NovelToon NovelToon

KESEDERHANAAN CINTA

Pengenalan Tokoh

💐

💐

💐

💐

💐

PENGENALAN TOKOH

 

Indiana Khan, wanita cantik berhijab berusia 23 tahun memiliki sifat yang ramah, lucu, ceria, dan cerewet semua orang sangat menyukai Indi.

 

Aiman Arsyad Ady, pria tampan berusia 27 tahun kewarganegaraan Malaysia memiliki sifat tegas, bijaksana, mudah bergaul, dan ramah. Aiman merupakan seorang Pengusaha muda yang sukses, dia mempunyai beberapa Restoran mewah yang tersebar di Malaysia.

 

Junaidi Maulana (Joe), pria tampan berusia 25 tahun merupakan sahabat dan sekaligus saudara sepupu Aiman. Berbeda dengan Aiman, Joe memiliki sifat yang cuek dan sedikit dingin.

 

Rara Alqirana, wanita cantik berusia 20 tahun yang merupakan tetangga Indi. Rara memiliki sifat yang centil, jutek, dan kepo. Rara selalu iri kepada Indi.

 

Alexander Ibrahim, pria tampan berusia 25 tahun merupakan tetangga Indi, Alex mempunyai sifat yang dewasa dan penyayang.

 

Ahmad Azzam Verham, terkenal dengan sebutan Azzam Tobak pria tampan berusia 24 tahun yang mempunyai sifat petakilan, ramah, lucu, kadang-kadang somplak juga.

 

Keisya Olivia, wanita cantik 22 tahun yang merupakan sahabat satu-satunya Indi, Keisya merupakan wanita yang sangat pemalu.

 

POV INDIANA KHAN...

 

Hallo namaku Indiana Khan, aku gadis asli Jawa banyak yang bertanya kenapa namanya Indiana Khan? apakah kamu keturunan orang India? dan masih banyak lagi pertanyaan yang membuatku merasa jengah.

 

Aku jelaskan ya, Ibu aku itu fans beratnya India apalagi sama Shahrukh Khan, sampai-sampai semua film India sudah beliau tonton. Mungkin karena terinspirasi dari India jadi namaku Indiana Khan.

 

Kalian jangan membayangkan wajahku kaya orang India ya yang mempunyai hidung mancung dan mata belo, wajah aku itu justru malah Jawa banget ciri khas gadis-gadis desa yang masih polos dengan kecantikan yang natural.

 

Bahkan kalau kalian melihat senyumanku, manis sekali kalau kata Ibuku senyumanku itu manis seperti dodol jenang. Ibuku memang pandai memuji meskipun aku berbuat kesalahan Ibu tidak pernah memarahiku, Ibu memang paling the best.

 

Aku adalah seorang anak yatim, Ayahku meninggal saat aku berusia 10 tahun karena penyakit yang dideritanya. Kalau mengingat masa itu, aku selalu sedih aku dan Ibuku tidak mampu membawa Ayah berobat hingga akhirnya kami hanya bisa pasrah dengan keadaan.

 

Semenjak Ayah pergi meninggalkan aku dan Ibuku, aku sudah bertekad ingin menjadi seorang Dokter supaya jikalau Ibu sakit, aku bisa menyembuhkannya.

 

Tapi apalah daya, manusia memang boleh berencana tapi Alloh lah yang berkehendak, lagi-lagi aku harus mengubur dalam-dalam cita-citaku untuk bisa Kuliah Kedokteran.

 

Ibuku hanya mampu menyekolahkanku sampai SMA, itu pun aku sudah bersyukur. Aku bukanlah termasuk anak yang pintar, kisah hidupku tidak semudah seperti kisah di Novel-novel.

 

Aku adalah pencinta Novel, tapi nasibku tidak semulus seperti dalam kisah Novel. Kalau dalam Novel wanita miskin tapi biasanya mempunyai otak yang pintar sehingga dia bisa melanjutkan Kuliahnya dengan Beasiswa bahkan ada yang sampai ke Luar Negeri.

 

Sementara aku sudah miskin, otakku pun cuma mentok disitu-situ saja, nasib-nasib. Semenjak lulus SMA, aku sudah mencari pekerjaan kemana-mana tapi ya namanya juga lulusan SMA palingan aku hanya diterima sebagai seorang pelayan.

 

Satu tahun aku pernah bekerja sebagai pelayan disebuah Restoran, hingga akhirnya aku memutuskan untuk keluar. Bukannya aku tidak butuh dengan pekerjaan, tapi bekerja sebagai pelayan itu sangat capek tidak sebanding dengan gajinya yang hanya cukup untuk membayar kontrakan.

 

Ibuku bernama Ninik, beliau Ibu yang sangat sabar dan juga penyayang,saat ini Ibu bekerja sebagai buruh cuci baju dirumah-rumah tetangga sungguh sangat miris nasibku.

