Izza seorang anak pengusaha yang cukup sukses, ia membantu ayahnya bekerja di kantor. Setiap hari juma'at sudah kebiasaan bagi Izza, Ia sering membagikan nasi kotak buatannya sendiri, mulai dari pengemis maupun lansia yang sedang berjuang mencari nafkah.
Usia Izza sudah dua puluh lima tahun. Namun ia belum siap untuk menikah, Izza masih asyik dengan kehidupan masa lajangnya. Pria luar banyak yang yang menggoda ataupun datang ke rumah secara terang-terangan, sedikitpun Izza tidak tertarik.
Izza tidak mau pacaran, ia siap menikah jika ada pria yang sudah bersedia menerima kekurangan bukan kelebihannya.
Ricko seorang pengusaha yang meneruskan pewaris keluarga besarnya. Ricko kini sudah berusia tiga puluh tahun, namun ia belum tertarik untuk menikah. Ricko suka bergonta ganti perempuan untuk mengisi relung hatinya yang kosong, mungkin sudah kebiasaanya.
Ia sering datang ke bar, untuk mengisi waktu luang, prilaku Ricko jauh dari kata shaleh, ia suka bermain bersama wanita malam bersama teman-temannya.
nongkrong di bar itu sudah kebiasaan Ricko setiap malam. Mungkin untuk dirinya sudah hal biasa, Orang tuanya selalu bilang segeralah menikah, namun tanggapan Ricko selalu saja melencang.
Ia belum menemukan wanita yang pas di hatinya, namun seiring berjalannya waktu. Ricko bertemu sesosok wanita yang mencuri perhatiannya. waktu itu Ricko sedang menunggu lampu hijau di jalan raya.
Ia tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang membawa kardus membagikan nasi kotak. Terlihat sekali wajahnya yang ayu berseri dan tentunya sangat cantik, Ia mengenakan hijab yang sangat rapih. Membuat Ricko terpukau dan kagum.
Tidak terasa lampu merah telah berganti, kini Ricko menjalankan mobilnya. Ia memukul stir mobil karena belum puas melihat wanita yang tadi mencuri perhatiannya.
Izza, kini telah selesai membagikan nasi kotak buat para pengemis dan juga lansia yang masih bekerja. Izza merasa puas nasi kotaknya telah habis.
Ia langsung masuk mobil putihnya, menuju kantor. Izza kini menempati posisi sebagai manager di perusahaan ayahnya.
Sering kali ayahnya bicara supaya Izza jangan terlalu fokus sama urusan kerjaan. Ayahnya sangat khawatir karena Izza belum punya pasangan.
Di sisi lain, Ricko yang kini di kantor, sedang memikirkan Izza yang sempat mencuri perhatian pagi tadi. Ia mulai mencari tahu siapa wanita itu yang sedang membagikan makanan.
Ricko merasa penasaran, ia balik lagi ke tempat lampu merah. Ricko berkeliling ke sana ke mari, namun ia tidak menemukan Izza. Ia mulai bertanya kepada bapak-bapak pengemis yang sedang duduk menekuk di bawah pohon agak rindang.
"Permisi pak, apa bapak kenal sama wanita tadi pagi yang sedang membagikan kotak nasi?" tanya Ricko sambil membungkukan badannya.
"Oh, dia seorang wanita yang sering ke sini tiap hari juma'at membagikan makanan yang ia buat sendiri. Ia wanita shalehah mas, karena sering banget membantu kita yang kelaparan ataupun perlu bantuannya." Ucap Pengemis itu memuji Izza.
"Oh, baiklah terima kasih ya pak" Ricko langsung memberi uang lima puluh ribu dan berlalu pergi. Ia tidak menghiraukan bapak pengemis yang telah mengucapkan terima kasih kepada dirinya. Ricko langsung berjalan menuju mobil, dan berlalu pergi.
