NovelToon NovelToon

My Misterius Boy (Pria Misterius Ku)

Hal Yang Tidak Bisa Kulakukan

Aku diam dan duduk di kursiku sambil meletakkan kepalaku di atas meja. Apa yang kulakukan adalah mengamati mereka, teman-teman sekelasku. Seperti biasa mereka selalu bahagia di saat seperti ini, saat guru tidak masuk kelas oleh sebab tertentu yang tidak bisa di bantah.

Tentu saja mereka bahagia, mereka bisa melakukan apapun yang mereka suka. Para murid perempuan akan berkumpul dan ada  yang berkelompok-kelompok. Mereka bahagia melakukan apapun dengan hp ditangan mereka masing-masing.

Ada yang asyik selfi dengan kelompoknya, ada yang mendengar musik dengan headset, bahkan ada yang menari mengikuti gaya lagu girlband yang lagi ngetren saat itu.

Murid laki-laki juga melakukan hal yang sama. Tapi sebagian orang lain sibuk menggangu dan menggoda orang mungkin dia sukai. Diam-diam aku memfokuskan pendengaranku pada lagu yang mereka dengarkan, sebab hanya itu kesempatanku. Aku tidak punya akses untuk mendengarkan lagu mereka selain saat itu. Aku tidak memiliki hp, tv, bahkan radio di rumah.

Aku sendiri di ruangan kelas yang ramai itu. Mereka tidak akan sadar bahwa aku sendiri disana. Tidak ada yang datang sekedar menawarkan agar aku bergabung dengan mereka. Sebab aku tidak pernah di sukai di sana.

Aku gadis yang tidak menarik, tidak cantik, dan tidak punya apa-apa. Walau orang-orang tua yang sering ku jumpai mengatakan aku cantik dan manis sekaligus, tapi aku tidak percaya. Aku memiliki satu dua teman, tapi kami hanya bersama jika waktu pulang tiba.

Sebab saat itu kami pulang dengan transportasi umum yaitu angkot. Semakin banyak orang yang ikut semakin murahlah ongkos per orangnya. Jadi kami hanya teman simbiosis mutualisme. Itu sebutanku untuk mereka.

Seharusnya masa remaja awal adalah masa yang menyenangkan, itulah yang sering kupikirkan. Aku sempat berpikir aku akan mempunyai kesempatan untuk memiliki teman sebab kepintaranku.

Sewaktu di sekolah dasar aku selalu ada di peringkat tiga besar selama enam tahun. Namun saat aku masuk ke sekolah menengah pertama semua tidak ada lagi.

Aku masuk ke kelas plus walau aku sudah menjawab pertanyaan dengan salah saat ujian. Aku tidak ingin kesana. Semua yang ada di kelas itu rata-rata anak orang kaya, pejabat, paling tidak ada pegawai negeri sipil. Sedang aku tidak. Aku seorang yang miskin.

Mereka punya uang dan akses untuk mendukung pendidikan mereka. Les pada setiap mata pelajaran dengan tutor-tutor hebat dan ikut ekskul yang mereka suka. Aku bahkan tidak bisa ikut eskul yang gratis sebab tidak memiliki uang walau hanya sekedar untuk ongkos.

Walau aku berusaha sekuat tenaga di sisa-sisa waktu yang ku gunakan untuk membantu Ibu di kebun sayur. Itu bahkan tidak cukup. Mereka lebih pintar dariku. Aku kalah. Hariku penuh kesedihan, dan aku ingin berhenti sekolah saat itu. Aku bahkan tidak bisa mencurahkan perasaanku pada Ibu sebab dia hanya akan marah.

"Harusnya kau lebih bersabar, masih untung kamu bisa sekolah. Bagaimana jika aku menikah lagi dan meninggalmu saat ayahmu meninggal" itu yang di ucapnya.

Mungkin benar yang Ibu katakan. Aku harusnya lebih bersabar dan kuat. Meski saat itu aku hanya ingin mendengar kata semangat darinya bukan ucapan seperti itu. Mulai saat itu kuputuskan untuk tidak bicara padanya.

