"Eh Ra lu disini, gua cari daritadi" ucap Riska dengan nafas terengah-engah
"Minum dulu nih" ucap Cici di sembari memberikan segelas es jeruk.
"Makasih" jawab Riska setelah menenggak habis es jeruk di tangannya.
"Ra..lu di panggil Pak Budi darurat!dah sono pergi di tungguin di ruangannya." Suruh Riska pada Kinara.
"Sekarang?" tanya Nara santai
"Bulan depan Buk...😠 udah sono!! Ucap Riska sedikit berteriak dengan wajah kesalnya.
"Sans dikit dunk Buk Manajer.." Ucap Kinara berlalu. "Mang Bu Manajer Riska yang bayarin nanti." ucap Kinara pada Mang ujang sang penjual bakso di kantin.
"KINARAA....." teriak Riska memekakkan telinga para penghuni kantin. Yang di teriaki sudah berlalu di balik pintu.
"Dah duduk aja.. Lu mau makan apa gua pesenin." ucap Cici memegang bahu Riska menenangkannya
"Mie ayam kuahnya banyakin" jawab Riska.
@Ruang kepsek
"Assalamualaikum Pak?
"Waalaikumsalam Kinara ponsel kamu mati?"
"Maaf pak saya lupa mengaktifkan, ada apa ya?"
"Ayah kamu pingsan di depan kantor, Sekarang juga kamu harus kerumah sakit,tadi Revano menelfon saya untuk memberitahumu"
"Bagaimana keadaan ayah pak?"
"Sepertinya penyakit ayahmu kambuh. Untung saja tadi ada yang menolongnya."
"Sebaiknya kamu segera pergi kerumah sakit sekarang. Nanti saya berikan izin kepada wali kelasmu."
"Baiklah pak kalau bagitu saya langsung kerumah sakit. Saya permisi dulu pak Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam".
Kinara berlari secepat mungkin menyusuri koridor sekolah setelah mengambil tas punggungnya di kelas tanpa peduli dengan tatapan aneh dari semua teman-teman yang di lewatinya begitu saja.
Setelah mendengar penuturan Pak Budi tadi perasaannya bercampur aduk. Khawatir, sedih, takut semua bercampur jadi satu hingga tak terasa air matanya menetes.
Setelah Ibunya meninggal tiga tahun lalu baru kali ini ayahnya masuk rumah sakit lagi.
Ia semakin mempercepat larinya namun saat sampai di halaman sekolah tak sengaja ia menabrak seseorang di depannya.
Bruuk
"Awwh sakit" rintihnya pelan
"sorry gue gak sengaja" ucap laki laki itu sembari membantunya berdiri
"Kamu enggak papa kan?"
"Enggak papa kok. Maaf ya aku sedang buru-buru" ucap Kinara berlari tanpa menghiraukan ucapan laki-laki itu.
-----
"Kak..ayah gimana?" tanyanya dengan nafas masih tersengal-sengal
"Duduk dulu" pinta Revan sembari memberi sebotol air mineral miliknya.
"Udah gak usah khawatir ayah tadi cuma pingsan aja. Biarin ayah istirahat dulu" ucap Revano mencoba menenangkan adiknya. Ia tahu betul bagaimana khawatirnya sang adik pada sang ayah setelah kepergian ibu mereka tiga tahun lalu.
"Gimana enggak khawatir kak selama ibu gak ada baru kali ini ayah masuk rumah sakit lagi" rengeknya
"Kita tunggu hasil lab, setelah hasil lab nya keluar baru kita ambil tindakan. Om Wawan yang urus semuanya. Udah dong nangisnya". Ucap Revan mengelus pundak sang adik.
"Dek lu dinisi? Kirain belum dateng, masuk gih mas Wibowo nungguin lu tuh" ucap dokter Hermawan saat keluar dari ruang rawat Pak Wibowo.
"Ayah baik-baik aja kan Om?"
"Alhamdulillah saat ini ayahmu hanya butuh istirahat. kita tunggu hasil tes laboratoriumnya ya."
"Aku masuk ya Om." ucap Nara berlalu membuka pintu ruang rawat.
"Assalamualaikum ayah" ucapnya mencium punggung tangan kanan ayahnya.
"Waalaikumsalam kamu bolos nak?
"Enggak ayah tadi Pak Budi yang nyuruh aku kesini".
"Pasti Kakakmu yang menghubungi nya. Iya kan?"
"Iya ayah."
