NovelToon NovelToon

Presdir Muda VS Nona Muda

PROLOG

Nikah:   KONTRAK

 

Isteri:    KONTRAK

 

Suami:  KONTRAK

 

Pacar:   KONTRAK

 

Rumah: KONTRAK

 

CINTA …?

 

Apa iya di-KONTRAK juga?

Apa ada cinta dikontrak?

 

"Kaaaariiiiinaaaaa!”

Lima pelayan wanita menghampiri Nyonya Adesta yang berdiri tegap dan anggun di depan kamar putri kesayangannya yang masih belum bangun pagi itu.

 

"Dalam lima menit kalian harus membawanya keluar!" perintah sang nyonya besar. Seketika lima pelayan itu mendobrak kamar Karina hingga kunci kamarnya rusak.

DUBRAKKK!

Pintu terbuka dan mereka mendapati ruangan yang kosong, rapi seperti sedia kala. Sontak dua pelayan senior berlari menghampiri nyonya besar. Mereka yang duduk anggun di depan beranda rumah yang megah bak istana.

"Maaf, Nyonya. Nona muda kabur."

BRUSSS! Kopi yang diteguk Farah tersembur keluar dari mulut seksinya.

 

"Apa?! Apa kalian bilang?"

Pelayan itu memberikan sepucuk kertas ke nyonya besar. "Kami menemukan ini, Nyonya. Di atas ranjang nona muda."

 

Dear, Mama cantik ….

Joesonghabnida (maaf), aku sudah mengecewakan Mama dan Papa, aku tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang tidak aku cintai. Bagiku, memiliki rasa cinta pada pasanganku adalah hal penting. Karena hal itu akan menentukan bagaimana kami nanti menjalani hidup bersama. Bukan nikah kontrak, bukan sebuah hubungan di atas kesepakatan yang kuinginkan. Melainkan hubungan atas dasar suka sama suka. Oleh karena itu, biarkan aku menemukan sendiri calon pasanganku. Aku janji pria itu adalah berasal dari kalangan bangsawan seperti harapan papa dan mama. Aku tidak akan mengecewakan kalian.

 

Amore

 

KARINA

 

Fara tersedu membaca surat putrinya. Ia pun segera memeluk suaminya yang sejak tadi ikut membaca surat putrinya. Fara sedikit kecewa, tetapi semua sudah terjadi. Sang buah hati sudah pergi.

 

"Sayang, bagaimana ini? Apa yang akan kita katakan pada keluarga Lohan." Ragep Adesta menenangkan istrinya. "Tenanglah, Sayang. Kita akan menemukannya. Dia harus menghadapi ini, tidak boleh lari, aku akan mencarinya.”

 

Ragep mengerahkan anak buahnya untuk mencari jejak putrinya, dan sudah satu minggu akhirnya ia menemukan Karina di rumah sahabatnya—Anggi—yang bekerja di sebuah perusahaan besar menjadi manajer marketing perusahaan keluarga Lohan.

 

"Baiklah, Papa tidak akan memaksamu untuk menikahinya, tapi kamu harus janji apa pun yang terjadi tidak ada yang boleh tau kalau kamu adalah anak Papa." Ragep menatap iba kepada putrinya yang keras kepala itu.

"Papa tenang aja, aku tidak akan mengecewakan Papa dan Mama."

Sejak saat itu Karina tinggal di rumah kontrakan milik Anggi, sahabatnya sejak kuliah dulu.

 

"Gila lo, Karina! Lo berani tinggalin istana lo demi gubuk reot gue ini?"

Karina melirik tajam. "Kenapa? Lo gak suka? Bilang aja biar gue cari tempat lain buat ngekos."

"Gue heran sama orang kaya. Diajak hidup enak malah cari yang nggak enak.”

"Lo nyindir gue, Ang?”

"Ya, abis ada pangeran gagah, tajir, level atas lagi. Lo tuh ibarat ketiban duren runtuh tau nggak, Rin! Ehhhhh! Lo malah plin-plan," celoteh Anggi.

"Bagi orang seperti lo mungkin iya gue salah, tapi apa lo mau tidur seranjang sama patung?"

 

Ucapan Karina kali ini menyadarkan Anggi, kalau harta dan kemegahan bukanlah ukuran bagi seseorang untuk dikategorikan BERUNTUNG. Karina salah satu contohnya. Anggi memeluk erat sahabatnya itu dan memberinya support atas keputusannya.

 

"Oke, mulai besok gue akan ke HRD. Supaya lo bisa diterima kerja di perusahaan tempat gue kerja."

