NovelToon NovelToon

Mencintaimu Setulus Hatiku

Atharouf

Atharauf Elvano Permana putra pertama dari pasangan Boby Permana dan Novia Alisy. Usianya kini sudah 25 tahun.

Athar menjadi sosok yang gagah dan tampan seperti papanya dan mempunyai kepribadian yang baik hati dan lembut seperti mamanya. Tapi dia lebih agak pendiam setelah menginjak sekolah SMP. Meskipun pendiam, tapi dia sangat peduli dengan sekelilingnya terutama keluarganya.

Kini dia telah berada di semester kedua dalam S2nya. Athar telah menyelesaikan S1 nya ketika dia berusia 23 tahun. Dia mengambil jurusan arsitektur seperti papanya. Athar mengenyam pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga S1 di kota Semarang.

Dan untuk S2, Athar mengambil jurusan manajemen sesuai permintaan omanya. Untuk S2, Athar mengambil kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta.

Setelah usia Athar menginjak SMA, Boby mengajak istri dan anak-anaknya pindah ke rumah besar di Jakarta, karena Oma Vera sudah tua dan sudah tidak sanggup memegang kendali usaha keluarga mereka. Jadi, Boby memutuskan untuk mengambil alih bisnis mereka. Dan untuk usaha pribadinya yang di Semarang, Boby menyerahkan kepemimpinan kepada Andre.

Ketika menjelang lulus S1, Athar sempat bekerja di perusahaan konstruksi tersebut. Banyak klien yang puas dengan hasil kerja Athar. Tapi Oma Vera selalu memintanya untuk melanjutkan S2 di Jakarta. Akhirnya, Athar mengikuti permintaan omanya.

Tut...Tut...Tut ...bunyi ponsel berdering.

" Halo, assalamualaikum..."

" Waalaikum salam..."

" Tumben jam segini telepon. Biasanya ntar tengah malam. "

" Eits...bisa aja kamu. Aku cuma mau kasih kabar, besok weekend, mau ada reunian SMA. Kamu bisa datang nggak? "

" Duh, gimana ya? "

" Ayolah, Thar..." bujuk orang di seberang.

Rupanya Athar sedang di hubungi oleh sahabatnya yang ada di Semarang.

" Gue nggak janji ya."

" Common...Ada Fiki loh di sana..." ucap sahabat Athar sambil menahan tawanya.

" Sialan lo...Malas banget gue..."

" Ha...ha...ha... Seriusan nih Thar... Kurang apa coba si Fiki? Cantik, bohai, pintar, nggak pelit, anak orang kaya. Dan yang pasti, dia tergila-gila sama kamu. "

" Tapi sayang....Gue ... nggak... tertarik..." jawab Athar.

" Kamu kenapa sih? Di gilai cewek-cewek kamu tolak mentah-mentah semua? Kurang apa coba cewek-cewek yang deketin kamu? Dari yang anaknya bupati, anak temen bisnis papa kamu, anak temennya ayah kamu. " ucap sahabat Athar yang bernama Bian ini panjang lebar.

" Kok jadi ngomongin cewek sih !" protes Athar. " Lo tau sendiri kan, gue nggak begitu tertarik sama cewek sekarang. Cewek itu bikin ribet. Gue lebih suka kayak gini. Nggak ada yang gangguin. " tambahnya.

" Sebenarnya aku heran sama kamu. Kamu ini normal nggak sih? " tanya Bian.

" Apa lo bilang? Gue robek juga mulut lo lama-lama. " ucap Athar geram.

" Habisnya...kamu di kasih cewek model gimana aja nggak mau. Eh, aku kasih tau nih.. kalau kamu tuh normal, di deketin cewek model Fiki gitu nggak bakalan nolak. Pasti nih, ada sesuatu dalam diri kamu yang menegang saat kamu lihat dia dengan body bohainya. " ucap Bian sambil cengar-cengir membayangkan hal yang tidak-tidak.

