NovelToon NovelToon

Maaf Terlambat Mencintai Mu

BAB 1

Ku langkah kan kaki ku menyusuri sepanjang tepian pantai di kota T, tempat kelahiran yang telah aku tinggal kan beberapa tahun belakangan karena mengikuti suami yang tinggal di kota lain.

Aku main kan deburan ombak yang menghem pas di kaki ku., aku tumpah kan segala rasa kecewa , amarah dan luka yang masih membekas di pipi kiri akibat tamparan lelaki yang menjadi imam ku.

Drrrt...drrttt..ddrrrrtt

Android ku bergetar lagi, ku abaikan panggilan yang tertera dalam layar ponsel ku.

Sedari tadi puluhan panggilan dari lelaki yang melukai pipi ini terus memenuhi layar ponsel dan tak ku indahkan panggilan nya .

Aku kembali ke kota kelahiran ku ini sendiri, tanpa memberitahukan nya ke siapa pun, jangankan ke lelaki yang sangat aku benci

itu, ke ketiga anakku pun tidak bahkan keluarga ku, orangtua , adik - adik ,family dan teman - teman ku pun tak ada yang tahu kehadiran ku di pantai ini.

Kurebah kan tubuh ku di atas pasir lembab menerawang ke atas langit luas, menatap burung camar yang riang berterbangan kian kemari.., menukik ke bawah saat di lihat nya seekor ikan di atas permukaan lalu kembali naik ke atas membawa mangsa nya pergi entah kemana.

Aku ingin seperti burung camar itu yang tanpa beban bebas melangkah kemana pun mereka suka, melalang buana hingga ke negeri tak berbatas.

" Ka... sedang apa sendirian di sini.. ?! "

Sebuah suara yang cukup familiar membuyar kan lamunan ku.

Ku alihkan pandangan ku menatap sesosok lelaki bertubuh sedang dengan balutan kaos berkerah V berwarna biru laut dan celana pendek katun berwarna cream.

Lelaki itu tersenyum memandang ku dan mengulurkan tangan nya , meraih tangan ku membantu bangun dari rebahan di atas pasir.

Aku duduk melipat lutut, melingkar kan kedua lengan ku pada lutut dan menyandar kan dagu di atas lutut. Dia melakukan hal yang sama seperti yang ku lakukan.

" Bagaimana kau tahu keberadaan ku " Tanya ku datar tanpa memandang wajah nya.

" Gak sengaja sih ka, tadi kan sedang cari remis , cangkang kerang yang banyak terdampar di pinggir pantai terus aku lihat seseorang telentang di atas pasir dan feling ku mengaatakan aku mengenal sosok yang tiduran di atas pasir , jadi aku kemari, setelah dekat ternyata benar ini kaka.., sejak kapan kaka di sini " Dia memandang wajah ku dari samping.

" Baru satu jam yang lalu " Jawabku malas.

" Sudah mampir ke rumah..?! " Selidik nya .

Aku menggeleng kan kepala ku pelan dengan tatapan hampa memandang lautan lepas.

"' Kaka dari rumah atau kantor.. , kenapa tidak ke rumah dulu.. kenapa langsung kemari "

pertanyaan nya beruntun.

" Sedang ingin sendiri aja " Jawabku enggan.

Dia diam, adik bungsu ku yang terpaut tiga belas tahun dengan ku ini meski masih tergolong remaja namun sifat nya lebih dewasa di banding dengan anak seusia nya.

Senja menampakan wajah nya, semburat oranye memperlihatkan kecantikan paras

semesta , menandakan mentari yang akan segera ke peraduan nya bersembunyi pada tubuh bulat sang bumi untuk kemudian menampakan kembali bias sinar nya esok hari dengan secercah harapan bagi umat manusia.

" Ka .. sudah menjelang magrib , ayu pulang " Ajak nya hati - hati.

Ku anggukan kepala, Lalu Dia meraih tangan ku membantu ku berdiri dari duduk.

Dia menenteng satu tas kantong plastik hifam di tangan kiri nya, berjalan berjajar mengiringi langkah kaki ku.

" Keparkiran Pos PolAir Ka, motor aku titip kan di sana sama mas Ardi tetangga kita yang jadi petugas polisi penjaga pantai "

Pinta nya pada ku dengan lembut.

Ku ikuti langkah nya menuju tempat yang Dia tunjukan, di sebelah timur pantai lima ratus meteran dari tempat ku rebahan tadi.

" Ka.. mana kendaraan mu ?! " Dia memutar pandangan ke sekitar pantai .

