Hai teman-teman sekalian, jumpa lagi di karya ke duaku. Karya sequel dari karya pertama CINTAI AKU SAHABAT KECILKU. Disarankan untuk membaca karya pertamaku dulu ya biar tidak bingung dalam mengenal tokoh-tokoh di dalam cerita ini. Terima kasih atas dukungan terhadap karya yang penuh kekurangan dan keterbatasan ini. Visualnya author ambil dari aplikasi pinterest.😅
Maaf jika visualnya tidak sesuai dengan harapan readers. Setidaknya untuk sekedar jadi pemanisnya saja..., oke..😁
Yuk! Kita simak para tokoh di karya
'I Need You'
Happy reading 😍
DANANG DANUARTA SETIAWAN
Pemuda jangkung tipikal Asia, berusia dua puluh empat tahun yang sangat profesional. Kharakternya yang supel dan ramah membuat hidupnya tidak pernah sepi dari para gadis yang selalu ingin mencuri perhatiannya dan berharap bisa menjadi teman hidupnya. Ia juga berteman tanpa memandang status.
Sifatnya yang suka menolong dan selalu melindungi, menjadi panutan bagi setiap orang yang mengenalnya.
Senang membuat orang lain tersenyum dan suka meringankan beban sesama membuatnya dikenal sebagian orang sebagai seorang motivator. Katakanlah dia bahkan rela terjungkal demi membahagiakan orang-orang yang ia sayang.
Danang, pemuda supel yang penuh kharisma serta mempunyai segudang prestasi dalam dunia bisnis, terpaksa turun tangga menjadi sosok temperamen dan posesif tingkat akut.
Tidak pernah membiarkan siapapun yang berani menyentuh masa lalunya, termasuk hubungan asmara sang adik Dania yang terpaut hati dengan Ibnu Haidar adik sepupu Diego sahabat dekat sekaligus ipar jauhnya.
Danang akan berubah menjadi kasar jika disinggung soal masa lalunya.Dia yang terpuruk akibat merasa nasib mujur yang tidak pernah menyebelahi dirinya.
Berawal dari perjodohan sepihak yang dilakukan oleh sang oma terhadap dirinya dengan Karin sepupu jauh yang sangat ia cintai. Namun sayang Karin tidak memilih dirinya karena ada Diego yang super perfect. Kini ia harus berbesar hati menerima perjodohan dari kedua orangtuanya yang memilih Puteri Carnelian Sanjaya sebagai calon isterinya. Lian adalah anak dari kolega bisnis sang ayah yang benama tuan Billy. Wanita yang satu ini berhasil membuat hari-harinya menjadi indah.
Manakala cinta mulai tumbuh bersemi dan menguncup, calon isterinya yang terlanjur ia sayang itu tiba-tiba dijemput oleh maut membuat hati dan jiwanya bak terkoyak oleh belati tak kasat mata hingga berlumuran darah. Raganya saja yang memilih hidup, namun jiwa seakan tak bernyawa.
Semenjak itu, ia menganggap bahwa semua wanita sama saja yang mana memiliki sifat lembut namun kejam terhadap perasaan pria seperti dirinya.
Meskipun demikian, Danang masih berusaha untuk tetap bersikap baik terhadap orangtua, dan peduli terhadap adik semata wayangnya.
Hanya saja, bentuk perhatiannya berbeda seakan tidak rela membagikan apa yang dimilikinya saat ini kepada siapapun. Termasuk kasih sayang orangtua dan juga nasib adik tercintanya.
Seakan ada ketakutan tersendiri bahwa harta paling berharga yang ia miliki saat ini, ikut terenggut oleh nasib yang tidak ingin memihak dirinya. Kepercayaan diri dan keyakinan hidupnya tiba-tiba menghilang begitu saja.
Entah apa yang terjadi dengan dirinya, dan siapa yang bakal mengembalikan keceriaannya seperti yang pernah ia lakukan kepada semua orang, yang pernah melewati masa sulit seperti yang dialaminya sekarang, yang jelas saat ini Danang hanya ingin sendiri dan tidak ingin berbagi dengan siapapun.