" Itu kalau laki-laki model kayak lo, dasar playboy." jawab Athar sekenanya.

" Ha...ha...ha...tau aja kamu. Ha ..ha...ha..."

" Berisik!"

" Iya deh...iya. Terus gimana nih? Kamu datang kan besok reunian? Oh iya, sekalian kita ke nikahan si Ruly. Sabtu dia mau married. "

" Iya deh, insyaallah. " jawab Athar.

Kemudian panggilan di akhiri.

Athar menghela nafas panjang. Pergi ke acara reunian SMA, pasti akan sangat menyebalkan. Bertemu dengan gadis-gadis yang dulu sering mengejarnya. Apalagi si Fiki. Athar jadi bergidik mengingat masa SMA nya dulu.

Athar mengambil kembali ponselnya. Dia mendial nomer seseorang.

" Halo, assalamualaikum. "

" Waalaikum salam, ayah. " jawab Athar.

" Wah, anak ayah rupanya baru ingat kalau punya ayah di sini. " ucap Candra menyindir.

" Ayah apaan sih. Maaf yah, Athar banyak tugas. "

" Iya, nggak pa-pa. Ayah tahu, kamu pasti sibuk. "

" Yah, weekend ini, Athar mau ke Semarang. Athar pengen nginep di rumah ayah. "

" Waaahhh.... beneran? Kamu mau ke Semarang? Ayah udah kangen banget sama kamu. "

" Athar juga yah. Oh iya yah, bagaimana kabar bunda, dedek Zaki, sama incess Sofia? "

" Alhamdulillah, semua sehat. Semua baik. Nih, bunda ada di sebelah ayah. "

Candra memberikan ponselnya ke Aisyah. " Athar " ucap Candra tanpa suara.

Aisyah mengangguk dan tersenyum.

" Halo, assalamualaikum Athar...." sapa Aisyah dengan nada senangnya.

" Waalaikum salam, bunda... Sebentar bun, Athar ganti video call aja ya. "

" Iya sayang. "

Tak berselang lama, video call telah terhubung.

Aisyah melambaikan tangannya di depan ponsel. Dia sangat bahagia melihat Athar. Meskipun dia tahu Athar adalah anak dari mantan pacar suaminya yang membuat suaminya susah move on, tapi dia sangat menyayangi Athar seperti anaknya sendiri.

" Athar sayang...Bunda kangen banget sama kamu. "

" Athar juga, bun. " jawab Athar dengan senyum manisnya yang menurun dari mamanya. " Bunda apa kabar? " lanjut Athar.

" Alhamdulillah, bunda baik-baik aja sayang. Kamu gimana? "

" Alhamdulillah bun. Athar baik. "

" Lama bunda ngga lihat kamu, kamu jadi makin ganteng aja. "

" Bunda bisa aja. Bunda juga tambah cantik. "

" Hmmm. Kalau bunda sih bukan tambah cantik, tapi tambah keriput. " jawab Aisyah.

" Beneran lho...Bunda itu tambah cantik. Bener nggak sih yah? " tanya Athar ke Candra yang berada di sebelah Aisyah.

Candra mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

" Tuh bun, ayah aja keliatan makin cinta gitu sama bunda. "

" Pasti lah. " jawab Candra. " Ngomong-ngomong nih..kamu udah ketemu cewek belum di Jakarta? "

" Banyak yah. Pegawai papa banyak ceweknya."

" Bukan itu maksud ayah. Maksudnya itu, cewek yang bisa menggetarkan hati kamu. "

Athar menggeleng.

" Kamu ini kapan bakal punya cewek kalau gitu terus? Papa sama Mama kamu tuh udah pengen punya menantu tuh. "

" Ayah sama bunda juga. Pengen gendong cucu. " serobot Aisyah.