" Aku gak bawa " Jawab ku singkat.

" Ooo ya udah bonceng aja sama aku " Seulas senyum mengembang memperlihatkan lesung pipit nya kian menambah manis paras nya yang ayu seperti wanita meski Dia lelaki tulen namun wajah oriental nya lebih mirip wanita, halus dan lembut tanpa kumis.

Di nyalakan mesin motor nya dan aku duduk di belakang , memeluk pinggang nya erat.

Di perempatan lampu merah seorang gadis menatap kami sinis dengan balutan cemburu.

" Eksan sejak kapan selera mu jadi tante tante gitu...Iiiihhhh jatuhin harga aja loe.. "

Sungut gadis berkaos hijau lengan panjang dengan paduan celana jeans ketat yang membonceng motor scoopy.

Lelaki remaja adikku hanya tersenyum ramah membalas cemoohan sang gadis. Ku toleh kan wajah memandang perempuan di motor scoopy yang kian kesal mendapat balasan hanya seulas senyum.

" Siapa Dek.. ?! Pacar mu.. ?! Seperti nya kesal banget sama kita " Tanya ku ingin tahu.

" Bukan ka.. Dia kaka setingkat di atas ku di tempat kuliah.. Biasa Ka.. penggemar.. "

Jawab nya penuh percaya diri.

" Heeemm ge'er banget kamu., berasa paling tampan aja ... " Cibir ku yang langsung di balas dengan tawa lepas oleh nya.

Saat lampu hijau menyala Dia tancap gas, aku sengaja memeluk pinggang nya lebih erat dan ku rapat kan tubuh ku ke punggung nya. gadis di atas motor scoopy membulatkan mata nya, wajah kesal nya terlihat jelas dari balik kaca helm yang dikenakan nya.

Ku lempar kan seulas senyum puas campur geli melihat rona merah amarah nya. Adikku mengikuti permainan ku digenggam nya tangan ku yang melingkar di perut nya. membuat pandangan gadis itu kian panas .

Lalu Dia melajukan motor nya kencang melewati kami. yang tertawa seperti mendapat permainan baru.

Wajah oriental si bungsu yang mirip artis Roger Danuarta dengan tatapan mata sendu, alis tebal berbaris serupa bulan sabit , hidung lancip, bibir tipis membelah di bagian bawah berwarna pink plus lesung pipit yang menambah pesona nya saat tersenyum sedari kecil selalu jadi idola para wanita.

Dulu saat Dia masih balita dan aku yang saat itu masih sekolah SMA, setiap aku ajak main kemana pun selalu jadi pusat perhatian, dan setelah menjadi ABG dari kelas lima Sekolah Dasar saja sudah banyak gadis yang suka cari perhatian kepada nya.

Dia tipe anak yang mudah bergaul meski sedikit pendiam , mudah menyesuaikan diri dan pandai membawa diri . Dari keempat adik ku sejak kecil Dia yang jadi kesayangan ku.

Dengan anak - anak ku juga Dia yang paling dekat di banding adik yang lain.

Aku anak pertama dari lima bersaudara. satu - satu nya anak perempuan dalam keluarga.

Ayah sudah meninggal Delapan tahun yang lalu dua tahun setelah aku menikah . Dua adik ku sudah menikah , sudah memiliki rumah sendiri dan kaka si bungsu memilih bekerja di laut sebagai Mualim di sebuah kapal pesiar, praktis ibu hanya tinggal berdua dengan si bungsu dan seorang asisten rumah tangga yang sudah seperti keluarga sendiri karena sudah ikut keluarga kami dari si bungsu lahir.

Di sepanjang jalan yang kami lalui dari pantai menuju rumah yang menempuh jarak tujuh kilo meter seringkali saat berpapasan dengan wanita yang mengenal adik terutama para penganggum nya selalu memandang kami dengan tatapan tak mengenakan. Sementara Dia tetap cuek dengan perlakuan mereka dan tetap melajukan motor nya pelan.

sebagian dari warga sekitar lingkungan ibu ku yang masih muda terutama yang sepantaran si bungsu memang tak mengenal ku, karena sejak menikah dan di boyong suami ke kota yang berjarak satu jam dari kota kecamatan tempat keluarga ku tinggal aku hanya pulang saat lebaran saja dan saat ada momen tertentu itu pun tak pernah diizin kan menginap lama paling sehari dua hari .