"Ra..ada yang ayah ingin bicarakan denganmu"
"Apa ayah?"
"Tapi sebelum itu ayah minta maaf kalau ayah banyak salah selama ini sama kamu nak."
"Ayah ngomong apa sih jangan aneh-aneh deh"
"Ayah serius nak.. Kamu bisa kan dengarkan permintaan ayah kali ini saja?
"Ayah gak punya salah sama Nara dan apapun permintaan ayah Nara turutin" Ucapnya tersenyum
"Bener itu nak??kamu gak akan benci ayah dan gak akan menyesal?
"Iya ayah Nara janji"
"Nak..." dengan tatapan sendu Pak Wibowo memandang wajah putri bungsunya.
"Ayah ingin melihatmu menikah sekarang sebelum ayah pergi"
Jedaar
Bagai di sambar petir di siang bolong tubuhnya seketika melemah jantungnya bermaraton lebih cepat dari biasanya. "Menikah??" kalimat itu yang tertera di benaknya.
"Tapi ayah...Nara masih sekolah dan sekarang baru awal masuk kelas XII.!
Jawabnya pelan
"Hal itu tidak perlu kamu risaukan nak ayah yang akan mengatur semuanya."Ucap sang ayah
"Kamu bisa kan mengabulkannya nak?"lanjutnya memberi penekanan.
"Aku belum siap menikah ayah, gimana dengan sekolah ku?"ucap Nara
"Semua ayah yang urus. Kamu enggak perlu risau. Kamu bisa kan?"
"Tap..tapi ayah.."
"Ayah mohon nak" pinta sang ayah memohon.
Kinara diam. Otaknya tak bekerja untuk beberapa saat. Blank!! ibarat blank document pada Microsoft Word atau blank sheet pada MS Excel.
"Baik akan Nara pertimbangkan. Jika memang ayah memaksa.Nara pamit dulu yah Assalamualaikum" ucapnya berpamitan menahan semua gejolak dalam dadanya sedih,terkejut,takut, dan blablabla ia tak ingin air matanya jatuh di depan sang ayah.
"Waalaikumsalam hati-hati nak"
"Maafkan ayah Nara sudah membawamu dalam posisi tersulit. Aku hanya ingin ada yang menjaga dan melindungimu setelah kepergianku." Batin pak wibowo melihat kepergian putrinya.
"Siapa anak yang sudah menolongku saat aku pingsan tadi seperti kata Hermawan?" batinnya kemudian.
***
Flashback on
Pagi itu pak wibowo ada jadwal untuk check up dan berniat keluar gedung perusahaannya untuk menunggu sang sopir menjemputnya sembari melihat lihat keadaan sekitar perusahaannya.
"Sudah lama aku tidak keluar dan melihat sekelilingku setelah kepergian Amina untuk selamanya. Maafkan aku Amina, aku akan memenuhi wasiatmu sebentar lagi." batinnya.
(Amina adalah istri Pak Wibowo, ia meninggal karena serangan jantung tiga tahun lalu).
Bruuk
Dari arah yang sama seorang anak laki laki dengan seragam kebesaranya sedang berjalan santai sambil memegang sebotol air mineral di tangannya. Ia memandang lurus ke arah depan.
Ketika melihat seorang laki-laki paruh baya ambruk di depan matanya dia berlari cepat untuk menolong dan membawanya kerumah sakit terdekat.
***
Seorang anak laki-laki dengan dengan seragam sma tampak mondar mandir di depan UGD. Raut wajahnya tampak gelisah ia tidak tau harus berbuat apa setelah menolong pria paruh baya tadi.
Ia tidak mengenalnya,ia ingin segera menghubungi keluarga pasien tapi ia tidak tahu menahu tentang keluarganya.
Ceklek
Dokter Hermawan yang memeriksa pak Wibowo keluar dari UGD
" Gimana keadaan bapak tadi dok? Tanya anak laki itu.
"Beliau hanya butuh istirahat, kondisinya masih belum stabil karna penyakit yang di deritanya kambuh. Kami masih menunggu hasil tes laboratoriumnya".
"Kamu tidak perlu khawatir nak aku adalah adik pasien dan aku sudah menghubungi anak-anaknya. Dan rumah sakit ini adalah milik Pak Wibowo yang kau selamatkan. Terimakasih atas bantuanmu nak.. terlambat sedikit nyawanya tidak akan tertolong" imbuh dokter
"Baiklah dok jika seperti itu saya bisa lega dan saya harus pamit sekarang karna harus ke sekolah." pamit anak lelaki itu.
