Gia Azimaika, gadis yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan tetapi sederhana, Gia anak penurut, pendiam. Beruntung Gia terlahir dari keluarga yang ketat dalam hal agama, Gia adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran. Saat ini Gia sudah semester 4. Bagi Gia menaruh perasaan pada seseorang adalah hal yang percuma, karena keluarga Gia yang seperti zaman siti nurbaya. Orang tua Gia pasti akan menjodohkan Gia dengan pria pilihan Papanya. Tetapi disisi lain saat ini Gia sedang disukai oleh Dosen di kampus Gia. Gia mempunyai sahabat karib bernama Susi. Sahabat sejak Gia SMA.
***(di Kos Gia)
"Assalamu'alaikum Ibu," salamku pada Ibu Kos.
"Eh anak gidok (panggilan untuk anak perempuan dari orang jawa), Wa'allaikumsalam, mau berangkat ke kampus pagi-pagi sekali Gi," jawab Ibu Kos Gia yang sedang memasak di dapurnya.
"Iya Bu, sudah ditunggu teman Gia di depan, Gia berangkat dulu ya," (sambil mencium tangan Ibu Kosnya)
"Iya hati-hati Nak," jawab Ibu kos Gia.
Begitulah Gia sangat akrab dengan pemilik kos, bahkan dia sudah menganggap semuanya adalah keluarganya sendiri mulai dari Embah, Bapak Kos, dan Anak Ibu Kos.
Gia berangkat dengan sahabatnya Susi, yang kebetulan mereka berasal dari satu kota yang sama.
***(di Kampus)
"Eh Gi laporan kamu udah selesai?" tanya Susi.
"Sudah, kenapa?" jawabku.
"Gak papa sih Gi, takutnya nanti Ibunya marah seperti kemarin," keluh Susi.
"Ayo kita masuk Si, ini udah disuruh masuk semua," ucapku.
Semua mahasiswa masuk ke dalam laboratorium, karena Gia adalah mahasiswa fakultas di bidang kesehatan. Kebetulan Gia tidak satu meja dengan Susi, Susi adalah sahabat karibnya dari SMA.
Semua mahasiswa mulai ramai karena bergumam dan berbisik dengan adanya dosen baru yang tidak jauh beda usianya dengan mahasiswa tahun ajaran kami ini. Semua mata tertuju pada dosen pria itu, tetapi tidak dengan Gia. Gia malah acuh dengan kehadiran dosen tersebut dengan menggambar di buku bindernya.
Setelah dosen pria tersebut memperkenalkan dirinya, semua mahasiswa memulai praktikum. Tak lupa sebelum praktikum terdapat kuis tulis dari dosen.
"Gi, kamu dari tadi di lihatin sama Pak Kevin (dosen pria yang baru)," kata Mely temen semeja Gia.
"Masak iya mel?" kataku melihat wajah Pak Kevin yang dari tadi menatapnya dengan wajah marah.
"Mungkin gara-gara tadi pas perkenalan kamu nggak memperhatikan kali Gi," kata Mely.
"Mungkin ya Mel, ah sudah lah lebih baik kita kerjakan kuis ini Mel," sahutku.
Ketika Gia mencoba berkonsentrasi untuk menjawab satu soal yang dirasanya sulit sambil memejamkan matanya dan menunduk, tiba-tiba konsentrasi Gia buyar karena dari arah belakang tubuh Gia, rupanya ada dosen yang sedang berdiri memperhatikannya.
"Sulit ya?!" tanya Pak Kevin dengan singkat.
Gia hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh menatap Pak Kevin.
"Makanya belajar!" kata Pak Kevin di telinga Gia dan berjalan meninggalkan Gia.
"Uuuuhh dasar dosen itu, udah dingin sikapnya kaya kulkas, ngeselin pula, untung mahasiswa lain tidak melihat," gumamku dalam hati.
Setelah beberapa jam praktikum selesai, Gia dan Susi menuju ke kantin.
***(di Kantin)
Setelah mereka membeli makan dan duduk sambil menyantap makanannya, tiba-tiba Pak Kevin lewat di depan kantin, semua mata melotot melihatnya kecuali Gia dan Susi yang asik menyantap makanannya.