Sebeku itukah seorang Danang yang dulunya ramah dan baik hati kepada semua orang, terutama kepada para gadis yang terpikat akan kharisma yang dimilikinya.
Bahkan ia termasuk salah satu pencinta makhluk lembut yang cenderung verbal itu. Sifat romantis yang merupakan bawaan sejak lahir yang ia miliki, tiba-tiba ia kubur dalam-dalam hingga sang isteri yang tidak bersalah terpaksa harus menanggung semua akibatnya.
HILYA AFIYANA
Gadis sederhana berusia 20 tahun, berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah. Mendapat beasiswa melanjutkan kuliah di universitas ternama kota D.
Saat ini dia adalah mahasiswi semester lima jurusan Managemen Akuntansi.
Bersifat keibuan dan bekerja sebagai seorang koki handal di salah satu cabang restoran ternama milik Adhytama Star Group.
Hidup susah dan kerja keras sudah menjadi makanan sehari-hari bagi seorang Hilya Afiyana.
Tantangan dan rintangan yang ia lewati dalam hidup membuatnya tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan kuat serta dewasa.
Gadis inilah yang bakal menjadi pendamping hidup seorang Danang Danuarta Setiawan.
Berawal daripada niat baik ingin membantu sesama, malah berujung kepada pernikahan yang sama sekali tidak pernah di duga oleh keduanya.
Hilya Afiyana membutuhkan perjuangan keras untuk melihat sisi Danang yang sekarang.
Moodnya yang sering berubah-ubah, dan sikap dingin yang cenderung menutupi masa lalunya, membuat perasaan Hilya sering tersakiti akibat diacuhkan dan didiami.
Hilya terpaksa menahan perasaannya sendiri tanpa harus berbagi suka maupun duka kepada sang suami yang cenderung acuh tak acuh namun sebenarnya posesif.
Hilya mempunyai seorang anak angkat yang diangkat sejak umur kurang lebih dua tahun dari keluarga dekat ibunya yang sedang kesulitan di kampung bernama Juna. Kini Juna berusia kurang lebih lima tahun. Bocah inilah satu-satunya orang yang menjadi teman berbaginya di saat ia sedang terpuruk selama berada di rumah suaminya.
DANIA PUTERI SETIAWAN
Adik semata wayang Danang Setiawan. Gadis cantik yang manja ini, terpaut hati kepada Haidar sepupu Diego Hedy suami Karin Dhiyana sang pemeran utama di karya pertama 'Cintai Aku Sahabat Kecilku.'
Hubungannya asmaranya dengan Haidar mendapat protes dari kaluarga besarnya terutama sang kakak Danang. Namun rasa cinta membuatnya berani melawan.
NUHA IZZ
Anak sahabat bisnis tuan Imran papa dari tuan muda Danang. Tepatnya pemilik Jaya Group, tuan Jayahadi. Teman kuliah sekaligus sahabat sejati Hilya Afiyana yang tidak pernah jauh-jauh dari sahabatnya. Gadis centil yang selalu setia memberikan dukungan di kala sahabatnya sedang dalam keadaan susah dan terluka.
PUTERI CARNELIAN SANJAYA
Pewaris tunggal Carnelian Group yang menjadi calon isteri Danang. Gadis yang gagal dinikahi akibat kecelakaan maut yang menimpanya sewaktu melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Hingga ia terpaksa pergi dari kehidupan Danang untuk selamanya.
Kejadiannya di tujuh hari sebelum hari H pernikahan mereka berlangsung. Kepergiannya yang sangat mendadak meninggalkan duka yang mendalam bagi seorang Danang hingga ia memutuskan untuk membenci setiap kebiasaan masa lalunya.
