NovelToon NovelToon

RAHASIA, MISI, DAN CINTA (TAMAT))

Teroris 1

"Kami hanyalah orang-orang yang berada di luar pikiran manusia. Karena kami, tidaklah nyata. Kami hanyalah lambang dari jiwa yang menentukan kedamaian."

****

DOOOMMM...!!!

Ledakan dahsyat. Satu menara langit berasap dan api menyambar keluar dari tengah bangunan.

Ledakan tersebut segera disusul oleh ledakan baru yang muncul dari atas dan bawah bangunan gedung. Kedua ledakan beruntun tersebut sama dahsyat nya dengan ledakan yang terjadi pertama kali sebagai pembuka itu.

Dinding kaca bening gedung pecah menjadi serpihan-serpihan yang berukuran kecil dan sedang. Sebagian serpihan itu berserakan di lantai gedung bagian dalam dan sebagian yang lebih banyak bertebaran di udara sekitar gedung seperti hujan kaca yang tampak indah namun menakutkan.

Kaca-kaca kecil tersebut jatuh ke bawah mengenai mobil-mobil mewah di tempat parkir. Bukan hanya mobil tetapi, juga mengenai orang-orang di sekitar sana yang mencoba lari menjauh dan menyelamatkan diri dari gedung yang di dalamnya telah dengan cepat diselimuti oleh api raksasa.

Kejadian ini terlalu cepat tanpa ada aba-aba sedikitpun. Tidak mengijinkan siapapun untuk bersiap menyelamatkan diri. Semuanya benar-benar tak terduga.

Keributan terjadi di sekitar gedung yang telah pasrah berada dalam genggaman sang api. Orang-orang tampak begitu sibuk, panik dan berhamburan.

Teriakan, tangisan, ketakutan dan sirene polisi juga mobil pemadam kebakaran yang kemudian disusul oleh ambulan bergabung menjadi satu membentuk suara yang tak jelas.

Suara peluit terus pemberi aba-aba untuk mengamankan orang-orang yang panik. Namun dalam kepanikan tersebut hampir tak ada yang mendengar aba-aba yang mencoba menertibkan mereka.

Ini peristiwa menakutkan. Banyak orang yang terluka akibat hujan serpihan kaca. Banyak juga yang tewas terpanggang api di dalam gedung karena tidak bisa keluar melarikan diri. Tak ada kesempatan bagi mereka yang berada di dalam sana untuk selamat.

Suara-suara kutukan dan sumpah serapah kemudian bergabung menjadi satu dengan tangisan, air mata, duka, kemarahan dan kebencian. Mereka mengutuk pelaku penjahat yang telah berbuat seperti ini. Apa dosa mereka? Apa yang didapat oleh penjahat itu dengan melakukan hal seperti ini?

Polisi dibantu oleh tentara militer mengevakuasi seluruh masyarakat untuk menjauh dari tempat kejadian dan puluhan tim pemadam kebakaran yang ditugaskan melawan si jago merah segera melaksanakan tugas mereka tanpa menunggu isyarat.

Mereka bergerak cepat dan cekatan tanpa aba-aba menuju tugas masing-masing. Mereka seperti berburu dengan waktu dan keadaan.

Asap terus menggumpal dan membesar di udara. Walau para pemadam kebakaran sangat cekatan, terlatih juga ini merupakan keahlian mereka, mereka tetap kesulitan dengan bangunan tinggi ini. Melawan si jago merah yang telah menguasai gedung dan di dukung oleh angin bukanlah pertarungan mudah untuk para petugas tersebut.

Perlu waktu cukup lama untuk menang melawan si jago merah yang telah berkuasa sepenuhnya di gedung ini dan tak berniat untuk kalah dari petugas yang terus menyemprotkan air dalam jumlah besar kepada dirinya.

Perlu beberapa jam untuk melawan api besar yang melahap rakus sebuah gedung mewah. Api benar-benar telah di taklukkan. Rasa lelah dari orang-orang yang bertarung melawan sang api terbayar begitu api benar-benar telah dipadamkan sepenuhnya.

Semua korban yang selamat dan tidak selamat langsung dilarikan ke rumah sakit.

