NovelToon NovelToon

Tiga Orang Idiot Pergi Ke Dunia Lain

Prolog [Dunia Lain]

Aku merebahkan diriku dengan nyaman di kasur empuk milikku dan bersiap untuk menonton anime.

Ini adalah hal umum yang dilakukan oleh kaum rebahan seperti diriku.

Aku bisa menonton anime sebanyak mungkin selama bulan ini.

Bulan ini adalah bulan yang sangat menyenangkan dan membahagiakan. Karena pada bulan ini merupakan liburan panjang setelah melewati neraka yang disebut ujian.

Namun itu akan menjadi lebih membahagiakan lagi jika dua orang ini tidak datang ke rumahku.

"Hei Rei ayo jalan jalan" Ucap Rian setelah melewati pintu Kamarku.

Seorang pemuda berambut pirang miliknya bersinar dengan terang walaupun rambut pirang miliknya hanyalah sebuah imitasi yang diwarnai (tidak asli pirang).

Orang ini adalah Rian.

Wajahnya tidaklah tampan dan hanya memiliki penampilan rata - rata manusia.

Namun yang membuatnya unik dari semua manusia adalah sifatnya yang begitu idiot.

"Sudah aku bilang beberapa kali jangan menerobos masuk rumah orang sembarangan" Balasku dengan kesal.

"Santai kita kesini bawa kabar gembira" Ucap Iwan dengan bahagia.

Orang yang menjawab ini adalah Iwan.

Pemuda berambut coklat dan memiliki postur tubuh seorang atlet namun wajahnya hanyalah rata-rata seperti manusia pada umumnya..

Namun yang membuat dia unik juga adalah sifatnya yang begitu idiot sama dengan Rian.

Ya pada intinya mereka berdua tidak memiliki penampilan goodlooking..

"Ya elah.. palingan sesuatu yang tidak penting" Ucapku semakin kesal.

Rian mengambil sesuatu dari dalam kantong celananya dan menunjukkan sebuah tiket kepadaku.

"Lihat ini adalah tiket jalan jalan keluar negeri gratis"

-_-

Aku menatap tiket yang dia tunjukan kepadaku dan sekilas terlihat tiket tersebut memiliki corak atau simbol yang begitu aneh.

"Kalian idiot mana mungkin kalian dapat tiket jalan - jalan keluar negeri gratis.. apakah otak kalian masih berfungsi?"

"Hei kami mendapatkan ini dari orang berjas dan dia juga terlihat menyakinkan" Balas Iwan dengan tidak begitu senang.

"Benar dia begitu baik jika kami tidak mengatakan bahwa kau teman kami maka dia tidak akan memberikan tiga tiket gratis ini" Tambah Rian.

"Benar kau harusnya bersyukur" Lanjut Iwan dengan bangga.

Dua orang ini.. aku tidak menyangka mereka begitu setia kawan. Namun sangat disayangkan mereka idiot.

Dilihat darimana pun tiket ini terlihat mencurigakan. Pasti ini cuma tipuan.

"Mari kita berangkat sekarang, jika itu palsu maka traktir aku makan di kantin selama sebulan" Jawabku dengan santai.

"Aku sudah tahu kau akan berkata begitu" (Rian)

"Mari kita berangkat" (Iwan)

Mereka menjawab dengan cepat secara bergantian dan terlihat bahagia.

"Eh kalian tidak bersiap - siap dulu sebelum berangkat ?" Tanyaku dengan penasaran.

"Tentu kami sudah bersiap - siap.. tinggal kau saja belum" Jawab Rian dengan tersenyum bangga.

Aku berjalan keluar dan melihat tas besar telah disiapkan diluar rumahku.

"Masalah seperti ini kalian cepat banget -_-"

Aku mengambil tas dan mengisinya dengan baju dan beberapa hal untuk keperluan sehari hari.

"Mengapa kau bawa tas kecil itu" Ucap Rian dengan tidak senang.