IBNU HAIDAR
Sepupu Diego Hedy, mantan bos sekaligus sahabat baik Danang. Pacar Dania adik Danang. Hubungan yang ditentang oleh sang kakak. Haidar adalah seorang pengelola Diego Spirit kelompok gangster putih milik Tun Fahmi papa Diego.
Latar belakang pemuda ini membuat sang ayah melarang keras puterinya agar tidak berhubungan dengan pemuda yang hidupnya selalu menjadi incaran para mafia bisnis yang kalah saing dengan mereka. Mereka tidak ingin puteri mereka mengalami nasib yang sama dengan Karin si anak dari sepupu jauh mereka.
JOSHUA ADIE FARHAN
Tokoh antagonis yang kagum pada kesederhanaan Hilya Afiyana. Teman kuliah sekaligus sahabat baik Hilya.
Cita-citanya menjadi seorang seniman. Sang ayah adalah pemilik Jafie Group.
Joshua adalah sosok baik yang pertama kali mengenal Hilya ketika mereka sama-sama mendaftarkan diri di universitas ternama kota D.
Hilya yang masuk ke universitas tersebut dibiayai dengan beasiswa sedangkan Joshua masuk dengan leluasa karena disamping cerdas sebagai alasan utamanya,hidupnya juga bergelimang harta dari sang ayah yang memiliki pengaruh besar di kampusnya.
Bapak Haryadi Abimanyu
Ayah kandung Hilya Afiyana. Pemilik warung makan sederhana di desa K. Seorang ayah yang mencintai keluarga serta sosok yang bertanggung jawab terhadap isteri dan anak-anaknya.
Ibu Elmiza
Ibu kandung Hilya Afiyana yang baik,lembut dan penyayang. Setia kepada suami dan cinta kepada keluarganya.
Helmi Afindra Abimanyu
Kakak kandung Hilya Afiyana. Bekerja sebagai manager di Jaya Group kota D. Perusahaan yang menjadi mitra kerja Adhytama Star Group. Setia, sayang isteri dan dua orang puteri kecilnya.
Bersambung...
*****
🤗🤗🤗
Happy reading 📖😍
Area pelataran Adhytama Star Group.
Pemuda yang sebentar lagi memasuki usia dua puluh empat tahun baru saja memasuki lift menuju ke lantai tertinggi gedung Adhytama Star Group. Sesaat pintu lift terbuka,pemuda bertampang oriental itupun melangkah menyusuri lorong penghubung antar ruangan.
Jika resah memilih untuk melanda hati yang rapuh, maka segunung kalimat penguatpun tidak akan mampu untuk meredakannya ... Yang ada hanyalah keinginan untuk tetap di dekatmu, bersamamu, dan menatapmu semuanya akan baik-baik saja..
Suasana lengang di pagi hari membawa langkah pelannya maju sembari melirik arloji di tangan. Melalui benda kotak persegi panjang yang menempel di telinga, hati-hati ia mengutarakan niat baiknya kepada seseorang di seberang sana.
Ucapan sayang, mohon batasi dulu aktivitasmu, dan peringatan kecil bahwa seminggu lagi pernikahan kita akan berlangsung, menjadi alasan utama ia menghubungi Lian dan menahan agar Lian jangan pergi ke luar kota meskipun dalam rangka menyelesaikan urusan pekerjaan.
Atau bahkan mengajukan permohonan agar gadis itu secara sadar menggantikan utusan lain sebagai wakil dirinya. Namun tetap saja ditolak mentah olehnya.
Yank, tenanglah. Ini tanggung jawabku yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Kasihan tuan Yaw Le Hwa jauh-jauh datang dari Tiongkok.
Masih ada lagi upaya peringatan yang diberikan oleh pemuda itu dengan harapan sang gadis bersedia mendengarkannya. Apa kau tahu jika calon mempelai wanita harus di pingit saat menjelang hari H, ayolah sayang, mama pasti akan menanyakanmu. Ucapan memelasnya masih tidak digubris lantaran keinginan menjalin kerja sama yang telah lama ia dan sang papa harapkan.