"Terima kasih mas, uangnya cukup untuk keluarga saya makan malam nanti." Ucap pengemis itu sambil menatap mobil Ricko yang kini tengah berjalan dan mulai menjauh dari pandangannya.
Di kantor, Izza terkenal ramah kepada karyawan bawahan maupun atasannya. Ia tidak merasa berkuasa, malahan ia selalu merendah, dan sering kumpul bersama bawahannya.
Semua karyawan di sana menyukai sipat baik dan ramah tamah Izza. Mereka sering menanyakan pria mana yang Izza sukai.
Namun hal itu di tepisnya karena Izza belum menemukan pria pilihan hatinya.
Sekarang Izza sudah waktunya pulang dari tempat kerjanya. Ia pamit kepada ayahnya karena malam ini ada pengajian rutin di panti asuhan bersama anak yatim piatu dan juga ada santunan.
Kedua orang tuanya sangat bangga kepada Izza, namun berbalik kepada adiknya Sintya, ia tidak mau menutup auratnya, dan juga sering keluyuran tengah malam.
Hal itu membuat kedua orang tua Izza sangat khawatir, nasehat selalu ia hiraukan terutama nasehat Kakaknya Izza. Sintya selalu mengabaikan ajakan Izza pergi ke panti asuhan untuk menghadiri santunan ataupun pengajian.
Ricko kini tidak seperti biasanya, sekarang ia banyak melamun, dan merasa bengong sendiri, Ricko harus mencari kemana sosok wanita yang telah mencuri pandangan pertamanya. Yang ia tahu lampu merah kali terakhir melihat wanita berhijab itu. Dan harus menunggu lagi minggu depan untuk melihat wajah cantik wanita berhijab itu.
"Aahh, sial banget masa gue harus menunggu satu minggu sih, ini gak bisa! gue harus secepatnya mencari tau tentang wanita muslimah itu." Ucap Ricko dan berlalu pergi meninggalkan kantornya.
Seluruh Karyawannya cukup takut, karena sikapnya yang dingin dan juga arogan membuat semua yang di kantor enggan untuk sekedar basa-basi.
Dua Minggu sudah, Ricko kehilangan jejak Izza, ia putus asa dan tidak akan mencarinya lagi.
Hal tak terduga, ia bertemu Izza di restoran ternama, terlihat Izza sedang sibuk, dengan laptop yang kini ada di hadapannya, terlihat juga kertas yang lumayan banyak.
Mata Ricko membulat, ia tidak percaya akan bertemu lagi di waktu yang sangat tepat, Menurutnya ini di luar dugaan.
Ricko mulai menghampiri Izza, dadanya berdegup kencang hingga ia tidak bisa mengatur debaran yang kian memuncak.
"Hai, apa aku mengganggu mu?" tanya Ricko mungkin ucapannya tidak masuk akal.
Izza melihat ke arah wajah Ricko dan tersenyum ramah, ia langsung membereskan laptop dan juga kertas yang berserakan di atas meja.
"Maaf, anda siapa ya? apa aku mengenal mu?" ucapan Izza membuat Jantung Ricko berdebar lebih cepat, suara yang lembut membuat tubuhnya melemas.
Ia baru pertama kali mendengar suara lembut seorang wanita, terlihat ramah dan terdengar merdu. Izza menundukan kepalanya ke bawah setelah melihat Ricko ada di hadapannya.
Hal ini yang membuat Ricko semakin penasaran sama Izza. Terlihat Izza bergegas, membereskan lembaran kertas dan juga laptop. Kini Izza berdiri dan langsung melangkah pergi, tapi tangannya di tahan oleh Ricko. Tangan Ricko memegang tangan Izza, sontak saja Izza langsung merebut lagi tangannya.
"Maaf?" ucap Ricko
"Kita bukan mahram, jadi kita tidak boleh bersentuhan, Maaf saya mau pergi!" ucap Izza, tapi Ricko terus mengejar Izza, Ricko berhasil menghentikan langkah kaki Izza. Ia kemudian meminta nomor ponselnya.
