NovelToon NovelToon

Iparku Suamiku

Nano-Nano

Di tengah malam yang dingin di temani rintik air hujan, terdengar suara perempuan dari dalam sebuah ruangan sedang merintih kesakitan. Kesakitan yang baru dia rasakan dalam semasa hidup nya, perut nya melilit tiada henti. Mengusap dan memegang perut nya berulang kali, keringat mengucur deras dari dalam kulit ari pada kulit tubuh nya. Mempertaruhkan nyawa antara hidup dan mati memperjuangkan buah hati yang sudah sembilan bulan di dalam perut nya, seperti telur yang ingin memisahkan diri dari induk nya.

"Aku tidak tega Bud melihat nya kesakitan, lakukan tindakan operasi saja!"

Alice menggenggam erat tangan Alton, kedua mata nya menatap tajam ke arah nya.

"Sayang, aku tidak tahan melihat mu seperti ini." ungkap Alton lirih

Perasaan nya campur aduk yang kini, antara khawatir, cemas, sedih, senang, semua bercampur jadi satu seperti orang milenial bilang dengan istilah nano-nano. Menatap tidak tega pada istri nya yang sedang merasakan kontraksi berulang kali.

Alice memang sudah mengatakan pada Alton sejak awal saat mengetahui bahwa dia sedang mengandung anak pertama nya, Alice sangat ingin melahirkan secara normal karena banyak teman nya berkata, "Kamu akan tahu rasa nya saat melahirkan anak, nah saat itu pula kamu akan tahu rasa nya menjadi seorang Ibu."

Budi segera melakukan tindakan medis nya di bantu beberapa suster lain.

"Sebaik nya kamu tunggu di luar!" perintah Budi tegas

Alton melangkah dengan lemas menuju keluar melewati pintu ruang operasi. Tubuh nya seakan tidak bertenaga, terduduk di atas kursi tunggu di samping pintu ruang operasi. Berulang kali ponsel di dalam saku celana nya bergetar tetapi Alton tak memperdulikan nya.

"Aku ingin bersama nya di dalam." gumam Alton

Tom sejak tadi berdiri di samping pintu ruang operasi, menatap Alton yang dengan ekspresi cemas yang tergambar jelas di wajah nya. Duduk lalu berdiri, berjalan ke kanan dan ke kiri. Meletakkan tangan nya ke mulut nya yang tertutup lalu mengusap nya berulang kali. Ekspresi wajah nya tak mampu membohongi perasaan nano-nano yang sedang dia rasakan. Tom hanya berdiri dalam diam, karena ini bukan lah waktu yang tepat untuk nya mengeluarkan kata walaupun sekedar mencoba membuat Alton tenang.

"Dokter" ucap seorang suster menatap cemas ke arah Budi yang sedang membantu persalinan.

Sejak kedatangan Alice ke rumah sakit, sebenarnya kondisi tubuh nya tak mampu untuk dilakukan persalinan secara normal dan Alton pun merasakan hal yang sama.

Tetapi karena keinginan Alice yang sangat kuat, yang mampu dilakukan Alton hanya meminta Budi melakukan yang terbaik untuk keselamatan orang yang sangat dia cintai termasuk calon anggota baru nya.

***

Owe....Owe!

Langkah Alton mendadak berhenti saat mendengar tangisan seorang bayi menggema hingga terdengar di luar ruang operasi. Senyum bahagia mengembang dari bibir Alton, air mata tanda kebahagiaan terpancar di kedua mata nya. Alton menghampiri Tom seraya mengguncangkan tubuh nya, "Lahir Tom. Dia lahir!"

Alton mengepalkan tangan nya di depan dada.

"Yes. Yes!" ungkapan rasa bahagia nya.

Alton yang tidak sabaran melangkah masuk ke dalam ruang operasi sebelum Budi memanggil nya. Menghampiri bayi yang ada di gendongan Budi saat akan memberikan nya pada Alice.

Memperlambat langkahnya, mendekat ke ranjang dimana Alice terbaring dengan tubuh yang masih lemah setelah selesai persalinan. Budi lalu meletakkan bayi kecil Alton dada Alice untuk mendapatkan asi pertama nya.

"Bayi nya sehat Nyonya, tampan seperti Papi nya." ucap Budi seraya melirik Alton

Senyum kebahagiaan masih menyeringai di bibir nya Alton. Menatap keluarga baru nya, anak laki-laki yang dia tunggu kelahiran nya. Mendaratkan kecupan di kening Alice berulang kali. Mengucapkan rasa terimakasih nya pada wanita yang sudah memberi kebahagiaan yang tidak mampu di beli dengan materi yang dia miliki.

