NovelToon NovelToon

Hati Yang Setia

Sekolah Baru

"Kring.....Kring....Kring....."

Jam alarm Hana terus berbunyi, tapi si pemilik masih enggan membuka mata.

"Tok,, tok,,, tok,,,,"

"Han..... sudah jam 5 !" teriak seorang Ibu sambil menggedor pintu kamar.

Dengan malas akhirnya Hana bangkit dari kasurnya. Setengah sadar ia melirik jam di nakas, " What...!!! Jam 5 !?" pekiknya.

" Sial, hari ini kan hari pertama MOS." dengan tergesa ia lari ke kamar mandi. Hari ini memang hari pertama MOS di SMA Pelita, dan MOS dimulai jam 06.00. Sebenarnya ia sudah memasang alarm jam 04.30, tapi apalah daya alarm tidak mampu membangunkannya.

Setelah berpakaian dan menguncir rambutnya asal, ia bergegas mengambil perkakas perlengkapan MOS. Beruntung ia sudah mempersiapkannya dari kemarin. Dengan setengah berlari ia menghampiri ayah dan ibunya untuk berpamitan.

" Yah ,Bu, aku berangkat dulu ya, Assalamuaikum."

"Waalaikum salam." jawab Ayah.

" Enggak sarapan dulu?" tanya Ibu.

" Enggak sempat....!!! Udah telaaaaat....!!!" teriak Hana sambil berlalu mengambil motornya.

Ia melihat jam di tangannya sudah menunjukan pukul 06.00.

Hana mengendarai motor maticnya dengan cepat, menerobos jalanan bak seorang pembalap profesional. Menyalip pengguna jalan yang lain dengan lihainya seperti Valentino Rossi. Tak jarang orang meneriakinya dengan makian.

Ia sampai di sekolah pukul 06.15.

S*ial...! Telat nih, apes,, apes,,, hari pertama langsung telat. He he he , enggak mau telat gimana coba, dari rumah saja udah jam 6. Mau secepat apapun ya tetap aja telatlah...

Di gerbang sekolah, ada dua kakak kelas yang menyambutnya.

" He he he, pagi Kak." sapa Hana.

" Pagi,,,,, cepat parkir motornya trus balik kesini!" jawab salah satunya.

Setelah memarkir motor, Hana memakai perlengkapan MOSnya, topi kerucut dari kertas, tas punggung dari kardus, dan kalung dari bawang.

Ia bergegas kembali ke pintu gerbang, di sana sudah ada 2 orang yang berbaris.

He he he berarti enggak cuma gue yang telat. Lumayan ada temannya.

" Hei kamu...! Cepat masuk barisan...!" bentak salah seorang kakak kelas berperawakan tinggi kulitnya agak hitam, PURNOMO itulah yang tertulis di tag nama di dadanya.

Ih, lumayan sangar juga nih orang. Berasa kayak mau dipalak preman pasar aja ni gue.

Sedangkan yang satunya terlihat tulisan M. RAYHAN. Dia terlihat cool, kulitnya putih rambutnya tertata rapi dan wajahnya ganteng terlihat kalem.

Hana masuk ke barisan. Diliriknya tag nama kedua temanya yang telat, AGUNG dan YUSUF. Mereka berdua mempunyai wajah yang cukup tampan.

A**pes.... ini pasti kena semprot kakak kelas,,,

" Jam berapa sekarang?" tanya Rayhan dengan datar.

" Jam 6.20 Kak...." jawab Hana dengan enteng.

" MOS dimulai jam berapa?" tanyanya lagi.

" Jam 6." jawab Agung dengan lirih.

" Good...! So.... kenapa kalian jam segini baru nyampe? Punya jam kan di rumah?" bentak Purnomo.

" Ya elah kak, kan cuma telat 20 menit doang, rumah aku tu jauh kak." ketus Hana tanpa rasa bersalah.

Purnomo geram mendengar jawaban Hana. Wajahnya yang sangar terlihat makin sangar.

Agung dan Yusuf menatap Hana, seakan memberi kode agar dia diam tidak usah membantah perkataan kakak kelas.

Rayhan memandang Hana, menahan senyum.

Busyet ni cewek berani juga. Wajahnya sih lumayan cantik.