Yank,aku pasti akan pulang untuk menjalani ritualnya oke, aku tidak akan lama di sana.Kau tenanglah calon suamiku, tuan Danang Danuarta Setiawan.
Pupuslah harapannya. Sang gadis bersikeras mengikuti kehendaknya tanpa mau mendengarkan perkataan sang calon suami. Niat hati untuk melarang secara tegas, namun mulutnya tak kuasa juga angkat bicara.
Akhirnya, ikhlas dan mendoakan agar keselamatan sang calon isteri tetap terlindung selama di perjalanan, menjadi lantunan termerdu di bibirnya seharian suntuk.
Malam kian larut...
"Selamat bergabung dengan Ah Hwa Group!" ucap tuan Yaw Le Hwa usai menandatangani perjanjian kerja sama dengan Carnelian Group.
Seraya menjabat mantap dan tegas tangan Lian yang telah menampilkan presentase terbaik mengenai kinerja perusahaannya. Hal ini membuat tuan Beijing tersebut dengan senang hati menerima kerja sama itu tanpa syarat yang menyulitkan pihak Lian.
"Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada pihak kami tuan," balas Lian sopan dengan genggaman tangan yang tidak kalah tegasnya.
Sesaat setelah tuan Beijing pamit meninggalkan ruang pertemuan, Lian bersama Salsa sekretarisnya berjalan santai menyusuri lorong penghubung antar ruangan hotel K yang mereka tempati di luar kota.
Mereka baru saja usai melakukan kerja sama dengan tuan Yaw Le Hwa,sang pemilik salah satu bisnis raksasa di negara Tiogkok dan beberapa negara asia lainnya.
"Sa, akhirnya mimpi papa berhasil terwujud," ucap Lian semringah.
"Ya, Li. Dan kau harus berjanji...., ini adalah tugas terakhir pra nikahmu," timpal sekretaris Salsa.
"Ya, ya, enggak perlu diingetinpun gue udah tau Sa. Sejak kapan otak elu berubah jadi tuan Danang?" cebik Lian tidak terima.
"Bukan berubah Li, tapi ini aturan mainnya. Gitu-gitu dia calon suamimu," desah sekretaris Salsa.
"Aih! Sa...., hari gini masih percaya sama yang mitos," balas Lian sinis tidak mau kalah.
"Ya sudah, terserah kau saja," pungkas Salsa pasrah.
"Oke..., gimana kalau malam ini kita party. Sedikit wine saja enggak bakal buat mabuk kok," lanjutnya semringah.
"Li, gadis baik itu nggak bakal minum di masa menjelang hari H pernikahannya." Sekretaris Salsa mengingatkannya kembali.
"Udah akh!...., enggak usah ceramah lagi. Gue jamin enggak bakal ada party lagi setelah ini," celetuknya,
"cukup ambil keputusan. Ikut, atau tinggal, itu aja titik!" pungkasnya sembari berlalu.
'Terserah kau Lian. Aku nurut. Lagian apa bisa seorang Lian dibantah?' decit gadis bernama Salsa sembari mengedikkan bahu. Mengekori langkah bosnya.
Tidak ada alasan buat membantah seorang Lian di saat itu. Yang ada juga pasti sang sekretaris bakal mendapat sentilan yang menyakitkan. Menyebalkan bukan.
Sekarang kedua gadis itu tengah membersihkan diri di kamar mandi secara bergantian dikarenakan mereka menginap di kamar yang sama. Butuh waktu yang cukup lama bagi kedua gadis itu mempercantik dandanan hingga merasa bahwa tampilan mereka benar-benar memuaskan.
•
•
Lounge - Hotel K
Bos Lian dan sekretaris Salsa, terlihat antusias memasuki rumah minuman beralkohol termahal di hotel K. Kedua sahabat itu tampak bercengkerama ria sambil sesekali tertawa kecil menampakkan deretan gigi mereka yang putih dan rapi.
Bukk!
