Carmel. Bibir merah muda yang sangat menggoda dimatanya.
“Jika Carmel adalah milik Lim. Maka Lim juga adalah milik Carmel.” Lim berbisik di kuping Carmel.
“Carmel... Aku sangat mencintaimu.” Ucap Lim mengatakannya dengan sangat jelas.
💕
💕
💕
...****...
Pagi harinya Carmel sudah bangun lebih dulu, ia membereskan barang-barangnya, dan tak lupa membuat sarapan untuk Lim saat bangun nanti.
Carmel sengaja tidak membangunkan Lim, karena jika Lim bangun, rasanya akan semakin berat untuk meninggalkan rumah.
Pukul 08:00
Lim baru saja terbangun, dan mencari keberadaan Carmel.
“Mel... Sayang...” Panggil Lim. Namun tidak ada siapapun yang menjawabnya.
Lim semakin yakin Carmel sudah pergi tanpa membangunkannya.
“Sayang... Kenapa kau tidak membangunkan ku.” Sesal Lim, karena tidak sempat melihat Carmel pergi.
💌To.Carmel
Sayang kenapa kau pergi pagi-pagi sekali. Lihatlah aku masih sangat merindukanmu.
Lim beranjak ke dapur. Ia melihat semua sudah sangat rapi dan bersih.
“Padahal kau tahu, akan ada wanita lain yang akan bersama dengan ku Mel. Tapi kenapa kau sangat ikhlas melakukan ini semua.” Lim masih dibuat tidak habis pikir dengan sikap Carmel.
Bahkan Carmel juga sudah menyiapkan sarapan untuknya.
Hai...
Selamat pagi Tuan Lim. Kuharap kau tidak sedang mengomel karena aku tidak membangunkan mu pagi ini. Maaf sayang❤
Aku sudah membuatkan sarapan ini untuk mu, makanlah cepat.
^^^Tertanda Carmel^^^
^^^Aku mencintaimu Lim💕^^^
Secarik surat yang begitu manis dari Carmel, yang diletakkannya persis di samping sarapan yang sudah di siapakannya untuk Lim.
📞Memanggil Carmel...
Lim mencoba menghubungi Carmel namun sepertinya wanita itu tidak sedang menggenggam ponselnya sekarang.
Ting 1 Pesan masuk
💌 Caroline
Honey, aku akan sampai 1 siang ini. Kuharap kau tidak terlambat menjemput ku di airport.
^^^💌 Lim^^^
^^^Ya. Sebelum kau mendarat aku akan menunggumu disana. Tenang saja.^^^
💌 Caroline
Aku sudah tidak sabar bertemu denganmu Lim.
^^^💌 Lim^^^
^^^Ya aku tahu itu.^^^
Lim sedikit kecewa karena itu bukanlah pesan dari Carmel. Bahkan Carmel belum mengatakan kepadanya dimana ia akan menginap sementara. Lim benar-benar sangat mengkhawatirkan Carmel sekarang.
Beri Vote
Beri Like
Beri Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
Beri Komentar
Jika kalian menyukai cerita ini. Dukungan kalian adalah salah satu bagian untuk motivasi author dalam berkarya.
“Aku sangat merindukanmu Lim.” Caroline terus bermanja-manja dipelukan Lim. Hampir 4 bulan tidak bertemu membuat rindu semakin tak terbendung di hati Carol.
“Ya...Aku juga merindukanmu.” Ucap Lim, membelai lembut kepala Caroline.
Carol meraih tangan Lim untuk memastikan sesuatu, dia sangat senang karena cincin pertunangan mereka masih melingkar di jari Lim.
“Ada apa sayang ?.” Tanya Lim.
“Tidak apa...” Carol menggeleng.
“Kau ingin memastikan ini kan...” Lim mengangkat tangan dan menunjukan cincin ya ada di jarinya.
Carol mengangguk pelan. Lim tersenyum padanya.
“Tentu saja ini akan terus melingkar di jariku Car, bagaimana aku melepasnya, sedangkan aku tahu ada seorang wanita yang sedang melingkarkan cincin yang sama di jarinya.” Ucap Lim.
“Sayang... Kau membuat aku ingin menangis.” Carol mengusap usap matanya. Ia sangat terharu karena Lim sangat menghargai ikatan yang telah ada diantara mereka.
“Hei jangan cengeng.” Lim menghapus air mata Carol dengan ibu jarinya.