" Tadi kamu dari rumah jam berapa?!" tanya Purnomo sambil menunjuk Hana menatapnya dengan tajam.

" He he he jam 6 Kak." Hana menampakkan gigi putihnya.

" What....??!! Udah tahu MOS dimulai jam 06.00, Loe berangkat dari rumah jam 06.00??? Gue saja berangkat jam setengah enam. Kalian masih baru aja sudah belagu. Mana disiplin kalian?!" hardiknya lagi.

" Kalian bertiga, cepat push up 30 kali..!!!"

Agung dan Yusuf mengiyakan dan bersiap ke posisi push up.

"Kak, aku kan cewek, lah noh yang lain cowok, masak iya push up nya sama 30 kali? Aku 10 kali saja ya Kak?" rengek Hana sambil mengedip ngedipkan mata dan menyatukan tangannya di depan dada.

Yusuf menatap Hana lagi sembari menggeleng gelengkan kepala. Nih cewek cari gara gara sama kakak kelas.

Rayhan yang sedari tadi diam, menatap wajah Hana, tersenyum penuh arti

" 10 kali? OK..!"

Purnomo melongo ke arahnya.

" Huh... huh...huh....!" nafas Hana terengah engah. Ia berusaha menyelesaikan hukumannya.

Sialan tuh Kakak kelas, wajahnya saja kalem banget , enggak tahunya kelakuannya sadis abis. Gue belum sarapan lagi. Untung gue sudah megang sabuk hitam taekwondo, so bisa tahan hukuman kayak gini. Tapi tetep saja nafas gue mau habis. Awas saja loe, RAYHAN.

"Ayo cepat masih kurang dua putaran lagi, atau mau nambah lagi?" teriak Rayhan dari pinggir lapangan.

Ya, Rayhan memang mengiyakan permintaan Hana untuk melakukan push up cuma 10 kali, tetapi sebagai gantinya hukuman Hana malah ditambah dengan berlari keliling lapangan sebanyak10 putaran.

Setelah bermandikan peluh dan nafas yang tersengal akhirnya Hana menyelesaikan hukumannya.

"Gimana, capek ya? Atau masih kurang?" ejek Rayhan.

" Makanya jadi anak tu yang disiplin, kayak gue. He he he."

Hana enggan menjawab hanya menatap wajah kakak kelasnya itu dengan tajam. Dia masih berusaha menormalkan nafasnya yang ngos ngosan.

" Ayo gue antar loe ke kelas, atau loe sudah betah keliling lapangan ini?" Rayhan berlalu menuju ruang kelas Hana. Hana mengekor di belakangnya.

Kebetulan Hana, Agung, dan Yusuf mendapat ruangan yang sama. Hana duduk di sebelah Agung, karena memang hanya bangku itu yang kosong.

" Hai,,, Gue Agung." sapa Agung sambil menyodorkan tangan.

" Ya, gue sudah tahu. Gue tadi sudah baca tag nama loe." Hana menjabat tangan Agung.

" He he he, pasti capek banget ya, lagian kakak kelas loe lawan, sudah tahu telat masih saja ngeyel." goda Agung.

" Sialan loe... " balas Hana sambil menghempaskan tangan Agung.

"Nih minum dulu, gue sudah tahu loe pasti haus banget kan?" Yusuf menyodorkan air mineral. Ia duduk di bangku belakang Hana. Mereka langsung terlihat akrab.

Mikayla Hanania, itulah namanya. Gadis berambut hitam lurus sebahu dengan tinggi badan 158cm dan berat badan 40 kg. Ia memang anak yang supel dan cerdas, tapi sedikit bandel. Dan terlambat adalah kebiasaan sejak ia masih SD. Wajahnya manis, berpenampilan polos dan sedikit tomboy. Hana terlahir di keluarga yang sederhana. Ayahnya, Hasanudin adalah seorang PNS tingkat rendah. Ibunya, Dina Pertiwi seorang ibu rumah tangga yang membuka toko roti untuk membantu ekonomi keluarga. Ia mempunyai seorang adik perempuan yang berselisih tiga tahun darinya, Evi Aprilia. Meskipun Hana hidup di tengah keluarga sederhana, tapi ia tak pernah merasa kekurangan. Ayah dan ibunya memenuhi semua kebutuhannya dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Hana tumbuh menjadi pribadi yang ceria dan menyenangkan.