 

Diusianya yang sudah tak muda lagi seharusnya Ibuku sudah bisa duduk santai menikmati hidup, tapi ini malah harus bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan hidup kami berdua.

 

Melihat semangat Ibu yang tak kenal lelah membuatku terinspirasi, akhirnya aku pun mencari pekerjaan kemana-mana tapi memang susah juga tidak ada lowongan pekerjaan untuk anak yang hanya lulusan SMA.

 

Panas terik, hujan badai tak ku hiraukan pokoknya aku harus mendapatkan pekerjaan kasihan Ibu. Tiba-tiba perutku sakit karena dari tadi padi Indi memang belum makan apa-apa, karena sudah tidak kuat lagi akhirnya Indi berhenti didepan sebuah toko bunga.

 

Seorang wanita muncul dari toko bunga itu, mungkin usianya tidak jauh berbeda dengan Ibuku.Dan aku bisa tebak kalau Ibu itu adalah Pemilik toko bunga ini.

 

POV AUTHOR....

 

Aiman Arsyad Ady, pria yang berasal dari Negeri Jiran itu sudah bertekad akan pergi ke Indonesia untuk mencari adik kandungnya yang sudah puluhan tahun menghilang.

 

Dulu keluarga Aiman mempekerjakan seorang ART tapi entah bagaimana awalnya hingga ART itu menculik Adiknya yang masih bayi.

 

Puluhan tahun Aiman mencari keberadaan adiknya itu, hingga akhirnya seorang anak buah Aiman memberitahukan kalau wanita yang menculik adiknya itu berada di Indonesia.

 

Tanpa basa-basi lagi,Aiman langsung menyiapkan diri untuk pergi ke Indonesia, Aiman tidak peduli meskipun dia harus pindah kewarganegaraan yang penting dia bisa menemukan adiknya dan membawanya ke hadapan sang Mamah yang saat ini sedang sakit-sakitan karena memikirkan anaknya yang hilang.

 

Aiman seorang Pemilik Restoran terkenal di Malaysia, bahkan Restorannya itu sudah berdiri dibeberapa Kota di Malaysia, memang dari dulu Aiman punya cita-cita akan membangun Restoran di Indonesia dan saat ini adalah waktu yang tepat buat Aiman melebarkan sayapnya di Negara orang.

 

Seperti pepatah bilang sambil menyelam minum air, sembari mengembangkan bisnis sambil mencari Adiknya yang hilang. Aiman selalu ditemani oleh Asistennya sekaligus sepupu Aiman juga yang bernama Junaidi Maulana atau terkenal dengan sebutan Joe.

 

Berbeda dengan Aiman yang terbilang ramah dan murah senyum, Joe sebaliknya dia adalah orang yang cuek dan dingin. Joe selalu ada disamping Aiman kemanapun dan dimanapun Aiman berada pasti disitu ada Joe juga.

 

Mereka berdua memang tampan tapi sayang masih jomblo belum ada yang mempunyai pasangan, bahkan banyak yang berpikir kalau mereka berdua pria-pria tampan yang tidak normal karena kemana-mana selalu berdua bagaikan perangko tidak bisa dipisahkan.

 

Tapi mereka tidak pernah memikirkan omongan orang-orang, toh mereka berpikir kalau mereka tidak bergantung hidup pada orang lain, yang terpenting memang kenyataannya mereka laki-laki normal seribu persen normal malahan.

💐

💐

💐

💐

💐

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

 

Semangat Pagi

💐

💐

💐

💐

💐

Pagi ini begitu sangat indah, Matahari bersinar dengan cerahnya masuk melalui celah-celah jendela membuat mata seorang wanita cantik mengerjap karena silau.

 

Indiana Khan itulah nama wanita cantik berhijab itu, setelah melaksanakan shalat subuh memang sudah menjadi kebiasaan Indi selalu tidur lagi, bukan sebuah tidur nyenyak melainkan tidur sebentar sembari menunggu hari sedikit terang.

 

Tok..tok..tok..

 

"Indi, bangun Nak sudah siang," teriak Ibu Ninik yang tidak lain adalah Ibu Indi.

 

"Iya Bu, ini juga sudah bangun kok," sahut Indi.

 

Indi pun segera merapikan tempat tidurnya dan mencuci wajahnya supaya lebih segar.

 

"Indi, Ibu pergi dulu ya ada cucian di rumah sebelah, Ibu sudah membuatkan nasi goreng untukmu kalau kamu mau keluar simpan saja kuncinya di tempat biasa," seru Ibu Ninik.

 

"Baik Bu."

 

Indi memperhatikan punggung Ibunya yang mulai menghilang dibalik pintu, ada perasaan miris dihatinya melihat wanita yang paling dia sayangi harus bekerja keras demi mencukupi keperluan sehari-hari.