--------------------------------------------------------------+++

Hai Kaka Readers perkenalkan ini karya perdana ku semoga suka

Jika menghibur tolong tinggalkan kesan dengan like , komen dan vote

Terimakasih tuk redaktur yang sudah menerima karya ku

😍Love four all 😍😍

BAB 2

" Dek tolong berhenti di sini dulu kaka haus , kita mampir beli jus buah " Pinta ku pada nya saat melintas di sebuah gerobak penjual es jus di pinggir jalan.

Dia mengarah kan motor nya ke tepian jalan tepat di depan gerobak penjual es jus. Aku turun dan memesan jus alpukat dan Dia memilih jus mangga.

" Pak tolong dua jus alpukat dan satu jus mangga " Pinta ku

" Di bungkus mbak " Tanya penjual

Aku menganggukan kepala dan berjalan mendekat ke kursi yang tersedia di belakang gerobak mendudukan pantat ku di sana. Adik lebih memilih duduk di atas motor , sambil memain kan ponsel nya.

" Hai ka Eksan.. " Sapa seorang gadis malu - malu pada nya.

" Hai juga , mau beli apa " Jawab nya sembari mengulas senyum maut yang membuat gadis yang menyapa berbinar.

" Eeee ini Ka.. , lagi pengen jus jambu " Jawab nya tergagap senang.

" Kaka sedang ngapain di sini " Tanya nya lagi.

" Itu nganter wanita cantik yang duduk di sana " Mata nya menunjuk ke arah ku.

Spontan gadis itu mengalih kan perhatian nya ke arah ku, lalu menunduk kan kepala nya sembari tersenyum kikuk. Aku membalas nya dengan senyuman seramah mungkin.

" Siapa Ka...? " Selidik nya penasaran.

" Hemm anak ibu ku yang paling cantik " Jawab nya pelan.

" Ooh... Mbak nya kaka ya , ko aku gak pernah lihat sih Ka, Aku kira ka Akmal anak pertama di keluarga kaka , ternyata masih ada lagi ya "

Senyuman lega tergambar jelas di raut nya.

" Ya kan sudah menikah dari aku masih kelas tiga sekolah dasar terus ikut suami nya di kota sebelah dan jarang menginap lama di kampung jadi gak banyak yang tahu kecuali saudara dan tetangga sekitar rumah aja "

jawab nya santai

Beberapa menit kemudian pesanan ku selesai di buat , aku berdiri mendekat ke penjual.

" Berapa semua nya Pak ?! " Tanya ku ke penjual es jus.

" Dua puluh satu ribu mbak " Jawab penjual ramah menyodor kan plastik kresek putih berisi tiga gelas plastik besar jus pesanan ku.

Aku merogoh kantong jaket ku , masih ada uang receh sisa naik kendaraan umum tadi siang. Aku ambil duapuluhan selembar dan koin ribuan, kupasrah kan pada penjual.

" Terimakasih mbak " Senyum penjual tulus.

" Sama - sama Pak " Jawab ku ramah.

Adik ku menyalakan mesin motor nya , aku kembali duduk membonceng nya.

" Hayu hasna aku duluan Ya.. " Pamit adik ku pada gadis yang ngobrol dengan nya tadi. Lalu melajukan motor nya kembali.

" Ehheeemmm cie...cie.., yang habis ketemu..." Goda ku dengan menggantung kan kalimat .

" Apaan sih Ka..., orang Dia cuma teman biasa ko, satu organisasi di kampus, anak kohati di organisasi HMI " Jawab adik ku dengan gaya santai nya.

" Tapi lumayan cantik juga loh , anggun lagi

beneran gak ada... rasa gitu '' Aku raba dada adik ku mencari debaran di sana.

" Kaka.. Apaan sih.." Dia terlihat malu meraih tangan ku dari dada nya di taruh di atas perut nya lagi.

****************

Lima puluh meter di depan sebelah gang menuju rumah ibu, aku lihat mobil paksu terpakir di sana. Aku meminta adik ku untuk berhenti , membelokan motor nya menjauh dari sana.

" Mbak kita mau ke mana ".Tanya nya kebingungan.

" Gak tahu dek.. jalan aja dulu " Pinta ku cemas memandang ke belakang takut suami ku melihat kami dan mengejar.

" Tapi ini sudah magrib loh Ka.., ke rumah kak Akmal aja atau ke rumah Kak Emran ''

Saran nya kepada ku.

'' Jangan Dek.., aku gak nyaman sama isteri nya Akmal , kalau di rumah Emran aku gak nyaman sama mertua nya " Balas ku.

