NovelToon NovelToon

Menikahi Kakak, Tiriku.

Ternodai, oleh saudara tiriku.

Dave hounston, yang merupakan anak dari Damian hounston, seorang pengusaha kaya raya.

Alana seorang gadis cantik, dan juga ceria, yang merupakan adik tiri dari Dave.

Karin, yang merupakan anak seorang pengusaha. Dan tak lain, adalah kekasih dari Dave.

Matanya memerah, dan dengan langkah yang sedikit gontai, dan kemarahan terlihat jelas diwajah tampan itu. Bagaimana dia mengingat pertengkarannya dengan Damian ayahnya pagi tadi, yang membela adik tirinya itu.

"Gara-gara gadis itu, Papa selalu saja menyalahkanku. Selalu saja apa yang kulakukan, tidak pernah benar dimatanya. Selalu saja membela anak itu, yang murahan seperti ibunya?!" Gumamnya, dengan raut wajah yang terlihat begitu memerah.

Masuk kedalam rumah, dan menjumpai rumah begitu sepi, ditengah waktu yang telah menunjukkan pukul duabelas malam.

Melangkahkan kaki melewati tangga menuju lantai tiga rumahnya, dan ketika melewati lantai dua, langkahnya terhenti saat dia melewati kamar adik tirinya. Kepalan tangannya terlihat jelas, yang menyalurkan semua emosi, yang selama ini dipendamnya. Dan teringat kembali tamparan yang dilayangkan ayahnya tadi pagi, yang semakin memacuh kemarahan lelaki tampan itu.

Membuka pintu kamar yang tidak terkunci, dan mendapati Alana tengah tertidur dengan begitu pulas. Dengan perlahan Dave menutup pintu kamar, dan menguncinya.

"Malam ini, aku akan menghancurkan hidup Alana?! dan apa bedanya kau, dan ibumu, sama-sama wanita murahan!" Ucapnya, dengan melepaskan dasinya, yang membalut dikemeja sempurna, dikemeja putihnya.

Menghampiri Alana, dan mengikat kedua tangannya, diatas kepala ranjang dengan sangat kuat, dan tatapan yang begitu menghunus.

Saat merasa tidurnya begitu terusik, dan dengan kantuk yang teramat sangat, Alana mencoba memaksakan diri, untuk membuka matanya. Dan betapa terkejutnya dia, saat mendapati kakak tirinya Dave, berada didalam kamar, dan kedua tangannya telah terikat.

"Kak?! apa yang kau lakukan?! kenapa kau mengikat tanganku?!" Dengan teriakan, dan ketakutan yang teramat sangat yang sudah menyelimuti.

"Malam ini, kau akan membayar semuanya Alana?! selama bertahun-tahun aku mendapatkan perlakuan tidak adil, sejak kehadiranmu, dan Ibumu, dalam kehidupanku, dan ayahku." Ucapnya dengan mulai melepaskan helaian kain, yang melekat ditubuh kekarnya.

Rasa takut kian menyimuti gadis berambut panjang itu, saat menyadari dirinya dalam bahaya, dan dia tahu apa yang akan terjadi.

"Aku mohon, jangan lakukan ini padaku kak? aku mohon?" Pintanya dengan deraian airmata, dan terus meronta-ronta, agar ikatan tangannya dapat terbuka.

Tidak memperdulikan, dan dengan kasar dia melucuti pakaian yang membalut pada tubuh Alana, hingga gadis itu dalam keadaan polos.

Airmata semakin deras keluar, dari kedua sudut mata Alana, dengan hal yang dilakukan saudara tirinya itu.

"Aku mohon, padamu kak?! tolong jangan lakukan ini padaku, jangan lakukan ini padaku? aku begitu menyayangimu, yang sudah kuanggap seperti kakak laki-lakiku sendiri. Aku mohon kak?! sadarlah, sadarlah?!" Pintanya, dengan airmata yang terus menetes.

Tidak memperdulikan tangisan gadis itu, dan melihat Alana dalam keadaan polos, membuat gairah Dave sebagai laki-laki normal seketika muncul, hingga miliknya begitu menegang. Segera menindih gadis itu, dan mencumbuhnya dengan begitu rakus. Alana terus menangis, saat saudara Dave mulai bermain dikedua dadanya.