 

Indi melihat nasi goreng yang sudah Ibunya buat, tiba-tiba air matanya menetes bahkan Ibunya hanya makan sedikit dan menyisakan banyak untuk dirinya. Indi tahu karena tadi malam Indi melihat sisa nasi yang ada di didalam rice cookernya hanya sedikit.

 

Indi memakan nasi goreng itu dengan deraian air mata, Indi bertekad kalau hari ini akan mencari pekerjaan, Indi akan menerima pekerjaan apapun asalkan pekerjaan itu halal.

 

Susah payah Indi menelan makanan itu, hingga akhirnya nasi goreng itu pun habis tak bersisa. Indi segera bersiap-siap mengganti pakaiannya untuk mencari pekerjaan hari ini.

 

"Roti...roti...roti enak dan nikmat ayo siapa yang mau beli, Azzam yang tampan sudah datang ayo beli...beli," teriak Azzam.

 

Seketika mendengar teriakan tukang dagang tampan nan gagah itu, semua Ibu-ibu keluar dari rumahnya dengan terburu-buru saling berebut satu sama lain. Entah apa yang ada dipikiran Ibu-ibu itu mereka rela meninggalkan suaminya demi membeli dagangan yang Azzam jajakan.

 

Azzam adalah seorang pedagang tampan nan gagah, Azzam tidak pernah terpaku sama satu dagangan, dia selalu gonta-ganti jualan kadang jualan bubur, buah-buahan, roti, kue, dan sebagainya.

 

Azzam tidak pernah terpatok pada satu jualan karena setiap Azzam jualan pasti ujung-ujungnya mengalami kerugian. Azzam itu tukang gombal setiap orang habis dia gombali tapi mirisnya kebanyakan emak-emak yang nyangkut dengan gombalannya.

 

Kadang-kadang karena saking fokusnya dengan gombalan dan tebar pesonanya, Azzam sampai tidak memperdulikan dengan Ibu-ibu yang pergi begitu saja tanpa membayar. Sehingga membuat Azzam selalu merugi, tapi Azzam tidak pernah mengeluh dan malu dengan profesinya dia jalani dengan penuh rasa syukur.

 

Seperti pagi yang cerah ini, Azzam sudah dikerubungi Ibu-ibu tidak tahu diri, mereka ada yang sibuk memilah roti yang mau mereka beli, ada yang hanya sekedar ingin pegang-pegang badan kekar Azzam, ada yang setia mendengarkan gombalan-gombalan Azzam, bahkan ada yang hanya melongo melihat Azzam tanpa berniat untuk membeli dagangan Azzam.

 

"Bang Azzam, kok makin hari makin tampan saja," celetuk salah satu Ibu-ibu dengan nada genitnya.

 

"Masa sih Bu? Alhamdulillah kalau begitu, Ibu juga makin hari makin cantik saja seperti bunga yang baru mekar cantik sekali," gombal Azzam.

 

"Ih, Bang Azzam bisa saja," ucap Ibu-ibu itu dengan gayanya yang sok imut membuat Azzam bergidik ngeri.

 

"Kalau begitu aku beli sepuluh rotinya Bang Azzam."

 

"Wuidih mantap, siap Ibu cantik."

 

Tiba-tiba, Indi pun keluar dari rumahnya dengan membawa tas selempang karena hari ini Indi akan mencari pekerjaan.

 

"Pagi Indi yang cantik, sini mau beli roti Bang Azzam yang tampan ini," teriak Azzam.

 

"Tidak Bang terimakasih Indi mau berangkat dulu," sahut Indi yang langsung melangkahkan kakinya.

 

"Indi tunggu sebentar," teriak Azzam yang berlari menghampiri Indi.

 

"Ada apa Bang?" tanya Indi.

 

"Ini ada roti buat Indi yang cantik."

 

"Tidak usah Bang, nanti Abang rugi lho."

 

"Tidak apa-apa Abang rugi, yang penting Indi bahagia."

 

"Lho tidak bisa begitu dong Bang, kasihan kan Bang Azzam sudah capek keliling jualan mencari pembeli untungnya juga tidak seberapa malah Abang kasih ke Indi."

 

"Sudah ini buat kamu, pamali lho nolak rezeki," Azzam menarik tangan Indi dan memberikan rotinya.

 

"Makasih ya Bang, semoga jualan Abang hari ini habis."

 

"Amin."

 

"Kalau begitu Indi pergi dulu ya Bang, Assalamualaikum."

“Waalaikumsalam.”

 

Indi pun akhirnya meninggalkan Azzam, Azzam dengan senyum-senyum menghampiri gerobak rotinya dan dilihatnya Ibu-ibu sudah sedikit berkurang dan betapa terkejutnya Azzam saat melihat rotinya sudah ludes, habis dan uangnya hanya ada beberapa lembar saja di gerobaknya.