"Apa saya boleh meminta Nomor ponsel kamu? ada yang mau saya bicarakan sama kamu, jika kamu tidak keberatan?" Tanya Ricko penuh harap sambil tersenyum ramah.
Tidak berselang lama, Izza memberi nomor ponselnya, Ia mengingatkan jika tidak ada kepentingan yang sangat mendesak, Izza tidak akan merespon.
"Baiklah, tapi untuk hal yang termasuk penting bagi saya, ini kartu nama saya, mohon maaf saya permisi pulang!" Ucap Izza berlalu pergi meninggalkan Ricko yang mematung sambil melihat Izza masuk ke dalam mobilnya.
Kartu nama Izza ia langsung simpan dan menyalin nomor ponsel Izza, Hatinya bersorak senang.
"Akhirnya gue bisa mendapatkan nomor ponsel kamu? jadi namanya Izza Pertiwi! cukup menarik." ucap Ricko kembali ke tempat duduknya lagi.
Di jalan Izza memasang wajah bingung, ia baru pertama kali melihat pria itu di hadapannya. Dan terlihat baik dari sisi wajahnya.
Ia terus fokus menyetir mobilnya, tak lama ponselnya berdering dan terlihat nomor baru yang menghubunginya.
Izza kini sedang berada di dalam mobil, ia melihat nomor baru masuk. Izza mengabaikan nomor itu, menurutnya ini sangat mengganggu, Izza terus menyetir mobilnya dan sekarang ia sudah sampai di halaman rumahnya.
Izza turun dari mobil dan langsung membawa berkas dan juga laptopnya. sementara di dalam rumah Ibunya langsung menghampiri anaknya, terlihat sangat cape dari raut wajah Izza. Ibunya bangga punya anak seperti Izza, ia sangat cantik dan juga bisa menjaga prilaku dan juga sikapnya. Ibu Hanna tersenyum ketika anaknya sudah tiba di dalam rumah.
"Assalamualaikum" ucap Izza sambil mencium tangan Ibunya.
"Waalaikumsalam sayang, sana bersihkan dirimu dan juga ganti pakaian mu" ucap ibu Hanna sudah jadi kebiasaan Izza pulang kerja langsung membersihkan diri.
"Izza, sangat cape, nanti malam Izza harus menghadiri santunan anak yatim Bu!" ucap Izza lesu, Izza menghempaskan badannya ke tempat tidur. Memang seharian ini kerjaan sangat banyak, membuat dirinya kelelahan.
"Ya sudah, kamu batalin saja dulu nak, lain kali lagi kamu menghadiri santunan itu?" jawab ibu Hanna sambil membantu merapihkan berkas dan juga laptop.
"Tidak Bu, ini sangat jarang bagi Izza Bu, tidak setiap Minggu Lho Bu santunan itu!" jawab Izza bersemangat, ia bangkit dari tempat tidur.
"Ya sudah langsung saja kamu mandi, sana siap-siap. Ibu siapkan makanan dulu buat kamu" terang ibu Hanna langsung keluar dari kamar Izza.
Di lain tempat, terdapat Ricko yang sejak tadi gelisah panggilannya tak kunjung di angkat sang pujaan hati.
"Kenapa dia tidak mengangkatnya, ini sangat menyebalkan membuat hatiku tidak karuan!" Ricko ngedumel sambil mondar-mandir di depan meja kerjanya.
Sahabat Ricko yang suka nongkrong bersamanya kini datang ke kantornya, ia sengaja mengajak Ricko ke bar nanti malam.
"Bro kita ke bar nanti malam, gue sudah tidak sabar ingin melihat wanita sexsi di sana!" ucap Dino.
"Ahh...., gue males nanti saja bro, malam ini gue lembur, banyak banget kerjaan gue hari ini" ucap Ricko berbohong, padahal dia lagi gelisah ingin menemui Izza sang pujaan hatinya.