"Untuk apa bawa barang banyak, lagipula kita mau jalan - jalan bukan pindah tempat tinggal"

"Well kau benar"

Aku melihat mereka membawa tas besar mereka di bahu hingga membuat mereka berjalan seperti kura - kura.

Aku penasaran apa aja yang di bawa dua orang idiot ini.

...

...

...

Perlu beberapa waktu kami sampai ke tempat dimana orang berjas yang memberikan tiket pada dua orang ini.

"Apakah kau yakin disini tempatnya?"

Aku melihat kantor berukuran kecil dan tempat itu terlihat begitu mengerikan dengan lumut yang menjulang tinggi di temboknya dan rumput yang begitu panjang disekitarnya.

Sepertinya ini memang penipuan.

"Di alamatnya tertulis disini" Ucap Rian menunjuk di kertas tiketnya.

"Kalau begitu apa yang kita tunggu" Balas Iwan yang tidak sabaran dan langsung menekan bell di pintu.

Tidak lama seorang pria paruh baya membuka pintu.

"Begitu cepat kalian datang" Ucapnya sambil tersenyum.

"Iya paman kami tidak sabar untuk pergi jalan jalan mumpung lagi liburan hehe" Rian tertawa tanpa malu.

"Kalo begitu ayo masuk"

Kami dipersilahkan masuk ke dalam dan duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Maaf atas tempat yang berantakan"

"Ah tidak apa apa" Jawab Rian dengan ramah.

"Mari kita ke intinya"

Pria paruh baya tersebut mengambil selembar kertas dan memberikannya kepada kami.

"Kalian hanya perlu tanda tangani dokumen ini dan semua proses perjalanan akan kami urus"

Aku melihat kertas yang diberikan dan mengerutkan keningku saat aku membacanya.

Apaan dengan..

'Sesuatu yang terjadi bukan tanggung jawab kami'

'Kalian tidak bisa kembali ke dunia kalian lagi'

Apa apaan ini ?

"Hei kalian jangan dulu untuk tanda ta--" Belum selesai aku mengucapkan sesuatu mereka sudah menandatangani dan memberikan lembaran tersebut dengan paman paruh baya tersebut dengan penuh semangat.

Aku lupa mereka idiot.

"Apa yang kau takutkan Rei bukankah ini dokumen biasa" Ucap Rian dengan heran

"Aku tidak paham apa yang kau khawatirkan" dilanjutkan oleh Iwan.

Dan aku juga tidak paham kenapa otak kalian tidak digunakan.

"Tidak usah khawatir anak muda semua perjalanan pasti aman dan terjamin" Ucap paman paruh baya dengan mengacungkan jempolnya ke arahku.

Aku malah semakin tidak percaya dengan itu.

"Kau dengar apa kata paman 'Aman dan Terjamin' kenapa kau tidak tanda tangan saja" Ucap Rian dengan bersemangat.

"Sebaiknya kalian aja yang berangkat.. sepertinya aku lupa sesuatu dirumah"

Tiba tiba Rian mengambil lembaran milikku.

"Hei apa yang kau lakukan" Ucapku dengan panik.

Rian langsung menandatanganinya dan memberinya ke paman paruh baya.

"Ini sudah di tanda tangani" Ucap Rian menyerahkan kepada paman paruh baya.

"Tapi ini--"

"Tenang paman aku bisa meniru tanda tangan orang ini jadi tenang saja" Jawab Rian dengan percaya diri.

"kalau begitu baik baik saja"

"'Baik baik saja' apanya jelas itu melanggar hak asasi manusia" Ucapku dengan kesal.

"Udah jangan banyak bacot.. mari Iwan kita bawa Rei dengan paksa" Ucap Rian dengan cekatan memegang lenganku.

Lalu Rian dan Iwan bekerja sama memegangi ku agar aku tidak bisa lari.

"Ayo paman kemana kita akan pergi" Ucap Rian bersemangat.

Paman paruh baya tersebut mengangguk dan menuntun kami ke sebuah pintu.

"Masuklah ke pintu ini kalian akan sampai disana" Balas paman tersebut dengan tersenyum menunjuk pintu yang ada di belakangnya.