" Ke masjid aja dek, Aku mau solat di sana sembari nunggu Dia pulang, nanti kau jemput kaka di masjid kalau Dia sudah tidak ada "

Pinta ku dengan raut memelas.

"' Ya udah kalau itu mau nya kaka " Dia pasrah mengarah kan motor nya ke arah masjid yang berada tiga ratus meter sebelah utara dari arah rumah Ibu ku .

Setelah sampai di masjid ku lihat jemaah mulai memenuhi masjid. Aku turun dari motor menuju gerbang masjid.

" Ka jus nya.. " Panggil adik ku pelan , menyodorkan plastik kresek ke hadapan ku .

" Bawa aja ke rumah dek, punya ku taruh aja di kulkas, itu yang satu lagi buat Yu Tinah..., eee dek jangan bilang ke siapa pun mbak ada di sini ya , nanti kalau Dia sudah pergi mbak yang akan jelas kan sendiri ke ibu " Perintah ku tegas dan di balas dengan anggukan kepala oleh nya.

Dia melaju kan motor nya kembali menuju rumah, sedang aku masuk ke dalam masjid , mengambil air wudu dan solat berjamaah dengan meminjam mukena masjid.

Saat solat usai dan jamaah bersalaman aku bertemu dengan beberapa teman sepermain an yang masih menetap di sana. Mereka memeluk ku erat melepas kangen.

" Masya Allah.. Emil kamu masih cantik aja, masih mudaan aja " Ujar Tika teman SD ku.

" Astagfirullah... gak juga , biasa aja, kamu juga masih cantik ko " Jawab ku tersipu.

" Kamu masih menetap di kota B Mil.., bener kata Tika kamu terlihat lebih muda dari kami., Pasti hidup mu sudah enakan ya.., Mil secara punya suami kaya gitu "' Rosa menyela.

" Alhamdulillah sih.. di bilang enak kalau kita syukuri dan nikmati ya enak tapi yang nama nya rumah tangga mana ada yang mulus " Jawab ku sembari tersenyum.

Dan pertemuan tak di sengaja dalam masjid petang itu sudah serupa rueni dadakan saja.

Kami berbincang saling tukar informasi hingga adzan isya berkumandang.

Selepas solat isya, aku lihat adik ku Eksan dengan Emran keluar dari ruang khusus lelaki, mendekat ke arah ku dan kami bertiga duduk di undagan masjid.

" Ka yuk pulang.., kelamaan di sini malah bisa jadi gosip tak sedap " Ajak Emran.

" Mas Hardi masih di rumah ibu kan.. ?! " Selidik ku. Mereka hanya diam tak membalas pertanyaan ku.

Sesaat kemudian HP Eksan bergetar, Eksan mengangkat nya.

" Assallamualaikum iya Ka..., Iya masih ada.., ni sedang kami bujuk untuk pulang .." Suara Eksan membalas suara di seberang telefon .

Eksan menjauh dari tempat duduk kami dan sesaat kemudian mendekat lagi.

" Ka.. ini Ibu mau ngomong .." Di serah kan Hp nya, aku meraih nya.

" Nak... pulang ke sini sama adik - adik mu, jangan kelamaan di sana, gaik baik .., nanti timbul fitnah " Perintah Ibu pelan tapi tegas.

" Masih ada Mas Hardi di sana bu... ? " Tanya ku memastikan.

" Sudah Nduk... kamu kemari aja dulu " Pinta Ibu dengan suara memohon .

" Nggeh bu " Jawab ku lirih.

Kami bertiga beranjak pergi meninggal kan Masjid dengan berjalan kaki. Di tengah jalan sepintas aku lihat mobil suami ku melintas pelan, Eksan menutupi ku dengan tubuh nya agar tak terlihat oleh suami ku.

Aku bernafas lega melihat mobil suami ku berlalu di jalan raya arah menuju tempat tinggal nya. Aku tak ingin bertemu dengan Mas Hardi suami ku untuk saat ini , kesakitan yang ku terima ataa perlakuan tak pantas yang diperbuat nya tadi siang masih membekas di pelupuk mata ku .

Ku tarik nafas perlahan lalu ku hembuskan pelan tuk mengurangi rasa sesak yang menyelimuti perasaan ku agar tak ada airmata yang tumpah . Eksan meraih tangan ku menggenggam memberi ku kekuatan .

BAB 3

Sesampai di rumah, Ibu dan adik pertama ku Akmal sudah menunggu di ruang tamu. Aku mendekat ke ibu lalu kucium tangan Beliau.