Ada empat kakak kelas yang memasuki ruangan Hana. Setelah melakukan perkenalan, mereka mengajak murid murid baru untuk berkeliling sekolah memperkenalkan setiap inchi sekolah. Mereka berkeliling sambil bersendau gurau dan berkenalan satu sama lain. Tak butuh waktu lama, Hana sudah akrab dengan teman teman sekelasnya.

Setelah tiga hari berlalu, MOS pun selesai. Hana dan teman temannya mulai bekaktifitas belajar seperti biasa. Hana tidak menghadapi kendala dalam pelajaran karena memang ia mempunyai IQ di atas rata rata. Temannya juga bertambah banyak. Sama seperti teman temannya yang lain, Hana juga mulai mempunyai sahabat dekat di sekolah barunya. Hana, Agung, Yusuf, Laura, dan Rizal, mereka berlima selalu kompak dalam hal apapun.

Best Friend Selalu

Tak terasa satu bulan telah berlalu. Hana menjalani rutinitas seperti biasa. Pagi ini Hana berangkat sekolah agak awal, karena ada upacara bendera. Jam 06.30 Hana sampai di sekolah.

"Kesambet apa loe Han, tumben jam segini sudah sampai?" ledek Laura sambil meletakkan tas di bangku.

"Bosen lah Ra, masak iya mau telat terus, he he." jawab Hana.

Tak lama, Agung, Yusuf, dan Rizal masuk ke kelas, dan segera menghampiri Hana dan Laura.

"Hana sayang,,,, pinjem PRnya ya...?" pinta Yusuf.

"Ih najis, pakai acara sayang sayang segala." ketus Hana.

"He he he, ya sudah kalau gitu Hana jelek deh." ledek Yusuf.

"Ih... parah ni si Yusuf enggak ada akhlak, mau nyontek malah bilang Hana jelek. Enggak usah diberi Han, sini PR nya buat aa' saja, he he he." ucap Rizal.

"Ni bukunya, buat jamaah rame rame. Apa sih yang enggak buat Loe semua?" jawab Hana sambil menyodorkan buku. Rizal, Yusuf, dan Laura pun menyalin PR milik Hana.

"Tumben loe enggak nyontek PR gue Gung ?" tanya Hana.

"Gue lagi insyaf, tadi malam sudah gue kerjain sekalian belajar." jawab Agung dengan bangga.

"Idihhhh, tumben banget Loe Gung, baru kesambet ya? He he he." ledek Laura.

"Iya kesambet arwahnya Albert Einstein,,,, puas loe!?" balas Agung.

"Guys, lapangan sudah rame, ayo cepetan kita upacara." ajak Yusuf.

Mereka pun memasukkan buku dan bersiap ke lapangan. Yusuf, Agung, Laura, dan Rizal sudah berjalan menuju lapangan. Hana masih mengobrak abrik tasnya mencari topi.

"Aduh sialan, kayaknya gue lupa enggak bawa topi." dengusnya kesal. Ia keluar kelas dengan lesu. Berjalan menuju lapangan, menghampiri teman temannya.

"Topi loe mana Han?" tanya Laura.

" He he he, ketinggalan kayaknya." jawab Hana dengan enteng.

"Ampun deh loe, giliran enggak telat malah enggak bawa topi, ckckck."

" Ada apa guys?" tanya Rizal.

"Ni... Hana enggak bawa topi." jelas Laura.

" Ya udah, gue temenin enggak pakai topi, kita kan friend, he he he." kata Rizal sambil melepas topinya. Yusuf dan Agung juga ikut melepas topi mereka.

"Gue temenin biar rame." ujar Yusuf.

"Gue ikut juga deh, biar kompak." sahut Laura yang ikut melepas topi.

"Apaan sih kalian? Enggak usah kali, masak iya kompakan enggak pakai topi pas upacara." cegah Hana.

"Enggak apa apa Han kita kan kompak selalu. Ya enggak guys?" timpal Agung.

" Yoi...." jawab ketiganya kompak.

" Ya udah makasih ya temen temen, kalian emang the best. Teman temanku yang kompak dan somplak, he he he." ucap Hana dengan semangat. Mereka kembali ke barisan.