 

"Astaga selalu seperti ini," Azzam menepuk jidatnya sendiri.

 

"Makasih ya Abang Azzam yang tampan, ini rotinya aku borong tinggal lima lagi dan ini uangnya," ucap seorang Ibu terakhir sembari mencolek dagu Azzam dengan genitnya.

 

"Do'a kamu langsung terkabul Indi, jualan aku laku habis tak bersisa tapi uangnya tidak ada," gumam Azzam dengan tatapan nelangsanya.

 

Sementara itu dengan semangatnya Indi menyusuri setiap trotoar memasuki setiap toko dan Restoran mencari lowongan pekerjaan.

 

Toko demi toko, restoran demi restoran sudah Indi masuki satu persatu tapi tidak ada satu pun yang membutuhkan Karyawan baru.

 

Akhirnya Indi duduk di sebuah kursi taman merenungi nasibnya sendiri sembari istirahat, Indi ingat ada roti pemberian Azzam perlahan Indi memakan rotinya. Indi sedikit memijat kakinya yang terasa pegal karena karena terlalu lama berjalan kaki.

 

Indi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan sudah menunjukan pukul satu siang, sesaat Indi menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara kasar, Indi pun beranjak dari duduknya dan mencari Mesjid untuk melaksanakan shalat dzuhur.

 

***

 

Sementara itu di Negara Jiran nan jauh disana, seorang Pria tampan tampak sedang termenung didalam Kantornya yang berada di lantai dua Restoran miliknya. Pria itu tidak lain adalah Aiman Arsyad Ady seorang Pengusaha dan Pemilik Restoran ternama di Malaysia.

 

Aiman mempunyai Restoran di semua sudut Kota yang ada di Malaysia dan Restoran Aiman semuanya merupakan Restoran terkenal dan sukses. Aiman tidak sendirian, dia mengelola semua Restorannya bersama Sepupunya yang bernama Junaidi Maulana atau yang terkenal dengan sebutan Joe.

 

Joe adalah orang yang dingin dan cuek, berbeda dengan Aiman yang tampak ramah dan gampang bergaul dengan siapa pun juga.

 

Joe langsung memasuki ruangan yang dijadikan Kantor itu...

 

"Kamu kenapa pagi-pagi sudah melamun?" tanya Joe.

 

"Aku sedang memikirkan Adik aku Joe, dimana dia sekarang?" sahut Aiman.

 

"Kamu yang sabar, mudah-mudahan Adik kamu selamat dan masih hidup."

 

"Firasat aku mengatakan kalau Adik aku masih hidup Joe, tapi aku tidak tahu keberadaan dia," ucap Aiman.

 

Tok..tok..tok..

 

"Masuk."

 

"Selamat pagi Tuan, maaf mengganggu pagi-pagi, saya cuma mau mengatakan kalau saya sudah mendapatkan informasi tentang keberadaan Adik Tuan," seru anak buah Aiman.

 

"Benarkah? dimana dia sekarang?" tanya Aiman yang langsung berdiri dari duduknya.

 

"Menurut informasi, orang itu membawa Tuan muda ke Indonesia tapi tepatnya dimana saya belum tahu, saya akan segera menyelidikinya kembali."

 

"Indonesia...baiklah, terimakasih sudah bekerja keras selama ini," ucap Aiman.

 

"Sama-sama Tuan, kalau begitu saya pamit, permisi."

 

Anak buah Aiman pun membungkukkan tubuhnya tanda hormat dan pergi meninggalkan ruangan itu. Aiman pun kembali duduk di kursinya.

 

"Joe, bukannya ini suatu kebetulan?"

 

"Maksud kamu apa?" tanya Joe bingung.

 

"Kita kan sudah ada rencana akan mengembangkan bisnis Restoran kita di Indonesia, sekalian kita bisa mencari Adikku disana," seru Aiman.

 

"Benar juga Im, sambil menyelam minum air itu namanya," sahut Joe.

 

Kembali ke Indonesia.....

 

Setelah berjalan sangat jauh dan mencari pekerjaan kemana-mana, Indi memutuskan untuk pulang kerumahnya. Mungkin hari ini bukan hari keberuntungan buat Indi.

 

Dengan langkai gontai, akhirnya Indi menyusuri trotoar kembali. Sebenarnya Indi sudah capek dan lelah berjalan tapi Indi lebih memilih jalan kaki karena sayang dengan uangnya, takutnya Ibunya tidak mempunyai uang buat beli beras jadi Indi berpikir uangnya lebih baik buat beli beras daripada dipakai untuk ongkos.

 

Di tengah-tengah rasa lelah yang menderanya, tiba-tiba ada bunyi klakson motor diselingi dengan panggilan yang ditujukan untuk dirinya.