"Hei lepaskan aku oi.. pintu itu terlihat mencurigakan" Ucapku dengan meronta-ronta.

Saat pintu tersebut terbuka sebuah pemandangan tiba tiba berubah.

Sebuah tempat di padang rumput dan juga angin berhembus datang dari pintu tersebut.

"Teknologi macam apa ini" Ucap Rian dengan kagum

"Pintu kemana saja ?" Sambung Iwan.

"Oke kalau begitu sampai jumpa lagi dengan kalian" Ucap paman paruh baya melambai kearah kami.

Paman paruh baya tersebut langsung menutup pintu dan kami terdampar disuatu tempat yang tidak diketahui.

...

"Apakah ini baik baik saja" Ucap seorang gadis cantik yang muncul dari sebuah kegelapan. "Saya tidak melihat potensi apapun dari mereka"

"Kau tidak mengerti.. ah aku lupa kau masih baru tentang ini" Balas pria paruh baya tersebut.

"Apa maksud tuan ?"

"Mereka mungkin tidak memiliki potensi sekarang namun kekuatan dari persahabatan mereka akan membangkitkan potensi mereka dan akan menjadi yang tak terkalahkan"

Gadis tersebut termenung sesaat dan mengangguk secara mendalam.

"Saya tidak tahu akan hal itu, tuan memang hebat"

"Tidak apa apa selama kau mengerti"

(Aku tidak bisa bilang kalau aku memilih mereka secara acak.. well untung saja dia masih bisa ditipu)

(Baiklah aku akan lanjutkan bermain game dan biarkan urusan ini mengalir seperti sungai yang mengalir)

"Aku serahkan urusan ini kepadamu dan jangan laporkan hal yang tidak penting"

"Baik tuan"

Bersambung..

...

Moga suka dengan novel pertamaku ini..

Jangan lupa untuk tekan tombol like ya.. ;)

Dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian.

Awal Perjalanan

Aku melihat seluruh tempat dimana itu hanyalah padang rumput yang begitu luas.

Desiran angin mencoba menyejukkan hatiku namun tidak peduli hal tersebut hatiku masih panas akan kemarahan yang dilakukan oleh kedua teman idiotku.

"Kenapa kita ada disini ?" Aku bertanya dengan nada marah.

"Kau bertanya denganku tapi dengan siapa aku bertanya ?" Rian menjawab dengan bangga.

"Sebaiknya kita cari kota atau desa disekitar sini" Balas iwan sembari mengambil hp dari kantongnya. "Untuk sekarang mari kita liat gps dimana kita berada"

"Kau benar kenapa kita tidak berpikir seperti itu" balas Rian dengan senang.

"Tunggu sinyal tidak ada disini"

"Apa!!"

Aku lupa mereka idiot.

"kita tidak tahu dimana sekarang namun mari kita mencari arah mata angin terlebih dahulu" ucapku sambil meletakkan tanganku di pinggang.

"Jadi bagaimana kita mencari arah mata angin ?" tanya Rian dengan polos.

"Pertanyaan yang bagus. aku akan mengajarkan kalian bagaimana menentukan arah mata angin dengan matahari" jawabku dengan memegang kacamata imajinasi.

Saat aku melihat keatas dan aku langsung terkejut..

Terkejut mungkin bukan kata yang cocok saat ini..

Tapi entah bagaimana menyampaikan perasaan ini.

Takut mungkin bisa juga dikatakan begitu..

"Hei kenapa matahari ada dua" Iwan bertanya dengan polos.

"Bukankah dari tadi matahari ada dua atau kalian tidak melihat itu" Balas Rian dengan santai.

"Oi! kenapa kalian begitu santai!" Ucapku dengan panik.

Mereka berdua menatapku dan akhirnya menyadari...

"Apa kita di dunia lain ?" tanya Iwan dengan polos.

"Kau bertanya denganku namun dengan siapa aku bertanya ?" Balas Rian dengan bangga.

Aku menghela napasku dengan panjang untuk menenangkan diriku.