"Eh Gi, tadi kamu diapain sama Pak Kevin?" tanya nya sambil tersenyum.
"Nggak di apa-apain, emang kenapa Si?" jawabku.
"Tadi Pak Kevin ngapain berbisik di teling kamu," tanya Susi lagi.
"Oh itu, kok kamu tau Si, tadi tuh orangnya ngeselin banget Si," jawabku sambil menyempitkan kedua alisnya.
"Awas loh Gi, nanti kamu zina mata," goda Susi.
"Astagfirullah enggak lah Si, kamu kan tau sendiri kenapa dari dulu aku tidak pernah mengatakan padamu tentang hal cinta," kataku.
"Iya iya Gi aku tau," jawab Susi dengan melas.
"Percuma gitu loh Si aku menaruh hati pada seseorang, toh ujung-ujungnya Papa Mama ku bakal tetep jodohin aku," kataku.
"Iya sih Gi, aku ngerti banget, sabar ya," jawab Susi sambil mengelus pundak Gia.
"Yuk kita pulang Gi, udah sore," ajak Susi.
Gia hanya menganggukkan kepalanya sambil menenteng tasnya.
"Eh bentar Si, ikut aku fotocopy di depan gang kosku ya, aku gak berani sendiri," ajakku.
"Iya Gi, santai aja," jawab Susi.
***(Di Tempat Fotocopy)
Gia menyodorkan lembaran kertas ke tukang fotocopy (biasa di panggil Pak Ndut)
"Berapa lembar Mbak Gia?" tanya Pak Ndut yang sudah akrab dengan Gia. Karena selama Gia kuliah disini dan sampai semester 4 ini, Pak Ndutlah orang yang membantu fotocopy tugas-tugas Gia 24jam nonstop.
"10 aja Pak," jawabku.
Tinn...tinn.. mobil brio merah terparkir di depan fotocopy.
"Eh Mas Kevin, ada perlu apa Mas?" tanya Pak Ndut kepada Pak Kevin.
"Ini Pak fotocopy 50 lembar ya," jawab Pak Kevin.
"Iya Mas, monggo duduk dulu," suruh Pak Ndut.
"Pak Kevin," sapa Susi dengan senyuman.
Gia yang melihatnya hanya memberikan senyum pada Pak Kevin.
"Ini mahasiswa nya ya Mas?" tanya Pak Ndut.
"Iya Pak," jawab Pak Kevin sambil memperhatikan Gia yang sedari tadi mengacuhkan kehadirannya tidak seperti susi yang menyambut hangat dengan senyuman.
Setelah lembaran Gia sudah di fotocopy dan sudah dibayar, Gia dan Susi bergegas untuk pulang, karena mereka tidak satu kos, Susi tinggal dirumah neneknya yang kebetulan dekat dengan kampus.
"Mari Pak," kata Susi pada Pak Kevin tidak dengan Gia yang hanya memberikan senyumnya kembali.
Gia memang begitu anaknya cuek dan jarang sekali bicara bisa dibilang dia anak introvert sih.
Karena Bu Dosen yang biasa mengajar kami praktikum sangat sibuk, sehingga di ambil alih oleh Pak Kevin, dan waktu tinggal 2 minggu mendekati hari ujian sehingga jadwal praktikum kami di fullkan selama satu minggu.
***(di Kampus)
"Aduh Si ngapain sih kita harus masuk laboratorium ini lagi, males banget ketemu Pak Kevin yang sok absurd itu," keluhku.
"Hayo Gia, sudahlah tenang sebentar lagi kita kan ujian jadi betahin aja deh Gi," sahut Susi.
Semua mahasiswa memulai praktikum, lagi lagi Pak Kevin menuju ke meja kelompok Gia yang sedang memperhatikan tabung reaksi yang dipanaskan tersebut.
"Gimana hasilnya? baunya gimana?" tanya Pak Kevin singkat.
Lalu dengan sengaja Mely mengangkat tabung reaksinya tersebut ke arah hidungku.
"Masak iya gitu kalo pengen tau bau dari reaksinya!" sahut Pak Kevin ketus.