"Aku mohon kak, jangan lakukan ini padaku?" Pintanya, dengan teriakan yang begitu histeris.

Tidak memperdulikan, dan dia terus mencumbuh tubuh gadis itu.

Dan gairah itu semakin memuncak, saat menatap area sensitif Alana.

"Kak..., aku mohon jangan Kak? aku mohon jangan..?" Dengan tangisan, dan rasa takut yang teramat sangat, saat Dave mulai mengarahkan miliknya.

Tidak memperdulikan, Dave tetap memaksakan miliknya untuk bisa menerobos pertahanan, milik gadis itu.

Tangisan, dan rintihan kesakitan, sama sekali tidak berarti untuk lelaki tampan itu. Dan dengan satu kali hentakan, Dave mampu menembus pertahanan Alana.

Rintihan kesakitan, tangisan, dan desahan kenikmatan dari bibir Dave, dan Alana, yang mewarnai percintaan mereka malam itu, ntah berapa kali Dave menyetubuhi wanita malang itu, hingga acara bercinta mereka, berakhir dipukul tiga pagi.

Mengenakan kembali pakaiannya, dengan senyuman mencemooh menatap Alana, yang tengah menangis, dengan selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya.

"Buat apa kau menangis?! bukankah kau seperti Ibumu, hanya seorang wanita penggoda?!" Dengan menyunggingkan senyuman, disudut bibirnya.

"Aku sangat membencimu?!! sangat membencimu?! Kau laki-laki brengsek..?!" Teriaknya dengan kemarahan yang teramat sangat, dan deraian airmata yang terus mengalir.

Mengambil koper, dan membukanya. Dave mengambil sejumblah uang, dan melemparkan dengan kasar, kewajah Alana seolah-olah dia adalah wanita penghibur.

"Berapa yang harus kubayar, Alana?! satu juta dolar, atau dua juta dolar. Bukankah tujuan Ibumu, menikah dengan ayahku, karena ini?" Dengan terus melemparkan uang tersebut, kearah Alana yang hanya bisa menangis.

Alana hanya menangis, dan menangis. Dan dia paham, alasan kenapa Dave memperkosanya, ternyata hanya karena dendam.

Alana sakit

Dia hanya bisa menangis, dan menangis saat Dave melemparkan dirinya dengan sejumblah uang, yang berhamburan diatas ranjang, karena laki-laki itu menganggapnya sangat begitu rendah.

"Ibuku bukan wanita murahan, yang seperti kau tuduhkan itu?! dia adalah, wanita baik-baik." Ucapnya, dengan airmata yang terus mengalir membasahi pipinya.

Tertawa keras seketika keluar dari bibir lelaki tampan itu, hingga tawa itu begitu menggema didalam ruangan itu.

"Dan kau pikir aku percaya?! kau, tidak ada beedah jauh dengan Ibumu?! dan aku yakin kau masih bertahan dirumah ini, karena kau menginginkan harta Papaku." Dengan menyeringai jahat, menatap Alana yang tengah menangis.

"Pergi kau, pergi..?! aku sangat membencimu?! sangat membencimu..?!" Teriaknya, dengan terus mengeluarkan airmata.

"Tentu saja aku akan pergi, karena aku sangat muak melihat wajahmu!" Jawabnya, dengan berlalu begitu saja meninggalkan Alana, yang masih menangis.

Berlalu dari kamar Alana, dengan membanting pintu dengan sangat kasar, hngga membuat hingga membuat wanita berambut madu itu tersentak kaget, dan makin menangis.

Alana menangis, dan menangis. Apalagi melihat bercak dara, pada seprei ranjangnya, membuat airmata wanita berambut blonde itu semakin deras keluar.

Menuruni kedua kakinya dengan tubuh dalam keadaan polos, dengan kesakitan yang teramat sangat, pada area kewanitaannya.

Pandangannya menerawang, dan saat berada didalam kamar mandi, dia segera menghidupkan shower, untuk membasahi tubuhnya.

Menangis sejadi-jadinya dibawah tumpahan air, dan merasa tubuhnya begitu kotor.