"Mungkin cara pertama tidak dapat dilakukan karena mataharinya ada dua namun masih ada cara kedua yaitu mencari sumber air"

"Apakah kau haus ini aku punya minuman" ucap Rian sembari mengambil minuman di tasnya.

"Aku juga haus" Balas Iwan mengambil air minum yang diberikan Rian kepadanya.

Rian memberikan minumannya juga kepadaku juga.

Aku mengambil dan meminumnya.

"Mau kue" ucap rian sembari mengambil kue dari tasnya

Aku dan Iwan duduk dan mengambil kue dari Rian.

"Ini tidak buruk" Ucap Iwan dengan senang.

Aku mengangguk setuju..

tunggu kayaknya ada yang salah.

"Hei kenapa kita malah bersantai disini" Ucapku dengan marah.

"kempa kwu mwarah" (kenapa kau marah) balas Iwan tidak jelas karena mulutnya masih ada makanan.

"Tolong telan sebelum bicara" Ucapku dengan rasa bersalah.

"Ya aku pikir saat kau mencari sumber air aku pikir kau haus" Balas Rian.

"Kalau ada air maka ada kemungkinan di hilirnya ada sebuah desa atau kota"

Rian dan Iwan mengangguk secara bersamaan.

"Kalau begitu mari kita berangkat" Ucap Rian bersiap berangkat dari duduknya.

"Tunggu aku masih belum memakan kueku" balasku dengan canggung.

-_- -_-

2 Hour Later...

"M-ari ki-ta ist-ira-hat seb-entar" ucap Rian dengan terbata bata akibat kelelahan.

"Aku Juga lelah" Sambung Iwan.

Aku menatap mereka dengan wajah dingin.

Kami baru saja berjalan selama dua jam dan perpindahan kami hanya beberapa ratus meter dari tempat kami tadi dan mereka sudah lelah.

Yah tentu saja mereka lelah karena tas besar yang mereka bawa.

"Apakah kalian tidak membuang sebagian dari barang bawaan kalian"

""Tidak"" Jawab mereka bersamaan.

...

"Tidak ada pilihan lain sebaiknya kita istirahat"

""Yes"" balas mereka dengan bahagia.

Mereka langsung mengambil sebuah tikar dalam tas mereka dan duduk secara bersamaan.

Melihat mereka berdua yang begitu santai dan tanpa rasa khawatir membuatku kesal.

Kita di dunia lain dan mereka menganggap ini seperti piknik.

"Rei sisa kue masih banyak" Rian menawariku sebuah kue.

"Cih apa boleh buat" Aku mengambilnya tanpa ragu dan duduk di tikar yang mereka ambil.

Sialan aku juga terbawa suasana ini.

"Aku masih tidak percaya kita di dunia lain" Ucap Iwan sambil mengunyah makanannya.

"Apakah kita di tempat syuting film dan matahari itu cuma efek CGI" Balas Rian dengan penasaran.

"Eh!? apakah itu mungkin" Jawabku dengan tidak percaya.

"Kau bertanya denganku tapi dengan siapa aku bertanya" Jawab Rian dengan bangga.

"Bilang aja tidak tahu.. lama - lama bikin kesal"

Disaat kami mengobrol tiba tiba aku mendengar sesuatu.

"Hei kalian dengar itu" [Rei]

"Dengar apa ?" [Iwan]

"Suara air mengalir" [Rei]

"Aku pikir apa ?" [Rian]

"Ayo kita cari sumbernya" [Iwan]

"Tapi sebelum itu kue terakhir itu milikku" [Rei]

"..."

...

Kami berjalan menelusuri tempat dimana aku mendengar suara air mengalir.

Suaranya semakin dekat dengan kami.

Sepertinya suara tersebut tidak jauh lagi.

Di balik pohon tersebut suaranya sudah makin dekat.

Saat kami dekat dengan pohon dan melihat di balik pohon tersebut.. kami melihat sesuatu yang tidak pantas dan menyakitkan mata.