" Tuh, bunda juga. "

" Ayah sama bunda ini sama kayak Oma sama nenek. Athar kan masih muda. Baru 25. S2 aja belum lulus. Masih pengen mikir diri sendiri dulu yah. "

" Ck ! Padahal bunda udah pengen lihat, anak kamu besok wajahnya kayak siapa? Kalau cowok pasti lebih ganteng dari kamu. " ujar Aisyah.

" Bunda...bunda... ada-ada aja. Oh iya, dedek Zaki sama si incess gimana bun? "

" Kamu ini udah gede gini, manggil Zaki masih pakai dedek. Kalau anaknya denger pasti protes. "

" Ha...ha...ha... biarin bun. Athar seneng kalau lihat muka cemberut Zaki. " jawab Athar.

" Si Zaki lagi sibuk dengan kegiatan kampusnya. Maklum lah mahasiswa baru. Kalau Sofia lagi seneng-senengnya pakai seragam putih abu-abu. "

" Udah punya gebetan dia Bun? "

" Eh...eh...eh .. nggak boleh. Bunda nggak bolehin dia pacar-pacaran. "

" Bunda nih... hari gini kalau nggak di bolehin pacaran, ntar malah pacarannya backstreet loh Bun. Kan malah bahaya. " ujar Athar.

" Iya juga sih. " jawab Aisyah.

" Tuh, bun. Sama kan kayak pendapat ayah? Bunda sih di kasih tahu nggak percaya. " ucap Candra.

" Iya ayah, iya. Nanti bunda bicara deh sama Zaki."

Percakapan pun terus berlanjut diantara mereka. Canda tawa, cerita-cerita Athar selama di Jakarta, mereka kupas habis hingga malam menjelang.

Ini nih visual Atharauf Elvano Permana... Ganteng kan guys???

****

bersambung

Ameera

Cantika Ameera Putri, seorang gadis cantik yang masih sangat muda. Dia berusia 17 tahun. Saat ini dia berada di kelas XII SMA.

Ameera adalah seorang gadis yang supel, pandai bergaul dengan siapa saja. Dia siswa yang berprestasi. Meskipun dia berasal dari keluarga yang sederhana, tapi karena kecerdasannya, dia berhasil mendapatkan beasiswa di sebuah sekolah ternama di Semarang.

" Ra... tungguin...." panggil Reni, sahabat Ameera ( panggilan dari Cantika Ameera Putri ).

Ameera menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke belakang.

Hosh...hosh...hosh... bunyi nafas Reni yang memburu karena dia habis berlari mengejar Ameera.

" Kamu kok ... ninggalin..aku sih Ra...." ucap Reni terbata-bata karena masih sambil ngos-ngosan.

" Terus, kamu kenapa ngos-ngosan kayak gitu. Habis dikejar singa? " tanya Ameera.

" Singa...singa... Ngejar kamu lah. Huh ..capek tahu! " jawab Reni sambil dengan bibir manyun.

Ameera mendekati sahabatnya itu. Kemudian merangkul bahu Reni.

" Ya udah kalau gitu. Ayo ikut. Bibirnya nggak usah manyun gitu. Entar kalau ada bebek lewat, di sosor loh. "

" Emang kamu mau kemana? " tanya Reni.

" Mau ke perpustakaan bentar. Cari buku buat makalah. " jawab Ameera.

" Lah, bukan mau ke kantin? "

" Tadi istirahat pertama kan aku udah ke kantin. Kalau sekarang ke kantin lagi, bisa-bisa minggu depan aku udah nggak punya duit buat makan. "

" Ya udah sih, ayo aku bayarin. "

" Nggak usah, makasih. Aku mau ke perpustakaan aja. Tugasnya harus di kumpulin lusa. Kalau kamu lapar, udah kamu ke kantin aja. "

" Nggak ah. Nggak seru kalau nggak sama kamu. Lagian kita kan cuma bisa ngobrol kalau istirahat kayak gini. Kita kan udah nggak sekelas. " ujar Reni dengan tampang sedihnya.

" Tuh kan jadi melo lagi...."