...Flashback On...
Lim dan Caroline adalah teman semasa kecil, dimana ada Lim disana pasti ada Caroline. Mereka selalu bersama hingga duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keluarga Lim dan Caroline juga sangat akrab satu sama lain, berkat kedekatan anak-anak mereka.
“Lim jika kita sudah dewasa nanti apa kau mau menikah denganku.” Tanya Carol kecil kala itu.
“Menikah ? Kurasa itu hubungan yang cukup rumit untuk orang dewasa. Aku akan memikirkannya jika sudah dewasa nanti.” Jawab Lim kecil.
Sampai suatu hari saat acara kelulusan Lim dan Caroline. Carol meminta Lim untuk ikut melanjutkan sekolah di Paris bersamanya. Tapi Lim punya mimpi lain, dan jika Carol ingin, dia bisa ikut bersama Lim.
Tapi Carol menolak, dengan harapan Lim akan mengalah dan ikut dengannya. Lim sempat terhambat karena kebimbangan hatinya sendiri. Dia belum pernah untuk tanpa Carol sebelumnya. Namun Lim jatuh pada keputusan akhirnya, dia tidak ikut bersama Carol ke Paris. Lim memilih Berlin, Jerman, tempat yang sudah sangat lama ingin ia kunjungi.
“Lim... Aku sedih sekali kau tidak ikut denganku. Aku akan sangat merindukanmu.” Carol menangis mengatakan itu pada Lim.
“Tenanglah, aku janji setelah menyelesaikan semuanya, kita akan bertemu lagi.”
“Lim. Aku mencintaimu.” Ungkap Carol.
“Ya. Aku juga.” Ucap Lim. Saat itu dia tidak benar-benar mengerti perbedaan terbiasa karena keadaan dan cinta. Yang Lim tahu, Carol adalah gadis yang terus bersamanya, dan itulah Cinta.
Karena melihat kesedihan Carol. Ayah dan ibu Lim dan kedua orang tua Carol akhirnya mengambil keputusan, untuk mengadakan acara pertunangan untuk kedua putra putri mereka sebelum mereka melanjutkan sekolah ditempat yang telah mereka pilih.
Carol sangat setuju, namun Lim masih sangat ragu, ia takut mengecewakan semuanya. Bagaimanapun ia tahu pertunangan adalah satu langkah menuju pernikahan, sedangkan ia bahkan tidak yakin dengan perasaannya pada Caroline, meskipun gadis itu telah bersamanya sejak dulu.
Ayah Carol diam-diam datang pada Lim. Dia mengatakan segalanya, termasuk dengan penyakit leukemia yang dideritanya. Paman Leon Adison, ia mengatakan sangat senang dan bahagia melihat kedekatan putrinya dan juga Lim. Leon sangat percaya hanya Lim yang bisa membuat Carol bahagia.
“Tolong jaga Carol untukku Lim. Buat dia bahagia. Jangan buat dia menangis dan terluka.” Pinta Leon.
“Paman. Kau tidak perlu khawatir, Carol akan aman bersamaku. Dia adalah tanggung jawabku.” Janji Lim pada orang tua Carol.
Dan setelah itu acara pertunangan di gelar. Lim dan Carol resmi bertunangan.
Dan beberapa tahun setelah itu Leon Adison pergi untuk selamanya.
...Flashback Off...
Di tempat lain Carmel baru saja melihat ponselnya, sudah sangat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Lim.
Carmel sangat ingin menghubungi Lim, tapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat. Lim pasti sedang sibuk menghabiskan waktu dengan Caroline saat ini.
Carmel hanya tersenyum memikirkannya, memikirkan tentang dirinya yang tidak bisa melakukan apapun, saat kekasihnya sedang bersama wanita lain.
Atau mungkin Carmel lah wanita lain itu?
Carmel sering bertanya-tanya, apakah akan ada akhir untuk kisah cinta seperti dirinya dan Lim. Pria yang bersamanya jelas bukan pria bebas lagi. Ia telah bertunangan. Meskipun itu bukanlah pernikahan, tapi Lim dan Caroline hanya perlu satu langkah lagi untuk sampai ke sana. Dan jika itu terjadi Carmel pun tidak bisa menyalahkan Lim.
Dret...Dret...Dret...
📞Panggilan masuk Lim memanggil...