"Thanks, ya, Ang. Lo emang sahabat gue."

 

 

 

Tak selamanya semua orang bisa kita setting hanya karena kita si Billionare

Chapter 1

 

Pagi itu Anggi memasukkan lamaran Karina ke divisi keuangan. Ya, sejak kuliah, dulu Kirana memang menonjol dalam kecerdasannya. Nggak heran dia, kan, nona muda. Nona muda yang bandel. Anggi sebagai sahabatnya sudah sangat kenal dengan sifat gadis periangnya itu.

Ya, meskipun seorang nona muda, tetapi Karina memiliki sifat simpatik yang dalam terhadap orang lain. Kepeduliannya terhadap sesama membuat ia dibenci oleh teman-teman dari kalangannya. Wajah oval mungil itu semakin menambah karismatik Karina. Anggi sangat bangga menjadi sahabat gadis bandel itu.

 

"Pak Jefry, saya bisa jamin teman saya ini handal dalam keuangan, bahkan dalam memperhitungkan harga saham di bursa saham internasional, Pak."

 

Anggi berusaha meyakinkan Pak Jefry, ketua divisi keuangan.

 

"Oke, besok bawa teman kamu itu. Dia bisa mulai kerja."

"Oke, siap, Pak! Saya jamin Bapak tidak akan salah pilih.”

"Sudah diam, sana kembali kerja."

 

Ya, seperti yang diinfokan Anggi. Karina mulai bekerja dan ia memberikan hasil kerja yang sangat memuaskan Pak Jefry. Tak jarang Pak Jefry mengajaknya ke rapat bulanan dan tahunan karena ide-ide yang cemerlang. Karina sangat brilian dan luar biasa, bahkan karyawan sehebat apa pun tak sampai berpikir ke arah ide Karina.

 

"Rin, makan siang, yuk!" ajak Anggi sehabis membereskan meja kerjanya.

 

Karina menuruni tangga karyawan karena tempat kerjanya berada di lantai dua untuk staf biasa. Berbeda dengan Anggi—manajer marketing—berada di lantai dua puluh, khusus para eksekutif. Anggi harus turun melalui lift khusus manajer, sedangkan untuk CEO dan presdir memang mempunyai lift sendiri.

 

Jauh di vila keluarga Pratama, tampak orang tua Karina tengah fokus dalam perbincangan mereka mengenai pembatalan perjodohan itu. Gerald yang menangkap topik mereka segera mendekat dan ikut bergabung.

 

"Kami sangat meminta maaf, Lohan, Nora atas ketidaknyamanan ini."

Ragep dan Farah menunduk hormat sebagai rasa penyesalan mereka. Akan tetapi, Nora dan Lohan malah merasa malu sendiri terhadap keramahtamahan tamunya itu.

 

"Sudahlah, Sis, kita tidak boleh memaksakan kehendak kita pada mereka," sela Nora.

"Ya, aku setuju dengan Nora. Kalau Karina menolak Gerald, kita harus hargai. Jadi perjodohan ini kita batalkan saja,” ujar Lohan dengan tegas.

 

Gerald mendekat dan memberi hormat pada tamu keluarganya.

 

"Kalau boleh tau apa yang dibatalkan dan siapa yang menolak?" tanyanya dengan tenang.

 

Nora dan Lohan menjelaskan maksud kedatangan keluarga Adesta, dan ada rasa tertantang dalam diri Gerald setelah mendengar cerita calon kerabatnya itu.

 

"Om, Tante, kalau boleh jangan dibatalkan. Boleh saya minta foto Karina?"

"Tentu saja, ini dia." Ragep menyodorkan amplop cokelat ke tangan Gerald.

 

“Sial! Wanita ini berani-beraninya nolak pria kayak gue? Cari mati, ya! Awas lo, Karina. Gue bukan Gerald Pratama kalau gak bisa membuat wanita mengemis cinta gue,” gumam Gerald setelah melihat foto di dalam amplop itu.

 

"Apa kau yakin, Nak Gerald?" tanya Ragep dan Gerald hanya mengangguk.

 

"Sudahlah, Nak Gerald … kami tidak mau kau terluka nantinya," sambung Farah.

"Tante jangan khawatir, serahkan semua urusan ini kepadaku. Aku hanya meminta waktu pada kalian, sampai tiba saatnya. Tolong, jangan dulu umumkan ke publik tentang pernikahan kami," pinta Gerald.

 

Kini kedua keluarga itu merasa sedikit tenang dan Gerald langsung menghubungi sahabatnya sekaligus asistennya.

