Assalamu'alaikumm ...
Ini karya baru thor, murni imajinasi semata. Seperti karya yang sudah-sudah genre yang thor pilih Religi Romantis.
Tapi ya maaf ilmu agama thor masih terbatas jadi gak bisa bikin yg terlalu religi banget, paling nggak ibadah wajib gak thor tinggal dari setiap tokoh thor. Buat setir diri😃
Kita langsung ke cerita ya❤❤
🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣
"Mass ... apa gak bisa kalau kita jalan gak ngajak anakmu itu?"
"Naya, maksudmu??" tanya Bumi memastikan apa yang kekasihnya katakan sambil sesekali tangannya melambai pada sang putri cantik yang bermain ayunan tak jauh dari tempatnya duduk.
"Iya, memang anakmu ada yang lain?" ucap sang gadis dengan bibir yang tampak di kerucutkan kedepan mengerut manja.
"Yass, kamu kan tau Naya itu udah kayak nyawaku. Pas kita jadian toh sudah tak kasih tau kalau mau nerima aku ya harus nerima anakku, gimana sih?" ujar Bumi seraya mengelus rambut sang pujaan hati berusaha merayunya.
"Tapi aku kan juga mau berduaan sama kamu, yang romantis, sayang-sayangan," ucap sang gadis kembali.
"Lho ini kita lagi sayang-sayangan."
"Tapi kan tetep beda ada anakmu," sang gadis kembali menggerutu dengan tangan yang masih bermain-main di lutut sang kekasih.
"Yandaa ...," seorang gadis kecil tampak berlari kearah mereka saat ini.
"Ohhh, cantiknya Yanda. Sudah capek mainnya Sayang?" sang pria tampak merapikan rambut sang putri kecil kearah belakang, menyapu seluruh anak rambut sang putri yang tampak basah oleh keringat tersebut.
🐣POV BUMI
Bumi Pranadipta Abadi, itulah namaku. Aku lelaki yang merantau menuntut ilmu sekaligus mengejar receh jauh dari keluargaku. Entah karena kenakalanku atau karena kecerdasanku, terdamparlah aku dikirim keluargaku meninggalkan Jogya tempat kelahiranku, jauh dari mereka.
6 Tahun sudah aku menjadi warga Bandung. Kontrakan berbentuk rumah dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 ruang tamu menjadi tempatku merangkai mimpi besarku yang masih mengawang-awang.
Aku tinggal bersama Choirul, orang yang juga dibuang keluarganya dari Kediri ke Bandung. Kata dibuang kok serem ya, seperti kami anak yang tak dirindukan. Tapi nyatanya kami anak kesayangan kok hanya kami terlalu ekspesif dan kreatif sampai yang dilarang kami ingin tau. Dari minuman, rokok dan serbuk yang digulung-gulung kami pernah ikut-ikutan ingin tahu.
Tapi sekedar ingin tau lho, aku gak senakal itu walau orang tuaku yang terlalu heboh saat menyadari aku memiliki barang seperti itu di kamarku, padahal toh baru icip-icip sedikit dan aku udah pusing kala itu celanaku masih abu-abu. Sudahlah itu masa lalu yang udah kuikhlaskan sampai bisa bikin aku mandiri sampai sekarang. Mandiri ... Mandi sendiri, cuci baju sendiri, masak sendiri, nyetrika nggak sendiri ... toh bajuku langsung tak lipat rapi tanpa setrika, itu kalau dirumah. Kalau mulai nginjak ke kantor gayaku sudah seperti eksekutif muda berdasi dan berambut licin.
Usiaku 25 tahun saat ini, kerja di Bank Swasta yang cukup bonafit. Dan aku sudah menjadi Manajer Operasional di usiaku saat ini.
Segini dulu perkenalan tentangku ...
Oiya sampai lupa aku punya putri cantik namanya Kanaya. Dia penyemangatku yang menjadikan aku bisa mandiri seperti sekarang ini.