" Habisnya....Sebel aku tuh sama pak Arif. Kenapa coba kita harus di pisahin? Padahal waktu kelas X dan XI kan kita satu kelas terus. "

" Ren...Ren...kita kan nggak sekelas udah satu semester lho...Masih aja syedihh kayak gini. " hibur Ameera.

" Nggak seru tahu, kalau nggak ada kamu. Kayak ada yang kurang. Eh, ntar aku nginep di kost'an kamu yah? " tanya Reni dengan puppy eyes nya.

Kini mereka sudah berada dalam perjalanan menuju ke perpustakaan.

" Rumah kamu sepi lagi? " tanya Ameera.

Reni mengangguk. Dia berjalan sambil menatap ke bawah. Ameera mengerti arti wajah Reni yang seperti itu. Dia kembali merangkul bahu Reni, sambil menepuk ringan bahunya.

" Seperti biasa, Ra. Mama selalu aja ikut papa kemana aja. Dan papa pagi tadi harus pergi keluar kota karena ada urusan bisnis. Aku kadang bingung sama mama. Mama....sebegitunya nggak percaya sama papa. Sampai-sampai dia harus selalu mengikuti kemanapun papa pergi. Tanpa meduliin anaknya. Aku kan juga butuh perhatian. " ucap Reni panjang lebar.

Reni memang berasal dari keluarga yang berada. Tapi dia kurang kasih sayang dari keluarganya. Papanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dan mamanya juga ikut-ikutan sibuk dengan urusan papanya. Sehingga Reni selalu sendiri dan hanya Ameeralah tempatnya berbagi.

" Kamu yang sabar ya Ren. Aku yakin, orang tua kamu pasti akan berubah suatu saat nanti. " hibur Ameera.

Reni mengangguk. " Udah ah. Nggak usah di bahas lagi. Kita udah sampai di perpustakaan nih."

Ameera mengangguk dan tersenyum.

" Meer...Meera..." panggil seorang laki-laki.

Ameera dan Reni menoleh ke sumber suara.

" Kenapa Yos? " tanya Ameera.

Yang di tanya malah senyum-senyum nggak jelas sambil melirik ke Reni. Sepertinya ada sesuatu.

" Yosi...." panggil Ameera kembali.

" Ah ..oh..." Yosi nampak gelagapan. " Ini...anu..."

" Apaan sih Yos? Nggak jelas banget. "

" Gini. Weekend, mau ada reuni Akbar di sekolah sini. Reuni mulai lulusan tahun 2010. Kita, sebagian dari anggota OSIS diminta untuk membantu panitia reuni itu. Nah, kamu kan yang paling kreatif nih, jadi aku masukin kamu ke daftar panitia. Sekalian, kamu juga ikutan isi acara. " jelas Yosi.

" Mmm..." Ameera menganggapi dengan mengangguk-angguk.

" Gimana? Kamu bisa kan? "

" Bisa sih. Acaranya siang apa malam nih? "

" Sepertinya malam. Maklum lah, mereka kebanyakan orang sibuk. "

" Eh, tapi maksud kamu isi acara, apa ya? "

" Ya...kamu kan pinter nyanyi. Suara kamu bagus. Kamu nanti bisa dong mengisi di pas acara rehat?"

" Ooh" jawab Ameera dengan bibir membentuk huruf O.

" Iya deh Yos. Aku bantuin. " tambahnya.

" Oke. Kalau gitu, ntar sehabis pulang sekolah, kita rapat sama panitia yang dari alumni di ruang OSIS. "

Ameera mengangkat tangannya, dan menekuk jarinya membuat huruf O yang berarti oke ke Yosi.

" Ya udah, kalau gitu, aku duluan. " pamit Yosi.

Ameera mengangguk.

" Ren, aku... duluan yah. " pamit Yosi ke Reni yang sedari tadi hanya diam saja mendengarkan percakapan mereka dengan nada suara yang lembut.