Carmel yang terhanyut dalam lamunannya dibuat terkejut karena, dering dari ponselnya sendiri.
“Mel....” Ucap suara dari seberang sana.
“Ya... Maaf aku baru saja memegang ponsel.”
“Jangan bilang begitu. Itu bukan kesalahan sayang.” Ucap Lim.
“Apa kau sudah makan malam?.”
“Mel, jangan mengkhawatirkan ku. Seharusnya aku yang tanya, apa kau sudah makan, apa kau baik-baik saja disana?.”
“Tentu saja, disini aku makan sangat banyak, tidak perlu memasak.” Jawab Carmel sambil terkekeh.
“Kau ! Makanlah sebanyak-banyaknya. Jadi akhirnya kau memilih menginap dimana. Jika ada waktu aku akan mengunjungimu disana.”
“Rahasia... Aku tidak akan memberitahumu.”
“Mel....”
Tak lama muncul suara lembut wanita memanggil nama Lim. Dan Carmel hanya bisa mendengarkannya dari ponsel yang masih menempel di telinganya.
“Lim... Sayang... Apa yang kau lakukan.” Ucap Carol.
“Aku sedang menghubungi seseorang.” Jawab Lim, sementara panggilan tersebut masih tersambung pada Carmel.
“Siapa? Rekan kerjamu...?.”
Lim hanya tersenyum sambil mengangguk menjawab pertanyaan Carol, ia pun tidak ingin melukai hati wanita di seberang sana.
“Baiklah, aku menunggu mu di kamar sayang.” Ucap Carol, suaranya begitu manja dan lembut.
Tit. Carmel memutuskan panggilan dari Lim.
📞Panggilan masuk Lim memanggil...
Lagi-lagi Lim mencoba menghubungi Carmel. " huuuu..." Carmel menarik nafas panjang sebelum menjawabnya.
“Ya Lim....” Jawab Carmel datar.
“Sayang. Maafkan aku...” Sesal Lim.
“Iya aku tidak masalah Tuan Lim...”
“Kenapa kau berkata seperti itu?.” Heran
“Bukankah kau bilang aku adalah rekan bisnis mu Tuan Lim.” Ucap Carmel meledek.
“Mel. Please... Maafkan aku.” Lim kembali mengatakan maaf.
“Iya Lim. Aku paham...Aku hanya bercanda. Hoammmmmm... Aku mengantuk, bisakah kita akhiri panggilan ini sekarang.” Ucap Carmel berdalil.
“Ya. Tidurlah...”
“Bye Lim...”
“Bye... ”
“Sayang...” Lim kembali menahan panggilan.
“Ya...” Jawab Carmel.
“Aku mencintaimu Carmel Abigail. Aku merindukanmu.” Ungkap Lim.
“Aku juga.” Jawab Carmel.
Tit. Panggilan di akhiri oleh Carmel.
Lim masih duduk termenung di meja kerjanya. Ia masih saja memikirkan tentang Carmel, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sejauh ini Lim tahu Carmel adalah wanita yang tegar, dan tidak pernah mengeluh. Tapi Lim juga tidak buta untuk melihat kesedihan yang terpancar dimata Carmel.
Cup.
Caroline datang dan mencium pipi Lim.
“Kenapa lama sekali Lim.”
“Maaf. Aku masih ada pekerjaan sayang.”
“Aku baru saja datang tapi tunangan ku sudah begitu sibuk.” Carlo menunjukan wajah cemberutnya.
“Baiklah. Kita tidur sekarang.” Lim mencubit hidung Carol. Ia tidak tahan melihat wajah cemberut itu.
“Yey...” Girang Carol, menggandeng lengan Lim menuju kamar.
Bersambung....
Beri Vote
Beri Like
Beri Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
Beri Komentar
Jika kalian menyukai cerita ini. Dukungan kalian adalah salah satu bagian untuk motivasi author dalam berkarya.
Pagi ini Carmel bangun tanpa Lim disampingnya. Ia hanya berpikir mungkin saat ini Lim berbaring dan memeluk Caroline, sama seperti yang sering Lim lakukan pada dirinya.
“Ayolah Carmel seharusnya kau sadar dimana posisi mu.” Gerutu Carmel pada dirinya sendiri.