"Oh ada orang.. kenapa kalian disini ?" Ucap pria berotot yang masih melakukan kegiatan alam miliknya.

""""Maaf!!""" Ucap kami serentak langsung berbalik untuk tidak melihat kegiatan alam miliknya.

Sialan..

Jika ini novel isekai jepang bukankah bagian disini adalah wanita cantik namun kenapa kami menemukan pria berotot..

Aku menghela napas panjang.

...

Setelah selesai melakukan kegiatan alam miliknya kami menjelaskan semuanya kepadanya kenapa kami ada disini namun kami tidak menyebutkan bahwa kami berasal dunia lain.

"Oh jadi kalian tersesat" Ucap pria berotot tersebut sambil tertawa "pantas saja kalian mencari sumber air yang mengalir"

"Yah walaupun sumbernya bukan berasal dari Heroine" Balas Rian dengan tidak senang.

Sepertinya Rian juga memikirkan apa yang aku pikirkan.

"??"

"Jangan pedulikan perkataannya" Balasku dengan senyum kecut.

"Mari ikuti aku disana ada rombongan kami yang menuju kota mungkin kalian bisa mengikuti kami menuju kota" Ucap paman menunjuk tempat dia datang.

Kami pun mengikuti pria berotot tersebut dan melihat begitu banyak rombongan.

"Alex kenapa kau begitu lama" Ucap pria kurus berambut pirang.

"Maaf sesuatu terjadi membuatku lama"

"Siapa mereka ?"

"Mereka aku temukan tersesat di hutan"

"Nama saya Rei dan kedua teman saya Iwan dan Rian" Ucapku sambil menunjuk kedua temanku.

"Aku Rachel dan pria berotot ini Alex"

Rachel mengulurkan tangannya kepadaku. Aku langsung buru buru menyambutnya.

Rachel tersenyum melihat tingkahku.

"Jadi kalian datang dari mana ? pakaian yang kalian kenakan tidak pernah aku lihat di ibukota kekaisaran manapun"

"Kami datang dari indonesia?" jawabku

"Indonesia? dimana itu?"

"Setidaknya itu merupakan negara kepulauan yang jauh" balasku dengan canggung.

"Oh"

Rachel hanya mengangguk dan tidak mempertanyakannya lagi.

"Hei Rachel apa yang kau lakukan kita akan berangkat"

Suara tersebut datang dari rombongan kereta kuda tidak jauh dari kami.

Kami mendekati kereta kuda tersebut dan disana ada seseorang supir paruh baya.

"Siapa mereka ?" tanya supir kepada Rachel.

"Mereka orang tersesat dan ingin mengikuti kita menuju kota"

"Hei kereta kuda tidak gratis kau harus bayar kau tahu" Ucapnya dengan kasar kearah kami.

"Kami yang akan bayar mereka" Balas alex dengan cepat.

"Tidak alex kami tidak mau merepotkanmu lebih dari ini" Kataku dengan terburu buru.

"Berapa biayanya ?"

"20 Silver satu orang. apakah kalian bisa bayar" Ucapnya dengan nada begitu merendahkan diri kami.

Rian yang mendengar itu merasa marah .

"Paman kami tidak punya uang tapi kami punya makanan apakah boleh itu sebagai ganti pembayarannya"

"Kalau makanan aku tidak kehabisan apapun"

"Apakah kau yakin"

Rian mengeluarkan sebuah bungkus makanan snack singkong dari dunia kami.

Rian memberikannya kepada supir paruh baya tersebut untuk mencicipinya.

"Apa ini ?" Tanya supir tersebut dengan heran.

"Coba ambil satu dan kau akan tahu bagaimana enaknya ini" Balas Rian dengan tersenyum.

sang supir mengambil satu dan mencicipinya.

"Apa ini kenapa rasanya enak sekali aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya teksturnya yang lembut di padu dengan kerenyahan yang tiada tara dan rasanya begitu manis dan asam begitu menyatu"

Reaksi sang supir seperti seorang juri makanan kelas dunia..

Walaupun yang di makannya cuma keripik singkong yang umum di dunia kami.