Pengumpulan mayat yang terpanggang dengan tragis di dalam bangunan gedung tersebut pun juga telah berhasil dengan baik setelah memakan waktu hampir seharian dan sekarang di bawa ke rumah sakit untuk di periksa identitas masing-masing dari mayat.

Benar-benar peristiwa yang memakan banyak nyawa. Ada tiga puluh empat orang yang menghembuskan nafas terakhir mereka di dalam api. Dan ada banyak orang yang terluka parah dan luka ringan.

Kejadian tersebut tak bosan-bosannya menjadi sorot utama dari setiap saluran berita. Terlebih lagi sosmed, televisi dan surat kabar. Berita hangat itu terus ditonton oleh banyak orang meski informasi yang diberikan selalu sama.

Namun para penonton seolah tidak merasa puas menontonnya sampai pelaku sebenarnya dari penjahat yang bisa membunuh banyak nyawa itu tertangkap dan diadili dengan pantas.

Mereka bahkan tidak bisa berhenti memberikan komentar pedas mereka terhadap penjahat yang tidak mereka kenal setiap kali mereka melihat berita tersebut berulang-ulang kali. Seolah komentar pedas mereka sangat membantu dalam menemukan penjahat yang sudah terkenal dengan melakukan kejahatan yang sama.

Peristiwa seperti ini telah terjadi beberapa kali dalam waktu satu bulan dan semua saluran terus mempertanyakan motif sebenarnya dari aksi pemboman yang dikenal semua orang sebagai aksi *******.

Penjahat yang sama. Kejahatan yang sama. Dan tempat yang berbeda. ******* yang tak diketahui motif dari tindakannya tersebut telah mengukir namanya sebagai penjahat yang harus diwaspadai oleh banyak orang dan menjadi daftar buronan nomor satu yang harus segera dihentikan.

Namun menemukan satu orang tersebut terlalu tidak mudah untuk banyak orang di kepolisian. Mereka bahkan pernah melakukan beberapa operasi rahasia untuk menangkap penjahat yang mungkin merasa dirinya sebagai pahlawan.

Namun semua operasi yang telah mereka persiapkan dengan mantap dan mereka yakin akan berhasil menangkap penjahat yang telah mengganggu kehidupan masyarakat mereka dengan teror boom secara acak itu selalu saja berhasil lolos dari setiap perangkap yang mereka siapkan.

Bukan orang itu yang memakan umpan mereka. Tapi lebih seperti merekalah yang memakan umpan penjahat tersebut. Mereka seperti bermain dalam kendali satu orang.

Dan mereka harus menghadapi banyak tekanan publik yang meminta mereka untuk segera menangkap ******* tersebut.

Orang-orang publik bahkan tidak mengerti bagaimana perasaan mereka dalam menghadapi satu orang ini.

Bukan hanya publik yang sangat menginginkan orang tersebut tertangkap. Mereka juga sangat menginginkan hal tersebut.

Namun publik terus berbicara bagaimana kegagalan mereka tanpa sadar bahwa orang yang merendahkan usaha mereka dalam menangkap pendosa ini justru tidak melakukan apa-apa dan hanya bisa berkomentar.

Mereka gagal. Tapi mereka ingin melakukannya lagi dan terus ingin mencoba sampai berhasil menangkap ******* tersebut.

Banyak rekan mereka yang berjuang bersama mereka berakhir dengan terluka oleh satu orang. Dan mereka tetap terus bergerak maju tanpa mencemaskan diri mereka yang mungkin akan menjadi salah satu orang yang akan terluka nanti.

Hanya mereka yang mengerti bagaimana perjuangan mereka melawan satu orang ini.

Masyarakat tidak akan tenang kalau ******* tersebut belum ditangkap. Namun tanpa orang lain ketahui. Merekalah orang yang paling tidak merasa tenang jika penjahat tersebut belum tertangkap. Banyak dendam rekan mereka yang mereka pikul untuk mereka balas kepada ******* yang masih bebas tersebut. Mereka seperti telah bersumpah dengan jiwa mereka.

Penjahat itu harus ditangkap.

______________________

...***TERIMA KASIH BUAT YANG MAMPIR DI KARYA AKU. KALAU MINAT BISA MAMPIR KE KARYA AKU YANG LAIN. MUNGKIN SAJA SESUAI SELERA....