Reni tersenyum, " Iya. " jawabnya dengan agak malu-malu.

Yosi berlalu masih sambil melihat ke arah Reni.

" Cie...cie..." goda Ameera ke Reni.

" Apaan sih? " elak Reni malu-malu.

" Sepertinya ada yang mau jadian nih. "

" Siapa? "

" Kamu lah. Sama noh. " ucap Ameera dengan dagunya menunjuk ke Yosi.

" Ihh...kamu sok tahu. "

" Beneran loh. Sepertinya Yosi juga naksir sama kamu. "

" Masak sih? " tanya Reni dengan senyum malu-malu.

" Hm" jawab Ameera yakin sambil mengangguk. " Kelihatan tahu nggak sih. Dari tatapan matanya ke kamu. "

" Semoga aja ya. Masak iya aku harus cuma bisa memandang dia terus dalam diam. Pengen juga lah, pegang tangannya... pegang pipinya...jalan berdua sambil gandengan..." ujar Reni sambil pandangannya menerawang jauh dan senyum-senyum membayangkan ketika dia dan Yosi jadian.

" Biar aku nggak jadi obat nyamuk terus kalau kamu lagi jalan sama Zayn. " tambahnya.

Ameera menjitak pelan kepala Reni.

" Siapa juga yang mau jadiin kamu obat nyamuk. Nggak mempan. Mending aku beli di warung aja. " jawab Ameera asal.

Reni mencibirkan bibir bawahnya. Dan di sambut gelak tawa dari Ameera.

" Lagian sih, kamu kenapa di comblangin sama dia nggak pernah mau?"

" Ya...iya kalau dia juga suka sama aku. Lah, kalau nggak, tengsin di akunya. "

" Oke. Kalau sekarang, setelah ada lampu hijau, mau nggak di comblangin? "

" Mmm...boleh juga sih. He..he..he..." jawab Reni sambil cengar-cengir.

Kini mereka telah berada di dalam perpustakaan. Ameera segera mencari buku yang dia butuhkan untuk membuat makalah. Dan Reni mencari buku yang bisa di bacanya untuk mengusir rasa kesepiannya.

Setelah mendapatkan buku yang di cari, Ameera dan Reni kembali ke kelas mereka masing-masing.

Ketika sampai di depan pintu masuk kelas, Ameera mendapati sesosok laki-laki yang tampan, tinggi, hidung mancung. Dia adalah Zayn. Kekasih Ameera yang merupakan keturunan Arab. Abinya adalah asli dari Semarang, dan uminya berasal dari Arab.

" Hai. " sapa Ameera.

" Hai. Kamu kemana aja aku tungguin di sini dari tadi kok nggak nongol-nongol? " tanya Zayn.

" Habis dari perpus. Ada tugas bikin makalah. Emang ada apa Za? "

" Emang kalau mau ketemu pacar, harus ada alasan ya? " tanya Zayn sambil memegang tangan Ameera.

" Hmm? Tadi pagi kan udah ketemu. Masak iya udah kangen aja? " goda Ameera.

" Tau aja. " jawab Zayn sambil menoel hidung mungil Ameera. " Nanti kita pulang bareng ya? " ajak Zayn.

" Tapi aku nanti pulang sekolah ada rapat OSIS Za. Kata Yosi kita di mintain bantuan buat acara alumni Akbar hari Sabtu besok. "

" Yaaahhh. Padahal aku pengen pulang sama kamu. " ucap Zayn dengan nada kecewa.

" Ya, gimana dong? Aku udah terlanjur bilang iya sama Yosi. "

" Ya udah deh nggak pa-pa. Nanti kalau udah selesai rapatnya, kamu telfon aku. Aku jemput ya." ucap Zayn.

Ameera mengangguk.

" Kegiatan acara besok pasti padat. Kamu jangan capek-capek yach. " ucap Zayn penuh perhatian sambil mengusap puncak kepala Ameera.