 

"Indi...Indi tunggu," panggil seseorang.

 

"Lho, Bang Alex."

 

"Kamu darimana kok kelihatan capek seperti itu?" tanya Alex.

 

"Biasalah Bang, habis nyari kerjaan."

 

"Sudah dapat kerjaannya?" tanya Alex kembali.

 

Indi menggelengkan kepalanya lemah..

 

"Jangan lemas gitu dong harus semangat, sekarang boleh saja bukan hari keberuntunganmu tapi kan besok mana tahu kamu dapat kerjaan," seru Alex.

 

"Amin."

 

"Ya sudah, ayo naik kita pulang bareng," ajak Alex.

 

"Memangnya tidak apa-apa Bang kalau Indi ikut?" tanya Indi dengan polosnya.

 

Seketika tawa Alex pecah mendengar pertanyaan Indi itu.

 

"Astagfirullah Indi, kalau ada apa-apa ngapain Abang ajak kamu, nih pakai helmnya."

 

Indi pun tersenyum dan memakai helmnya, dengan ragu-ragu Indi naik keatas motor Alex dia bingung harus berpegangan kemana soalnya kalau tidak pegangan takut jatuh juga.

 

"Pegangan Indi, entar jatuh lho."

 

Indi pun dengan ragu-ragu memegang pundak Alex, dasar si Indi kaya emak-emak naik ojeg saja peganganya ke pundak.

 

Alex seorang pria tampan yang merupakan tetangga Indi, Alex sudah sejak dulu menyukai Indi cuma Alex tidak berani untuk mengungkapkannya.

 

Alex seorang pekerja Kantoran, Alex orangnya sangat baik dan penyayang sehingga ditempat tinggal mereka semuanya sangat menyukai Alex.

 

Tidak ada pembicaraan selama dalam perjalanan, Alex fokus mengendarai motornya dan sesekali Alex tampak curi-curi pandang melalui kaca spion. Alex selalu merasa gerogi dan deg-degan saat dekat dengan Indi.

 

"Subhanallah cantik sekali kamu Indi, seandainya kalau kamu tahu Abang sudah menyukaimu dari dulu," batin Alex sembari kembali melihat Indi dari kaca spion.

 

Tidak lama kemudian mereka pun sampai, Rara yang merupakan anak Pak RW di wilayah tempat tinggal Indi merasa kesal melihat Indi dibonceng oleh Alex, pasalnya Alex itu paling anti dekat-dekat dengan perempuan tapi saat ini Rara melihat Alex dengan santainya membonceng Indi.

 

"Ih kok bisa sih si Indi di bonceng sama Bang Alex, memangnya mereka dari mana sampai pulang barengan kaya gitu," gerutu Rara dengan kesalnya.

 

Rara adalah tetangga Indi juga, bahkan rumah Rara dan Indi itu bersebelahan, jelaslah bersebelahan soalnya Ayahnya Rara selain seorang RW beliau juga merupakan Pemilik kontrakan yang saat ini ditempati oleh Indi dan Ibunya.

 

"Terimakasih ya Bang Alex sudah mau boncengin Indi."

 

"Sama-sama Indi."

 

"Bang Alex mau mampir dulu?" tawar Indi.

 

"Ah tidak usah Indi, Abang langsung pulang saja soalnya sudah gerah pengen cepat-cepat mandi."

 

"Oh ya sudah, kalau begitu sekali lagi makasih ya Bang."

 

Alex pun menganggukan kepalanya dan langsung melajukan motornya untuk pulang kerumahnya. Indi pun melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumahnya karena Indi sudah tidak kuat lagi ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya.

💐

💐

💐

💐

💐

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

 

Kabar Bahagia

🌺

🌺

🌺

🌺

🌺

Indi cepat-cepat melangkahkan kakinya, diotaknya sudah terbayang tempat tidur dan Indi ingin cepat-cepat membaringkan tubuhnya.

"Enak banget ya di boncengin sama Bang Alex," sindir Rara dengan lantangnya.

Indi hanya melirik sebentar kearah Rara dan melanjutkan lagi langkahnya. Indi tidak mau meladeni Rara yang selalu menyindir Indi dengan mulut pedasnya.

Rara yang merasa kesal karena diabaikan oleh Indi, tidak pantang menyerah hingga pada saat Indi ingin membuka pintu rumahnya, Rara kembali melemparkan sindiran pedasnya kepada Indi.

"Pasti kamu sudah merayu dan menggoda Bang Alex kan, sehingga Bang Alex mau boncengin kamu? dasar wanita tidak tahu diri," sarkas Rara.

Indi yang awalnya ingin masuk kedalam rumahnya terlihat menghentikan langkahnya, Indi menghembuskan nafasnya kasar dan kemudian membalikan badannya menghadap Rara.