Ibu meminta ku duduk di samping nya. Di depan kami ketiga adikku pun turut duduk. Aku serupa pesakitan di depan pengadilan.

" Ada apa Nok.., ceritakan sama Ibu., jangan ada yang di tutupi.. ! " Perintah Ibu lembut.

Aku terdiam . Nafasku terasa sesak. Rasa pedih kembali menusuk relung hati.

" Tadi Mas Hardi cerita apa aja sama Ibu.. ?! " Selidik ku membalikan pertanyaan Ibu .

" Heemm..., kalau di tanya itu jawab dulu to.., jangan malah mbalik dengan pertanyaan lain ! " tatapan Ibu tajam menghujam.

" Aku sudah lelah dengan perlakuan nya selama ini Bu.., aku sudah berusaha sabar dan menjaga demi anak - anak ku.., tapi rasa nya ... " Sesak menghantam dada ku sebegitu hebat membuat ku tak mampu melanjutkan apa yang ingin aku katakan.

Eksan beralih duduk di samping ku, mengelus punggung ku lembut. Agghhh... adik yang selalu memahami perasaan ku yang satu ini seperti nya berusaha memberi ku kekuatan.

" Jangan ambil keputusan saat emosi.., tenang kan pikiran dulu " Pinta ibu bijak.

" Mbak sudah makan .? " Tanya Akmal.

Aku menggeleng kan kepala pelan.

" Makan Mbak dalam keadaan apa pun jangan biasakan perut kosong tanpa diisi makanan . Mau makan apa mbak biar aku belikan " Tanya nya lagi.

"Apa aja dek yang penting berkuah dan panas " Jawab ku sembari memejam kan mata yang terasa perih. Aku ingin makanan yang bisa mengeluarkan keringat agar rasa pusing ku menghilang saat ini .

" Mau soto, gule kambing, sop atau bakso "

Tanya Akmal memastikan.

" Kaka mu gak suka makanan berkuah santan Mal , gak suka yang mengandung lemak juga " Ibu menyela.

"' Soto lamongan aja Dek , yang pedas ya " Pinta ku pelan .

Akmal mengambil kunci motor, lalu keluar bersama Eksan membeli pesanan ku.

" Mandi dulu sana.., kamu belum mandi kan ?! " Ibu memandang ku dengan wajah sendu. Aku membalas nya dengan gelengan kepala.

" Yu Tinah.. !! " Panggil Emran keras.

Yang di panggil keluar dari dalam rumah. menyalami ku dan tersenyum.

" Tolong masak air buat mandi Mbak Emil " Perintah Emran.

" Nggeh Den bagus '' Jawab Yu Tinah dan berlalu masuk ke dapur.

" Bu.. Pinjam daster nya ya.. Emil gak bawa baju.. " Pinta ku memelas .

" oalala Mil.., kamu pergi cuma bawa tas kerja mu itu.. ? . " Selidik ibu.

'' Nggeh... "Jawab ku singkat

" Ehm kamu dari kantor apa dari rumah.., lah montor mu mana.. ?! " Selidik Ibu lagi.

" Tak tinggal di kantor Bu, tapi kunci nya ada sama Emil.. Wong tadi Emil habis makan siang bareng nasabah terus tiba - tiba Mas Hardi sudah ada di lobi kantor, marah - marah gak jelas liat Emil keluar dari mobil nasabah, padahal kan gak sendirian... Emil bareng pak kepala cabang juga " Terang ku dengan butiran kristal bening menggenang.

" Loh ko bisa Mas Hardi seperti itu sih Mbak, kan sudah tahu kerjaan Mbak bagaimana "

Tanya Emran tak percaya.

" Gak tahu sih..., akhir akhir ini kecemburan nya berlebihan tanpa alasan..., malu aku di maki - maki di depan orang banyak , ada nasabah , klien dan teman kantor lagi ." Aku terisak pilu.

Ibu memeluk ku erat berusaha menenang kan perasaan ku.

" Sing sabar Nok.., sabar.. kamu harus kuat, ingat anak - anak.. ! " Bisik Ibu lembut.

Yu Tinah keluar memberitahu kan air mandi sudah siap , aku melangkah masuk, Ibu mengikuti ku dari belakang. Sesampai di depan kamar mandi Yu Tinah menyodor kan handuk bersih baru di ambil dari lemari dan sebuah daster lengan pendek .