" Iyah. " jawab Ameera.

" Ya udah, aku ke kelas dulu. Udah bel dari tadi. Bentar lagi Bu Eni pasti masuk kelas. "

" Habis ini pelajaran Akuntansi? " tanya Ameera.

" Heem. " jawab Zayn.

" Ya udah, sana cepetan masuk. "

Zayn mengangguk dan tersenyum lembut ke Ameera sebelum dia berlalu ke kelasnya yang ada di seberang kelas Ameera.

" Assalamualaikum " ucap Zayn.

" Waalaikum salam. " jawab Ameera.

Kemudian Zayn mengucapkan sebuah kalimat ' I love you' dengan isyarat dari mulutnya.

Ameera tersenyum dan menjawab, ' I love you too ' dengan isyarat juga.

Ini nih guys Cantika Ameera Putri.

Cantik kan???

***

bersambung

Merajuk

Makan malam di rumah keluarga Boby Permana sangat hikmat. Tidak ada seorangpun yang berbicara. Hanya denting sendok yang terdengar. Novia duduk di sebelah kanan Boby, Bu Vera di sebelah kirinya. Kemudian Athar di sebelah Novia dan Kean di sebelah Athar.

Setelah makan malam selesai, Novia mulai membuka suara. Posisi mereka masih di meja makan tentu saja.

" Kak, besok jadi ke Semarang? " tanya Novia.

" Insyaallah, ma. " jawab Athar sambil mengelap bibirnya dengan tisu.

" Yah, sepi dong rumah. " gumam Novia sedih.

" Mama lebay deh. Orang kakak ke Semarang juga cuman bentar. " sambung Boby.

" Ih, papa. " Novia geram dan mencubit paha suaminya.

" Au... Sakit ma. Kayak digigit lebah. " ucap Boby sambil mengelus pahanya dan sedikit tertawa.

" Tuh, papa yang lebay. " cibir Novia. " Berapa lama kamu di Semarang? " tanyanya.

" Paling 2 atau 3 hari ma. Athar kan juga masih harus kuliah. " jawab Athar.

" Kean ikut ya kak. "

" Kean....." sahut Novia dengan wajah sedihnya takut anak keduanya juga ikut ke Semarang.

" Kean masih sekolah kan? Belum liburan? " ujar papanya karena melihat raut wajah istrinya yang di tekuk.

" Kean sekolah hanya lima hari pa. Jadi Sabtunya libur. "

" Iya, tapi hari Senin kan kamu harus sekolah. " jawab papanya.

" Kakak kan Minggu udah pulang pa. Kan kakak juga harus kuliah. " bela Kean.

" Kakak belum tentu balik Minggu Ke. " sahut Athar.

" Tapi kakak kan harus kuliah tadi bilangnya. "

" Iya, tapi Senin kakak nggak ada kuliah. " jawab Athar.

" Ah, nggak asyik. " jawab Kean dengan nada kesal dan meninggalkan meja makan dengan marah.

" Kean...." panggil Novia. Tapi Kean tidak mendengarkan. Dia tetap berlalu menuju ke kamarnya.

Boby hanya menggelengkan kepalanya. Memang sifat Kean dan Athar berbeda. Kean agak emosian anaknya. Mungkin seperti dirinya waktu muda. Beda dengan Athar yang lebih sabar dan penyayang. Seperti mamanya.

Novia hendak berdiri untuk menyusul anak bontotnya yang sedang merajuk, tapi Athar melarang.

" Biar Athar aja ma yang bicara. "

Athar berdiri dan Novia kembali duduk.

" Sama seperti siapa ya Kean itu? " goda Bu Vera.

" Tapi sekarang kan nggak mah. " jawab Boby.

" Hmmm...Jadi ada penyebabnya ya. " gumam Novia.

" Itu dulu yang. Waktu masih ABG kayak Kean. Sekarang kan udah nggak. " bela Boby.