Aku bersyukur salah seorang teman sekelasku memutar musik cukup keras. Aku bisa mendengarnya sambil menutup mataku untuk menghayati lagunya. Kadang juga aku berpikir keras kenapa Tuhan menciptakan seorang anak yang cantik dan tampan serta pintar ditambah lagi kaya dan di hadapankan padaku. Aku hanya tersenyum getir, sebab Tuhan tidak akan menjawabku.

Aku bosan dan membuka buku biologi dan berusaha fokus membacanya. Aku melakukannya sebab tidak ada hal lain yang bisa kulakukan. Aku tidak bisa melakukan salah satu dari yang mereka lakukan saat itu.

Ketua kelas kami masuk tiba-tiba dan langsung berdiri di depan kelasnya. Dia mengambil satu spidol dan menulis sesuatu disana. Ternyata ada tugas dari guru kami yang tidak bisa hadir saat itu.

Ketua kelas kami selalu tegas dan tampak berkharisma. Selain itu dia juga tampan dan bertubuh tinggi dan hal yang paling gila aku berani menyukainya. Aku selalu tersenyum kecil saat melihatnya. Aku tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperlihatkan ku saat aku menatapnya.

"Kau menyukai ketua kelas kita" tanyanya tiba-tiba dengan nada meremehkan.

Aku diam dan merasa gugup. Aku bahkan tidak sanggup menatap wajahnya. Bagaimana tidak dia mengucapkan hal itu dengan cukup keras sampai semua mata tertuju padaku.

"Benarkan kau menyukainya" ucapnya lagi.

Aku masih tidak menjawab. Dia menertawaiku dan mengundang yang lainnya ikut tertawa. Hatiku sakit bahkan aku merasa sulit untuk bernapas.

"Sayang sekali dia sudah menyukai orang lain, tentu saja orang itu cantik dan juga pintar. Cocok untuknya" katanya meremehkanku.

Semua orang semakin menatapku sinis dan mereka semakin tertawa terbahak-bahak. Aku tidak menyangka ketua kelas meraih tanganku dan membawaku keluar dari kelas. Membungkam semua mulut orang yang menertawaiku, aku sangat senang untuk pertama kalinya.

Dia melepaskan tanganku begitu kami sampai di dekat kamar mandi. Disana sepi tidak ada orang yang lewat satupun. Aku tertunduk tidak berani melihat wajahnya.

"Kau menyukaiku" tanyanya dengan nada kesal.

"Sekalipun kau menyukaiku tolong sembunyikan dalam-dalam di dasar hatimu itu. Jangan membuatku malu" ucapnya lagi dengan kasar.

Aku diam lagi, seperti orang bodoh. Tidak berani menjawab apapun dari semua kalimatnya yang membuat sakit hatiku. Aku bahkan hampir menangis saat itu, tapi kutahan sekuat tenaga. Ku kepalkan tanganku untuk menambah kuatanku.

"Kau ingat itu" ucapnya lalu berlalu dari sana.

Aku tidak berani lagi masuk ke kelas saat itu. Kuputuskan untuk bersembunyi di ruangan kosong tempat penyimpanan kerajinan tangan paling tidak sampai satu jam. Walau satu jam tidak akan bisa mengembalikan keadaan, tapi aku harus kembali kesana. Aku tidak punya pilihan lain.

Aku menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Tapi hatiku kuat menjerit, aku yakin Tuhan dan langit mendengar jeritanku. Walau Tuhan belum ingin mengubah hidupku saat itu.

Aku sendiri disana, diruangan yang penuh debu itu. Tidak ada yang tahu dan ingin tahu tentang apa yang terjadi padaku. Aku yakin mereka sudah melupakan kejadian barusan. Aku bingung harus bagaimana dan harus cerita pada siapa.

Ibu tidak akan menenangkan hatiku, aku yakin dia akan mengucapkan hal yang sama. Kakakku juga akan menyalahkanku tanpa alasan.

"Sudah miskin, malah sibuk jatuh cinta. Gak tahu diri" mungkin itu yang akan kudapat darinya. Aku enggan menceritakan pada siapapun sebab tidak ada satupun yang menyukaiku.

Bersambung...

Orang Aneh

Perpisahan bagi anak kelas sembilan akan berlangsung. Semua murid dari kelas sembilan sangat antusias untuk hari itu. Aku masih di kelas memandangi teman-teman sekelas ku yang mulai berdandan.