Kanaya hidupku, jadi jangan pernah mengganggu putri kecilku atau aku akan menjadi mimpi buruk untukmu ....
Oalahh, bicara apa aku ini. Intinya Kanaya segalanya untukku Titik.
🐣🐣🐣
🐢Monggo di tunggu episode selanjutnya ...
🐢Happy reading❤❤
"Mas, kamu lagi ngapain?" Kudengar tanya wanita yang sudah sangat kuhapal suaranya.
"Lagi nyuapi anakku maem, ada apa Yass?"
"Nanti malam ketemuan ya!" ujar wanita dibalik teleponku kembali.
"Ya, tapi sama Naya paling, Choirul belum pulang, anakku gak ada yang jaga. Gimana?"
"Pokoknya aku mau kita ketemu berdua saja! Jam 8 kutunggu di Cafe biasa!" ujar wanita yang belakangan ini memang sedang dekat denganku dengan nada ketus tak ingin di sanggah.
"Gimana ya, tar tak kabari lagi, semoga nanti Choirul dah pulang. Jangan marah dong Yang..!!!"
"Tau lah," dan panggilanpun terputus.
Punya cewek ko malah bikin pusing,
"Ada apa, Yanda?"
"Nggak ada apa-apa Sayang, ayo makan lagi. Buka mulutmu. A ...," dan Nayapun segera mengunyah makanan dari sendokku.
"Pintere anak Yanda, ayo A lagi ...."
Nyam ... nyamm ... nyamm ...
"Pintar."
"Yandaa ...."
"Iya Sayang," lirihku.
"Kalau Yanda mau pergi sama tante Diyass, Naya gpp di rumah sendiri tunggu Abi Choirul," celoteh Naya melihat gelagatku yang berbeda.
"Ndak Sayang, Yanda akan tunggu Abi Choirul. Kalau dia nggak pulang-pulang, Yanda di rumah aja sama Naya," dan aku kembali berbohong. Entah mengapa setiap wanita yang ku kencani, susah menyayangi Naya. Padahal anakku ini sangat menggemaskan, mereka itu maunya aku aja, lha gimana lagi? memang aku ada anak kok, batinku.
Dan seketika Naya menciumku kini, "Naya Sayang Yanda," ucapnya.
"Apalagi Yanda. Sangat ... sangat ... sangat sayanggg Nayaa." Dan kamipun berpelukan setelahnya.
•
•
Kutatap jam di dinding kamarku 19:45, kami sudah memposisikan diri di kasur saat ini. Choirul masih belum pulang dan aku sudah pasrah dengan kemarahan Diyass. Sudah biasa buatku, aku sudah berusaha sebisaku tapi memang keadaan lagi-lagi tak memihakku, jika raga memaksaku berdiri di satu tempat, tentu disisi Naya-lah pilihanku. Gadis kecilku yang cantik ...
Dan seperti inilah kuhabiskan akhir pekanku. Sabtu dan minggu yang libur khusus untuk putri kecilku. Kalau ada yang mau jalan sama aku, yah kita jalan bertiga. Karena memang 5 hari lainnya sudah kuhabiskan untuk bekerja.
Mulai 08:00 smapai 16:30 aku habiskan kemampuan otakku di kantor, setelahnya aku akan menjemput anakku yang kutitipkan kepada wanita yang tinggal disekitar tempat tingggalku. Kebetulan diusia sang wanita mencapai 40 tahun ia masih belum memiliki anak. Dan ia sangat menyukai Naya, Naya anakku yang spesial namun sangat pintar dan ceria sangat mudah menarik orang untuk menyukainya. Walau sebaliknya tidak untuk wanita-wanita yang suka mengejarku. Mereka seakan menjadikan Naya sebagai penghalang hubunganku dengan mereka.