DARAH KEABADIAN (END)

RAHASIA, MISI DAN CINTA (END)

DUNIA MALAM (END)

LIAR

RAJAKU TOKOH UTAMA

ANTARA MIMPI DAN CINTA

TUAN PUTRI YANG GILA***

Teroris 2

Tim penyelidik dari kepolisian devisi satu masuk ke gedung yang tak memiliki sisa apa-apa tersebut setelah kejadian. Sekelompok orang tersebut ingin melakukan penyelidikan lebih lanjut mereka.

Bagaimana pun pengalaman masa lalu mereka mengajari mereka bahwa penjahat gila tersebut selalu meninggalkan jejak yang sangat misterius.

Mereka harus menemukan jejak tersebut dan mengumpulkan semua yang mereka temukan menjadi satu kesimpulan yang mereka harap akan sangat membantu.

Mereka mulai masuk. Yang terlihat dari dalam hanyalah ruangan tempat kayu arang berserakan.

Dalam kondisi ini, mereka seperti mendengar teriakan para korban yang terbakar hidup-hidup di gedung ini.

Secara alami mereka merasakan pundak mereka dingin dan rasa takut muncul begitu saja di hati mereka. Berada di dalam gedung yang hangus ini membuat mereka merasa seolah mereka juga menjadi korban yang terjebak di dalam gedung ini dengan frustasi berteriak meminta tolong.

Tempat yang baru saja kehilangan kemewahannya ini langsung memberikan kesan yang mengerikan untuk para penyelidik tersebut. Mereka tahu berurusan dengan penjahat satu ini bisa saja menjadikan mereka korban selanjutnya.

Namun, mereka harus menyelidiki gedung ini untuk mendapatkan informasi penting agar penjahat yang telah melakukan semua ini harus segera ditangkap dan agar semua ini tak perlu terulang lagi.

Penjahat tersebut harus mendapatkan balasan yang layak dengan perbuatannya.

Walau semua orang dalam tim ini sadar bahwa menangkap penjahat itu tidak seperti menangkap penjahat lain. Namun mereka tetap melakukannya dengan resiko besar yang menanti mereka.

Kehebatan orang tersebut telah mereka ketahui. Penjahat yang memiliki strategi dan tentunya bukan penjahat bodoh.

Lantai satu. Lantai dua. Lantai tiga hingga lantai dua belas tidak ada apa-apa walau mereka sudah sangat teliti mencarinya. Mereka belum menemukan apa yang mereka harapkan.

Tim mereka telah mereka bagi menjadi lima tim. Tetap tak menghasilkan apa-apa. Mereka lelah dan terasa putus asa. Hanya satu orang ini yang membuat mereka sangat tertekan dan memaksa mereka bekerja dengan lebih keras meski hasilnya selalu kembali pada angka nol.

Mereka istirahat di lantai dua belas. Setidaknya kekuatan dan semangat mereka harus kembali sebelum mereka bisa memulai pencarian ini lagi.

"Berapa tinggi IQ ******* ini?" keluh salah satu dari tim penyelidik itu. "Dia selalu tidak meninggalkan jejak apapun," tambahnya dengan nada agak kesal karena merasa selalu gagal dalam memburu orang yang satu ini.

"Kalau pun kita menemukan sesuatu, kita selalu berpikir bahwa kita telah maju satu langkah. Tapi ternyata kita selalu jatuh dalam rencananya," Omelan tersebut bertambah.

Beberapa tidak peduli dengan keluhan itu. Namun, segalanya tetap sama. Mereka merasakan hal yang sama. Mereka marah, kesal dan merasa dipermainkan oleh penjahat pintar ini.

Sudah berapa lama mereka mengejar orang ini? Sehari, seminggu, sebulan, atau setahun? Itu pertanyaan tidak penting tetapi sangat membosankan.

Lama mereka mencari orang yang bahkan mereka tidak tahu apa-apa tentang orang itu. Mereka tidak memiliki informasi apapun selain keyakinan mereka bahwa orang itu adalah seorang *******, orang yang berbahaya, orang yang harus dihentikan. Hanya itu yang mereka tahu tentang buronan mereka.

Mereka seperti berlari di padang gurun pasir mengejar angin. Di sisi lain penjahat ini terus menertawakan kebodohan mereka dan mempermainkan mereka dengan tak terlihat dan terasa begitu dekat.

