*
Suarah riuh kota metropolitan membuat pening kepala, asap kendaraan menyebar polusi dimana-mana. Siang itu, di kafe yang sangat populer sejak dahulu, Jam menujukkan pukul 12.30 waktu istirahat bagi para karyawan.
Pria dengan tinggi badan 187 cm, langkah kakinya terhenti tepat diambang pintu, seketika menjadi pusat perhatian. Para wanita memandangnya penuh kekaguman. Siapa gerangan pria berkemeja biru memiliki tubuh kekar itu? Bulu-bulu tipis menghiasi dagunya, alis tebal nan pekat serta hidung macung selaras dengan bibir seksinya. Tidak, itu tidak sebanding dengan bola mata abu-abu yang tampak dingin namun mempesona. Dia Devan Andreas pewaris tunggal grup kingdom.
Pria itu terlihat sedang mencari seseorang.
Greach... ketemu diujung sana targetnya terlihat duduk santai meyilangkan kakinya, entah apa yang dia lihat diluar jendela sana? Hanya hamparan gedung dan jejeran ruko tidak ada yang menarik. Dia memang pria yang membosankan. Batinnya-
Langkah panjang Devan mengarah ke pria yang menjadi targetnya.
B**ruuukkk "Weii.. ngelamun aja Ar" Arrian sontak kaget karena sejak tadi dia terus melihat kedua bocah yang saling menyuap satu sama lain di sebrang sana.
"Kebiasaan lo ngga pernah berubah ya Van, suka ngebrak meja." Devan terkekeh menatap wajah masam temannya.
"Hahah.. Kebiasaan lo ngga pernah hilang suka marah-marah, pantes aja sampai sekarang lo jomblo."
"Ehey.... Situ sendiri apa kabar? Emang lo punya cewek?
Devan kegagalapam "Ekhem... Sudah pesan gak lo, hari ini gue teraktir!" Tangannya meraih menu diatas meja tentu untuk mengalihkan perhatian Arrian, karena sampai saat ini dia masih betah dengan status kejombloan yang hampir mendarah daging
"Gua udah pesan" Arrian tercengang melihat perbuhan temannya itu, baru beberapa bulan mereka tak bertemu namun tubuh Devan makin kekar.
"Van, gua penasaran lo kemanain lemak-lemak yang ada diperut lo?"
"Gua udah sumbangin ke ikan paus" jawabnya asal.
Arrian menggeleng tidak mengerti semua orang mengatakan jika seoramg Devano Andreas pria dingin tak berperasaan namun apa ini? Didepan Arrian pria itu sangat cerewet.
Ya, dulu memang Devan agak gemuk karena terlalu banyak makan snack dan minum soda bahkan sampai sekarang dia masih mengkomsumsi minuman itu meski hanya sekali-kali saja. Entah kemana perginya semua gumpalan diperutnya mungkin dia melakukan sedot lemak, makanya tubuhnya sekarang lebih atletis, tak heran jika sahabatnya itu jadi incaran para wanita diluar sana. Dia ingat salah satu model yang sangat populer saat ini terang-terangan menyatakan perasaannya pada Devan. Dasar Devan pria aneh dia menolak gadis cantik invaran semua pria.
"Ada apa lo tiba-tiba ngajak ketemuan? biasanya banyak alesan lo kalau gua ajak keluar."
"hemm... Van gue mau minta tolong!" Arrian mengangkat kepalanya lalu menatap serius temannya itu.
"Serius..? Lo mau minta tolong? Kok bisa? Lo ngga salah makan kan? Lo baik-baik saja kan?" Arrian terus menatap Devan dengan serius
"Waw... Akhirnya seorang Arrian Sanders meminta tolong pada gua, ini harus gua catet dalam buku sejarah nih" ucapnya dengan wajah kemenangan, semenjak mereka bersahabat tak sekali pun Arrian meminta tolong padanya.