"Terimakasih, sayang." ungkap Alton

'Ingin sekali aku memeluk mu, mengungkapkan rasa bahagia dan terimakasih ku kepada mu wanita ku.' batin Alton

Tak kalah dengan Alton, air mata mengucur dari kedua mata Alice. Ya, air mata kebahagiaan. menatap kado terindah dalam hidup nya, hasil perjuangan nya untuk buah hati yang kini ada dalam dekapan nya.

Alton mengusap perlahan air mata Alice dan mengecup mata kiri nya berulang kali.

***

Nama si kecil

Seorang suster menghampiri mereka dan meminta bayi tersebut untuk di bersihkan.

"Lho Bud, mau di bawa kemana anak ku?"

Alton menatap cemas saat suster hendak mengangkat bayi kecil milik nya dan membawa nya.

"Kamu mau anak mu kedinginan!" ucap Budi

"Lho Bud, aku tidak ingin jauh dari nya!' Alton terus menggerutu dan protes.

Alice meraih tangan Alton, "Biarkan sayang."

***

Empat hari berlalu, setelah persalinan kini saat nya Alice di perbolehkan pulang ke rumah. Alton melingkarkan tangan kiri nya di pinggang Alice dan putra kecil dalam gendongan nya, bersama melangkah masuk melewati pintu utama menuju kamar pribadi milik nya.

"Selamat datang, Nyonya." ucap Diki

Diki adalah kepala pelayan di kediaman Alton. Diki sudah bekerja pada keluarga ini sejak Alton masih kecil. Kini usia Alton sudah dua puluh lima tahun. Kedua orang tua nya memilih tinggal di Jerman untuk melanjutkan bisnis nya di sana.

Orang tua Alton mempercayakan Tom untuk mendampingi Alton setelah melangsungkan pernikahan nya dengan Alice.

Alton adalah satu-satu nya pewaris tunggal perusahaan berlian milik kedua orang tua nya di Indonesia. Tidak ada yang sulit bagi Alton melakukan yang dia inginkan. Nominal uang nya sudah tak lagi berseri di tabungan swasta di Indonesia maupun bank luar negara.

Alice adalah perempuan yang sudah mengisi hidup nya di tiga tahun terakhir, sebelum Alton meminang diri nya. Alice adalah anak pertama dari dua bersaudara. Orang tua nya tak kalah kaya dari Alton, keluarga Alice juga pengusaha dalam material bangunan. Usaha nya menggurita hampir di seluruh pulau Jawa.

Siapa yang tidak mengenal dua keluarga ini, nama nya di kenal di kalangan pebisnis Indonesia. Para petinggi mengenal nama besar kedua keluarga ini.

Bahkan tidak tanggung-tanggung, saat resepsi pernikahan mereka kedua orang tua Alice menyelenggarakan pesta pernikahan nya dengan sangat mewah dan megah.

Istilah kata, "Kakap vs Kakap!"

Tapi kekayaan mereka tidak membuat nya sombong, kedua keluarga nya mendidik nya menjadi pribadi yang baik dan suka menolong. Kegiatan rutin Alice di akhir bulan mengunjungi beberapa panti jompo dan panti asuhan dan juga membantu mereka dalam pengadaan bahan pangan dan juga kebutuhan lain nya.

Hal ini pun Alice terapkan setelah Alton menikahi nya. Usia Alice sekarang dua puluh tiga tahun. Alton yang tidak sabaran ingin sekali menikah dengan nya, tidak ingin jauh dari wanita pujaan nya.

Alton lalu mengangkat tubuh Alice dan membawa nya ke atas tempat tidur bersama bayi nya. Mengecup kening Alice dengan senyum kebahagiaan serta rasa terimakasih nya.

Menatap lembut ke arah Alice dan menggenggam kedua tangan nya dan berkata,

"Aku akan menjaga kalian dengan baik, memberikan segala nya dengan baik hanya untuk kalian berdua."

"Seperti nya akan lebih ketat." jawab Alice

Alton tertawa kecil, "Pasti!"

"Sayang..." belum menyelesaikan kalimat nya, Alton sudah mengisyaratkan Alice untuk menghentikan nya.

'Aku kan masih punya tugas mengurus perusahaan Papa.' Alice menggerutu di dalam hati nya, menatap pria yang sangat dia cinta dengan tatapan penuh harap.

"Halo, Ma... Pa" sapa Alton saat melihat kedatangan Peter dan Rosa masuk ke dalam kamar.

"Hai, kak." ucap Selena

Selena adalah adik Alice yang sedang melanjutkan pendidikan nya di universitas ternama di Ibu Kota dan sedang menyelesaikan skripsi nya. Usia nya hanya selisih satu tahun dengan Alice. Kedua nya seperti kembar, cantik dan mempesona. Peter dan Rosa adalah kedua orang tua Alice dan Selena.

Kebahagiaan mereka terpancar jelas dari ekspresi wajah nya menatap anggota keluarga baru Alton. Selena meraih tubuh bayi kecil tersebut lalu menggendong nya.