Hari ini mereka tampak berbeda, pakaian yang mereka pakai pun berbeda. Mereka sengaja mendesain baju seragam mereka layaknya seragam sekolah anak Korea Selatan entah sebab alasan apa.

Ku akui mereka cantik saat mengenakannya. Lagi pula mereka punya banyak uang untuk berbuat semau mereka. Aku lihat ketua kelas itu sedang duduk di dekat gadis tercantik di kelas, bahkan dia merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan.

Aku cemburu juga sedih. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan keluar dengan cepat takut perasaan ku semakin tak karuan.

Aku berlari secepat mungkin menuju ruangan seni yang tidak terpakai itu. Duduk diantara tumpukan kardus yang disusun rapi. Aku bahkan tidur disana entah sejak kapan.

"Bangun, hei kau harus bangun acara akan segera dimulai" ucap seseorang membangunkan ku. Aku malas membuka mata dan berusaha tidak menghiraukannya.

"Aku tahu kau mendengar ku" ucapnya lagi dengan nada yang cukup keras.

Aku terganggu dan kesal sekaligus. Aku langsung bangkit dengan cepat setelah menyadari ada seseorang yang mengajakku bicara. Ini kali pertama ada orang seperti dia. Aku membuka mataku. Apa aku salah lihat. Siapa dia dan kenapa dia ada disini.

Dia orang tertampan yang pernah kutemui. Rambutnya lurus dan hitam dan disisir rapi. Kulitnya putih, tinggi, dan dia juga punya senyum yang menawan. Apa aku salah lihat, atau apakah ini mimpi? Aku mencubit lenganku, aku merasakan sakit. Artinya ini bukan mimpi di siang bolong.

"Hei, kau harus sadar dan bangun sekarang juga" ucapnya lagi.

Aku bangkit dan hendak pergi. Dia menghalangiku dengan meraih salah satu tanganku. Saat dia menarik tanganku ku pikir ada sesuatu yang salah. Dia pasti sudah gila mau berteman dengan orang sepertiku.

"Inilah kau yang sebenarnya, pergilah" ucapnya lagi sambil tersenyum.

"Kau cantik dan juga menawan, cocok dengan namamu Qaireen" tambahnya lagi.

Aku terkejut dia bahkan tahu namaku. Bagaimana orang setampan dia tahu namaku. Aku berbalik dan menatapnya ragu.

"Kau siapa" ucapku pelan dan hampir tidak terdengar.

"Aku Adnan, aku sering memperhatikanmu" ucapnya jujur.

"Aku? kau sering apa" tanyaku lagi sebab tidak percaya.

"Pergilah, aku akan mengurus sisanya" ucapnya lagi membuat aku tambah bingung.

Aku berlari ke kelas dengan cepat, sampai rambutku terlepas dari ikatannya. Aku mengatur nafasku berlahan saat hendak masuk ke kelasku. Bahkan keringat sudah membanjiri pelipisku. Aku heran semua orang menatapku tanpa berkedip.

"Kau siapa" ucap salah satu teman sekelasku.

Apa ini? Apa dia berusaha membuli ku. Tuhan tolong jangan biarkan apapun terjadi padaku, aku berharap Tuhan akan menolongku. Dia berjalan mendekati ku membuat jantungku berdetak kencang sebab takut.

"Kenapa kau disini, siapa kau sebenarnya. Apa kau salah masuk kelas" tanya lagi.

Aku takut semakin dibuli, akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya dan duduk di kursiku.

"Kau Iren, apa benar kau Iren" tanyanya seperti orang bodoh.

"Apa yang membuatmu berubah" ucapnya lagi.

Aku sudah tidak tahan lagi, aku merasa dia sudah mulai keterlaluan. Aku berdiri dan meraih tasku dan berniat keluar dari ruangan itu.

"Ke-napa kalau aku Iren" ucapku memberanikan diri.

"Gak ada masalah, cuma itu. Kau tampak berbeda" ucapnya sambil berlalu.

Aku berjalan ke luar ruangan sambil menunduk. Aku baru sadar rambutku sudah terurai. Aku kembali menyelusuri jalan menuju ruang seni, akan yakin aku menjatuhkan ikat rambutku disana. Aku membuka pintu dengan pelan setelah mengintip ke dalam, takut orang itu masih ada disana.