Menyerah? Mereka selalu memikirkan keputusan tersebut. Pilihan yang sangat sederhana dan mudah.

Tetapi menangkap penjahat adalah pekerjaan mereka, tugas mereka. Mereka polisi. Tugas mereka menangkap si psikopat yang tergila-gila dengan suara ledakan dan jeritan manusia.

Menyerah bukan pilihan yang bagus untuk diambil oleh seorang polisi di saat penjahat sesungguhnya menari bebas di jalanan berkumpul dengan orang-orang di luar sana dengan rasa aman.

Mereka polisi. Tidak boleh menyerah. ******* gila harus mereka tangkap. Mereka harus membuat ******* itu merasa tidak aman ada di bumi ini. Sepanjang yang mereka tahu, polisi selalu berhasil menangkap buronan mereka meski memerlukan waktu lama dan menghadapi banyak hal yang terjadi.

Begitu pun dengan ******* satu ini. Dia juga akan tertangkap suatu hari nanti.

"Dimana Jaksa Young dan Detektif Han?" tanya pemimpin tim yang tidak melihat adanya dua anggota tim mereka.

"Mungkin ada di lantai tiga belas," jawab yang lain asal tebak dengan nada lelah dan tampak begitu malas untuk bicara.

Mood mereka sedang berada dalam mood yang tak menyenangkan. Dan mereka harus berusaha mengembalikan mood mereka kembali seperti sedia kala.

Pria berumur itu mengangguk dengan kemungkinan itu. Memang bisa saja kedua orang itu berada di lantai tiga belas masih bersemangat mencari bukti dan tidak tertarik untuk beristirahat.

Kedua orang itu adalah orang yang paling bersemangat di antara mereka. Entah apa urusan mereka dengan ******* asing itu sehingga mereka sangat bernafsu untuk menangkap orang itu hidup ataupun mati.

Tapi bagus juga dengan adanya semangat kedua orang itu untuk mempengaruhi semangat yang lain. Setidaknya mereka masih bisa melihat ada orang yang memiliki tekat kuat dan percaya mereka akan berhasil.

Tak lama kemudian ponsel salah satu dari mereka berdering bertepatan mereka semua sepakat ingin kembali memulai penyelidikan.

Orang yang ponselnya berdering tersebut segera mengeluarkan ponselnya di saat yang lain melihat kepadanya karena bunyi ponsel tersebut. Dia membaca nama pemanggil yang masuk ke ponselnya.

"Jaksa Young," ucapnya membaca nama penelpon.

Dia melihat kepada yang lain dengan wajah heran dan bingung kenapa Jaksa Young menelpon dirinya.

Sementara yang lain masih melihat kepada orang tersebut. Orang itu kemudian mengangkat panggilan tersebut.

Sebelum dia bicara. Terdengar suara seorang wanita yang bicara lebih dulu. Wanita tersebut bicara dengan nada yang begitu tenang dan meminta mereka semua untuk segera ke lantai tiga belas.

"Iya Jaksa Young. Kami akan langsung ke lantai tiga belas sekarang," ucap si pemilik ponsel setelah mendengar apa yang dikatakan oleh si penelpon.

Yang lain justru terdiam ingin tahu.

Sambungan terputus. Orang di yang menelpon tersebut memutus telpon secara sepihak.

Orang itu kemudiansegera menjelaskan rincinya apa yang dikatakan oleh Jaksa Young di telpon dengan sangat ringkas kepada yang lain. Yang intinya mereka diminta segera ke lantai tiga belas.

Setelah menjelaskan bahwa mereka diminta ke lantai tiga belas mereka segera ke sana tanpa banyak bicara lagi. Mereka penasaran. Mungkinkah wanita muda dengan status seorang jaksa dan pria muda penuh semangat itu menemukan sesuatu? Penerangan untuk mereka dalam pencarian ini mungkin telah didapat di lantai tiga belas itu.

Mereka segera berangkat bersama-sama ke lantai tiga belas yang dimaksud.

Sang Teroris

Mereka berdua belas berdiri melingkar dengan rapi pada sebuah amplok coklat dan sebuah tablet berwarna hitam yang tak hidup di tengah lingkaran mereka.