"Payah banget si Lo! ya sudah gue pergi dulu" Dino langsung keluar membawa kekecewaan yang ada di benaknya. Menurutnya ini sangat aneh, Ricko tidak pernah menolak ajakanya itu dan sekarang dia menolak dengan alasan kerjaan banyak.
"Ah sial, dulu dia kalau lagi sibuk banyak kerjaan, langsung setuju ajakan gue. Apalagi di ajak ke bar pasti dia langsung bersemangat." Ucap Dino mengepalkan tangan, ia langsung membuka pintu mobil, dan melajukan mobilnya kencang.
Ricko menghembuskam nafas kasar, ia meraih ponsel, mencoba menghubungi Izza untuk kesekian kalinya, Dia berharap telephone-nya ini di angkat sama Izza.
"Kenapa gak di angkat lagi sih!" desis Ricko langsung berlalu pergi.
Di rumah Izza sudah bersiap memakai syar'i yang menjuntai beserta hijab panjang dan juga lebar menutupi semua dadanya.
Tas selempang kecil, oftak lupa juga beberapa ratus amplop untuk di bagikan ke anak yatim, sudah tertata rapih di tas miliknya.
Ia langsung bersalaman kepada Ibu Hanna, dan langsung pergi mengenakan mobil miliknya.
Sebelum ia menyalakan mobil ia melihat ponselnya berdering ternyata nomor baru lagi yang menghubunginya.
Izza langsung mengangkat panggilan, ia merasa bersalah karena telah mengabaikan tlp dari nomor itu.
"Assamualaikum?" ucap Izza.
"Hallo, Maaf aku mengganggu mu" jawab Ricko terbata.
"Balas waalaikumsalam, bila ada yang mengucapakan Assalamualaikum" ucap Izza yang membuat Ricko menohok tidak percaya. Ia lupa bahwa Izza wanita muslimah.
"Maafkan aku, sungguh aku tidak tau, karena aku bukan muslim" ucap Ricko tidak enak hati.
"Oh, maaf banget ya, aku jadi salah paham sama kamu?" Jawab Izza malu, Ia menggigit bibir bawahnya.
"Tidak aku yang minta maaf, karena aku tidak mengetahui" Terang Ricko, ia langsung pura-pura bikin janji bersama Izza untuk ikut berpartisipasi dan menyumbang untuk nasi kotak Izza.
"Aku menghubungi mu hanya untuk buat janji saja, besok bolehkah kita bertemu di restoran tadi. Aku mau berdonasi dan berpartisipasi buat nasi kotak kamu? tanya Ricko ragu, ia sangat takut keinginannya di tolak.
"Hmmm.., boleh nanti aku hubungi kamu lagi ya, aku sekarang lagi ada acara santunan anak yatim jadi mohon maaf, aku tidak bisa berlama-lama." Ucap Izza meminta maaf merasa tidak enak hati.
"Oh, baiklah tidak apa, maafkan aku telah mengganggu mu saat ini, Assalamualaikum?" ucap Ricko menunggu jawaban Izza di ponselnya.
"Waalaikumsalam" Izza langsung mematikan ponselnya dan langsung menyalakan mobil untuk mengunjungi panti asuhan.
"Piuuhh, ini sangat menegangkan, wanita itu sangat ramah dan sopan. Baru pertama kali gue menemukan wanita seperti Izza" Ricko menghembuskan nafas pelan. Ia merasa sangat beruntung bisa ngobrol sama Izza, walaupun cuma sebentar, tapi bagi Ricko ini sangat berharga.
Izza sudah sampai di lokasi santunan anak yatim, terlihat banyak orang dan juga ramai sekali. Terlihat senyuman ibu panti yang langsung menyambut kedatangan Izza.
"Syukurlah kamu datang Za? ibu sangat senang kamu bisa menghadiri acara anak yatim ini?" Ibu panti langsung mengajak Izza ke dalam untuk berkumpul bersama ustadz dan juga para tamu lainnya.