" Yakin udah nggak? " goda Bu Vera kembali.

" Mama...." panggil Boby geram.

" Ha...ha...ha..." Bu Vera tergelak melihat wajah anaknya memerah.

Novia hanya tersenyum sambil melirik suaminya. Boby melihat ke arahnya dan memprotes.

" Kamu juga mengiyakan apa yang mama bilang? "

" Aku nggak bilang apa-apa, pa. "

" Terus kenapa senyum-senyum sambil ngelirik gitu? " ucap Boby merajuk.

" Kenapa harus marah pa? Tinggal papa gitu apa nggak. "

" Nah, bener tuh istri kamu. Sepertinya masih kan ya? " tanya Bu Vera sambil menahan tawa.

" Kadang-kadang sih ma. " jawab Novia sambil membereskan piring bekas sarapan.

" Kalian berdua sama aja. " gerutu Boby sambil berlalu meninggalkan meja makan menuju ke kamarnya.

" Pa....Papa...." panggil Novia tapi sepertinya suaminya itu juga merajuk seperti anaknya. " Mas...." panggilnya kembali.

" Udah, sana kamu susul suami kamu. Ntar merajuknya kelamaan kalau nggak di rayu. Mejanya biar di bereskan pembantu. " ucap Bu Vera.

Novia mengangguk dan berlalu menyusul suaminya ke kamar.

Di kamar, Novia mendapati suaminya tengah mengenakan dasi di depan cermin. Novia segera mendekati dan mengambil alih dasi Boby. Melihat wajah suaminya yang di tekuk, Novia menahan senyumnya.

Dua menit kemudian, dasi sudah terpasang rapi di leher Boby. Novia berjalan ke ranjang, mengambil jas suaminya. Kemudian dia memakaikan jas itu ke tubuh suaminya. Boby masih terdiam tidak mengatakan apa-apa.

Novia tersenyum, dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk membujuk suaminya supaya tidak marah lagi.

Novia berputar menghadap suaminya ketika selesai memakaikan jas ke tubuh suaminya. Dia merapikan kemeja dan jas Boby bagian depan.

" Marah pa? " tanya Novia. Boby masih tetap diam tanpa melihat ke Novia.

" Mas...." panggil Novia kembali.

Boby hanya melirik tanpa mengeluarkan suara.

" Sayang...." panggil Novia kembali sambil menangkup kedua pipi suaminya sehingga mata mereka saling bertatapan.

Novia tersenyum. Dia berjinjit dan mengecup bibir suaminya sekilas.

" Masih marah? " tanyanya ketika selesai dengan kecupannya.

Tanpa berkata-kata, Boby langsung menarik pinggang Novia dan meraih tengkuknya. Bibirnya dengan segera mel*mat bibir Novia. Ciuman yang penuh dengan hasrat. Novia sampai gelagapan kehabisan nafas.

Novia memukul bahu Boby dan mendorong dada suaminya. Setelah ciuman itu terlepas, Novia segera menghirup udara sebanyak-banyaknya.

" Kamu mau bikin aku pingsan pa? " tanya Novia sambil cemberut.

Dan Cup...Boby kembali menempelkan bibirnya ke bibir Novia gemas. Tapi hanya sekedar kecupan kali ini. Kemudian seulas senyum terbit dari bibir Boby.

" Mana mungkin aku membuat istriku pingsan. Kalau untuk membuat istriku lemas, itu pasti. " ucap Boby sambil tersenyum menyeringai.

" Ck. "

" Tunggu nanti malam sayang. Aku akan membuatmu lemas. " goda Boby berbisik.

" Dasar mesum. Ingat umur. "

" Umur boleh tua...Tapi kalau urusan itu, semalaman juga masih kuat yang. Mau bikin adik buat Kean juga oke. "

" Ih... apaan sih...dulu waktu aku pengen punya anak lagi, kamu nggak ngijinin. Sekarang udah tua baru bolehin punya anak?"