"Iya maaf Pak," sahutku.
Lalu Gia mengibas-ibaskan asap yang keluar dari tabung reaksi tersebut.
"Baunya mengandung alkohol Pak," jawabku singkat pada Pak Kevin karena tidak ada lagi yang berani selain Gia di kelompoknya.
Pak Kevin mendekatkan kepalanya ke arah kepala Gia. karena dengan tinggi badan Gia yang hanya 158cm saja sedangkan Pak Kevin yang tingginya kira-kira 175cm. Maklum jika beliau di gandrungi para mahasiswa wanita disini, karena tinggi badannya itu.
"Masih muda, disayang tubuhnya," bisik Pak Kevin di dekat telinga Gia dan berjalan meninggalkan meja kelompok Gia.
Semua mahasiswa melihat peristiwa tersebut. Gia sangat malu dan semakin jengkel akan hal yang dilakukan Pak Kevin. rasanya seperti bertemu musuh jika bertemu dengan Pak Kevin.
Setelah praktikum selesai semua mahasiswa mengejekku.
"Gi, mungkin Pak Kevin jodohmu Gi," kata Pras.
"Iih apa sih! gak jelas," jawabku jutek.
Pras adalah salah satu mahasiswa sekelasnya yang berasal dari kota yang sama dengan Gia, Pras pernah menaruh hati pada Gia, tetapi Gia yang cuek dan tidak diperbolehkan kedua orang tuanya berpacaran, akhirnya Gia tidak memberi feedback pada Pras, tapi sekarang Pras sudah mempunyai pacar satu kampus bahkan satu fakultas. Dan pacarnya sangat jengkel jika melihat Pras berada di dekat Gia.
Gia dan Susi memutuskan untuk pulang.
***(di Kos)
Setelah sampai di kos Gia tak lupa langsung mandi dan mengambil air wudhu untuk sholat dhuhur. Setelah sholat Gia mengambil ponselnya untuk menghubungi Susi.
Tut...tut...tut.... Gia menelpon Susi.
"Hallo Assalamu'alaikum Si," salamku.
"Wa'alaikumsalam Gi ada apa? nanyain tugas ya?" jawab Susi.
"Ee...enggak sih, Si Pak Kevin kenapa sih sama aku? orangnya tuh ngeselin banget, pengen jitak tau nggak, mentang-mentang dia tampan, masih muda jadi bisa seenaknya sendiri sama mahasiswa," kataku dengan nada sangat kesal.
"Eh eh eh kenapa tiba-tiba sobiku ini nyeritain Pak Kevin ya," gerutu Susi dalam hati.
"Hallo Susi, kamu masih dengar aku kan," ucapku.
"Kenapa Gi, tiba-tiba curhat tentang Pak Kevin, mulai suka ya," tanya Susi sambi tertawa nada mengejek.
"Iih apaain sih, enggak ya, aku kan cuman nanya ke kamu, kemaren aja aku liat orangnya di meja Keisha baik-baik aja, absurd banget sama mahasiswa lain, tapi kenapa Si waktu sama aku rasanya tuh udah keluar tanduknya tau nggak, kesel aku jadinya," keluhku.
"Loh kan kamu aja merhatiin orangnya Gi, jangan-jangan," suara Susi terpotong dengan kata Gia.
"Aaah Susi udah lah aku mau tidur siang mumpung tugas besok udah aku selesai kan kemaren malam, bye Si," ucapku.
Belum sampai Susi menjawab Gia sudah menutup telfon nya.
Keesokan harinya Gia dan Susi seperti biasa berangkat ke kampus bersama.
***(di Kampus)
Ketika Gia dan Susi menuju ke lantai 4, tepat disana mereka melewati ruangan Pak Kevin, secara tidak sengaja Gia melihat ke arah meja Pak Kevin yang mengahadap tepat ke jalan dimana Gia dan Susi berjalan. Disana Gia melihat Pak Kevin yang sedang membaca dan mendengarkan earphone kecil di telinganya, tanpa sadar beberapa detik Gua telah memandang Pak Kevin. Dan pada saat itu juga Pak Kevin membalas tatapan Gia lalu wajah Gia yang awalnya ceria berubah 180°, Gia memberikan wajah tak enak pada Pak Kevin yang sok absurd itu, dan membuang muka Gia ke arah Susi.