"Alhamdulillah bu! Izza juga sangat senang bisa ada di bagian ini semua" Izza tersenyum sambil melangkah ke dalam bersama ibu panti.
Suasana sangat ramai, semakin malam semakin ramai, kini Izza membagikan amplop untuk anak yatim. Terlihat sekali anak yang di kasih amplop itu merasa senang, Izza mengusap kepala anak yatim itu, kemudian dia memberikan amplopnya.
"Izza, kamu sangat shalehah, ibu sangat bangga bisa mengenal mu?" ucap ibu panti sambil memeluk Izza.
"Aku juga Bu, sangat senang bisa bergabung di sini, melihat anak-anak itu membuat aku sangat senang. Semoga panti ini berkah dan banyak yang nyumbang untuk anak-anak?" jawab Izza, menurut Izza hal ini tidak akan di lupakan seumur hidupnya.
🌸🌸🌸
Di rumah Ricko terlihat sangat berbinar terlihat dari wajahnya. Ia kemudian menuju kamar untuk melepaskan segala penat yang ada di kepalanya.
Orang tuanya yang melihat Ricko merasa aneh, Ia langsung bertanya kepada anaknya itu.
"Sayang, tunggu dulu, sini nak? kamu tumben terlihat sangat aneh malam ini? apa yang terjadi sama kamu?" ucap Mamah Ricko, ia merasa penasaran sama tingkah laku anaknya.
"Hmm.., tidak mah, cuma hari ini Ricko lagi sangat bahagia. Oh ia nanti mamah bantu pilih baju untuk Ricko besok ya?" ucap Ricko sambil memeluk mamahnya.
"Kamu kenapa sih? tumben banget coba, biasanya kamu pake baju sesuai selera kamu?" tanya ibu Ricko sambil tersenyum masam.
"Enggak mah, besok Ricko cuma mau berpenampilan agak berbeda saja, sudah dulu yah Ricko ke kamar, sangat cape hari ini?" Ricko mengindari pertanyaan mamahnya. menurutnya ini sangat tidak bagus bila di ceritakan sama mamahnya.
"Ya sudah sana, nanti kita makan malam, nunggu papahmu pulang dulu" ucap mamah Ricko sambil terus melihat Ricko menuju kamarnya.
Sementara Izza menuju pulang ke rumahnya, Baginya mengendarai mobil sudah hal biasa kemana-mana sendiri, ia bisa menjaga diri baik-baik.
Izza memarkirkan mobilnya lalu, ia langsung membuka pintu rumah. Terlihat ayah sama ibunya sedang menonton tv berdua. Izza tersenyum melihat ke romantisan kedua orang tuanya.
Langkah kaki Izza membuyarkan orang tuanya yang sedang asyik menonton tv terlihat sangat serius.
"Assalamualaikum" ucap Izza sambil menyalami kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam, kamu sudah pulang sayang?" ucap ayah Izza
"Alhamdulillah Ayah, semua berjalan lancar" jawab Izza berbinar senang.
"Oh, ia adik mu Sintya tadi dia mencari mu, sepertinya dia ada di kamar kamu deh!" ucap ibu Hanna.
"Tumben banget Bu Sintya mencariku?" ucap Izza sambil melangkah pergi ke kamar.
Pintu kamar di buka, hal mengejutkan membuat mata Izza melebar, Izza syok melihat adiknya sedang menangis di tempat tidurnya.
Ia langsung menutup pintunya dan menghampirinya adiknya.
"Kamu tadi mencariku? ada apa? tumben banget!" tanya Izza sambil melepaskan tas selempangnya dan langsung duduk di pinggir tempat tidur, ia menatap adiknya terlihat sangat kacau dan berderai air mata.
Terlihat di tempat tidur seseorang sedang menangis menyelimuti dirinya pakai selimut tebal. Sesekali ia mengeluarkan ingusnya pakai tisu, bukan satu dua lembar tisu yang habis ia pake. Tetapi sudah banyak berserakan di bawah lantai.