" Siap siap kena razia satpol PP guys.." bisik Agung. Dan benar seperti dugaan mereka selang beberapa menit, Pak Danang selaku guru BP melakukan razia kelengkapan seragam, meliputi topi, dasi, sepatu hitam, ikat pinggang,kerajinan rambut, dll. Mereka pun kena semprot Pak Danang.

"Kalian berlima...! Cepat masuk barisan sebelah sana..!" perintah Pak Danang sambil menunjuk barisan khusus murid murid yang terjaring razia. Entah itu tak memakai topi/dasi, sepatu tidak warna hitam, rambut tidak rapi, atau apapun itu yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah.

Mereka berlima pun menuju ke barisan 'spesial'. Ada sekitar 20 murid di sana. Mata Hana sempat mengabsen wajah wajah murid di barisan itu. Di barisan pertama matanya terbelalak melihat Rayhan berdiri di sana. Hana menatap Rayhan sambil tersenyum penuh ejekan.

" Ckckck,, Kakak kelas gue yang disiplin ternyata juga enggak pakai topi ya...?" ledek Hana berbisik di dekat Rayhan. Rayhan menatap Hana dengan kesal.

"Huft.. Sial..!" dengus Rayhan.

Hana dan teman temannya berlalu menuju barisan paling belakang. Upacara pun dimulai. Upacara berlangsung dengan lancar.

Setelah upacara selesai, murid murid kembali ke kelasnya masing masing. Tapi tentu saja tidak dengan barisan 'spesial'. Pak Danang seperti biasa memberi mereka 'ceramah' panjang lebar yang ditutup dengan hukuman membersihkan semua toilet di sekolah sampai jam istirahat. Mereka dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok membersihkan satu titik lokasi toilet Ada 5 titik toilet di sekolah, toilet guru, toilet kelas 1, toilet kelas 2, toilet kelas 3, dan toilet perpustakaan. Kabetulan Hana satu kelompok dengan Laura, Yusuf, dan Rayhan.

"Pak Danang kok ada Kak Rayhan si, memang enggak bisa ya ditukar sama yang lain, ditukar sama Rizal atau Agung gitu?" protes Hana.

"Memang kenapa kalau kamu sekelompok sama Rayhan? Kamu enggak terima? Mau protes? Atau kamu mau bersihin semua toilet yang ada di sekolah?" jawab Pak Danang.

"Oh enggak enggak owk Pak, saya cukup bersihin satu titik saja, he he he. Ayo Kak Rayhan kita mulai bersih bersih." ajak Hana dengan senyum terpaksa.

Kelompok Hana mendapat jatah membersihkan toilet perpustakaan.

"Bersihin yang bersih...!" perintah Rayhan sambil melotot ke arah Hana.

"What..?!! Gue enggak salah denger ni? Yang ada tuh loe selaku senior yang di-si-plin seharusnya memberi contoh gimana cara ngebersihin toilet yang bersih...." solot Hana sambil melempar kain pel ke arah Rayhan.

"Loe tuh ya...! Adik kelas aja nyolot banget." geram Rayhan sambil menunjuk Hana.

"APAA....!!!? Mau ngandelin kesenioritasan loe? Enggak mempan ya kali ini, seharusnya loe malu sebagai anggota OSIS yang notabenya harus memberi contoh yang baik buat adik kelas, eh malah ikut ikutan dihukum disini, ha ha ha kalau gue mah malu abiss..!" ledek Hana.

Rayhan tersulut emosi, tangannya mengepal. Yusuf yang melihatnya segera melerai.

" E...sabar..sabar...Sudah ayo kita bersih bersih saja biar cepat selesai." ajak Yusuf.

"Ayo Kak kita bersih bersih sebelah sana saja, biar Hana dan Laura sebelah sini." Yusuf menarik tangan Rayhan, ia mengedipkan mata ke Laura memberi kode agar membawa Hana menjauh.

Laura pun segera mengajak Hana untuk segera bersih bersih.

"Sumpah Ra, gue masih kesel banget ma tu orang, gara gara dia gue keliling lapangan 10 kali." keluh Hana.

"Sudah deh Han... kan enggak semua salah Kak Rayhan, waktu itu kan emang loe yang telat." bujuk Laura.

" Lagian dia ganteng lho Han, tipe gue banget." ujar Laura sambil senyum senyum.