" Habisnya aku nggak tega lihat kamu pas lahiran. " jawab Boby sambil mengecup kening Novia.

Kini usia mereka memang sudah tidak muda lagi. Usia mereka sudah masuk angka lima puluh. Tapi mereka masih terlihat muda. Mungkin karena rajin berolahraga dan perawatan. Juga karena setiap hari diisi oleh cinta dan kasih sayang. Jadi mereka terlihat awet muda.

" Mending buruan berangkat sana. Udah hampir siang. "

" Sayang, kenapa nggak kita ijinin Kean ikut Athar? Biar kalau Athar pulang Senin, Kean pulang sendiri besok Minggu. "

" Tapi aku khawatir pa. "

" Ma, anak kita itu udah gede. Kean udah kelas 3 SMA lho. Dia pasti bisa jaga diri. Lagian di sana ada Candra, ada Andre, ada ibu juga. Mungkin Kean rindu sama mereka. "

Novia menghela nafas panjang dan menunduk.

Tok...tok..tok...

" Ma, Pa, Kean berangkat sekolah dulu. " suara Kean dari balik pintu.

Novia segera membuka pintu kamar. Terlihat Kean sudah berada di depan pintu dengan seragam sekolah komplit dan tas yang tersampir di pundaknya.

Melihat mamanya keluar dari kamar, Kean segera menyalami dan mencium tangan mamanya.

" Kean...Kean beneran mau ikut kakak? " tanya Novia.

" Kean kangen sama nenek ma. Tapi kalau mama sama papa nggak ngijinin, Kean nggak akan maksa kok. Kean ke Semarang besok habis ujian aja. "

" Mama sama papa ngijinin kok. " ucap Novia sambil tersenyum. Boby yang mendengarnya ikut tersenyum dan mengapit pinggang Novia.

" Beneran ma, pa? " tanya Kean dengan wajah sumringah.

Boby mengangguk dan tersenyum.

" Tapi kalau kakak tidak bisa pulang hari Minggu, Kean tetep pulang hari Minggu ya. Senin harus sekolah. "

" Siap ma. " jawab Kean dengan menaruh tangannya di pelipis menandakan sikap hormat.

Boby mengacak-acak rambut Kean.

" Papa...jadi berantakan kan rambut Kean. " protes Kean sambil merapikan kembali rambutnya dengan jari-jarinya.

" Sorry. Papa lupa kalau anak papa yang satu ini adalah idola di sekolah. Jadi harus jaga penampilan. " goda Boby tersenyum.

" Tuh, tahu. Entar Kean nggak bisa tebar pesona ke cewek-cewek. " jawab Kean.

" Awas ya, kalau kamu punya cewek lebih dari satu." sahut mamanya.

" Mama tenang aja. Kean ini cowok setia. Nggak bakalan menduakan cinta. Pacar Kean cuma satu ma. Tapi kalau followers Kean yang mendekati Kean banyak ma. "

" Dasar kamu. Jangan jadi playboy. "

" Mama tenang aja. Sepertinya mama harus khawatirin kakak tuh ma. Masak udah mau selesai S2 belum pernah punya pacar? Nggak nikah-nikah dong ma. " bisik Kean.

Novia memelototinya memberi isyarat.

" Aduh...duh...duh... ampun kak....." Kean merasa kesakitan karena Athar menjewer telinganya. Sepertinya Athar mendengar perkataan Kean.

" Anak kecil tahu apa soal nikah?" tanya Athar dengan tatapan tajam.

" He..he..he...Maaf kak!" jawab Kean cengengesan sambil mengatupkan kedua tangannya.

" Kean berangkat dulu ma, pa, kak. Udah siang, takut terlambat. " pamit Kean bermaksud melarikan diri. " Assalamualaikum. " tambahnya setelah kembali menyalami mama dan papanya. Juga kakaknya.

Novia dan Boby hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya itu. Benar-benar berbeda dengan kakaknya.

***

bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!