Izza kemudian masuk ke kamarnya, matanya melebar ia syok melihat adiknya Sintya sedang menangis menyelimuti badannya. Tisu berhamburan membuat Izza merasa jijik.
"Kamu kenapa tya? ini sangat menjijikan sekali, kenapa kamu seperti anak kecil saja! tisu berserakan bekas ingus kamu?" seru Izza sambil memungut tisu bekas ingus adiknya.
Sintya kemudian membuka selimut tebal yang menempel di badannya, ia melihat sang Kakak lagi memungut tisu bekas dirinya sambil menangis.
Mata yang sembab, Beler ingus keluar, kemudian ia memperhatikan sang kakaknya yang kini sedang memungut tisu.
"Kak, maafkan tya?" ucap Tya mengeluarkan suara yang serak bekas ia menangis. Tidak lupa ingusnya masih ada yang keluar, ia langsung mengusap pakai tisu.
"Aduh, Tya kamu kebiasaan banget sih, jorok tau! coba sini cerita sama kakak! kenapa kamu menangis?" tanya Izza sambil duduk di sisi Tya.
"Tya sangat malu, tadi di sore di tempat les, Tya jatuh mana di lihatin sama orang banyak! Tya sangat malu kak?" seru Tya sambil mengusap air matanya kembali.
"Ya Allah, di kira kamu putus cinta atau apalah itu! ternyata cuma jatuh doang kamu nangis seperti ini? kamu sangat menyebalkan sekali Tya?" ucap Izza sambil memalingkan wajahnya.
"Ada satu lagi kak, yang bikin Tya malu?" ia langsung membuang tisu bekas ingusnya ke lantai.
Izza melebarkan matanya ia tidak percaya adik perempuannya ini sangat jorok.
"Ih, kamu sangat jorok tya, ada tong sampah kenapa kamu masih buang tisu itu di lantai?" seru Izza ia langsung bangkit dari tempat tidurnya kemudian membuang tisu itu ke tong sampah.
"Heee, yya lupa kak, ayolah jangan marah sama tya, yang cantik manis dan sexsi ini?" seru tya sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah sang kakak.
"Kamu tuh bikin kakak jengkel tau?" ucap Izza sambil memanyunkan bibirnya, namun tetap terlihat sangat cantik.
"Kakak tuh yah, coba sini dengerin dulu, tya mau curhat" tya menarik tangan kakaknya untuk kembali duduk di tempat tidur.
"Ayo coba cepat katakan, kakak sangat cape, pengen istirahat! Izza langsung menghadap ke arah adiknya tya.
"Tadi di tempat les tya jatuh, nah sudah jatuh rok tya robek pas di belakang pantat. Mau di kemanakan coba muka tya, mana di sana ada gebetan lagi!" terang tya sambil memanyunkan ke arah kakaknya.
"Lain kali jangan ceroboh, utamakan kamu pake leging, biar kalau ada apa-apa seperti tadi siang tidak akan malu lagi. Kamu tuh di bilangin kakak tidak pernah dengar, jadi ginikan malu sendiri." seru Izza sambil membereskan tempat tidur yang kini berantakan ulah adiknya.
"Maafkan adik cantik mu ini tuan putri, tya janji mulai besok pasti pake leging, sudahlah jangan ngambek lagi, nanti cantiknya luntur lho? eh biarin luntur juga, biar tya yang makin cantik kalau misal kecantikan kakak luntur." seru Tya sambil terus memeluk kakaknya yang kini sedang merapihkan sprei.
"Ahh adik kakak yang manis dan juga sangat cantik sejagad raya ini cepetan keluar dari kamar kakak?" tya langsung meloncat dari tempat tidur Izza ia langsung lari ke luar.
"Dasar adik aneh, tadi nangis sampai terisak-isak, sekarang kumat lagi sengkenya." Izza menggelengkan kepalanya.