"Hei, hati-hati! Pakai mata juga kalau berjalan!" sentak Lian dengan dialek bahasa Inggris karena baru menyadari seorang pria bule telah menabrak lengannya begitu keras.
Pria bule tersebut sempat membalikkan badan seraya mengangkat tangan membentuk high five dari jauh dengan senyum permohonan maaf. Namun setengah wajahnya tidak kelihatan lantaran tertutup topi hitam di kepalanya.
Singkatnya Lian dan Salsa memesan minuman termahal milik Hotel K. Mereka bersulang demi merayakan pesta kecil keberhasilan mereka dalam menjalin kerja sama dengan tuan Beijing si pemegang saham terbesar dari Beijing itu.
"Gue happy banget Sa!" seru Lian usai meneguk wine sembari menikmati musik pop 'space age' yang didengungkan oleh musisi lounge.
"Hmm.." gumam sekretaris Salsa yang sudah terpengaruh reaksi alkohol.
"Huh! Baru beberapa gelas sudah KO," celetuk Lian.
"Bukan gitu Li, tapi ini minuman baunya sangat aneh," sanggah Salsa membela diri.
"Apanya yang aneh, itu minuman termahal punya Lounge ini. Elu aja yang aneh," tukas Lian membangkang.
Kedua gadis itu menikmati momen kesuksesan mereka hingga benar-benar lupa diri. Salsa yang sedari tadi sudah beberapa kali membujuk Lian untuk pulang namun tidak digubris sudah mulai meracau tidak jelas. Manakala Lian juga mulai berada dipuncak hangover, gadis itu baru rela beranjak dari lokasinya sembari menarik tangan sahabatnya yang terasa berat.
"Gue udah nggak tahan lagi Li," desahnya lemas.
Lian berusaha membujuk Salsa, "Ayolah, Sa!..., dikit lagi sampai ke kamar. Anggap saja ini pesta bersulang terakhir kita oke." Salsa yang langkahnya semakin berat, membuat Lian juga semakin berat menahan tubuh limbungnya, dan kesulitan memapah tubuh sahabatnya itu.
"Sa, bangun Sa.., Salsa...," ucap Lian pasrah melihat sahabatnya ambruk karena memang dirinya juga sudah tidak kuat lagi menahan gejolak yang menghantam isi perut dan tenggorokannya.
Mau tidak mau Lian terpaksa memuntahkan apa-apa yang terasa mengganjal di sana.
Hoek Hoek Hoek Hoeeekk
Belum puas, ia memuntahkan hingga berulang kali namun tetap saja kepalanya terasa berat dan matanya kian memicing memikirkan keanehan pada dirinya.
Tidak biasanya dia bisa semabuk itu karena alkohol yang dipesannya tadi tidak jauh berbeda dengan jenis alkohol yang sering ia pesan ketika menang job. Apalagi porsi pesanannya lebih sedikit dibandingkan dengan momen biasa sebelumnya.
Hoek Hoek Hoek Hoeeekk
Lagi-lagi ia memuntahkan isi perutnya ke dalam tong sampah yang terdapat di lorong penghubung antar ruangan. Sorot matanya melirik ke arah Salsa yang terbaring pasrah sudah tidak sadarkan diri.
Derit ponsel yang berasal dari sang calon suami Danang tidak berhasil ia angkat lamat-lamat menghilang dari pandangan hingga dunianya terasa semakin gelap.
Dini hari setelah Lian sadar, ia sudah berada sendirian di kamar. Sorot matanya menyisir seisi ruangan yang terasa aneh.
'Salsa ke mana ya?' batinnya.
Sesaat ketika ia ingin beranjak turun dari kasur, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan sekujur badannya terasa sakit yang luar biasa.
Perlahan ia mengangkat gelungan selimut miliknya dan betapa kaget melihat keadaan dirinya sendiri. Fix ia terbelalak mendapati tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun yang melekat.
Pikirannya mulai kalut. Ia merasakan sakit yang luar biasa di area pangkal pahanya. Otaknya mulai menebak, mencerna alur kejadian semalam.