"Hei Gi mau masuk kelas ya?" tanya Lina teman Gia tetapi berbeda fakultas dengan Gia.
"Iya Lin, kamu juga ada kelas kan?" tanyaku balik.
"Iya nih Gi yang jaga Bapak Dosen tampan, jadi makin semangat Gi, ya udah ya Gi, bye," ucap Lina dengan lambaian tangannya dan senyum penuh semangat.
Gia masih berfikir siapa dosen tampan kata Lina itu.
"Siapa lagi kalo bukan Pak Kevin Gi," Kata Susi membuyarkan lamunan Gia.
"Lo kok, kok Susi tau sih yang aku pikirin," ucapku dalam hati.
"Ee..emm iya mungkin Si," jawabku dengan nada datar seperti tidak tertarik untuk membahas tentang Pak Kevin.
Gia dan Susi pun memasuki ruangan dan mereka memulai mata kuliahnya.
Setelah beberapa jam akhirnya mata kuliah selesai.
Mereka menuju lift untuk ke lantai 1, ketika Gia berada tepat di depan pintu lift. Teng tong.... Pintu lift terbuka, Gia terkejut siapa yang sekarang ada di dalam lift yang sejajar berhadapan dengan Gia.
Siapa seseorang yang ada di dalam lift?
Tunggu eps selanjutnya kakak😊
Setelah beberapa jam akhirnya mata kuliah selesai.
Mereka menuju lift untuk ke lantai 1, ketika Gia berada tepat di depan pintu lift. Teng tong.... Pintu lift terbuka, Gia terkejut siapa yang sekarang ada di dalam lift yang sejajar berhadapan dengan Gia.
Pria yang sedang memainkan ponsel dan tangan kiri dimasukkan dalam saku memakai kemeja warna navy, lagi-lagi Susi menyapanya.
"Pak Kevin," sapa Susi dengan menyunggingkan kedua pipinya.
"Habis matkul ya?" tanya Pak Kevin dengan senyum tipis.
"Iya Pak, matkul Bu Eni," jawab Susi.
"Oh iya," jawab Pak Kevin.
Tetapi Gia tetap saja memandangi ponsel nya meskipun hanya membuka tutup tanpa adanya notif pesan ataupun WA.
Tiba-tiba brrraaaakkk lampu lift mati dan lift berhenti berjalan. Gia yang sangat takut dengan kegelapan tak sengaja memeluk Pak Kevin yang tepat ada di kanan depan nya, Gia kira itu adalah Susi. Memang lift yang kebetulan di gunakan oleh mereka adalah lift yang sering mengalami gangguan, bahkan pernah ada yang terperangkap agak lama di lift tersebut.
"Apaan sih anak ini, pake meluk-meluk aku segala, lebay banget," gumam Pak Kevin dalam hati.
Gia hanya menutup matanya sambil memeluk Pak Kevin, sementara Susi diam di pojok lift karena dia juga takut. Meskipun Gia agak merasakan keanehan dalam tubuh yang dia peluk. Tetapi saking takutnya Gia, dia tidak menghiraukan itu.
Setelah beberapa menit, lift berjalan kembali dan lampu sudah menyala, dibuka mata Gia yang langsung terkejut melihat tangannya yang melingkar pada pinggang Pak Kevin.
Susi yang melihatnya pun sangat terkejut. Gia langsung melepaskan pelukannya tersebut.
"Astagfirullah Mm....maaf Pak, ss...saya tadi tidak sengaja dan," kataku yang memberi penjelasan kepada Pak Kevin dengan nada yang sangat gugup. Tetapi Pak Kevin malah memotong penjelasanku.
"Iyaaaa saya sudah tau, kamu takut!" kata Pak Kevin sambil memandang Gia yang sedang merasa bersalah.
"Ooo jadi gini cara agar anak ini nggak sok cuek dihadapan saya," gumam dalam hati Pak Kevin.