"Maaf Rara, aku tidak pernah merayu atau pun menggoda siapapun tadi kebetulan saja aku bertemu dengan Bang Alex di jalan dan dia menawarkan tumpangan. Maaf kalau begitu aku masuk dulu," seru Indi.

Rara tampak kesal dengan jawaban Indi,Rara memang orangnya centil dan genit setiap pria tampan selalu digoda sama Rara tapi sayangnya setiap pria tampan yang dia suka justru malah suka kepada Indi.

Indi menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, hatinya begitu sakit Rara selalu saja menghinanya, tanpa terasa air mata Indi pun menetes dengan sendirinya.

"Aku bukan seorang perempuan penggoda, aku memang anak orang miskin tapi pantang buat aku menggoda seorang pria," gumam Indi dengan menenggelamkan wajahnya di bantal.

Karena lelah menangis, akhirnya Indi pun terlelap. Cukup lama Indi tidur, hingga Indi terbangun ketika mencium harum masakan Ibunya yang mengundang rasa lapar.

Perlahan Indi bangun dan merentangkan kedua tangannya, kakinya masih terasa pegal akibat seharian jalan kaki mencari pekerjaan. Dengan langkah gontai, Indi pun keluar dari kamarnya dan dilihatnya Ibunya sedang berkutat didapur dengan masakannya.

"Ibu masak apa? harum sekali," tanya Indi dengan memeluk Ibunya dari belakang.

"Astaga Indi ngagetin aja, sana kamu ke kamar mandi dulu habis itu kita makan malam bersama, Ibu masak sayur asem kesukaanmu," sahut Ibu Ninik.

"Asyik, ya sudah kalau begitu Indi mandi dulu."

Indi pun dengan cepat melangkahkan kakinya ke kamar mandi, setelah selesai mandi dan shalat maghrib, Indi pun menghampiri Ibunya yang sedang duduk lesehan didepan televisi sambil menunggu anak kesayangannya keluar.

Mereka memang terbiasa makan lesehan sembari nonton tv, maklum mereka hanya tinggal di kontrakan yang sempit jadi mana ada meja makan disana.

"Ibu kok malah melamun bukannya makan duluan," seru Indi sembari duduk disamping Ibunya itu.

"Ibu sedang nungguin kamu Sayang," sahut Ibu Ninik.

Indi pun tersenyum dan dengan cekatan Indi mengbilkan nasi dan lauk pauknya untuk Sang Ibu tercinta. Mereka makan dengan khidmatnya tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka berdua hanya suara dentingan sendok yang terdengar saat itu.

Sesaat Indi memperhatikan wajah sang Ibu yang menandakan gurat-gurat kelelahan ada perasaan miris dan sakit di hati Indi, dengan cepat Indi segera memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya yang menetes.

Indi takut kalau Ibunya mengetahuinya menangis, Ibunya pasti akan khawatir. Setelh mereka berdua selesai makan, seperti biasa Indi dengan cepat mencuci piring dan gelas bekas mereka.

"Ibu istirahat saja, biar Indi yang membereskan semuanya," seru Indi.

"Ya sudah, Ibu istirahat dulu ya Sayang mata Ibu sudah tidak bisa diajak kompromi lagi, kamu juga setelah selesai beres-beres langsung tidur jangan bergadang terus baca Novel online," ucap Ibu Ninik.

"Iya Bu," sahut Indi dengan nyengir kuda.

Ibunya Indi tahu banget kalau Indi sangat suka sekali membaca Novel.

Setelah beres, Indi pun memasuki kamarnya dia merebahkan tubuhnya diatas kasurnya tatapannya menerawang jauh ke langit-langit kamarnya.

"Ya Alloh, mudah-mudahan besok hamba diberikan kelancaran dan mendapatkan pekerjaan, amin."

Lama-kelamaan mata Indi pun mulai layu dan dalam hitungan menit, Indi pun kembali masuk kedalam alam mimpinya dan berharap esok hari lebih indah dari hari ini.

***

Pagi ini Indi terlihat lebih segar dan bersemangat setelah shalat subuh dan mandi Indi tidak tidur lagi, Indi langsung beres-beres rumah.

Indi merasa sangat bersalah karena selama ini selalu Ibunya yang membereskan rumahnya, karena kebiasaan Indi yang suka bergadang untuk membaca Novel online membuat dirinya selalu tidur lagi kalau sudah shalat subuh.

"Sayang, kalau mau sarapan kamu beli ya didepan Ibu tidak sempat masak nasi goreng soalnya Ibu harus cepat-cepat kerumahnya Bu Sarah," seru Ibu Ninik.

"Iya, Ibu berangkat saja jangan khawatirkan Indi."

"Ya sudah Ibu berangkat dulu ya Nak, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sebelum berangkat, Indi menyempatkan diri dulu untuk menyapu halaman rumahnya karena daun-daun kering sudah banyak berserakan di halaman rumahnya.