"Aku begitu menyayangimu, dan menganggap dirimu sudah seperti kakakku sendiri, kukira kau adalah orang yang akan menjagaku, tapi nyatanya justru kau yang sudah menghancurkan hidupku. Aku sangat membencimu..?! sangat membencimu..?!" Dengan teriakan, yang menyalurkan semua kesedihan, dan emosi dalam dirinya.

Menangis diabawah kuncuran air, dan menggosok tubuhnya dengan kasar, karena merasa dirinya sudah kotor.

***********

Mentari telah menampilkan cahayanya, dipagi hari. Pagi ini dia sudah terlihat tampan dengan stelan jas berwarna navy, yang membalut sempurna ditubuh seksinya. Menyisir rambutnya dengan jari, hingga rambut itu berjatuhan sedikit menutupi wajahnya yang tampan. Senyuman kecil membingkai diwajah tampannya, seolah kejadian semalam sama sekali tidak berpengaruh untuk seorang Dave Hounston.

Menapaki kakinya menuruni tangga, menuju lantai bawah. Saat melewati lantai dua, langkah itu terhenti saat dia melewati kamar Alana.

Hanya menyunggingkan senyuman disudut bibirnya, menatap pintu kamar milik Alana.

"Itu bayaran yang harus kau bayar, atas sikap kau, dan Ibumu." Gumamnya pelan, dengan belalu kelantai bawah.

Saat tiba dilantai bawah, dia sedikit terkejut saat menadapati Ayahnya, Damian diruang makan.

"Papa?! Kapan kau pulang? bukankah, kau mengatakan padaku, kalau kau akan pulang setelah dua hari lagi?"

Menyunggingkan senyuman sinis diwajahnya, menatap anak lelakinya.

"Kenapa? apakah kau tidak suka, kalau Papamu berada dirumah?"

"Tidak, aku suka. Memang apakah salah, jika aku bertanya padamu, Papa?!"

"Yaa, yaa, tentu saja tidak ada yang salah. Dan bagaimana hubunganmu, dengan Karin? Kapan kalian akan menikah?!" Bertanya, dengan memasukkan mulutnya, dengan sepotong roti.

"Secepatnya, secepatnya aku akan menikahinya. Dan buat apa Papa bertanya, bukankah Papa tidak pernah perduli padaku?!"

Hanya menghembuskan napas kasar, seraya menyandarkan pundaknya pada sandaran kursi, dengan tatapan menatap anaknya.

"Siapa bilang Papa tidak perduli padamu, kau adalah putraku, pewaris dari perusahaan yang kumiliki, tentu saja aku sangat perduli padamu. Dan kau saja, yang merasa kalau selama ini Papa selalu membeda-bedakanmu dengan adikmu, Alana."

"Dia bukan adikku, sama sekali bukan adikku!" Jawabnya, tegas.

"Kenapa kau begitu membenci Alana? saat ibumu masih hidup kau sangat menginginkan seoarang adik perempuan dari kami berdua. Hingga sampai ibumu meninggal kami tidak bisa mengabulkan keinginanmu itu, Dave? sekarang ada Alana, Papa minta sayangilah dia, Dave?! gadis itu sebatang kara, dia tidak memiliki siapapun didunia ini." Dengan tatapan penuh harap, menatap anak laki-lakinya itu.

Bangun dari duduknya, dengan raut wajah yang begitu memerah.

"Maaf Paa, aku harus segera pergi. Aku ada rapat, pagi ini." Pamitnya, dengan berlalu begitu saja.

"Baiklah, hati-hatilah Dijalan,"

Saat seoarang pelayan lewat, Damian seketika bersuara. Hingga membuat langkah Dave, berhenti seketika.

"Paula, dimana Alana? kenapa dia belum bangun?" Tanya Damian, pada salahsatu pelayan rumahnya.

"Nona Alana sedang sakit, Tuan? tadi pagi badannya panas tinggi, tapi tadi saya sudah memberi obat padanya. Dan sekarang dia sedang tidur."

'Baiiklah, kalau begitu aku akan melihatnya kekamarnya." Jawab Damian, dengan bangun dari duduknya, pergi kelanntai dua.