Dua benda yang tampak mencurigakan tersebut mereka lihat tanpa mereka sentuh sama sekali.

Mereka kemudian menatap satu sama lain dengan penuh tanya. Di permukaan tablet itu menempel selembar notes kecil berwarna orange dengan tulisan "Aku akan menghubungi kalian nanti. Jii Joon".

"Maksud kalian berdua, dia ada di bangunan ini saat kita juga ada di bangunan ini?" tanya pemimpin kepada sepasang manusia yang langsung mengangguk secara serentak memberi jawaban iya.

"Iya," jawab si pria setelah mengangguk.

Pemimpin tim itu langsung menarik nafas yang panjang sambil mengacak-acak rambutnya sendiri dengan sangat frustasi. Dia bahkan langsung melonggarkan dasi yang ia kenakan karena merasa geram.

Pria berumur itu langsung berjalan ke jendela yang kacanya telah pecah saat peristiwa ledakan besar terjadi. Dia mencari udara dari sana. Pria berumur tersebut merasa sangat frustasi juga sangat marah.

Orang itu benar-benar mempermainkan mereka tanpa ampun seperti badut dengan meninggalkan barang-barang ini seolah mereka tak punya kemampuan untuk menangkap ******* itu.

Orang itu begitu sombong, angkuh juga percaya diri. Merasa hebat dan tak terkalahkan. Terlebih lagi semua orang memang mengakui dia hebat dalam segala hal.

Dia tak tahu apa yang akan dia lakukan kepada penjahat menyebalkan itu jika penjahat itu telah dia tangkap. Menghajar orang itu sampai tak bisa berdiri lagi sepertinya tidak akan membayar apa yang dilakukan oleh orang tersebut.

Bahkan hukuman mati atau penjara seumur hidup tetap tidak akan sepadan dengan apa yang dilakukan oleh makhluk yang satu itu.

"Sangat memalukan! Apalagi yang kalian tunggu!? Cepat cari psikopat gila itu!" teriak pria itu lantang dengan mengeluarkan kekesalan dan kemarahan dalam dirinya.

Benar-benar memalukan. Penjahat itu begitu dekat dengan mereka tetapi mereka bahkan tidak bisa melihat wajah orang itu. Apa lagi yang akan dikatakan oleh orang-orang tentang mereka? Ini telah terjadi lebih dari tiga kali. Penjahat itu terus saja mempermainkan mereka. Dengan bertingkah seperti ini. Bermain-main mungkin menjadi gaya dari penjahat tersebut.

Beberapa orang yang selalu bertugas di lapangan pertarungan siap untuk bergerak memulai perburuan yang mereka tahu itu akan sedikit sia-sia atau sedikit memerlukan usaha keras lebih. Mereka tidak akan menemukan orang bernama Jii Joon itu di sini. Bukan karena mereka tidak percaya diri. Tapi begitulah fakta yang selalu mereka hadapi.

Jelas-jelas buruan mereka sangat cerdas. Mereka pun bergerak. Walau mereka tahu ini menjadi sesuatu yang sulit, mereka tetap melakukannya. Itu lebih baik daripada berdiam diri menunggu dipermalukan lagi dan lagi.

Lebih baik mereka mencari orang tersebut dan bergantung pada keberuntungan yang akan membimbing mereka.

Baru dua detik mereka mulai bergerak untuk memulai perburuan. Para detektif itu pun bahkan belum melakukan lima langkah kaki mereka.

Secara otomatis tablet hitam yang masih tidak tersentuh itu menyala secara tiba-tiba dengan otomatis.

Mereka semua kaget. Pemimpin tim segera mengambil tablet itu tanpa pikir panjang. Sosok pemuda yang tampak berusia dua puluh lima tahun ke atas muncul di dalam tablet. Wajah tampan dan bersih itu asing bagi mereka. Ini baru pertama kali mereka melihat wajah tersebut.

Memang ini pertama kali, tapi mereka memiliki satu nama yang mereka yakini itu adalah milik pemuda yang berdiri di dek kapal dengan celana sepanjang lutut yang ia kenakan di musim dingin ini juga baju putih tipis tanpa lengan. Jii Joon. Siapa lagi kalau bukan orang gila itu.