Carmel bangun dan bergegas ke kantor hari ini, meskipun Lim juga tidak akan keberatan jika Carmel membolos, ia tetap konsisten dengan pekerjaannya. Beberapa kali Lim selalu memaksa Carmel untuk menjadi asisten pribadinya, tapi Carmel selalu menolak, karena ia tahu itu akan semakin memperjelas hubungan gelap antara dirinya dan Lim saja.
Sementara di tempat lainnya.
Lim dan Caroline sedang bersiap, tidak seperti biasanya Caroline ingin ikut ke kantor bersama Lim.
“Sayang apa tidak sebaiknya kau disini saja.”
“Tidak Lim. Aku ingin ikut, aku ingin menemani tunangan ku sekali-sekali ketempat kerjanya.” Seru Carol sangat bersemangat.
“Baiklah...” Jawab Lim, mengiyakan kemauan Carol.
...****...
ABRAHAM GROUP
Disinilah Carmel sekarang, duduk dan berkutat dengan segala pekerjaan yang belum terselesaikan olehnya.
“Bos akan datang bersama tunangannya hari ini !.” Beberapa orang ribut membicarakan itu.
“Aku jadi penasaran seperti apa rupanya wanita itu, yang jelas dia pasti sangat sempurna. Tuan Lim tidak mungkin salah memilih pasangan.” Seru karyawan lain yang membuat perkumpulan untuk bergosip ria.
“Itu adalah cinta sejatinya. Bukankah mereka bertunangan sudah hampir belasan tahun. Bukankah sebuah tanda tanya jika mereka tidak menikah-menikah.”
“Eh... Kau saja yang bodoh. Kau pikir menikah itu masih penting di zaman sekarang. Mau sekarang atau nanti, siapa yang perduli mereka juga pasti sudah tidur bersama...Apa harus menikah lagi...”
“Hahahaha....” Semua orang tertawa geli.
Kecuali Carmel yang sama sekali tidak perduli dengan semua itu. Satu hal yang Carmel pikirkan saat ini hanya bahwa apa yang dikatakan oleh rekan-rekan kerjanya adalah sebuah kebenaraan.
“Mel....” Ucap Feng , yang menyadari bahwa Carmel sedang melamun kan sesuatu saat ini.
“Hah. Iya.” Kaget Carmel.
“Kenapa? Ada masalah...?.” Tanya Feng heran melihat Carmel.
Disaat semua orang antusias untuk melihat Bos besar mereka dan tunangannya, Carmel malah bersikap sebaliknya.
“Ya aku baik-baik saja.” Jawab Carmel. Berusaha bersikap sebiasa mungkin.
“Tuan Lim datang....Tuan Lim datang...” Semua orang berdiri dan menyambut kedatangannya. Termasuk Carmel yang juga berada disana.
“Selamat pagi Tuan dan Nona.” Semua serempak menyambut Lim dan Caroline.
Caroline begitu senang ia sangat di sambut baik di tempat bekerja Lim.
“Pagi...” Caroline membungkuk memberi hormat.
Disaat semua mata fokus menatap kearah Caroline, Lim hanya fokus pada satu wanita di pojok sana, Carmel. Namun wanita itu sepertinya tidak menyadarinya, ia hanya menunduk tidak ingin menatap pada siapapun.
“Kau pasti sangat kecewa padaku.” Ucap Lim dalam hati.
“Nona Caroline sangat rendah hati sekali ya, dia bahkan memberi hormat pada karyawan seperti kita.” Bisik Feng, pada Carmel.
Carmel hanya mengangguk-angguk. Dan mencoba mencuri padangan sesekali ke arah depan. Sialnya matanya langsung kontak dengan Lim dan bukan pada Caroline. Lim memberi senyum dari sudut bibirnya untuk Carmel, namun Carmel kembali menunduk saat melihatnya.
Tidak ingin diabaikan oleh Carmel lebih lama, Lim datang menghampirinya.
“Nona Carmel.” Ucap Lim.
Membuat kini Carmel lah yang menjadi fokus semua mata disana.
Carmel mengangkat wajahnya perlahan menatap kearah depan.
“Berkas yang ku minta kemaren. Antar keruang kerja ku sekarang.” Titah Lim.
“Baik Tuan...” Jawab Carmel pelan.
Setelah itu semua orang bubar, dan kembali pada pekerjannya masing-masing.
“Mel... Maksud Pak Lim berkas yang mana ya?.” Tanya Feng.