"Iya terimaksih banyak ya sudah menolong kakak saya nak." ucap dokter berterimakasih
"Sama sama dok, baiklah saya permisi dulu assalamualaikum".
"Waalaikumsalam".
"Aku seperti tidak asing dengan anak itu?" batin dokter Hermawan tanpa melepas pandangannya ke arah anak tersebut berlalu keluar dari koridor rumah sakit.
-----
Di saat yang sama dari arah berlawanan seorang laki-laki berusia 25 tahun berlari tergesa gesa.
Bruukk
"Eh sorry dek lo gak apa apa kan?"tanyanya pada anak berseragam sma itu yang di tabraknya.
"Iya kak gue gak apa apa kok. Tenang aja."jawabnya cepat
"Sekali lagi sorry ya gue buru buru sampai jumpa lagi".lalu melanjutkan jalannya menemui sang ayah.
Beberapa saat kemudian
"Mas sudah sadar?"tanya dokter Hermawan pada kakaknya tak lain adalah pak Wibowo.
"Untung saja tadi ada anak laki laki yang nolongin mas dan membawa mas kesini"imbuhnya
"Anak laki-laki?"tanya pak Wibowo menerka
"Iya tapi aku gak sempat bertanya lebih banyak karna sepertinya dia sedang buru buru ke sekolah,,dan kayak nya aku gak asing dengan wajahnya mas seperti pernah melihatnya". Cerita dokter Hermawan.
Kreeek
Pintu terbuka terlihat Revano membawa obat yang baru saja ia tebus.
"Ayah udah sadar?"tanyanya sembari duduk di samping sang ayah.
"Kenapa ayah tidak menelfonku jika ayah ingin keluar? Tadi Pak Asep menelfon katanya mau jemput ayah tapi ayah tidak ada di kantor untung Om Wawan cepat menelfon" imbunya lagi.
"Ayah hanya ingin menghirup udara sebentar saja karna sudah lama ayah tidak melakukannya semenjak ibumu pergi,apa kau sudah menelfon adikmu?"tanya Pak Wibowo
"Sudah ayah mungkin lagi kena macet jadi agak lambat datang".
"Revan, Wawan ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian."
"Apa mas?
"Apa ayah?
Jawab mereka bersamaan.
"Apa kalian ingat teman lamaku Anderson?"tanyanya
"Iya ayah ada apa dengan Om Anderson?" Tanya Revan.
"Anderson sudah kembali ke Indonesia dan menetap disini, dia pulang bersama istri dan anak bungsunya yang seumuran dengan adikmu Nara..sesuai perjanjian kami dulu bahwa kami akan menjodohkan Nara dengan anak bungsunya. Ayah ingin memenuhi wasiat ibumu sebelum meninggal. Aku akan berbicara pada adikmu setelah dia tiba." terang pak Wibowo.
"Tapi ayah.., Nara masih sma baru masuk kelas XII. Apa itu tidak terlalu cepat?apa dia akan menerima?"tanya Revan
"Kau tau adikmu seperti apa Revan.. Dia sama seperti ibumu wanita yang penurut,sabar dan selalu menjadi penguat orang yang ada di sekelilingnya."imbuh pak Wibowo
"Ayah udah pertimbangin ini kan? Om Anderson sendiri gimana?"
"Anderson sudah menghubungi ayah dua minggu yang lalu semua tetap seperti perjanjian awal yang kami buat dulu."
Di lain sisi dokter Hermawan sedang bergelut dengan pemikirannya sendiri tentang anak laki-laki yang menolong kakaknya tadi.
"Apa gue gak salah ingat ya?kayaknya anak yang tadi itu mirip Om Anderson sih?! Apa dia Azka kecil yang dulu pernah menangis di pangkuanku saat ultahnya kak Amina 15 tahun lalu?" gumamnya dalam hati.
"Mas aku pamit dulu ya karna ad jadwal operasi sebentar lagi,nanti ad suster yang sudah saya jadwalkan untuk menjaga mas disini " pamit Dokter Hermawan pada kakanya.
"Ayah istirahat dulu ya aku keluar sebentar."Pamit Revan
Mereka pun berlalu di balik pintu.