Tapi untuk apa orang itu menunjukkan wajahnya sekarang setelah menyembunyikannya begitu lama? Untuk mengejek mereka? Untuk memperkenalkan diri? Itu tidak penting. Yang sudah sangat jelas sejak awal adalah mereka harus menangkap orang ini secepat mungkin.

"Hai kapten. Kau terlihat tidak baik sekarang," sapa pemuda tersebut ramah dengan tersenyum puas juga memperlihatkan senyuman mengejek.

Pemuda itu tampak begitu puas melihat raut wajah-wajah dari orang yang mengejarnya.

Semua orang terdiam melihat satu sama lain dengan waspada. Mereka seperti mendapat insting tidak baik dalam hal ini.

Bukan hanya satu atau dua yang merasa aneh dengan semua ini, tapi mereka semua.

Tentu pria tampan di seberang sana telah terlatih menyembunyikan identitas dirinya dan ia selalu melakukannya dengan mudah. Lalu apa ini? Dia memperlihatkan sendiri wajahnya bersama senyuman sombong itu juga pistol colt di tangan kirinya.

Apa tujuan sebenarnya dari orang ini? Detektif Han yakin bahwa apa yang dilakukan orang ini tidak mungkin tidak punya tujuan. Orang ini pasti memiliki motif lain yang mungkin sebuah motif besar.

Bagaimanapun juga seperti itulah Jii Joon yang dikenal semua orang. Tak akan melakukan apapun dengan sia-sia atau tanpa tujuan.

"Dimana kau brengsek!?" tanya ketua tim dengan nada geram, kesal juga marah.

Pemuda itu justru terkekeh menahan tawa. Melihat ekspresi orang-orang itu yang tampak semakin frustasi mengejarnya. Benar-benar memuaskan baginya.

"Kupikir kapten bisa melihat air laut di belakangku. Dari bangunan sialan tempat kapten berada itu, kapten bisa langsung melihatku jika kapten berputar ke belakang (Serentak semuanya melakukan itu) Bukankah aku orang yang baik hati?" Ucap Jii Joon tanpa masalah.

Tempat gedung yang mengalami peristiwa mengerikan tersebut tak jauh dari arena laut. Tanpa menunggu aba-aba Detektif Han dan empat rekannya yang lain langsung berlari keluar. Mereka harus menangkap si psikopat itu dan memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Paling tidak mereka harus dapat menghajar orang itu terlebih dahulu.

"Tadi aku ingin bilang tidak usah mengejarku itu hanya sia-sia," ucap Jii Joon yang dapat mendengar langkah kaki beberapa orang yang bergegas pergi ke luar.

Lagi-lagi Jii Joon tersenyum mengejek dengan angkuh. "Aku tidak punya banyak waktu untuk bermain lagi dengan kalian, biar ku jelaskan agar kalian mengerti. Aku berencana untuk liburan dan aku tidak bisa meninggalkan orang-orang seperti kalian menganggur. Di dalam amplop coklat ada kode berisi tanggal dan tempat. Aku telah memasang beberapa bom aktif di negaramu. Semuanya aktif dan sudah diatur dengan baik," ucap Jii Joon memberitahu dengan terus terang dan begitu santai.

Mendengar hal itu berhasil memancing emosi pemimpin tim yang sedang memegang tablet. "Brengsek kau!" teriak ketua tim marah sangat marah.

Pemuda di seberang sana justru tersenyum ramah menerima kalimat itu dengan senang hati. Ia telah sering mendengar kutukan seperti itu dan ia sudah terlalu kebal untuk tersinggung dengan kalimat-kalimat semacam itu.

Pemuda tersebut kemudian tersenyum ramah sebagai tanpa salam perpisahan. Lalu dia mengarahkan pistol colt ke depan seolah sedang mengarahkan pistol kepada pria tersebut.

Mata Jii Joon yang sebelumnya tampak begitu tenang mendadak berubah menjadi dingin layaknya seorang pembunuh tanpa perasaan. Entah apa yang terjadi, pemimpin tim langsung merasakan tekanan yang mengerikan dari sorot mata tersebut. Seolah dia menyadari tak akan pernah menang melawan pemuda tersebut.

Bersama dengan sorot mata membunuh tersebut, jari Jii Joon bergerak menarik pelatuk pistolnya.

DOR! Tembakan dilepas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!