"Sa! Salsa! Salsa elu di mana?...., woi!...., apa ada orang di sana?" pekik Lian mulai lepas kontrol. Matanya mulai berkaca-kaca menyapu seluruh ruangan yang lengang.
"Selamat menyambut pagi nona," ucap suara berdialek bahasa Inggris yang tiba-tiba muncul dari ujung ruang tamu dengan balutan jas hitam dan topi yang menutupi wajahnya. Menatap misterius, mengukir senyum sinis, menyeringai ke arah Lian yang tergolek lemas di balik gelungan selimut yang bersimbah darah selaput tipisnya.
•
•
Bersambung...
******
Teman-teman sekalian,
Selamat bergabung di dunia fiktif karya IM Lebelan. Asli dari buah pikiran author yang berjuang mencari ide dan ini tidak untuk ditujukan kepada siapapun. Maaf ya, ini menyangkut karya. Dan perjuangan dalam membuat suatu karya yang jungkir balik, tidaklah mudah. Ya, sekedar menghibur hati kita semua yang sudah berjibaku dengan rutinitas harian dan lelah seharian.🤗
Maaf juga baru muncul lagi. Terima kasih atas dukungan setia dari teman-teman semuanya. Jika ada yang tidak berkenan di hati bisa tinggalkan komentar yang membangun boleh ya..
Jangan lupa like rate dan vote juga favoritkan jika berkenan biar bisa ikuti kelanjutan cerita amburadul ini.🙏 😍
Salam lanjut dan saling dukung 🤗
Happy reading 🙏😍
Lian mulai sadar sepenuhnya. Kali ini ia benar-benar kecolongan lantaran tidak bisa menjaga kehormatannya. Ia mulai terbayang akan wajah teduh sang calon suami yang begitu peduli dan sangat khawatir terhadap dirinya.
Rasa bersalah tiba-tiba meranah jiwa, mengungkung segenap raga yang mulai kehilangan separuh nyawa.
Air mata menggenangi wajah cantik yang mulai ketakutan melihat pemandangan asing di hadapannya. Pikirannya mulai bergelayut memikirkan nasib sahabatnya, Salsa.
Atau jangan-jangan Salsa juga mengalami nasib serupa dengan dirinya, pikirnya dalam hati.
Lian menangkap pantulan wajah seorang pria sangat mirip dengan sekelebat wajah yang sempat menabrak keras tubuhnya ketika ia dan Salsa baru saja memasuki area yang tiba-tiba menurutnya menjadi terkutuk. Lounge.
"Siapa kau, di mana temanku?" bentak Lian dengan dialek serupa.
"Kau tidak mengenalku nona? Aku rasa kau mengenalku dengan sangat baik..," ucapnya parau,
"dan jangan khawatirkan soal temanmu, karena dia baik-baik saja," jawabnya mengulur waktu. Suara khas angkuh milik lelaki itu membuat Lian seketika bergidik membayang sesuatu yang menurutnya tidak mungkin.
Jika benar demikian lalu bagaimana bisa pria itu mengetahui keberadaan dirinya di hotel K ini. Lalu mengapa ia sampai tega mengejar dirinya sampai di kota ini padahal masalah mereka sudah selesai sewaktu mereka di kota lama itu.
"Cepat katakan siapa dirimu atau aku akan menghubungi polisi sekarang juga," sergah Lian seraya meraba sesuatu disampingnya dengan tangan yang gemetar.
Pria itu tertawa licik, "Hhhh.., cukup mudah untuk menjebak seorang Lian," decitnya seraya melepas pelan topi dari kepalanya. Menampakkan wajahnya yang angkuh dan sangar.
"Kau?!" pekik Lian menutup mulutnya tidak percaya. Tepat dugaannya. Ternyata pria itu masih saja berusaha mencari keberadaan dirinya dan sekarang ia terjebak satu kamar dengan pria yang selama ini ia hindari itu.