Flashback off
Di kediaman pak Wibowo
Kinara Pov
Hari ini aku sangat lelah setelah berkutat dengan ulangan harian 3 mapel sekaligus kepalaku rasanya penat,,sangat penat..!! Di tambah sekarang kondisi ayah sedang kritis meskipun ayah masih bisa ku ajak berbicara tapi tetap saja aku tidak tenang.
Tiba di rumah aku langsung merebahkan tubuhku diatas kingzise setelah berganti pakaian dan melaksanakan sholat duhur yang tadi sempat tertunda saat aku pergi ke rumah sakit menjenguk ayah.
Tok tok tok
"Non nara..makan siang udah bibi siapin di meja" kata Mbok Jum di balik pintu.
Aku segera berdiri dan melangkah membuka pintu.
"Iya bik ayok makan bareng aku ya?"Pintaku padanya.
"Baik non". Jawab mbo jum.
Mbok jum adalah pelayan sekaligus pengasuhku dan Kak Revan sejak kecil. Dan sejak dulu ayah dan ibu selalu mengajak serta Mbok Jum dan Pak Asep untuk makan bersama satu meja.
Ayah dan ibu tidak pernah membedakan status dirumah ini baginya semua manusia itu sama di mata tuhan hanya iman saja yang membedakan. Kami sekeluarga sangat menyayangi mereka.
Setiap tahun saat mudik lebaran pun kami selalu berkunjung kerumah mereka untuk bersilaturahmi.
Mbok Jum dan Pak Asep adalah tetangga sekampung kami dulu di desa sebelum memutuskan pindah ke kota karna bisnis ayah waktu itu berkembang dan sejak saat itu ayah dan ibu mengajak serta mereka untuk ikut tinggal bersama.
"Mbok gimana kabarnya Zilvi sekarang?"Tanyaku setelah menyelesaikan ritual makanku.
"Alhamdulillah non udah bisa jalan dan udah mulai bicara". Jawab mbok jum
"Kapan lagi ya aku bisa liat Zilvi mbok aku kangen kan sepi di rumah sejak ibu gak ada. Ayah juga kondisinya lemah plus Kak Revan sekarang udah mulai sibuk dengan jabatan barunya di kampus." keluhku pada mbok jum
"Nanti lah non kalau Ririn dan suaminya ada waktu pasti main kesini lagi. Kasian juga Zilvi kalo di ajak wara wiri masih kecil."kata Mbok Jum.
"Lagian sekarang Ririn udah mulai mengajar lagi dan suaminya sekarang sibuk dengan usaha warung makannya" imbuhnya lagi.
"Mbok, Nara mau nanya nih" ucap Nara
"Apa non?"
"Mbok, ayah ingin menikahkan ku".
"Bibik gak salah denger kan non?" tanyanya kaget.
"Gak bik! tadi waktu jenguk ayah di rumah sakit,ayah ngomong sama aku dan aku harus memberi keputusan secepatnya mengingat kondisi ayah sudah tidak memungkinkan." tak terasa bulir bening jatuh di pelupuk mataku.
"Non, bapak gak mungkin ambil keputusan secepat ini kalo bukan untuk kebaikan Non juga,pasti ada alasan kenapa bapak melakukannya. Ingat Non semua akan indah pada waktunya" nasehat mbok jum.
"Mbok rasa memang sudah waktunya Mbok ungkapin sebenernya." imbuhnya.
"Maksud mbok??"tanya Nara kaget mengeryitkan dahinya.
"Emm gini non..aduh gimana mulainya ya"jawab Mbok Jum sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Apa sih mbok?tanya Nara penasaran.
"Gini non.. Sebenarnya bapak dan temannya itu sudah berjanji kelak akan menjodohkan Non dengan anak bungsunya teman bapak,tepatnya 15 tahun lalu saat ultahnya ibu.
"Bapak dan temannya membuat kesepakatan itu. Waktu itu non masih umur 3tahun dan anak temannya bapak juga umur 3tahun.saat itu pertemuan terakhir bapak dan temannya karna temannya harus mengelola bisnisnya di Jerman di kampung halaman istrinya.
"Dan 2 minggu yang lalu bapak udah ngomong sama mbok kalau temannya sudah kembali ke indo dan akan menetap di sini karna perusahaannya di Jerman sudah di berikan kepada anak sulungnya untuk mengelola. Dan beliau kembali untuk melanjutkan usahanya disini sekaligus menepati janji mereka 15 tahun lalu."papar Mbok Jum
Deg...
Hatiku terasa sakit mendengarnya tapi aku tidak bisa berbuat apa apa.