20:40 saat ini, terdengar ponselku berdering dari arah ruang tamu. Kutengok Nayaku telah terlelap dengan pulasnya, perlahan kuangkat ragaku dari pembaringan dan segera menuju ponselku berada. Kurapatkan pintu kamarku agar Nayaku tak terganggu.
"Mass, kamu tega!" Suara Diyass langsung mengagetkanku.
"Ucapkan salam dulu dong Yangg," lirihku.
"Gak salam-salaman, kamu tega Mas, kamu bener-bener nggak dateng. Padahal aku udah dandan cantik untukmu malam ini. Tapi mejaku tetep aja kosong. Orang-orang sekitar jadi merhatiin aku. Kenapa sih kamu Mas? Aku cuma minta waktu semalam berduaan aja kamu tetep nggak bisa," Celoteh Diyass tanpa henti disana.
"Choirul belum pulang. Apa bisa aku ninggalin anakku sendirian?"
"Lagi-lagi anak itu, aku bosen Mas begini terus. Wes kita putus saja lah," ucap Diyass dengan nada emosi disana.
"Terserah kamu lah Yass, aku memang mencari wanita yang bisa sayang sama anakku. Kalau kamu jadiin Naya masalah. Berarti memang kamu bukan wanita yang kucari."
"Kok gitu sih Mas, kamu gak minta aku untuk jangan putus? gak ngerayu aku supaya berubah fikiran??" Diyas berujar kembali dengan ucapan yang membuatku bingung, tadi minta putus, aku iya-kan malah minta di rayu. Gimana sih?
Dan aku hanya terdiam tak menanggapi ujarannya.
"Mas-- Mas ... dimana lagi kamu dapet wanita kayak aku, udah cantik, pinter dan modis. Oke kalau kamu mau putus sama aku, yang mengantri mau sama aku juga banyak kok," ucap Diyass denga gaya tinggi hatinya.
"Iyo, iyo kudo'akan semoga kamu cepet dapet penggantiku," ujarku merasa biasa, karena memang sudah biasa berakhir seperti ini.
"Kok kamu malah doain aku sama orang lain sih? Kamu beneran mau putus sama aku? Denger ya Mas, kamu mau cari sampai kapanpun wanita yang bersedia ngurus anakmu. Kupastikan kamu nggak akan dapet.!! Siapa juga yang mau ngasuh anak orang. Anak yang nggak jelas juga." Dan ucapan Diyass sangat menusukku, wanita ini ... untung aku nggak benar-benar menyukainya. Mulutnya tajam seperti silet. Sabar Bum, jangan di tanggepi, batinku.
"Wes bye Yass. Kita udah putus okee! Assalamu'alaikum. Aku akan hapus nomermu, kamu juga silahkan hapus nomerku saja!"
"Mas ... Mas ....
Dan kututup panggilanku seketika, tak menghiraukan suara yang masih memanggilku disana. Kuhampiri malaikatku yang dalam keadaan tidurpun tetap terlihat cantik.
Anakku Sayang, Yanda rela nggak menikah daripada ngasih ibu yang seperti monster untukmu ...
🐣🐣🐣
🐢Monggo di tunggu episode selanjutnya ...
🐢Happy reading❤❤
🌻 FLASHBACK 5 TAHUN SILAM
Gemericik air membuat langit kelam tanpa sinaran,
Mentari menepi taktala awan hitam membawa pasukan datang beriringan,
Ada apa gerangan??
Hiruk pikuk menjadi keheningan,
Setiap diri mendekap orang kesayangan,
Dan aku berusaha tetap berjalan,
Tak ingin kelam menjadi halangan,
Putri cantik laksana bidadari kayangan,
Sepasang mata bening membuat diri keranjingan,
Menembus tikungan dan terowongan,
Tetap berdiri melawan hambatan,
Jalan mendaki dilalui tanpa seorang teman,
1 Misi memberi rasa aman dalam pelukan,
Dan tetap positif akan segala takdir Tuhan.
"Buk, Mas Bumi pulang membawa anak," tampak mbok Darmi seorang asisten rumah tangga di rumah ibukku berlari sekencangnya kearah dalam.