Mendengar Alana sakit, Dave seketika menghembuskan napasnya. Dan larut dalam lamunanya beberapa detik, dan ntah apa yang dipikirkan oleh lelaki tampan itu, hingga kembali melanjutkan langkahnya.

Akan segera bertunangan.

Berbaring diatas ranjang kingsizenya, dengan terus mengalirkan airmatanya. Mengingat kembali kejadian semalam, membuat dia tak sanggup membendung airmata kesedihan itu.

Berbagai pikiran negatif mulai menghinggapi dirinya. Mulai dari khawatir kalau dia akan hamil, atau apa yang dia harus katakan kalau nanti suaminya menanyakan, tentang dirinya yang sudah tidak suci lagi.

"Apa yang harus aku lakukan, bagaimana jika aku hamil? bagaimana jika suatu jika aku bersuami, suamiku menanyakan aku yang sudah tidak suci lagi, apa yang harus aku katakan? apa yang harus aku katakan? apa yang harus aku jawab?" Bertanya pada diri sendiri, yang membuat tangisnya semakin deras keluar.

Terdengar suara ketukan pintu, yang mengalihkan tatapan wanita pemilik rambut cokelat itu.

"Siapa?!" Bertanya, dengan rasa takut yang kembali menyelimuti, karena mengira itu adalah dave.

"Ini Papa Lana? ini Papa?"

Semakin menangis, dan menangis. karena tidak mungkin dia jujur, tentang keadaannya pada ayah tirinya itu.

'Masuklah Papa?" Dengan membuka, pintu kamarnya.

"Kata Paula, kau sakit. Jadi Papa datang, untuk menemuimu."

Seketika Damian menyurutkan kedua alisnya, saat mendapati mata sembap pada mata Alana.

"Kenapa kau menangis, apakah ada yang menyakitimu?" Bertanya, dengan tatapan penuh selidik.

"Tidak Papa?! aku tidak menangis." Jawabnya, dengan kembali mengeluarkan airmata, yang tak sanggup dibendungnya lagi.

Menghembuskan napas kasar, seraya memegang kedua pundak Alana, dan menatapnya dengan intens.

"Katakan pada Papa! apakah ada yang menyakitimu? apakah Dave berkata kasar, atau menyakitimu?"

Mendengar nama Dave, seketika Alana semakin menangis, dan langsung memeluk pria paruhbaya itu, menumpakan semua kesedihannya.

"Papa?! Tangisnya, hingga bahu itu bergetar, sebab tak sanggup menanggung beban yang ada dihati.

"Katakan Alana, katakan ada apa? apakah Dave, mengatakan sesutau yang buruk tentangmu? jika benar, Papa akan memberinya pelajaran."

Mengeleng pelan, dengan airmata masih membasahi pipinya.

"Aku hanya takut, Paa? aku takut, aku mohon jangan tinggalkan aku sendiri dirumah ini."

Menghembuskan napas dalam, dan kembali merangkul anak tirinya itu.

"Maafkan Papa, lain kali jika Papa keluar kota, Papa akan mengajakmu."

Hanya menganggukkan kepala, dengan masih menangis. Pelukan pria paruhbaya itu, seolah mampu mengurangi kesedihan dihatinya.

"(Seandainya kau tau, jika anakmu sudah memperkosaku, bagaimana perasaamu Paa? bagaimanapun aku tidak mau, menghancurkan hubungan antara kau, dan putramu.)" Bathinnya, yang tetap memilih merahasiakan musibah ini.

*******

HOUNSTON GROUP.

Tatapan matanya, menatap kota Newyoark dari lantai duapuluh gedung pencakar langit miliknya, dengan tatapan menerawang. Dan teringat kembali kejadian semalam, membuatnya hanya menghembuskan napas. Dan hal yang seharusnya dia akan lakukan dengan Karin, justru dia lakukan dengan adik tirinya.

Terdengar suara pintu terbuka, dan menampakan seorang gadis cantik, dengan rambut panjang sebahu. Menghampiri pria yang dicintainya, seraya menelusupkan kedua tangannya pada pinggang, dan memeluknya dengan erat.

Dave begitu terkejut, dan senyuman langsung mengembang diwajah tampan itu, saat mengetahui itu adalah karin kekasihnya.