Dan apa yang harus aku lalukan bagaimana dengan semua impianku?
Aku belum siap menikah. Dan kondisi ayah juga tidak baik saat ini. Mana yang harus ku putuskan??
Tak terasa air mataku jatuh tanpa permisi membasahi baju ku.
Secepatnya ku langkahkan kakiku berlari ke dalam kamar dan menutup nya keras.
Braaakkk
Suara pintu kamar ku tutup keras.
"Kenapa harus begini ya Allah apa yang harus ku putuskan??
"Aku belum siap menikah muda tapi aku juga tidak bisa menentang permintaan ayah".
"Siapa laki-laki yang sudah ayah jodohkan untuk ku??"
"Apa aku bisa mencintainya nanti atau malah aku menyakitinya?"
Aarrrggghhhh
"Ibuuu Nara rindu Bu..."
"Nara harus gimana bu..."
"Nara gak mau nikah muda.,Nara masih punya mimpi.."
"jawab aku bu..."
Kinara pov end
Author pov
Kinara masih sesenggukan di atas kingsize kebesarannya sambil menatap sayu foto almarhum ibunya.
Ia terlalu larut dalam tangisnya hingga tertidur lelap. Tanpa sepengetahuannya Mbok Jum sedari tadi berdiri di depan pintu kamarnya dengan sabar mendengar semuanya hingga meneteskan air matanya.
Beberapa saat kemudian
"Ibu..Nara rindu bu"rengek Nara
"Iya nak ibu juga merindukanmu.. bersabarlah nak..ingat ibu akan selalu mendukungmu dan selalu ada di sisimu."jawab ibu nya sembari membelai rambut sang anak.
"Ibu..Ibu. Igau Nara dalam mimpinya.
Kinara masih terlelap dalam mimpinya hingga tak terasa sang raja siang akan kembali ke peraduannya.
Jam menunjukkan pukul 16.00 sore tak terasa 2 jam berlalu setelah perbincangan Kinara dengan Mbok Jum siang tadi di meja makan.
Matanya sembab memperlihatkan lingkaran hitam di bawah mata.
Badannya terasa pegal setelah 2 jam menangis di kamar hingga tertidur lelap. Entah keputusan apa yang harus ia ambil.
Saat sedang bergelut dengan pemikirannya, dering gawai di atas nakas membangunkan kesadarannya.
"Siapa sih?" sembari mengambil gawainya."Kak Revan tumben nelfon jam segini" gumamnya.
"Assalamualaikum kak ada apa sih??" tanya Nara
"Kamu udah bangun dek??ini udah sore loh jadi cewe jangan kebo donk" balas kakaknya di sebrang
"Enak aja nyamain aku ma kebo" ketus Nara
"Ya udah jangan ngambek donk entar idung lo pesek".canda Revan
"Kak Revaann iihh nyebelin banget sih"teriak Nara.
"Iya maaf. Ya udah sekarang lo siap siap dek kita mau kerumah sakit,tadi ayah udah pesen buat jemput lo di rumah."Ucap Revan lalu menutup telpon cepat agar tidak mendapat ocehan adiknya lagi.
"Ihh kak Revan kebiasaan banget nutup telfon semaunya aja."ucapnya sembari menyimpan gawainya kembali. Dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak butuh waktu lama ia keluar dari kamar mandi lengkap dengan gamis pink salemnya dengan aksen brokat di lengan dan lehernya serta pita kecil di bagian belakang. Sungguh penampilan paripurna.
Ia segera mengambil alat sholat dan melaksanakan sholat Ashar. Selesai berdzikir Ia akhiri dengan berdoa.
"Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Alihi Sayyidina Muhammad..Ya Allah ampuni semua dosa dan kesalahan kedua orang tuaku, sayangi mereka seperti mereka menyayangiku.
"Ya Allah jika memang ini yang terbaik untuk ku dan keluargaku serta keluarga calon suamiku dan keturunanku nanti di dunia akhirat hamba ikhlas untuk menerima perjodohan ini. Berikan kesembuhan untuk ayahku dan ampuni dosa ibuku,lapangkanlah kuburnya dan berilah tempat terindah disisiMu Ya Robby Amiiin Ya Robbal Alamin".
Doa Kinara
Setelah sholat ia segera bersiap-siap.
Memoles sedikit wajahnya agar tidak terlihat sembab.Memakai liptin tipis senada dengan gamis dan pashmina yang ia kenakan.