"Tomi, temui aku di hotel sekarang!" perintah Gerald dengan  tegas.

"Siap, Bos!" jawab Tomi dari suara seberang.

 

Kau wanita pertama yang membuatku tak berarti

Chapter 2

"Lo yakin, Ge? Apa nggak keterlaluan?" tanya Tomi.

 

Gerald duduk dan memeriksa dokumen satu per satu dan menandatanganinya. Ia pun menoleh ke arah Tomi yang masih mematung.

 

"Apa IQ lo masih lemah kayak dulu? Kenapa masih bengong di situ?"

 

"Kalau IQ gue down, lo nggak akan senyaman ini dengan aset keluarga lo yang setumpuk Gunung Himalaya, Bro," sahut Tomi ketus.

 

Tomi segera mengerahkan anak buahnya di semua divisi karena lima menit yang lalu ia sudah menerima kabar tentang keberadaan Karina.

 

"Pak Jefry, bisa ke ruangan saya sebentar sekarang?" perintah Tomi.

 

Tanpa basa-basi Pak Jefry langsung ke ruangan Tomi dan duduk di depannya dengan sikap gugup. Pak Jefry menyerahkan data karyawannya kepada Tomi. Ya, mata Tomi tertuju pada nama sang nona muda ia pun mengukir senyum di bibirnya dan membuat Pak Jefry mengerutkan kening heran.

 

"Pak Jefry, kenapa karyawan yang begitu kompeten ini Anda taruh di divisi rendah?”

Pak Jefry bertambah gugup dan menjawab, "Tapi sejak awal staf ini melamar secara reguler waktu itu, Pak.”

"Kalau begitu dia akan menjadi asisten presdir lebih tepatnya sekretaris," ucap Tomi tegas.

 

Sejak saat itu, Karina diminta untuk melapor ke ruangan presdir. Ia sedikit gugup, tetapi pengalamannya sebagai nona muda tidak membuatnya gentar ataupun ragu. Karina menaiki lift eksekutif untuk pertama kalinya.

 

"Hm ... dasar orang kaya munafik! Lift aja gak mau barengan sama stafnya. Padahal tanpa kerja keras karyawan, perusahaannya nggak akan semulus ini!" gerutu Karina sambil menunggu lift berhenti.

 

TING!

Karina perlahan masuk, seorang sekretaris cantik dan seksi menghampirinya.

 

"Tuan, Nona Karina sudah datang."

"Suruh dia masuk dan tolong aku tidak mau menerima tamu siapa pun itu," perintah Gerald pada sekretarisnya itu.

 

Karina duduk tepat di depan Gerald. Pria itu menutup laptopnya dan kembali pada urusan Kirana. Ada hawa kecanggungan yang terjadi di antara keduanya.

 

Hm  ... cantik juga. Aku tidak menyangka calon istriku secantik ini, tapi sayangnya aku harus mendisiplinkannya dulu, gerutu Gerald dalam hati tanpa memalingkan pandangannya dari boneka Barbie di hadapannya itu. Sedangkan Karina merasa salah tingkah dengan tatapan jahil Gerald.

 

"Ada hal apa Bapak memanggil saya?" tanya Karina gugup.

"Mulai besok kamu bekerja menjadi sekretaris saya. Rena akan saya pindahkan ke ruangan Pak Tomi."

"Tapi, Pak, kalau boleh saya tau … atas dasar apa saya dipindahkan? Karena saya baru bekerja di sini dan saya tidak mau kenaikan posisi ini karena koneksi."

 

"Emangnya kamu punya koneksi?”

Karina sontak berubah gugup dan takut ketahuan. "Ituuuu ... hmm ... mmm tidak sih, Pak, cuma aneh aja. Takutnya staf yang lain nanti bikin gosip yang nggak-nggak."

"Biarkan saja mereka bicara, itu hak mereka. Emang kamu peduli, ya?"

"Baiklah, kalau begitu. Saya hanya tidak mau Anda merasa tidak nyaman dengan berita dari seisi kantor, Pak."

 

Karina berpamitan dan ia pun tak lupa membagi beritanya kepada Anggi. Setelah makan malam, keduanya melanjutkan sisa pekerjaan mereka yang dibawa pulang untuk diselesaikan.

 

"Lo beruntung, Karina. Seluruh cewek di atas bumi ini bertarung abis-abisan buat dapet perhatian big boss kita dan lo tanpa berbuat apa-apa si panah Dewi Fortuna dateng sendiri."

"Masa, sih? Apa hebatnya bos kita? Biasa aja. Yang bodoh emang perempuannya, kurang kerjaan."

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!