Susi mencoba mencairkan suasana, dan bertepatan pas dilantai 1, Gia dan Susi pun langsung keluar dari lift tanpa membuka obrolan dengan Pak Kevin. Sedangkan Pak Kevin yang terus senyum-senyum dalam lift.
"Gi ayo kita keluar," kata Susi.
Gia langsung keluar tanpa menjawab Susi karena rasa malunya oleh kelakuannya tadi.
Di perjalanan pulang, Susi juga menertawakan tingkah sobinya tadi yang memeluk seorang Pak Kevin yang sangat dibenci oleh Gia.
"Gi, tadi kamu ngapain sih, kan sebelah kamu ada aku ngapain malah meluk Pak Kevin," goda Susi dengan ketawa mengejek dan menyenggol lengan Gia.
"Aku kira tadi itu kamu Si, tau sendiri kan kamu kalo aku takut gelap, jadi ya tadi spontan sih," jawabku dengan menggaruk-garuk kerudung nya.
"Tuh kan kamu salting Gi, udah lah ngaku aja kamu kagum kan sama beliau," goda Susi lagi.
"Iiih enggak ya Si, apaan sih gak mungkin kali," jawabku.
"Coba aja tadi Papa kamu tau kamu meluk seorang pria pasti kamu langsung di nikahkan tuh sama Pak Kevin," kata Susi yang mencoba merayu Gia.
"Memang sih Pak Kevin tipe ayah banget, rajin ibadah, pekerja keras, ramah," ucap batinku.
"Eh Gi kok nglamun sih," kata Susi sambil menepuk pundak Gia.
"Aaww...sakit Si," keluhku.
"Makanya jangan nglamun, nglamunin apa sih? Pak Kevin ya Gi?" tanya Susi.
"Iiiih enggak ya, udah ah cepet udah mendung ini mau hujan," ajakku.
***(di Kos)
Gia masuk ke dalam kamarnya dan ponselnya berdering, ternyata Video Call dari Papa Gia.
"Assalamu'alaikum Pa," ucap salamku.
"Wa'alaikumsalam Nak, gimana kuliahnya? udah makan? ini
Papa baru nyampek rumah Gi sama Mama kamu," jawab Papa Gia.
Begitulah Papa Gia yang selalu perhatian dengan Gia, karena bagi Papa dan Mama Gia, Gia tidak pernah membantah apa yang telah diputuskan oleh mereka, dia anak yang penurut.
"Gia baru pulang kuliah Pa, Alhamdulillah kuliah Gia lancar, Gia belum makan Pa, Papa udah makan?" tanyaku balik ke Papanya.
"Ini Papa makan sama Mama kamu, masakan kesukaan kamu Gi, ya Ma ya?" jawab Papa Gia.
" Iya Nak, ini Mama masak kesukaan kamu ayam kecap," rayu Mama Gia.
"Aah Mama, Gia jadi pengen pulang," jawabku dengan nada melas.
"Sabar Nak, nanti kan setelah ujian Gia libur panjang, nanti Mama masakin kesukaan Gia semua," rayu lagi Mama Gia.
"Gia, Gia jangan lupa makan sayur, sholat 5 waktu, Gia harus fokus kuliah ya, jangan ngecewain Papa sama Mama," ucap Papa Gia.
"Iya Pa, Gia pasti akan rajin belajar seperti permintaan Papa tiap malam jika Gia tidur sama Papa, kata Papa Gia harus bisa berdiri sendiri dan tidak merepotkan orang lain," jawabku.
Memang Gia selalu tidur dengan Papanya jika Papanya pulang ke rumah, karena Papanya yang jarang pulang karena pekerjaan nya yang ada di luar kota.
"Eh Pa, Adik dimana?" tanyaku.
"Adikmu masih mengaji, tumben nanyain Adikmu," jawab Papa Gia, Gia jarang sekali bercengkrama dengan Adiknya, karena ya itu Gia anaknya cuek sekali.
"Nggak papa Pa," jawabkilu sambil senyum ke Papanya.
"Baiklah Nak, Gia istirahat ya," suruh Papa Gia.
"Iya Pa Assalamu'alaikum," salamku.
"Wa'alaikumsalam," jawab Papa Gia.