Aku bersyukur di dalam tas kerja ku selalu ku bawa celdam bersih . Sudah menjadi kebiasa an ku sejak dulu selalu membawa celdam ganti di dalam tas ku. Aku sering merasa tak nyaman jika mau solat terus celdam terasa basah karena air atau hal lain.

Usai mandi tubuh ku berasa segar. Ku berikan baju berserta dalaman yang kotor ke Yu Tinah meminta nya untuk mencuci agar bisa aku pake besok berangkat kerja.

" Mbak habis dari pantai ya..?!, ini seragam nya banyak bekas pasir.. " Tanya Yu Tinah.

Ku angguk kan kepala ku untuk menjawab keingin tahuan Yu Tinah pembantu Ibu.

" Ka...., makan dulu, mumpung soto nya masih panas '' Ucap Eksan lembut , selepas keluar dari kamar mandi dan berjalan melewati meja makan . Dia satu - satu nya adik ku yang memanggil ku kaka.

Aku beranjak ke meja makan di sana, Emran Eksan dan Akmal sudah lebih dulu duduk menyantap soto.

" Ibu mana.., gak ikut makan ..?! " Tanya ku sembari mengedar kan pandangan mencari Ibu.

" Ibu gak makan malam Mbak.., mengurangi komsumsi nasi dan makanan manis juga untuk menjaga kestabilan gula darah. " Akmal menjelas kan.

" Eemmm... gitu.., maaf ya Mbak terlalu jauh jadi kurang perhatian sama kalian , terutama Ibu.. "' Sesal ku sesak.

" Jangan gitu Mbak.., kami gak merasa kamu seperti itu ko, kami maklum karena tinggal Mbak jauh dan lagi seorang isteri kan harus patuh sama suami "" Hibur Emran.

Ya Allah aku harus merasa sangat bersyukur memiliki Ayah dan Ibu yang pandai mendidik anak - anak nya. Orangtua yang selalu mengajari keluarga adalah satu kesatuan, satu sakit yang lain pun harus ikut merasa sakit, hampir tak pernah ada pertengkaran diantara kami kaka beradik.

" Vania apa kabar nya Mal.., Zuhdan ko gak di ajak kemari.. ?, mbak kangen sama comel nya " Ku pandangi Akmal mencair kan suasana.

" Alhamdulillah Vania baik, besok paling juga ke sini, tadi pas Ibu telefon meminta aku ke sini karena ada Mas Hardi, ibu bilang jangan bawa anak isteri mu, jadi aku ke sini sendirian " Jeals nya.

Kuanggukan kepala ku sembari tersenyum.

Sebelum aku bertanya Emran sudah lebih duu menjelaskan.

" Istiana ada jadwal malam Mbak,.sebelum aku ke sini Dia sudah berangkat lebih dulu, Kesya juga pas aku ke sini sudah dikelonin sama mbah uti nya " Jelas nya kepada ku .

Selesai makan kami berkumpul lagi di ruang keluarga, menjelang malam Akmal dan Amran pamit pulang karena besok pagi mereka harus bekerja.

Begitu pun aku pamit untuk masuk kamar yang kutinggal kan sejak menikah dan masih terawat rapi hingga kini.

Ku pandangi foto - foto masa kesendirian ku dulu yang terpajang di dinding kamar. Masa masa indah saat aku tak merasakan pedih nya berumah tangga.

Entah karena orangtua ku selalu terlihat rukun rukun saja atau karena selama ini beliau bisa menjaga untuk tidak bertengkar di hadapan anak - anak, yang kubayang kan dulu saat Mas Hardi meminang ku kehidupan rumah tangga ku akan sama seperti Ayah dan Ibu.

Kenyataan nya jauh panggang dari api.

Mas Hardi yang terlahir dari keluarga konglomerat nyata nya berbeda dengan

kami yang terlahir dari keluarga sederhana menurut kami , meskipun bagi tetangga kami

yang notabene orang kampung , menganggap kami sebagai priyayi agung . Sebutan warga kampung untuk keluarga yang terlahir dari trah darah biru .

Semua tak lantas menjadikan kami pribadi yang sombong karena Ibu yang selalu mengajarkan bahwa pada hakekat nya semua orang sama kedudukan nya . Ayah juga selalu memberi contoh untuk bersikap baik kepada sesama Makhluk ciptaan Allah , dan saling menghormati sesama .

-------------------------------

Selamat membaca readers semoga suka dengan karya ku

Jangan lupa tinggalkan kesan dengan Like , komen , vote , point dan jadikan favorit untuk mendapat up date setiap hari

Love you all 😘😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!