Rian tersenyum bangga.

"Bagaimana paman"

"Tentu kalian boleh naik" Jawab supir tersebut dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya.

Alex dan Rachel melihat hal tersebut menjadi penasaran.

"Nanti akan aku bagi ke kalian saat di dalam kereta" Ucap Rian sambil tersenyum bangga.

Alex dan Rachel begitu senang setelah mendengar itu.

...

Perjalanan kami pun menuju kota dimulai.

Bersambung..

Ruang curhat pemain...

"Hei kenapa judul novel milik kita "Tiga orang idiot pergi ke dunia lain" bukankah itu aneh" [Rei]

"Kau benar kenapa ya tidak "Tiga orang tampan pergi ke dunia lain" bukankah para pembaca akan bertambah banyak" [Rian]

"Tidak tidak.. kenapa tidak "Tiga orang bos tampan pergi ke dunia lain" bukankah akan banyak pembaca" [Iwan]

"Eh kenapa tiga bos tampan?" [Rian]

"Bukankah diberanda kebanyakan judulnya seperti itu" [Iwan]

"ya itu tidak aneh sih karena kebanyakan yang baca novel disini adalah wanita jadi jelaslah mereka cari judul yang ada tampannya dan juga kaya layaknya bos"[Rei]

"Sedangkan kita tidak kaya maupun tampan" [Iwan]

"Ya.. kau benar" [Rian]

Suasana menjadi suram..

Perjalanan Berat..

Kami bertiga duduk di dalam kereta kuda bersama Alex dan Rachel.

Namun ternyata di dalam kereta kuda juga ada orang lain selain kami.

Mereka berdua memakai jubah dengan kerudung yang ditutup sampai wajahnya hingga tak terlihat sosok wajahnya.

Aku menatap kearah Rachel dan dia mengangkat bahunya menandakan dia tidak tahu siapa mereka.

...

Sesuai janji Rian dia membagikan snacknya kepada Rachel dan Alex.

"Sebenarnya apa ini.. kenapa enak sekali" Ucap Rachel yang tidak berhenti memakan snack yang diberikan Rian.

"Ini cuma singkong yang digoreng lalu ditambahkan bumbu" Balas Rian dengan santai.

"Singkong ?"

"Apakah kalian tahu kentang?" Tanyaku kepada mereka.

Mereka mengangguk.

"Maka singkong ini satu keluarga sama kentang jadi tidak jauh berbeda"

Mereka mengangguk sekali lagi walaupun mereka masih bingung.

Namun selain mereka berdua temanku juga bingung. Aku yang melihat mereka cuma bisa mengerut keningku.

Bukankah ini ada di pelajaran biologi... Ah aku lupa mereka idiot.

...

Aku menatap kedua orang yang berjubah di dalam kereta karena sadar bahwa mereka melirik kami.

Aku menyenggol Rian untuk menawarkannya juga kepada mereka berdua.

"Apakah kalian juga mau ?" Tanya Rian sembari memberikan snack kepada mereka.

Mereka berdua menatap itu dengan seksama dan perlahan mengambilnya.

Saat mereka merasakan rasanya mereka sama dengan Alex dan Rachel cara mereka makan penuh dengan barbar.

Apakah di dunia ini makanan tidak terlalu enak ?

Hanya karena keripik yang umum ini saja telah membuat mereka senang.

Tunggu aku melihat potensi dagang disini.

hehehe..

"Kenapa kau tertawa seperti itu.. menakutkan" Ucap dengan Rian menatapku dengan heran.

"Terkadang kalau melihat Rei tertawa pasti ada niat licik" Sambung Iwan.

"Oi aku ini orang baik - baik"

"Tidak ada orang jahat bilang bahwa dia jahat" Balas Rian sambil tersenyum sinis.

"Oi"

Alex dan Rachel tertawa melihat kejenakaan kami.

"Kalian sangat dekat satu sama lain" Ucap Rachel kepada kami.

Kami bertiga langsung berjauhan untuk duduk.

"Aku bukan gay" Jawabku dengan cepat.