Gia meletakkan ponsel nya di atas meja kecil miliknya, dan Gia menuju Kamar mandi, setelah keluar dari kamar mandi tak lupa Gia sholat ashar. setelah sholat ashar notif dari ponsel Gia berbunyi kembali.
Belum sampai melepas mukenah nya Gia mengambil ponselnya, di buka IG Gia dan ternyata tertera nama KevinWirawan meminta untuk mengikuti anda, Gia terpaku dengan bola matanya melotot, Gia masih tidak menyangka bahwa Pak Kevin ingin mengikutinya.
"Pak Kevin, seorang Pak Kevin...wuuuuhhhh," ucapku dengan senang sambil meloncat-loncat di atas kasur bersprei minion.
"Bentar-bentar, kok aku jadi seneng sih," ucapku sambil menyunggingkan bibir tipisnya dan mengernyitkan kedua alisnya.
"Gak gak gak, aku gak boleh ke Gr an, pasti Pak Kevin juga memperlakukan mahasiswa nya seperti ini pula," gerutuku dalam hati.
Gia pun menerima permintaan dari IG Pak Kevin, setelah Gia melepas mukenahnya Gia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tiba-tiba notif berbunyi kembali. Dengan buru-buru Gia melihat dan ternyata itu adalah DM dari Pak Kevin.
DM Pak Kevin dan Gia
"Follback dong" Pak Kevin.
"Sudah" Gia.
"Makasih 😊" Pak Kevin.
"Sama-sama" Gia.
"Kok belum tidur Gi" Pak Kevin.
"Pak kevin tau ig saya drmn" Gia.
"Saya beri pertanyaan sama kamu, jgn mlh balik tanya" Pak Kevin (sengaja Pak Kevin mengerjai Gia agar tak acuh dengannya).
"Oh ini saya mau tidur" Gia.
"Cepat tidur, besok matkul saya, jgn telat!" Pak Kevin.
"Ya Pak" Gia.
Dengan terus memandang DM an dari Pak Kevin, Gia senyum-senyum sendiri, dan menyadari bahwa dirinya telah kagum oleh beliau, setelah sadar Gia mendengar adzan magrib berkumandang, Gia beranjak dari kasurnya dan mengambil air wudhu serta sholat. Setelah sholat Gia belajar sebentar untuk persiapan besok praktikum kembali.
Setelah Gia belajar, Gia mencoba menghubungi Susi untuk memberitahukan kejadian tadi.
WA Gia ke Susi.
"Susi"Gia.
"Ada apa Gi" Susi.
"Aku mau cerita nih sama kamu" Gia.
"Cerita apa? Pasti Pak Kevin ya" Susi.
"Kok kamu tau Si" Gia.
"Udah cepat cerita, ayok apa aku penasaran🤣"Susi.
"Tadi Pak Kevin nggefollow aku, terus beliau nge DM aku Si" Gia.
"Whattt? Awal yang baik Gi😂" Susi.
"Kok baik sih Gi, kamu pasti ketawa ya" Gia.
"Pastilah Gi wkwk, terus gimana isi DMnya" Susi.
"Nggak mau ah Si, kamu ngetawain aku"Gia.
"Ayolah Gi tadi kan spontanitas Gi" Susi.
"Kapan-kapan aja deh Si" Gia.
"Baiklah, akan ku tunggu wkwk"Susi.
Setelah Gia curhat ke Susi akan peristiwa tadi, Gia mengambil sebuah kotak untuk mengecek alat apa saja yang dibutuhkan untuk praktikum besok, setelah selesai Gia berwudhu dan menunaikan sholat isya'.
Keesokan Harinya
Seperti biasa Gia dan Susi berangkat bersama. Tiba dikampus mereka memulai praktikum.
***(di Laboratorium)
"Baiklah kalian semua sudah saya beri buku petunjuk praktikum, dan semua reagen sudah disediakan di meja masing-masing, jadi kalian bisa memulai praktikumnya," ucap Pak Kevin.
"Iya Pak," jawab serentak semua mahasiswa.