"Ya,aku Zane yang kau hindari selama ini! Apa kau mencari ini?" ucapan datar pria licik itu seraya menunjukkan sesuatu digenggaman yang tidak lain adalah ponsel milik Lian.
"Kembalikan, itu milikku!" serang Lian setegas mungkin.
"Tidak gratis nona Lian! Jangan bilang kau sudah lupa dengan perbuatanmu ketika itu," serunya licik seraya melangkah perlahan mendekati gadis yang kian menggigil ketakutan.
"Jangan mendekat Zane!Apa maumu?" teriaknya mundur. Mencari pakaian yang ia kenakan semalam namun tidak berhasil karena pria ****** itu telah membuangnya sembarangan ke ruang tamu.
"Serahkan dirimu secara sadar atau aku akan menghubungi nomor yang sudah puluhan kali menghubungimu ini!" ancamnya dengan sebuah belati tajam yang ia genggam di tangannya yang lain.
"Ja_jangan sentuh aku, atau aku akan berteriak."
Plakk!
Satu tamparan keras mendarat di wajah Lian yang dilakukan oleh tangan kekar itu sukses membuatnya meringis kesakitan.
"Silahkan Lian, tidak ada yang akan mendengar suaramu di ruangan kedap suara ini," ucapnya seraya menarik kasar rambut Lian, "Di London kau bebas karena dilindungi oleh Diego dan pamannya yang memiliki segudang pengawal. Tapi tidak untuk kali ini! Kau harus membayar mahal perbuatan masa lalumu itu!" bentak pria yang bernama Zane itu kasar seraya mencium paksa bibir Lian.
Lian yang sudah benar-benar terikat oleh tangan kekar pria ****** tersebut tidak berdaya dalam tangisan pilu. Pria bejat itu benar-benar memperkosa dirinya untuk kali yang kedua dan kali ini dilakukan ketika Lian dalam keadaan sadar membuatnya merasa terpukul hebat dan tidak bisa memaafkan pria bejat itu.
Lian terpaksa menerima perlakuan Zane dengan tangisan dan dendam amarah yang membuncah. Ratapan dan jeritan yang jelas tidak mengubah pendirian orang bejat seperti pria asing seperti Zane yang pada dasarnya adalah seorang pria berhidung belang.
Lian benar-benar menyesal pernah berhubungan dengan Zane. Ya, Lian pernah menjadikan Zane sebagai umpan untuk merebut hati Diego dengan berpura-pura menjadi pacarnya lalu membuat Diego merasa cemburu.
Ketika itu Zane yang asalnya hidung belang,namun berkat kecantikan dan pesona seorang Lian telah membuatnya bertekuk lutut dan sukses jatuh cinta dengan tulus kepadanya. Namun Lian yang masih terobsesi dengan pesona Diego malah tidak menggubris perasaan yang dimiliki pemuda Spanyol tersebut meskipun ia juga menyadari bahwa pemuda itu tulus mencintainya.
Karena Diego sedikitpun tidak terpancing dengan trik gadis itu, akhirnya ia memilih untuk memutuskan Zane dengan alasan sang papa menolak keras menerima calon menantu orang asing.
Hal inilah menjadi alasan utama Zane membenci Lian dan menjebaknya suatu ketika namun berhasil lolos karena saat Lian melarikan diri ia berhasil diselamatkan oleh Diego teman semester mereka.
Kini ia terpaksa menerima konsekuensi dari masa lalunya itu. Pria itu dengan rakus menjamah ramah tubuh indahnya hingga ia pun larut dalam permainan birahinya sendiri. Karena memang Lianlah gadis yang ia cintai. Lian pura-pura ikut menikmati permainan tersebut.
"I love you Lian," ucapan senada diulang berkali-kali oleh Zane.
"I love you too Zane," timpalnya lirih namun penuh amarah dan dendam.