Nara memang lihai berdandan meskipun sederhana tapi tidak menghilangkan kesan elegan karna wajahnya sudah cantik paripurna meski tanpa make up.
Tok tok tok
Mbok Jum mengetuk pintu dan membukanya perlahan setelahnya langsung tersenyum saat matanya tertuju pada nona kesayangannya.
"Non cantik banget" kata Mbok Jum memuji.
"Makasih mbok tapi sayang uang koin ku udah abis buat mbok jum hahaha". Canda Nara.
"Tadi siang mas Revan nelpon mbok nanyain non dan mbok bilang non lagi tidur."
"Mbok minta maaf ya non tentang tadi siang apapun keputusan non, mbok akan selalu jadi yang terdepan mendukung non.ambillah keputusan tepat dan serahkan semua sama Allah swt pasti ada jalannya." nasehat Mbok Jum.
"Gak papa mbok tadi memang kondisiku sedang gak fit dan aku masih shock dengan permintaan ayah, jujur aku belum siap sepenuhnya, tapi jika memang sudah takdir yang harus Nara jalani ya Nara harus ikhlas mbok.
Nara gak mau nyakitin Ayah dan kak Revan serta keluarga calon suami Nara nanti jika memang itu sudah di putuskan sejak lama. Semua indah pada waktunya. Bukan begitu mbok??" terangnya pada mbok Jum.
"Masya Allah ....non udah dewasa sekarang persis banget alm ibu." tambah mbok Jum kagum.
Tiiin tiin tiin
Terdengar suara klakson mobil dari depan gerbang rumah.
"Ya udah Nara pamit ya mbok. Jaga rumah baik baik. Assalamualaikum" pamitnya sambil mencium tangan kanan Mbok Jum.
"Waalaikumsalam warohmatullah wabarokatuh hati hati non" balas Mbok Jum.
"Lama amat sih dek? Gak dandan idung lo tetep aja gak bisa pesek"
Ledek Revan menggoda adiknya.
"Paan sih kak bawel amat jadi cowok. Cepetan ntar ayah nungguin kita kelamaan."balas Nara ketus.
"Siap calon bidadari syurga. Jawab Revan dan segera melajukan kendaraannya.
Di tengah perjalanan Revan menepikan mobilnya di sisi kiri jalan yang cukup sepi.
"Loh kok brenti kak?"
"Tunggu bentar aku mau antar titipan Lutfiah dulu."
"Owh ya udah sekalian nitip salam buat camer hehe 😁😁"
"Cengar cengir wae..ngomong ndiri 😏"
"Dah sana cepetan"
Revan keluar dari mobil berjalan menuju ke sebuah kios kecil di seberang jalan.
"Assalamualaikum Pakde Rowi.."
"Waalaikumsalam Nak Revan ya.. Sini masuk dulu."
"Maaf pak saya enggak bisa lama-lama karna harus kerumah sakit. Ini ada paket dari Lutfiah katanya enggak bisa balik dulu karna mau sidang tesis."
"Oh iya terimakasih. Barusan nelpon saya nanyain paketnya udah nyampe pa belum. Emang siapa yang sakit nak Revan?"
"Ayah saya sakit Pakde. Ya sudah saya permisi dulu Pakde"
"Monggo-monggo salam buat ayah kamu ya semoga lekas sembuh"
"Iya Pakde terimakasih Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam". "anak itu sopan sekali seandainya dia jadi mantu ku sayangnya Lutfiah sudah punya pilihan" gumam Pakde Rowi melihat kepergian Revan.
"Udah? Bentar amat ketemu camernya"🤨🤨
"Bawel amat lu jadi adek..😒"
"Sampe kapan sih kak nyembuiin identitas hubungan kalian? Dari jaman kuliah S1 sampe sekarang udah jadi Master masih aja main kucing-kucingan." kilah Nara
"Nunggu Lu duluan baru gue nyusul tahun depan." Jawab Revan
Blamm
Seolah tak mampu berucap lagi Kinara diam seribu bahasa. Ucapan Revan spontan membuatnya tak mampu bicara sepatah katapun.
Andai ia bisa membalik keadaan ia akan meminta untuk tidak dilahirkan. Keputusan berat yang harus ia ambil hari ini menjadi penentu masa depan nya yang belum jelas.
"Kamu udah ambil keputusan kan? Kali ini aja turutin kemauan ayah. Kakak enggak bisa berbuat apa-apa dek karna semua ini udah di atur sama ayah sejak kamu kecil."