Carmel tahu itu hanya akal-akal Lim untuk bisa berbicara dengannya. Tapi Carmel juga tidak bisa mengatakan bahwa itu hanya sebuah kebohongan dari Lim.
“Berkas materi presentasi dari Oro Company. Yang ini.” Carmel menunjukan berkasnya pada Feng.
“Oh. Aku pikir dia sama sekali tidak tertarik dengan presentasi itu.” Ucap Feng tanpa curiga.
“Mungkin Pak Lim masih ingin mempertimbangkannya. Feng apa tidak sebaiknya kau saja yang mengantarkan ini.” Ucap Carmel, meminta pada Feng.
“Tidak kau saja. Lagi pula Pak Lim memintamu bukan aku !.” Tolak Feng.
“Baiklah. Aku mengantar berkas ini sebentar.” Pamit Carmel.
Tok..Tok..Tok..
Carmel mengetuk.
“Permisi Tuan.” Ucap Carmel hormat.
“Ya Carmel masuklah.” Ucap Lim.
Carmel menatap kedalam ruangan namun dia tidak menemukan Caroline didalam sana.
Carmel masuk dan menutup pintu, Lim langsung dengan cepat berdiri dan menghampiri Carmel.
“Aku merindukanmu.” Ucap Lim. Kemudian menahan kedua pipi Carmel dan mencium bibirnya.
“Mmmmhhb...” Carmel mendorong Lim untuk melepaskannya.
“Lim... Jangan begini...”
“Kenapa jangan. Kau tahu aku sangat mencintaimu Mel... Cepat katakan dimana penginapan mu.” Desak Lim. Dengan nafas yang memburu seolah ingin menerkam Carmel ditempat itu juga sekarang.
“Hotel The Mension kamar 208... Sekarang lepaskan aku sebelum orang menangkap basah kita seperti ini.”
“Tunggu aku, aku akan datang ke sana.” Ucap Lim.
Carmel segera merapihkan dirinya beranjak keluar.
“Mel....” Lim kembali menahannya.
“Kau pasti tidak suka aku mengatakan ini. Tapi Maaf sayang, maaf aku selalu saja menyakitimu. Membuatmu harus melihat semua ini.” Lim tertegun.
Carmel kembali kepada Lim. Dan memeluk prianya itu.
“Aku baik-baik saja Lim.” Ungkap Carmel sambil. Terus memeluk Lim dengan lembut.
Krek...
Pintu Terbuka, Caroline sudah berdiri didepan pintu masuk. Ia menatap kearah Carmel dan juga Lim, yang sedang serius membahas sesuatu di meja kerjanya.
“Huft...” Carmel menghembuskan nafas berat. Hampir saja dirinya dan Lim tertangkap basah oleh Caroline.
“Baiklah, apa ada lagi yang ingin kau lihat Tuan...” Tanya Carmel.
“Tidak kurasa cukup.”
“Baiklah saya permisi Tuan.” Ucap Carmel pamit. Lim mengedip matanya untuk menggoda Carmel yang akan pergi, membuat Carmel tersenyum melihatnya.
“Nona saya Permisi...” Pamit Carmel pada Caroline.
“Ya...” Jawab Caroline, dengan tatapan penuh kecurigaan pada Carmel.
....
“Apa dia sekretaris mu, sayang ?.” Tanya Carol.
“Tidak. Ada apa?.” Lim kembali bertanya.
“Pecat dia ! .” Pinta Carol.
“Why ?.” Lim sedikit terkejut dengan permintaan Carol.
“Aku tidak suka dia Lim, wanita itu sepertinya bukan wanita yang baik.”
“Kau tidak boleh memecat seseorang hanya karena alasan tidak menyukainya sayang !.”
“Ayolah Lim, kau biasanya selalu melakukan apapun yang kuinginkan.”
“Tapi kau meminta sesuatu yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa aku memecat seseorang sedangkan dia sama sekali tidak melakukan kesalahan.” Lim mulai kehilangan kesabaran pada Carol.
“Kenapa kau jadi marah padaku.” Carol menangis, karena dibentak oleh Lim.
“Sayang...Aku tidak marah padamu. Tenanglah.” Lim menenangkan Carol dalam pelukannya.
“Tapi....”
“Caroline... Aku mohon jangan membahas ini lagi.” Pinta Lim, tegas.
Sehingga membuat wanita itu hanya bisa terdiam, dalam pelukannya.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!