Mengingat sahabatnya juga orang terpandang, pewaris Group SR yang bergerak dibidang properti terbesar di negeri ini. yang paling utama sifat gengsi Arrian setinggi gunung Mahameru sehingga dia tidak sekalipun minta tolong pada Devan
"Oke lo minta tolong apa? hem? minjem duit gue kasih, Kontrak kerja sama gue tanda tangan, mau liburan gua temanin, minta nomor cewek gue ada. apa lagi ya?"
Arrian berfikir sejenak sebelum menrik nafas panjang "Van... gua mau Lo nikah sama adik gua, Ariana"
Devan tertegun sesaat, kerongkongannya seakan tercengal. Jemarin Devan bermaian diatas bulu-bulu tipis dirahang tegasnya.
"Nikah..." Devan mencari jenaka di bola mata Arrian tidak disana hanya tatapan serius.
"Hemm"
"Ah... Gila nih anak, kalau becanda yang kira-kira dong. lo sedang kerasukan jin apa barusan ha? " Ucapnya "Ar.. gini, lo minum dulu yang banyak tenangin fikiran lo tarik nafas buang perlahan, supaya tu otak jadi waras kembali"
"Gue serius Van, gue minta lo nikah sama adik gue Riana, gua masih waras kok"
"Tapi kenapa? Lo tau kan gua udah ngga ada niat lagi untuk nikah. Emang dasar lo yah, ngga pernah minta tolong sama gua tapi sekali minta tolong nyuruh gua nikah. Saraf lo ya Ar"
"Gue tau lo masih sakit hati gara-gara cewek itu ngehianatin lo tap..."
"Tu kan lo tau Ar"
"Pikirkan permintaan gue Van, gua kali ini benar-benar serius minta tolong, hanya lo yang gua percaya bisa jagaain dan bahagiaan adik gue" Tutur Arrian
"Memang lo mo kemana Ar ke dunia lain ha? Udah, gua
mau pergi. Saran gua lo cari dukun buat ngusir jin ifrit dari tubuh lo! Agar lo kembali ke jalan yang benar Ar."
...*...
Sepanjang koridor kantor miliknya Devan terus menggerutu tidak jelas, bahkan Hery Andreas ayahnya yang jelas-jelas ingin keluar dari kantor dia abaikan begitu saja
"Ada apa lagi dengan anak itu?" ucap Hery, menatap punggung anak satu-satunya ada saja kelakuan anaknya yang membuat pria paru baya itu sakit kepala.
"Mungkin karena tuan muda terlalu lama jomblo tuan besar jadi seperti itu" Ucap Khan sekertaris Hery. Hery kembali melangkah meninggalkan gedung perusahaannya, dengan beban fikiran baru.
Benar yang di katakan Khan Devan harus segera menikah. Setelah semua kerjaannya selesai, Hery akan menikahkan anaknya meski dia tahu Devan akan menolak. Tentu pria tua itu tidak kehabisan akal.
*
Devan menduduki kursi kebesarannya dengan kasar, matanya menatap lurus kedepan. Dia kembali menarik memori beberapa waktu yang lalu saat pertemuannya dengan Arrian "Van... Gua mau Lo nikah sama adik gua, Ariana!".
" Wah gila tu anak, gila benar-benar gila." Felix yang baru ingin menyerahkan beberapa berkas ke bosnya itu, langkahnya terhenti melihat wajah Devan sedang tidak baik dia memilih memutar haluan adalah caranya bertahan hidup untuk saat ini
......................
*
*
terima kasih sudah mampir, jangan lupa klik tombol Like 👍 dan ❤
salam manis dari aku
*
Tit... Titt.. Titttt.....⏰
Dua pasang bolah mata hitam pekat seketika membulat setelah mendengar jam wekernya berbunyi entah kemana perginya kantuk yang terus-terus merayu kelopak matanya agar tetap tertutup rapat. Gadis dengan surai panjang bergelombang
langsunh terduduk ditengah kasur beralaskan seprai karatker anime One Piece. Dia meraih hp keluaran terbaru miliknya diatas nakas, nafas lega menghembus begitu saja setelah membaca pesan singkat di layar hp-nya, kemudian dia membaringkan kembali tubuhnya setelah meresakan ketegangan sesaat.