"Jika kau bertanya tentang novel seperti itu maka disini tidak ada" Sambung Rian.

"Eh ini novel ya ?" Tanya Iwan dengan bingung.

"Ya bukan itu maksudnya" Rachel menepuk jidatnya.

...

Lalu kami berbincang dengan Rachel tentang informasi yang tidak kami ketahui terutama dunia ini.

Nama Dunia ini adalah Kelieaner.. disini terdapat 3 Benua terbesar..

Benua Manusia Recall

Benua Berbagai ras Rastcall

Benua Iblis Demicall

Kalau nelpon gk di angkat miscall..

Maaf karena namanya diujungnya ada call jadi...

Ahem..

Kembali ke topik utama..

Benua Manusia terdiri dari tiga kerajaan..

Pertama Kerajaan Gainiver

Kedua Kerajaan Maister

Ketiga Kerajaan Huinester

Setiap kerajaan memiliki masalah internal masing masing jadi perseteruan masih sering terjadi.

Sekarang tempat yang kita tuju adalah Kota Kleinstar dimana itu terletak di kerajaan Huinester.

Dan untuk benua yang lain..

Masih aman damai untuk sekarang..

Walaupun Benua Iblis dan Benua manusia masih memiliki permusuhan..

Dan sepertinya juga dunia ini memiliki sistem seperti MMORPG..

Dimana semua kekuatan memiliki level dan job sebagai alat dasar kekuatan.

Untuk selebihnya tidak penting sekarang..

Walaupun masih banyak yang ingin aku tanyakan namun otakku masih belum mampu untuk menangkap semuanya.

Karena ini dunia lain jadi logika dunia modern tidak akan berfungsi disini.

Dan untuk kedua temanku yang mendengar penjelasan Rachel sudah K.O karena error.

Tanpa disadari waktu sudah menjelang sore...

"Kita akan bermalam disini" Ucap sang supir yang berada di depan.

Kami semua pun turun dari dalam kereta kuda.

"Apakah perjalanan menuju kota Kleinster masih jauh ?" Tanyaku kepada Rachel.

"Tidak jauh.. cuman satu hari perjalanan lagi, namun melanjutkan perjalanan pada malam hari sangat berbahaya" Jawab Rachel.

Aku mengangguk setuju dengan jawaban yang masuk akal itu..

"Kami akan menyiapkan tenda apakah kalian perlu--tenda"

Belum selesai Rachel berbicara Rian sudah mendirikan tenda modern yang dimana hal tersebut lebih cepat dan mudah daripada tenda zaman saat ini.

Aku mendekati Rian dan berkata...

"Apakah tidak apa - apa menggunakan tenda seperti ini.. nanti mereka curiga kepada kita kalau kita bukan berasal dari dunia ini"

Rian melihatku dengan bingung..

"Apa yang kau kuatirkan.. biarkan apa yang mereka pikirkan tentang kita. kenapa kita harus berusaha untuk membuat mereka berpikir kita berasal dari dunia ini"

"..."

"Lagipula pola pikir seperti tidak akan membuatmu menjadi baik"

"..."

"Cukup jadilah dirimu sendiri"

Sialan kata katanya penuh mutiara..

Bahkan matanya berbinar saat berkata seperti itu.

Dasar temanku ini.. sungguh..

"Kata - kata mutiara novel mana kau ambil"

"Itu kata kata dari lubuk hati kau tahu" Balas Rian dengan tidak senang.

"Terima kasih" Ucapku sambil tersenyum.

...

Setelah selesai mendirikan tenda kami lanngsung membantu yang lain dan tidak terasa malam berlalu..

"Biarkan aku yang memasak" Ucap Rian dengan percaya diri.

"Aku tidak tahu bahwa kau bisa masak" Balas Rachel tidak percaya.

"Biar tampangnya seperti inu sebenarnya dia bisa masak.. walaupun tampangnya tidak terlalu menyakinkan" Ucapku dengan tersenyum.

"Ya aku juga tidak percaya sebelumnya dia bisa masak" Sambung Iwan.