"Apa yang kau lamunkan, Sayang?" Dengan menyandarkan tubuhnya, pada punggung lelaki tampan itu.

Tersenyum, dengan tetap membiarkan kedua tangan itu tetap memeluknya.

"Tentu saja, aku sedang memikirkanmu? kau tau, aku begitu merindukanmu. Dan kapan kau datang, kenapa tidak memberi tahuku?"

Karin melepaskan pelukannya, dan menatap Dave.

"Aku baru semalam tiba dari Itali. Kautau, akupun merindukanmu." Dengan nada manja, dan mencium bibir seksi itu. Terus berciuman, dengan begitu gairahnya. Dan perlahan tangan itu, mulai bermain dikancing kemeja milik kekasihnya.

"Ingat! kita sedang berada dikantor!" Dengan tersenyum, menatap Karin, yang ingin melakukan hal lebih jauh.

"Kau selalu saja menolakku, padahal bagaimanapun aku akan tetap menjadi istrimu. Dan aku ingin, kau segera meikahiku!" Dengan raut wajah, sedikit cemberut.

"Bagaimana, kalau kita pergi mencari cincin pertungannya sekarang."

Raut wajah Karin seketika sumringah, dan dia terlihat begitu bahagia.

"Kau serius Sayang?!" Bertanya, untuk memastikan apa yang dia dengar tidaklah salah.

"Tentu, aku ingin segera menikahimu, dan dalam bulan ini aku ingin kita segera bertungan."

"Baiklah Sayang, ayoo?!" Dengan menggandeng lengan kekasihnya, berlalu dari ruang kerja.

Saat melewati meja sekretarisnya, langkahnya terhenti.

"Daven, jika ada yang mencariku, katakan kalau aku sedang keluar."

"Baik, Tuan?!" Jawabnya, dengan memaksakan diri untuk tersenyum.

Menatap dengan sinis kepergian Bosnya, dan kekasihnya.

"Kenapa Tuan bisa menyukai gadis sombong seperti Nona Karin, apa bagusnya wanita itu." Dengan senyuman sinis, dan tatapan yang begitu kesal.

******

KEDIAMAN DAMIAN HOUNSTON.

Turun dari mobil mewah, dengan terus menggandeng manja lengan calon suaminya.

"Apakah Papamu, sedang berada dirumah sayang?"

"Iya, Papa sedang berada dirumah." Jawabnya tersenyum, dengan melangkahkan kaki bersama Karin, masuk kedalam rumah mewah itu.

Saat tiba didalam, mereka menjumpai Ayahnya, dan Alana tengah menikmati makan malam mereka.

Raut wajah Karin terlihat memerah, apalagi melihat bagaimana sayangnya Damian pada Alana, membuat dia terlihat begitu kesal. Karena menurutnya Alana, tidak pantas mendapatkan kasih sayang itu, sebab dia mengetahui Alana hanya anak tiri, dan ibunyapun sudah meninggal.

"Papamu, terlalu memanjakan anak itu!"

Menghembuskan napas dalam, berusaha meredam emosi.

"Selamat malam Paa?" Dengan berjalan, menghampiri Papanya, bersama Alana.

"Selamat malam, calon Papa mertua?" Sapa Karin, dengan langsung mencium Pipi Damian.

"Malam, anakku." Balas, Damian.

"Kapan kau datang, dari Itali?"

"Tadi malam."

Tatapan mata Dave, menatap Alana yangn hanya menunduk. Dan rasa takut kembali menyelimuit wanita itu, mengingat bagaimana laki-laki itu memaksanya untuk melakukan hubungan intim.

"Maaf aku sudah kenyang, aku akan kembali kekamar." Pamitnya, dengan berlalu kearah tangga.

"Tapi makanmu, belum habis Alana?"

"Maaf Paa?! tapi aku sudah kenyang." Dengan kembali, melanjutkan, langkah kakinya.

"Aku, dan Karin akan segera bertunangan." Ucap Dave tiba-tiba, yang menghentikan seketika langkah kaki Alana.

Alana hanya meneteskan airmata, dan kembali melanjutkan langkah kakinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!