"*Tok... tok.. nona muda, Tuan muda sudah menunggu di meja makan*" Suara lembut yang sering membangunkannya dipagi, siang, dan malam hari.
"*I*ya aku mandi dulu bibi"
Gadis itu adalah Ariana Sanders, saat ini umurnya dua puluh tahun dan sebentar lagi usianya memasuki yang ke dua puluh satu tahun. Deretan hadiah yang akan dia minta pada Arrian kakanya sudah tercetak bak baliho caleg di otak gadis cantik itu. Saat ini Ariana masih duduk di bangku kuliah di salah satu Universitas terkemuka di
negara ini, dan itu kampus milik om-nya Reza Pratama Sanders, pria dewasa yang hampir menginjak kepala empat tapi belum juga menikah, dia adalah om paling menyebalkan sepanjang sejarah versi Riana.
Riana gadis cantik dan ceria namun entah mengapa selama hidupnya dia hanya memliki dua sahabat Hendry dan Monica tapi Riana lebih suka memanggilnya Momo. Mereka bersahabat sejak TK, sampai dibangku kuliah pun lagi-lagi mereka bertiga bertemu. sungguh lingkaran setan yang harus terputus dan jangan bilang mereka akan menikah diwaktu yang sama juga.
Ariana sedikit berlari menuruni anak tangga menuju meja makan, rambut panjangnya dia biarkan ter-urai berayun indah mengenai punggungnya. Meski hanya mengenakan kaos putih polos big zise dan celana jeans biru gadis itu masih terlihat manis.
Di meja makan sudah ada Arrian dengan pakaian rapi, kemeja putih dipadukan celana kain hitam yang sedang asik membaca majalan bisnis. Bacaan paling membosankan dan tentu pria yang membacanya juga sangat membosankan tapi Riana sangat menyangi Arrian kakak tirinya.
Meski mereka bukan saudara kandung, itu tidak merubah apapun di tetap kaka dan selamanya menjadi kakak yang paling Riana sayang. Mereka berdua selisih tujuh tahun katanya, saat itu dokter memfonis mama mandul tapi beliau tetap berusaha agar hamil, sedangkan papa sudah pasrah dia tidak mempermasalahkannya lagi bahkan dirumah kami tidak boleh ada yang membahas soal kehamilan, mungkin karena papa takut jika mama akan sedih.
Mungkin memang sudah takdir gadis cantik itu dilahirkan agar menjadi penghubung antara Arrian dan mama membaik karena saat itu kak Arrian sangat membenci mama dan sejak kalahiran si kecil Ariana, hubungan mama dengan kak Arrian membaik rumah itu seakan hidup kembali.
Namun, itu tidak berlangsung lama. Papa meninggal membuat kak Arrian harus mengambil alih perusahaan diusinya terbilang sangat mudah. Benan yang harus Arrian pikul tidak main-main ada banyak keluarga yang bergatung hidup padanya.
Selang beberapa bulan mama pun menyusul papa ke surga dan sejak saat itu kak Arrian sangat protektif pada Riana bahkan disekeliling gadis itu banyak detektif jadi-jadian yang Arrian sewa untuk memata-matainya.
"Pagi kak Ar.." Sapa Riana tidak lupa kecupan manis mendarat dipipi Arrian, itu kebiasaan lama yang susah Riana ubah.
"Pagi bibi Jum"
"Pagi Nona muda." Ucap ibu paruh baya itu yang sejak dulu merawat kami dia pengabdi setia keluarga ini, bahkan aku dan kak Ar sudah menganggapknya Sebagai orang tua sendiri.
Tanpa meminta lagi Arrian tahu kesukaan adiknya Roti selai keju dan segelas susu hambar sudah tertata rapi diatas piring milik Riana...
hup... kenikmatan mana lagi yang kau dustakan?
"Riana pelan-pelan aku tidak akan mencuri roti itu dari mu"
"Heheh..."
"Riana, malam nanti aku mau ajak kamu ke acara ulang tahun rekan bisnisnya k.."