Selang 1 jam an lagi-lagi Pak Kevin menghampiri meja kelompok Gia, dan melihat-lihat apa yang dilakukan oleh mereka. Gia yang terus menhindar karena dirasa tidak nyaman jika berdekatan dengan Pak Kevin, sehingga Pak Kevin yang terus mengerjainya dan menjadi semakin gemas dengan kelakuan Gia. Tetapi Gia tetap acuh kepada beliau. Pak Kevin merasa di cuekin sama Gia akhirnya Pak Kevin meninggalkan meja kelompok Gia dan menuju meja kelompok Susi.
Setelah praktikum selesai, Gia menginven alat-alat yang digunakan oleh mejanya tadi, karena Gia adalah ketua kelompok. Tetapi setelah kejadian kemaren sore Gia merasa malu dan sangat kesel dengan Pak Kevin. Jadi Gia memutuskan agar Mely saja yang meminta tanda tangan Pak Kevin pada buku inven nya.
"Ini Pak," kata Mely sambil menyodorkan buku inven nya.
"Sudah selesai?" tanya Pak Kevin.
"Sudah Pak," semua anggota kelompok meja Gia menjawab kecuali Gia yang hanya menunduk dan mencoret-coret di buku bindernya karena gabut.
Ditengah-tengah saat Pak Kevin mengecek alat yang di sesuaikan dengan buku inven tadi, ternyata ada yang tidak sesuai dengan alat yang ada di lemari meja kelompok Gia.
"Belum selesai ini, cek lagi!" ucak Pak Kevin dengan nada marah dan melempar buku di atas meja.
"Iya Pak," jawab Mely.
Gia mengecek kembali buku inven nya lalu ia berikan lagi pada Mely tetapi mely menolaknya.
"Ini Mel udah selesai,"ucapku sambil menyodorkan buku inven ke Mely.
"Eemm Gi, aku nggak berani tadi aja orangnya marah sama aku, mending kamu aja deh Gi," jawab Mely.
"Huufftt ya udah Mel," jawabku dengan menarik nafas panjang. Karena Gia sendiri sangat malas dengan kelakuan Pak Kevin tadi.
Tiba-tiba Pak Kevin menghampiri meja Gia dengan senyumnya.
"Gimana? uda selesai" tanya Pak Kevin.
"Udah Pak," jawabku dengan nada jengkel.
Lalu Gia menyodorkan bukunya tanpa berkata satu kata pun pada Pak Kevin, Pak Kevin yang mendikte Gia dan Gia yang mengambil alatnya tanpa menoleh pada Pak Kevin.
Setelah inven selesai Pak Kevin langsung menanda tangani bukunya dan memberikan pada Gia dengan senyumnya, tetapi begitulah sifat Gia tetap cuek kepada beliau.
"Tuh kan Gi kalo Pak Kevin ke kamu gak bakal marah," sahut Mely dengan menarik tangan Gia agar pembicaraan mereka tidak di dengan oleh temannya.
"Enggaklah Mel, mungkin memang tadi moodnya Pak Kevin lagi jelek kali jadi gitu," jawabku.
"Ooooow jadi kalo Pak Kevin sama kamu moodnya jadi bagus gitu Gi," goda Mely dengan menyubit pipi Gia yang tembem.
"Ya nggak gitu maksudku Mel, aduh susah ngejelasinnya, udah sana cepet beres-beres," suruhku.
"Tuh kan merah wajahnya," goda Mely kembali.
Gia menghiraukan Mely dengan mengernyitkan kedua alisnya dan memajukan bibirnya karena Gia merasa kesal dengan ejekan Mely.
Setelah praktikum selesai, Gia dan Susi menuju ke ruangan untuk memulai mata kuliah.
Selang beberapa jam matkul sudah selesai Gia dan Susi pun pulang karena sudah merasa sangat capek.
***(di Kos)
Gia memasuki kamarnya yang bernuansa minion itu, lalu merebahkan tubuhnya sebentar, dan dia memutuskan untuk tidur karena kebetulan Gia tidak sholat karena haid.
Sebentar Gia memejamkan matanya tiba-tiba ponsel Gia berbunyi.
Bersambung...
Pesan dari siapakah di ponsel Gia?
nantikan episode selanjutnya kakak😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!