Manakala gadis itu merasa bahwa Zane lengah dalam pengawasan ia segera meraih vas bunga yang bisa ia gapai. Dengan sekuat tenaga ia menghantam mengenai kepala Zane tepat di batok tempat otak kecilnya bersemayam.
"Mampus kau sialan!" pekiknya penuh benci dengan cucuran air mata berbalut amarah kian berkobar.
"Mati kau, kubunuh kau dengan tanganku sendiri!" teriaknya makin menjadi. Seringai getir menghiasi wajah cantiknya yang kian memudar. Yang ada sekarang hanyalah pikiran terkutuknya untuk segera menghabisi nyawa musuh besar yang telah menghancurkan hidupnya itu.
Lian tidak menyia-nyiakan kesempatan emasnya. Ia sigap meraih belati milik Zane yang semula digunakan untuk mengancam dirinya itu lalu menghujam berkali-kali ke wajah dan dada pria yang sudah memperkosanya itu. Hingga akhirnya pria tersebut terkulai tidak bernyawa.
Lian panik dan mundur beberapa langkah. Hatinya bagai disayat sembilu melihat tubuh pemuda yang bersimbah darah itu. Lantas menyapu pandangannya ke jemari dan tangannya sendiri yang berlumuran darah. Sekujur tubuhnya ikut bergetar.Biji matanya terasa panas. Urat nadinya serasa menegang, tulang belulangnya remuk. Lian mengikik, suaranya tercekat di tenggorokan dan dia ambruk seketika.
Beberapa menit kemudian Lian sadar dan mendapati tubuh polosnya masih berada di tempat terkutuk itu dan jasad Zane juga masih tergeletak di atas lantai.
Secara sadar ia berusaha menghilangkan jejak darah di badannya, membawa belati lipat yang menjadi barang bukti itu ke dalam genggamannya lalu meraih pakaian miliknya dan mengenakan seutuhnya kemudian mencari jalan keluar lewat pintu dengan sangat hati-hati dari pandangan orang-orang yang mencurigakan.
Lian berusaha mencari kamar miliknya. Ia segera memasuki kamarnya sesaat setelah ia mendapatkannya dan menekan tombol lalu Salsa terlihat berdiri mematung melihat penampilan Lian yang acak-acakan di hadapannya.
"Li, kau kenapa?" ucap Salsa yang baru tersadar sesaat setelah Lian menarik tubuhnya masuk ke dalam kamar.
"Jangan banyak tanya. Kita harus pergi sekarang sebelum pihak hotel melacak keberadaan kita," ucapnya dengan napas naik turun.
"Katakan dulu kau kenapa," sewot Salsa.
"Ceritanya panjang. Akan kujelaskan di perjalanan nanti oke," sanggah Lian tergesa-gesa.
Meskipun khawatir akan keadaan bosa sekaligus sahabatnya itu, Salsa tetap menuruti apa yang diucapkan oleh Lian. Kedua gadis itu buru-buru mengemas semua barang-barang bawaan mereka dengan perasaan yang berkecamuk dan rasa yang berbeda.
Usai mengemas, keduanya memilih untuk meninggalkan hotel K, tepat pukul 02.35 dini hari.
•••••
Bersambung...
Teman-teman sekalian,
Selamat bergabung di dunia fiktif karya IM Lebelan. Asli dari buah pikiran author yang berjuang mencari ide dan ini tidak untuk ditujukan kepada siapapun. Maaf ya, ini menyangkut karya fiktif dan perjuangan dalam membuat suatu karya yang jungkir balik, tidaklah mudah. Ya, sekedar menghibur hati kita semua yang sudah berjibaku dengan rutinitas harian dan lelah seharian.🤗
Maaf juga baru muncul lagi. Terima kasih atas dukungan setia dari teman-teman semuanya. Jika ada yang tidak berkenan di hati bisa tinggalkan komentar yang membangun boleh ya..
Jangan lupa like rate dan vote juga favoritkan jika berkenan biar bisa ikuti kelanjutan cerita amburadul ini.🙏 😍
Salam lanjut dan saling dukung 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!