"TIDAK" ucapnya memotong "aku tidak mau" tolaknya dengan nada pasti
"Kak Ar tidak ingat ? ini sering terjadi, mereka selalu berfikir kita sepasang kekasih jika aku ikut bersama dengan mu kak. bagaiman kaka akan menikah jika selalu seperti ini ? pokoknya tidak aku tidak menerima rayuan, gombalan dan janji manis kakak titik." Hanya satu tegukan susu di gelas panjang lolos begitu saja di tenggorokannya. Arrian hanya menggeleng melihat Riana yang sudah meninggalkannya sendiri.
"Hu**fftt, hampir saja aku meledak kaya balon didepan kak Ar. Ada apa dengannya? Apa kak Ar ingin melajang selama hidupnya? Cukup Om Reza mengambil jalan sesat itu kak Ar jangan."
*M*emang wajah kami tidak mirip, kak Ar wajahnya sangat mirip almarhum mami Bella yang kebarat-baratan, mungkin karena mama dan papa Asia tulen jadi tentu wajahku orang Asia. itu kenapa setiap aku bersama kak Ar mereka menyangka kami sepasang kekasih bukan adik kakak. Sejak saat itu aku malas ikut acara perusahaan.
......................
*
Di sebuah kedai kopi yang tidak jauh dari kampus, Riana sedang menunggu kopi pesanannya. Sesekali gadis itu melirik jam tangan hitam yang melingkar dipergelangan tangannya. Masih ada waktu dua puluh menit kuliah Om Reza berlangsung. Kali ini dia tidak boleh terlambat jika sampai itu terjadi dia akan dikerjain habis-habisan lagi.
Dan sialnya lagi kak Arrian malah ikut berpartispasi jika Om Reza mengerjainya, dengan tumpukan tugas siswa yang harus Riana periksa semalaman.
Saking asiknya melamun Riana tidak menyadari pesanannya telah jadi dan seorang pria salah mengambil minumannya.
"Tunggu..! Itu milikku" ucap Riana pada pria memiliki tinggi setengah inci dari tubuhnya. Pria itu berbalik, seketika mata dan otak Riana tersihir akan ketampanan pria itu terlebih bola mata itu seperti air sungai jernih namun ada ketegasan disana. Dia Devano
"Iyakah? " Ucap Devan, sambil mengangkat cup kopi ditangannya "Pantas rasanya sedikit aneh... Kalau begitu aku minta maaf Nona ! Aku akan mengganti milikmu, kau bisa pesan lagi aku akan membayarnya"
"Tidak ada waktu lagi" Sejujurnya Riana kesal tapi sudahlah anggap saja hari ini dia bermurah hati.
"Lain kali jangan asal ambil ya OM bisa jadi itu bukan milikmu" Riana sengaja menekan kata Om tentu membuat Devan terebelak.
"OM..? siapa yang om disini?" ucap Devan, menatap Ariana yang sudah menjauh meninggalkannya.
A**uhhh dasar bocah tengil, ganteng begini dibilang om. Awas, saja kalau ketemu gua panggil tante atau nenek sekalian.
*
*
Langkah Riana tergesa-gesa menyusuri setiap lorong gedung kampuu, untung saja dia hanya memakai sepatu kets sehingga langkahnya tidak mengundang perhatian banyak orang. Riana menyengerit heran saat melihat kelasnya sudah penuh '*Udah gua duga pasti telat lagi, hari ini gua benar-benar apes. Tau begini tadi gua terima aja tawaran om tadi*.'
Di ujung sana pak Reza, menatap dengan tatapan licik ketika dia melihat Riana masuk dengan mengendap-ngendap seakan ribuan kembang api di atas kepalanya bergemuruh tanda kemenangan. Malam ini gua bisa nya**ntai ye... yee. Batin Reza
"Woe sini" Ucap Hendry setengah berbisik. "Dari mana aja lo? gua pikir ngga masuk. Om lo udah mau selesai khutba tu" Ucap Hendry menunjuk pak Reza dengan lirikkannya.