"Berat kak" ucap Kinara terisak
"Kakak ada disampingmu, ibu selalu bilang kita harus siap menerima apapun takdir yang Allah swt tulis dalam hidup kita."
"Tapi kak aku masih mau kuliah, aku mau jadi desainer, gimana sama mimpi²ku kak?"
"Udah cup cup kali ini kita nyenengin hati ayah ya. Ikhlasin semuanya. Hanya ayah yang kita miliki sekarang dek. Kakak enggak tega menolak permintaan ayah, plis jangan nangis kakak enggak sanggup liat kamu kayak gini. Semua ayah lakuin demi kamu dek, suatu saat kamu bisa ngerti semua ini."
"Heem" ucap Kinara sesenggukan di pelukan sang kakak.
"udah dong kita jalan nih udah sore"
📿Jika dia baik untukku dan agamaMU dunia akhirat maka dekatkanlah kami dengan caraMU dengan RidloMU,namun
Jika dia bukan terbaik untukku dan agamaMU maka jauhkanlah.📿
...---------------------🌹💕💕...
...❤ Getaran yang memberiku rasa...
...Hadir tanpa pernah ku meminta ❤...
...Azka Einsley Anderson...
...💞💞💞...
...Di lain tempat...
Azka Einsley Anderson pov
Ini hari pertama gue datang ke sekolah setelah 2 minggu kembali ke indonesia tanah kelahiran gue dan papa.yaph papa udah memutuskan untuk menetap disini karna usaha papa di Jerman udah di serahkan ke Kak Sean sepenuhnya. Dan Papa mau mengelola usahanya disini.
Saat perjalanan ke sekolah baru, gue singgah di salah satu mini market di samping gedung bertingkat yang megah untuk membeli air mineral.
Saat keluar mini market gue liat seorang pria paruh baya yang jatuh pingsan di depan gedung itu. Gue mengambil langkah cepat menyelamatkannya dan membawa ke rumah sakit terdekat.
Setelah hampir 40 menit gue nunggu di depan UGD akhirnya dokter keluar dari UGD dan ternyata dokter tersebut keluarga dari bapak yang gue tolong tadi dan rumah sakit ini adalah milik bapak tadi. Akhirnya gue bernapas lega dan langsung pamit ke sekolah.
Di sekolah saat gue jalan dengan santainya tiba-tiba ada yang nabrak gue dari arah depan. Gadis aneh! Setelah gue bantu berdiri langsung lari gitu aja.
Ada yang aneh saat gue liat dia tersenyum. Gue diam selama beberapa detik saat melihatnya berlalu di balik gerbang. "Ck paan sih! Gadis aneh!" Batin gue
Gue lanjutin jalan menuju kantor buat nemuin kepala sekolah yang notabene temen papa juga.
Tok tok tok
"Assalamualaikum" gue ketuk pintu ruang Kepsek.
"Waalaikumsalam silahkan masuk."jawab suara dari dalam.
Gue buka pintu perlahan dan masuk.
"Maaf pak saya mengganggu, saya siswa baru pindahan dari Jerman." ucap gue
"Kamu Azka??anaknya Anderson?" tanyanya
"Ehh iyya pak,!"gue jawab sambil garuk tengkuk yang gak gatel.
"Duduk dulu. Gimana kabar papa kamu??tanyanya sambil mempersilahkan gue duduk.
"Alhamdulillah papa sehat pak." jawab gue.
Sekitar 30 menitan gue di dalem ngobrol dan akhirnya gue di tempatin di kelas XII IPA 1.
Setelah pamit gue langsung cuss ke kelas karna jam belajar setelah istirahat kedua segera di mulai.
Gue duduk di bangku belakang yang kebetulan memang kosong.
Azka Pov end
Author pov
Tepat pukul 15.00 bell berbunyi menandakan jam pelajaran telah selesai. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing.
Azka menuju parkiran bersama ke empat temannya, Reno, Fikar, Aldo, dan Beno temen baru di kelas yang beberapa jam lalu dia kenal.
"Eh Ka lo pulang naik apa?"tanya reno
"Naik motor Ren, tuh disana"sembari menunjuk motor ninjanya yang terparkir di samping pos satpam.
"Oh kirain lo g bawa kendaraan gue mau ngajak lo bareng gitu."ucap Reno kan kita searah"..imbuhnya.