"Bubur..bubur..bubur ayam sedap dan nikmat," teriak Azzam.

"Bang Azzam,aku mau dong buburnya satu porsi," teriak Rara.

"Siap Rara cantik."

Azzam menghentikan gerobak buburnya di depan rumah Indi, karena memang rumah Indi dan Rara bersebelahan.

"Lagi bersih-bersih Indi cantik?" sapa Azzam.

"Eh Bang Azzam, iya Bang."

"Rajin benar sudah cantik, rajin pula ciri-ciri istri idaman nih."

"Ah Bang Azzam bisa aja. Oh iya, dagangannya ganti lagi Bang?" tanya Indi.

"Iya Indi, jualan roti untungnya sedikit jadi aku coba jualan bubur ayam sekarang," dusta Azzam.

Sebenarnya bukan untungnya sedikit tapi emang kebanyakan tebar pesona dan gombal sana-sini makannya Azzam sampai tidak memperhatikan Ibu-ibu yang sudah memanfaatkan kebaikan Azzam.

"Bang Azzam cepetan kok malah ngobtol sih," teriak Rara dengan ketusnya.

"Oh iya Rara, tunggu sebentar ya cantik."

Rara yang disebut cantik langsung berbunga-bunga hatinya, Rara terus saja menempel kepada Azzam yang sedang meracik bubur sehingga membuat Azzam sedikit kesusahan.

"Ra, bisa geser sedikit ga? Abang susah nih meracik buburnya," seru Azzam dengan senyuman khasnya.

"Bang Azzam, Abang itu tampan lho kenapa ga jadi artis aja? emangnya Bang Azzam ga malu apa jualan seperti ini?" tanya Rara dengan centilnya.

"Mana ada yang mau jadiin Abang artis, kejauhan itu dan satu lagi, Abang tidak pernah malu bekerja seperti ini kenapa mesti malu karena menurut Abang apa pun pekerjaannya yang penting halal dan tidak merugikan orang lain, iya kan Indi?" teriak Azzam karena menyadari Indi masih disana belum selesai menyapu halamannya.

"Iya Bang," jawab Indi dengan ramahnya disertai dengan senyumannya yang lembut.

"Masya Alloh Indi seyumanmu itu seperti Matahari yang menyinari bumi membuat hatiku menjadi hangat," ucap Azzam.

Rara yang mendengar Azzam merayu Indierasa kesal dan marah, sehingga tanpa sadar Rara menambahkan banyak sambel di buburnya.

"Nyebelin," ketus Rara yang langsung membawa buburnya ke teras rumah dengan menghentak-hentakan kakinya.

"Indi...," panggil Azzam dengan bergelayut manja di pagar rumah Indi.

"Ada apa Bang Azzam?"

"Abjad dimulai dengan ABC, angka dimulai dengan 123, lagu dimulai dengan DO RE MI, Indi tahu ga kalau cinta dimulai dengan apa?" tanya Azzam dengan memainkan jari-jarinya.

"Indi ga tahu Bang."

"Kalau cinta dimulai dengan aku dan kamu," ucap Azzam malu-malu dengan menggigit-gigit kecil topi lepetnya.

"Astaga Abang, pagi-pagi sudah gombal aja," sahut Indi dengan geleng-geleng kepala.

"Aduh, nafas aku kok sesak banget ya Indi," ucap Azzam yang memegang dadanya sembari pura-pura membungkuk kesakitan.

Indi yang melihat Azzam kesakitan langsung menghampirinya dibalik pagar rumahnya karena panik.

"Abang, Abang kenapa?" tanya Indi panik.

"Nafas aku sesak banget Indi," seru Azzam.

"Sesak kenapa Bang? Abang punya Asma?" tanya Indi lagi.

Azzam hanya menggelengkan kepalanya...

"Terus, Abang sesak nafas kenapa?"

Tiba-tiba Azzam menoleh kearah Indi...

"Karena separuh nafasku ada dikamu," seru Azzam dengan gombalannya sembari cengengesan.

"Astagfirullah Abang, kirain Indi Abang beneran sakit, Indi panik lho Bang," ucap Indi yang reflek memukul lengan Azzam.

Sementara itu Rara yang dari tadi melihat kedekatan Azzam dan Indi semakin kesal, Rara masih saja mengaduk-ngaduk buburnya hingga Rara memasukan satu suapan bubur itu kedalam mulutnya.

Seketika mata Rara melotot dan langsung memuntahkan buburnya.

"Aaaaa...kok pedas banget sih," teriak Rara dengan berjingkrak-jingkrak kepedesan.

Azzam dan Indi yang melihat tingkah Rara merasa bingung.

"Kenapa tuh si Rara?" tanya Azzam.