"Temanku pada jahat semua"

Rian memasak di tungku menggunakan bahan yang dimiliki Rachel dan menggunakan beberapa bumbu yang dia bawa.

...

"Apa ini?" Tanya Rachel dengan penuh rasa ingin tahu.

"Ini adalah Rendang" Jawab Rian dengan percaya diri.

"Rendang?!"

"Silahkan di makan"

Rian membagikannya semua kepada kami.

Rachel, Alex, Aku, Iwan, Sang supir, dan dua orang misterius tadi.. Karena kami satu kereta jadi mereka juga kebagian.

Mereka semua yang mencicipi Rendang merasa terkejut dengan rasa yang tidak biasa.

"Rasa ini tidak pernah aku rasakan dari seluruh kerajaan manapun" Ucap Rachel dengan jujur.

"Sungguh enak sekali" Sambung Alex yang berada disamping Rachel.

Kedua orang misterius itu juga terkejut namun tidak berkata apa apa.

"Hehe gimana aku juga membawa beberapa rempah dari kampung halamanku" Ucap Rian dengan bangga.

Rombongan kereta lain yang mencium bau rendang pada merapat ke tempat kami..

"Hei bau apa ini"

"Bau nya terasa enak"

"Bisa bagi sedikit gak bang"

Semua orang pada tergiur dengan bau nya.

Kami semua menjadi tidak enak saat makan di pandang dengan air liur yang menetes dari mulut mereka.

"Baik kami akan buatkan untuk semua orang disini tetapi bahannya kalian yang menyediakan dan juga kami akan meminta biaya satu silver" Ucapku kepada mereka karena tidak tahan.

"Oi apa yang kau lakukan aku tidak akan sanggup membuatkannya untuk semua orang" Bisik Rian yang ada di sebelahku.

"Tenang kami akan bantu.. lagipula jika kau berhasil bukankah kau akan menarik perhatian gadis dengan kemampuanmu" Ucapku dengan tersenyum licik.

Mata Rian menjadi bersemangat. "Saatnya shongeki" Ucap Rian dengan bersemangat.

Mendengar hal itu semua orang langsung mendatangi kami dengan memberikan bahan kepada kami dan juga koin satu silver.

Seperti yang diberitahu Rachel kepadaku mata uang disini menggunakan Emas Putih, Emas, Silver, Perunggu.

Satu silver sama dengan 100 Perunggu..

Jadi Harga rendang satu silver yang aku tawarkan tidak membebani mereka sama sekali karena mereka semua disini adalah petualang dan pedagang yang tidak kekurangan uang sama sekali.

Tapi bagi kami satu silver sangat berarti karena kami tidak ada uang sama sekali di dunia ini.

Begitulah Aku dan Iwan menjadi sibuk membantu Rian memasak karena masakan ini merupakan masakan khas indonesia jadi aku cukup familiar dengan bahan bahannya.

Walaupun bahan dagingnya sepertinya bukan sapi... walaupun begitu masakan rendang menjadi lancar tanpa kendala apapun.

Semua rombongan mendapatkan bagiannya masing masing..

Lalu setelah selesai memasak Aku, Rian dan Iwan terkapar kelelahan langsung terlelap tidur di tenda..

...

...

...

Bersambung...

Ruang chat pemain..

"Hei kenapa judul milik kita Tiga orang idiot pergi ke dunia lain" (Rei)

"Eh kita membahas ini lagi" (Rian)

"Ya bukankah ini aneh padahal kan orang idiot cuma dua orang.. seharusnya judulnya "Dikirim ke dunia lain bersama dua orang idiot".." (Rei)

"Panjang amat" (Iwan)

"Tapi kau benar" (Rian)

"Benarkan" (Rei)

Mereka semua mengangguk..

"Karena yang idiot cuma kalian berdua"(Rei)

"Karena yang idiot cuma kalian berdua"(Rian)

"Karena yang idiot cuma kalian berdua"(Iwan)

Eh ?

....

Suasana menjadi mencekam...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!