Tak lama terlihat ibu keluar, diliatnya aku memang menggendong seorang anak, dan ia tampak sangat terkejut. "Ada apa ini Bum? Anak siapa ini?"
"Ini anakku, Bu," ujarku.
"*Astagfirulloh*, wanita mana dia? tega kamu Nak, ibu mengirimmu kuliah untuk menuntut ilmu supaya kelak jadi orang sukses, ini malah mencoreng nama keluarga," ujar ibu terus berceloteh hari itu tanpa jeda.
"Dengarkan Bumi dahulu, Bu, semua tidak seperti yang ibu fikirkan," ujarku menjelaskan duduk permasalahan pada ibu yang terlihat sudah diliputi emosi disana.
"Denger apa lagi? Semua jelas dan ibu kecewa padamu."
"Bu, ini bukan anak kandung bumi," ucapku.
"Maksudmu?" Terlihat ibu heran disana, ia menatapku seksama seolah menunggu penjelasanku dan mencari kebohongan di mataku.
"Bumi bertemu Naya di Panti, dan Bumi sudah menyukai Naya sejak pertama kali bertemu," lirihku.
"Gak masuk akal ini, kamu nggak tau asal usul anak ini, kamu masih muda, cita-citamu masih panjang, bagaimana bisa kamu ngurus anak?" gusar ibu seraya memijat pelipisnya.
"Bumi sudah mantap dan akan tetap merawat Naya," ujarku kukuh sebab rasa sayangku sudah dalam pada anak 10 bulan yang cantik dan menggemaskan dalam dekapanku saat ini.
"Kamu fikir merawat anak itu mudah, dan kamu? uang saja masih minta kok. Memang anak itu gak punya kebutuhan, ibu gak mau tau, kamu harus kembalikan anak itu ketempatnya dulu, gak ada momong-momong anak orang, urusi dirimu yang benar dulu," tukas ibu kembali.
"Maaf Bu, bukankah ibu yang mengajari Bumi untuk menyayangi sesama, saling menolong tanpa membedakan, apa ibu lupa?" Dan ibu tampak resah mendengar penuturanku
"Ini berbeda Bum, ini anak. Dosa jika kamu nggak bisa merawatnya dengan baik."
Setelah beberapa saat terdiam, ibu berujar kembali. "Pokoknya ibu gak setuju, kalau kamu nekat mengurus anak ini, lebih baik kamu nggak usah kesini lagi. Lupakan ibu dan uruslah dirimu sendiri." Ibu tampak serius dengan kata-katanya membuatku bingung. Ibu adalah jiwaku mana bisa aku jauh dari ibu, tapi sayangku pada Naya juga cukup besar. Ingin Naya mendapat kehidupan yang baik, dan aku ingin mengiringi Naya dalam dekapanku hingga dewasa.
"Jangan ngomong seperti itu, Bu! Bumi sangat menyayangi Ibu ...," lirihku.
"Kalau memang Sayang, dengarkan ucapan Ibu dan kembalikan anak itu!"
"Bumi akan tetap merawat Naya, Bu," lirihku kembali.
"Jadi kamu memilih anak ini daripada ibu? Pergi dari sini sekarang!!! ibu nggak mau melihatmu lagi!" tegas ibu tampak emosi terpancar di wajahnya.
Ibu melihatku mematung, "Pergi ... Pergi ...!!!"
Mas Rana yang baru pulang joging tampak menghampiri kami. "Ada apa ini, Dek? Bu, sadar dengan yang Ibu katakan?"
"Adikmu telah menyakiti Ibu, Ran, coba kita lihat, berapa lama Bumi bertahan atas keputusannya. Ran, blokir rekening dan kartu kredit adikmu sekarang!!"
"Tapi Buu-----
🐣🐣🐣
🐢Monggo di tunggu episode selanjutnya ...
🐢Happy reading❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!