"Kau mencari ini" ucapnya tiba-tiba saat aku sedang sibuk mencari di dekat tumpukan kardus.

"Iya, terimakasih" ucapku tanpa melihat wajahnya.

"Ku pikir kita akan sering jumpa disini, Ini awal yang baik untuk kita" ucap Adnan sambil tersenyum.

...****************...

Aku mengikat rambutku lagi dan pergi ke pesta perpisahan itu. Aku duduk di sembarang kursi dan menonton pertunjukan bakat. Ku lihat teman sekelas ku sedang tampil tanpa sadar aku bertepuk tangan untuk mereka. Mereka memang terbaik, cantik, kaya, pintar dan disertai bakat yang menjanjikan.

Adnan tampak melambaikan tangannya ke arahku dari kursi yang tidak terlalu jauh dariku. Dia bahkan duduk di sampingku dan tersenyum terus tanpa henti.

"Aku tahu kau juga suka menari dan menyanyi. Aku sering melihatnya di ruang seni. Walau kau lebih banyak menangis" ucapnya seolah dia tahu semua tentang aku.

"Qaireen aku tahu semua tentangmu" tambahnya lagi membuat aku takut.

Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa semua orang tampak aneh hari ini. Orang di kelasku dan juga Adnan yang tiba-tiba muncul. Aku menatapnya penuh curiga siapa dan kenapa dia seperti itu padaku. Tidak ada seorangpun yang akan berbuat seperti itu padaku di sekolah ini.

"Siapa kau sebenarnya" ucapku takut.

"Aku Adnan, aku sudah bilang padamu" ucapnya enteng.

"Maksudku apa mau mu dan kenapa kau mendekatiku" ucapku lagi karena tidak puas dengan jawabannya barusan.

"Aku tidak berpikir apapun, yang jelas karena aku, kau cukup beruntung hari ini" jawabnya semakin tidak masuk akal.

Aku berjalan menjauh darinya. Kejadiannya membuat hariku jadi tidak nyaman. Aku mengambil tempat duduk di koridor sekolah dan menonton pertunjukan dengan nyaman disana. Dia datang lagi dan duduk di sampingku lagi tanpa rasa bersalah. Aku beranjak lagi enggan bersama orang sepertinya.

Dia tidak berhenti mengikuti ku, kemanapun aku pergi dia selalu ada walau tidak begitu dekat. Kadang dia hanya menatap, tapi kadang juga dia tersenyum manis. Bahkan dia juga sempat melambaikan tangannya padaku. Aku semakin takut dan tidak mengerti dan mencari cara untuk menjauh darinya.

Aku bersembunyi sebisa mungkin dan terus begitu. Aku berencana kembali ke ruang seni dengan aman. Disana aku tenang, tanpa siapapun mengganggu. Aku meraih satu karya yang sangat mengagumkan untukku. Lukisan gadis cantik, rambutnya panjang dan hitam, kulitnya putih dan matanya jernih seperti boneka.

Kucoba meraih lukisan indah itu sampai aku berjinjit sampai orang itu datang lagi. Aku menoleh ke belakang dan melihat dia lagi. Adnan. Aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

"jangan menghindariku, nanti juga kau akan butuh padaku" ucapnya tidak masuk akal.

"Aku tidak butuh padamu dan itu terserah padaku" jawabku kesal dan marah padanya.

"Kau akan butuh" ucapnya lagi seperti berharap lebih.

"Jauhi aku"

Dia akhirnya pergi meninggalkan tempat itu, tapi sebelumnya dia tersenyum tipis padaku. Aku menatap kepergian dengan perasaan bersalah. Ada apa dengannya? ucapku dalam hati.

Sejak saat itu hidupku berubah. Dia merubah hidup yang ku benci.

Bersambung...

Hiatus

Novel ini sementara tidak up dalam waktu yang cukup lama sebab author ingin fokus pada novel My Bad Boy.

Author mengalami kesulitan dan kendala dalam menulis novel 2 sekaligus. Setelah novel My Bad Boy Season 2 tamat insya Allah novel ini akan dilanjutkan lagi. Terimakasih bagi yang sudah membaca ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!