"Serius??? tadi katanya masuk jam 09.30"
"Kata siapa? Kita masuk seperti biasanya kok"
"Eh... ? Jadi, tadi yang sms gua siapa dong?" Firasat Riana sudah tidak enak manakala dia melirik omnya yang sudah mengambangkan senyum devil bak Ryuk 'simakhluk halus pencabut nyawa serial death note yang sering Riana baca'.
"Bego... bego... Pasti kerjaan Om Reza lagi." Gertunya.
Benar saja Riana hanya mengikuti mata kuliah itu selama sepuluh menit. Diikantin Kampus gadis itu menidurkan kepalanya diatas meja, rambut indahnya menjutai kebawah sungguh hari ini melelahkan dan sedikit sial baginya.
"Dia kenapa lagi Hen?" ucap Momo yang baru saja selesai mengikuti mata kuliah susulan. Mereka bertiga satu kelas dan jurusan hanya saja Momo harus mengulang satu mata kuliah lagi
Hendry hanya menggeleng seraya menyantap makanan didepannya.
"Ri gua ada gosib nih." ucap Momo dengan semangat 45, tentu Riana sangat antusias dan bersemangat entah kemana perginya keksalannya tadi
"Gosib terooos" Teriak Hendry. Tatapan mata kedua gadis itu seakan menebar aura perang mahabrata padanya.
"Dengar ya Hen sahabat gua paling ganteng. Sejujurnya gua ngga ada niat untuk ngegibah tapi ada aja ya godaan dari teman." Ucap Riana membela diri.
"Mau dengar ngga nih"
"Iya apaan" ucapnya. Lihat siapa yang lebih antuasias disini?
"Farel dan Sandra Putus." ucap Momo semangat.
Riana yang menahan nafasnya langsung mengembuskan kannya kasar
"Gua pikir gosib apaan, basi tau ngga?"
"Kenapa? Bukannya alasan lo masuk kampus ini karena dia, lo suka kan sam kak Farel?" ucap Momo kali ini Hendry ikut antusias mendengar jawaban Riana.
"Hahahah .. Itu gadis dua tahun lalu lebih mudah dari gua, dia masih labil saat itu sayang. Lo kenal sama tu cewek Hen?"
Riana merangkul pundak hendry dia hanya bersikap seperti ini hanya pada sahabatnya itu
" Jadi bener nih udah ngga suka?" Momo tampak tak yakin dengan penuturan Riana "Kalau gitu buat gua ya" Momo menaik turunkan alisnya dengan seyum mengambang dibibirnya.
"Ambil...! Sampai urat-uratnya kalau perlu Mo!"
"Wah.. Hen si Maemunah benaran udah move on, tapi kok sampai sekarang lo masih Jomblo Ri ?" Tanya Momo
"Momo, Hendry sahabat gua paling budiman dan sejahtera denger baik-baik ya, kalian pikir sampai saat ini gua jomblo karena ngga bisa move on? ya ngga lah, gua hanya bingung mau sama siapa" Ucapa Riana asal.
Jujur Riana bukannya tidak ingin menjalin hubungan serius dengan seoramlng pria, hanya saja belum ada yang membutanya jatuh cinta dulu, dia sempat menyukai kakak kelasnya sewaktu SMA pria bernama Farel itu. Namun saat Riana masuk dikampus ini Farel sudah memiliki kekasih dan gadis itu bernama Sandra, dia sangat populer karena kecantikannya terutama dia adalah seorang model.
"Sombong amat ya ni anak, enaknya di apain Hen?" Ucap Momo gemes ingin menjitak kepala Riana.
"Tunggu Mo, bukannya lo suka sama om si Maemunah ini ? "
"Ya iyalah... Dia tetap number one dihati gua. forever" Ucapnya dengan gaya sok keren.
"Emang hubungan kalian udah sampai ketahap mana?" Riana ikut mengtrogasi Momo
"Udah nyampe telinga kalian. Makanya... Jadi teman lo kasi kontribusi dikit ke Ri, supaya gua ini jadi tante lo. Gua janji akan jafi tante baik bual loka " ucap Momo seraya memeluk tubuh Riana.
"Apaan sih? Geli gua dipeluk sama lo"
Bukan melepaskan Momo malah mengeratkan pelukannya.
......................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!