"Kak, imut sekali. Lucu banget." ucap Selena

"Sudah memutuskan nama nya?" tanya Mama

"Sudah!" sahut Alton. Alice membalas tatapan lembut Alton pada nya.

"Aku akan memberi nya nama Austin, Austin Davidson."

Alton menyematkan satu nama keluarga besar nya di belakang nama Austin.

"Tapi aku lebih suka Azka, sayang." protes Alice

Alton diam dan tak menjawab ungkapan protes Alice, dan Alice paham betul dengan sikap diam suami nya yang tak setuju dengan usulan nya.

'Azka Davidson, lebih cocok Austin Davidson sayang.' batin Alton.

Jangan bercanda

Kado dari para kolega mulai berdatangan memenuhi ruang tamu dan ruang keluarga, sudah beberapa di buka dan di simpan di kamar tamu tetapi tetap saja masih banyak kado susulan yang berdatangan. Hingga para pelayan kewalahan menyimpan nya.

Diki menatap bingung ke arah Tom, "Tom, ini tak cukup lagi."

"Letak kan saja di dalam gudang." jawab Tom dan mereka melakukan nya.

***

Malam hari setelah makan malam, keluarga Alice memilih untuk bermalam di kediaman Alton. Karena Alice masih merasa lemah, dia memutuskan makan malam bersama Selena di dalam kamar.

"Buatlah Mama dan Papa bangga dengan prestasi mu dengan nilai terbaik." ucap Alice seraya memberikan air susu nya untuk Austin

"Baik kak, Selena sedang mengupayakan nya. Ya, meskipun tak se pandai kakak, paling tidak aku tetap mendapatkan peringkat. Hehe." jawab Selena

"Kakak tidak apa-apa?" tanya Selena menatap Alice yang memang tidak sedang baik-baik saja.

Alice memberikan senyum nya, "Kakak tidak apa-apa."

"Tapi seperti nya kakak mulai pucat." ucap Selena

***

Esok hari di kediaman Alton. Perlahan Alton membuka kedua mata nya, menatap wajah kecil putra nya yang sedang tertidur. Membawa jemari nya mengusap kulit merah itu. Mengucapkan rasa syukur nya atas apa yang di miliki nya kini. Entah mengapa meskipun hati nya bahagia tetapi perasaan nya mendadak tidak enak saat menatap Alice yang terus memejamkan kedua mata nya dan tak bergerak sama sekali.

Alton lalu bangkit dari tidur nya, kemudian menghampiri Alice dan memanggil nama nya berulang kali.

"Sayang."

Alton mulai khawatir saat menatap Alice yang tak kunjung membuka kedua mata nya. Bibir nya mulai pucat dan tubuh nya tak bergerak sama sekali meskipun Alton mencoba menggoyang kan tubuh Alice dengan kedua tangan nya.

Kedua mata Alton mulai berkaca dan air mata nya mengalir perlahan hingga mengalir deras. Meraih tubuh Alice yang terkulai lemas, mendekap nya erat. Tangis nya semakin pecah saat menempelkan hidung Alton ke hidung Alice tak ada lagi hembusan nafas keluar dari lubang hidung Alice.

Alton menangis dan berteriak histeris. Alton tak percaya dengan apa yang sedang di lihat nya pagi ini, mulut nya mendadak kelu dan tak mampu lagi berkata. Mendekap tubuh Alice dengan erat berharap ini tak nyata.

"Jangan, jangan tinggalkan kami. Sayang."

"Ku mohon buka mata mu." dengan terisak Alton mencoba membuka kelopak mata Alice dengan jari tangan nya.

"Jangan bercanda sayang, ini nggak lucu."

Tangis nya mengalir tiada henti, hati nya masih berharap Alice sedang bergurau pada nya. Meminta Alice menghentikan candaan nya. "Aku tidak suka ini sayang, tolong hentikan!"

Alton mengucapkan nya dengan keras, suara nya menggema hingga membuat putra nya terbangun dan menangis kencang. Suara tangis kesedihan dan tangisan bayi menggema memenuhi ruang kamar Alton. Anggota keluarga yang masih tertidur hingga terbangun saat mendengar kebisingan dari kamar Alton.

Dengan cepat Tom dan yang lain berlari dan menghampiri kamar Alton, membuka pintu dan menatap tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Bukan hanya Alton, kedua orang tua Alice juga merasakan kesedihan yang sama seperti Alton rasakan. Semua kini menangis histeris.

'Seharusnya tak ku biarkan kamu melahirkan normal.' batin Alton seraya mengepalkan tangan nya lalu membawa kepalan tangan nya meninju tembok belakang tempat tidur. Tom menghampiri nya cepat dan menghentikan gerakan tangan Alton.

Selena dengan terisak meraih Austin yang juga menangis, lalu membawa nya keluar kamar. "Kakak."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!