Indi hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu...

"Sudah ah, kalau begitu Indi masuk dulu mau siap-siap."

Indi pun pergi memasuki rumahnya untuk bersiap-siap, sementara Azzam tampak tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan Rara yang jingkrak-jingkrak kepedasan.

"Bang tampan mau dong buburnya," teriak salah satu Ibu-ibu.

"Aku juga mau Bang Azzam."

"Aku dua porsi Bang."

Segerombol Ibu-ibu datang menghampiri gerobak bubur Azzam.

"Alamak, rombongan ondel-ondel datang," gumam Azzam.

Indi pun sudah siap dengan pakaiannya sederhananya lengkap dengan hijab yang menambah kesan cantik dan anggun seorang Indi.

"Bang Azzam, Indi pergi dulu," teriak Indi.

"Iya Indi," Azzam hanya bisa mengangkat tangannya karena Ibu-ibu sudah mengerubunginya.

Kali ini Indi naik angkot, karena Indi berencana mau mencari pekerjaan agak ke Perkotaan yang rame. Setelah sekitar 30 menit, akhirnya Indi pun turun dan mulai berjalan kaki menyusuri setiap pertokoan dan rumah makan yang berjejer di sepanjang jalan.

Seperti biasa, satu persatu toko dan rumah makan itu Indi datangi tapi lagi dan lagi tidak ada yang membutuhkan Karyawan baru.

Sudah satu jam lebih Indi jalan kaki mencari pekerjaan, perutnya mulai lapar karena Indi beum sarapan sama sekali. Karena lemas akhirnya Indi terduduk didepan sebuah toko bunga.

"Ya Alloh, aku lapar banget tadi aku belum sarapan kalau begini caranya mana kuat aku jalan lagi," gumam Indi dengan mengelap keringat yang sudah bercucuran di wajah cantiknya.

Tiba-tiba dari dalam toko bunga itu keluar seorang perempuan, usianya bisa Indi perkirakan sepertinya seumuran dengan Ibunya, perempuan itu tampak cantik dan anggun.

"Lho kamu siapa?" tanya Perempuan itu.

"Maaf Bu, saya cuma numpan istirahat saja soalnya saya capek sudah tidak kuat berjalan lagi," sahut Indi.

"Masya Alloh, sini duduk di kursi jangan dibawah seperti itu kotor," tawarnya dengan ramah.

"Terima kasih Bu."

Perlahan Indi pun duduk di kursi depan toko bunga itu.

"Nama kamu siapa?"

"Indi, Bu."

"Kamu cantik sekali, kamu dari mana atau mau kemana?"

"Indi lagi nyari kerjaan Bu, tapi belum dapat juga."

"Masya Alloh, begini saja kalau mau kamu bisa bekerja disini."

"Hah..benarkah Bu, apa Ibu sedang mencari Karyawan baru?" tanya Indi dengan antusias.

"Sebenarnya sih saya tidak butuh Karyawan baru, tapi saya merasa kasihan saja sama kamu sudah lemas seperti itu, tapi itu pun kalau kamu mau dan maaf gajinya pun tidak terlalu besar," jelasnya.

"Mau..mau.. Bu, Indi mau banget tidak apa-apa gajinya kecilpun yang penting Indi bisa bekerja," jawab Indi dengan senangnya.

"Ya sudah kamu boleh bekerja disini, besok kamu kesini pukul 09.00 pagi ya dan pulang pukul 16.00 sore, kamu jangan khawatir ada uang makannya juga kok," ucapnya.

"Alhamdulillah ya Alloh, makasih Bu makasih banget," ucap Indi dengan menggenggam tangan perempuan pemilik toko bunga itu.

"Iya sama-sama Indi, kalau begitu sampai bertemu besok."

"Iya Bu, oh iya maaf nama Ibu siapa?" tanya Indi.

"Ya ampun saya lupa memperkenalkan diri, nama saya Arsella."

"Baik, kalau begitu saya permisi dulu Bu Arsella sekali lagi terima kasih Bu."

"Iya sama-sama Indi."

Indi pun pulang dengan perasaan yang sangat bahagia, perutnya yang tadi lapar tiba-tiba saja tidak berasa lapar lagi saking bahagianya, Indi ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan memberitahukan kabar gembira ini kepada Ibunya.

Sementara itu diujung jalan Azzam sedang duduk sembari mengibas-ngibaskan topi lepetnya,hari ini dia ga mengalami kerugian yang besar seperti kemarin soalnya Azzam mati-matian menggoda Ibu-ibu sampai-sampai bibirnya dower.

🌺

🌺

🌺

🌺

🌺

Selamat malam Keluarga GC Poppy,,Author kece badai kembali lagi siapkan hadiahnya yang banyak buat Author🤭🤭

Jangan lupa

like

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU💋💋💋

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!