🌸🌸🌸
Pagi ini yang sangat cerah di sambut matahari yang langsung menyorot rumah Izza. Terdapat empat orang sedang berada di ruang makan, mereka adalah keluarga Izza. Setiap pagi rutin sarapan bareng.
Kini ayahnya melihat ke arah Izza yang sedang meminum satu gelas susu. Ayahnya langsung saja bertanya kepada Izza.
"Za, apa kamu tidak mau punya pacar? usia mu sudah tidak muda lagi?" tanya ayah Izza sambil mengoles roti yang ada di tangannya.
Izza langsung berhenti minum susu, ia menaruh gelas dan langsung menelan salivanya susah payah.
"Ayah ini, Izza tidak mau pacaran, kalau ada seorang pria yang mengajak Izza menikah baru Izza mau. Lagian kata guru ngaji Izza juga pacaran itu di larang!" seru Izza sambil melirik ke arah adiknya tya.
"Kenapa kakak langsung melirik ke arah tya?" tya melotot karena ia merasa tertampar sama ucapan kakaknya.
"Kenapa? kamu kesindir sama kakak?" jawab Izza sambil tersenyum manis ke arah wajah adiknya.
Tya terlihat sangat kesal, dan mendengus. Kemudian Tya langsung memakan roti yang telah ia olesi selai.
"Kalian ini pagi-pagi sudah ribut kayak tom jerry!" ucapan ayahnya malah di tertawakan Izza.
"Ia ayah, dan yang menjadi tomnya adalah tya? iya kan adik manis kakak?" ucap Izza meledek sang adik.
"Sudah kalian ini, terus bagaimana Za kalau misal gak ada orang yang mau mengajak kamu menikah langsung?" tanya ibu Hanna sambil melirik ke arah anaknya.
Ibu Hanna sangat tau Izza berhijrah sudah sangat lama, semenjak ia di tinggalkan sama pacarnya selingkuh. Dan kini Izza, sadar bahwa pacaran itu tidak baik malah membuat sakit hati yang ada. Izza kemudian berhijrah bersama teman yang mengajaknya, sampai saat ini Izza sangat taat menjalankan ibadahnya.
Ibunya sangat bangga melihat anak perempuannya menutup aurat. Tapi berbalik kepada adiknya yang maunya pakai baju sexsi, dan tidak mau menuruti nasehat kakaknya.
Kini Izza belum pernah membawa pria manapun, ada beberapa pria yang melamar langsung tapi Izza tolak. Alasan ia masih belum menerima pria di hatinya lagi.
"Ya sudah kalau itu mau mu, ibu dan ayah cuma bisa berdoa yang terbaik buat kamu sayang" ucap ibu Hanna sambil tersenyum ke arah anaknya.
🌸🌸🌸
Di rumah Ricko sedang memilih baju yang mau ia pakai untuk bertemu sama Izza nanti siang. Sudah beberapa baju yang merasa tidak cocok untuk di pakai. Membuat mamahnya heran melihat anaknya begitu gelisah ketika memilih baju.
"Kamu tuh kayak wanita saja, memilih baju sampai semua di keluarin! kamu kenapa sayang? mau bertemu sama siapa? ucap mamah Anin, ia terus melihat tingkah konyol anaknya yang sedang memakai baju.
"Ricko cuma mau terlihat sangat beda dari biasanya mah, tidak ada salahnya kan?" seru Ricko sambil memilih baju yang sudah di acak-acak.
"Ya sudah kamu pakai baju itu, menurut mamah kamu terlihat sangat fresh dan juga cool" sontak saja, Ricko langsung berdiri dan melangkah menuju mamahnya.
"Terima kasih mamahku tersayang, baiklah Ricko pergi Dulu, mamah suruh saja asisten rumah untuk membereskan kembali baju Ricko." Seru Ricko sambil melangkah pergi keluar kamar.
Mamahnya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia merasa penasaran, pasti ada sesuatu yang membuat anaknya berubah seperti orang sedang jatuh cinta.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!