"Emang lo naik apa Ren? tanya Azka
"Nih bareng si burung dodo,dia nebeng gue."jawab Reno
"Paan sih no...!! enak aja lo samain gue ma burung dodo. Nama gue A.L.D.O." ketus Aldo memberi penekanan.
"Woi ngapa sih lo bertengkar mulu ntar bucin tau.."tambah Fikar.
"Najisun! ogah gue"timpal Reno
"Emang siapa yang mau sama lo No??gue normal kali ah"sambung Aldo tak mau kalah.
"Lagi ngomongin apa sih rame bener" ujar Beno yang sedari tadi setia dengan snack di genggamannya.
"Ngomongin lo ogeb!! kapan sih lo diet badan makin melar gitu."tambah Fikar.
"Eh udah! gue cabut duluan ya karna ada janji sama papa. besok lo semua dateng kerumah gue ya." Pamit Azka ke mereka.
"Yoi bro" jawab mereka serentak.
"Eh No si Nara kemana sih tadi kok g masuk jam nya Bu Rani.?tanya Fikar
"Mana gue tau Kar emang gue emaknya??kan lo tetangganya Kar."!jawab Reno
"Ah rempong ngomong sama lo No".!ketus Fikar sambil berlari mengejar beno..eh ben ben tungguin gue lo main cabut aja ogeb".
"Cepetan snack gue abis.."jawab Beno
"Ye lo urusan perut kagak ada brentinya ya kayak orkes keliling aja".ejek Fikar
"Yang penting otak gua encer enggak kayak lo otak mampet mulu..giliran traktiran baru encer bwahahhahaah".timpal Beno
--------------------
Di rumah keluarga Anderson
Azka baru saja tiba dirumah dan memarkirkan motornya di bagasi.
"Assalamualaikum I'm home Papa Mama". Ucap Azka sembari mencium tangan kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam boy..are u okey today?"tanya Mama nya
"I am ok Mam.!"
"What about your school today? Apa kamu udah dapat teman baru?"Tanya Mamanya dengan logat bule nya yang masih kental.
"Yes fine mam I got new friends they were friendly."! Jawab Azka
"Azka cepat bersihkan diri dan ganti bajumu. sebentar lagi kita akan kerumah sakit jenguk temen Papa." suruh Papanya.
"Baik pa".jawab azka sambil berlalu menuju kamarnya.
"Jangan lupa Sholat Ashar ya nak"tambah Papanya saat ia menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Iya pa!".
Sampai di kamar Azka langsung membersihkan diri, berganti baju koko dan sarung serta peci hitam untuk memulai sholat Ashar.
Sejak kecil Azka di didik agama oleh orang tuanya dengan baik.
Mamanya seorang mualaf 2 tahun sebelum bertemu dan menikah dengan Papanya.
Papa Azka adalah anak seorang ustadz di salah satu kota dan mama nya adalah yatim piatu sejak kecil dan di asuh oleh paman dari papanya yang tinggal di Jerman.
Selama di asuh oleh keluarga paman dari Pak Anderson, perlahan mamanya mengenal islam dan mempelajarinya hingga akhirnya memutuskan menjadi mualaf di usia 18 tahun dan setahun setelah itu mereka bertemu saat keluarga Anderson berkunjung ke Jerman.
Tahun berikutnya mereka memutuskan menikah.
Sebenarnya nama Anderson adalah nama besar keluarga Papa Azka karna kakek Azka memiliki darah campuran Jerman-Indonesia.)
Beberapa saat kemudian
"Udah siap nak??" tanya Pak Anderson pada anaknya
"Udah Pa yuk kita berangkat" Ajak Azka
"Ma..Papa pergi dulu ya" pamit sang suami pada Hanna istrinya sembari mengecup kening sang istri.
"Azka pamit ma.."pamitnya pada sang Mama dan mencium punggung tangan kanan mamanya.
"Be careful boy..bye..."balas mama Hanna
Mereka pun berlalu setelah pamitan.
---------------------------------------------------------
Author : Jen bagi ide donk 😉😉
Netijen : Apaya..🤔🤔🤔 aku enggak punya ide thor selain membaca.. Alnya aku males mikir thor...
😁😁😉😉
Author : Issh kok gitu sih..🤨🤨
Netijen : Lo kok marah..😏😏
Author : Jangan gitu sayang..ehh ehh kok malah nyanyi sih jen😅😅🤣🤣
...Netijen : Biar enggak bete mikir thor..😂😂😂🤣🤣🤣...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!