" Idih sialan loe, gue masih kesel malah loe naksir ma tuh orang, lagian ganteng dari mana Ra?" sanggah Hana.

"Ah sudah, capek ngomong ama loe. Pokoknya dia emang ganteng. Ti-tik!" sahut Laura.

"Udah deh ayo cepet bersihin biar cepat kelar." ajak Hana. Hana dan Laura pun membersihkan toilet itu.

Selang berapa saat Yusuf datang menghampiri Hana dan Laura.

"Gimana, udah kelar belum sebelah sini? Bagian sana sudah bersih loh." tanya Yusuf.

"He he he, belum. Yusuf yang baik hati dan penyayang kalau mau bantuin boleh kok." pinta Hana.

"Kalau ada maunya saja manis banget tu mulut." jawab Yusuf seraya ikut membersihkan toilet bagian Hana dan Laura. Rayhan pun ikut membantu membersihkan.

"Tett...tett..tett..." Bel istirahat berbunyi.

"Alhamdulilah, akhirnya selesai juga hukuman ini, makasih Ya Allah, akhirnya hamba terbebas dari semua ini." teriak Yusuf.

"Apaan si Suf? Sumpah lebay banget loe." ucap Laura sambil memukul lengan Yusuf.

"He he he." Yusuf menyeringai.

"Makasih ya Kak Rayhan sudah bantuin kita." ucap Laura sambil tersenyum manis. Rayhan hanya mengangguk sambil berlalu.

"Ayo cuss kita ke kantin, sudah laper ni." ajak Yusuf.

"AYOO.....!" jawab Hana dan Laura dengan kompak.

Mereka pun berjalan menuju kantin. Rizal dan Agung sudah duduk di kantin, mereka sudah memesan soto dan es teh 5.

"He he he, kalian emang the best, tau saja kalau kita lagi laper." celoteh Yusuf saat melihat Rizal dan Agung duduk manis sambil menghadap 5 mangkok soto dan es teh di depannya.

"Ya iyalah gue tau, secara gue kan juga kelaparan gara gara lari keliling lapangan trus bersih bersih toilet." celoteh Agung.

"He he he." Hana menyeringai karena merasa ini semua memang gara gara dia.

"Iya, gue minta maaf. Ini semua salah gue." dengus Hana.

"Tapi kan gue enggak minta kalian buat ikut ikutan enggak pakai topi."

" Udah enggak usah minta maaf, lagian ini kan murni kemauan kita sendiri, sebagai bukti solidaritas kita, bener enggak guys? He he he." ujar Yusuf.

"Yoooooii..." jawab mereka kompak.

"Kalian memang my best friends forever." timpal Hana. Mereka pun makan dengan lahap sambil bersendau gurau.

Group Lukis

"Teettt...teetttt...teettttt."

Bel berbunyi tanda pelajaran telah usai.

" OK, sampai di sini dulu, jangan lupa tugasnya dikumpulkan di pertemuan selanjutnya." ucap Bu Ida guru matematika.

"Ya Bu..!!" jawab sekelas kompak, mereka pun berkemas dan berhamburan pulang.

Hana masih duduk di bangkunya. Rizal dan Yusuf sudah bergegas keluar kelas.

" Guys kita duluan ya, entar mau footsal. Gung loe serius enggak ikut main?"

" Enggak bro ntar gue ada acara keluarga." jawab Agung.

" Lah loe enggak pulang Han?" Agung sudah mengambil tas, siap untuk keluar kelas.

" Enggak, gue sama Laura ada ekstra lukis, dari pada pulang trus ntar ke sini lagi malah telat?"

" Ya udah gue cabut dulu ya, dada HanRa..."

"Enggak usah disingkat juga kali, masak iya gue sama Hana jadi HanRa?" Laura mengambil tas bersiap untuk keluar.

"He he he tapi kalian pantes kali." ledek Agung.

" Sialan loe....!" Hana memukul lengan Agung.

" Aww, sakit tahu." Agung mengelus tangannya.

"Ayo Han cari cemilan dulu." Laura dan Hana beranjak keluar. Mereka menikmati sepiring siomay dan segelas es teh.

"Ah kenyang, lumayan lah buat penunda lapar, he he he." Laura mengelus perutnya.

"Sudah yuk kita masuk ke ruang seni, kayaknya sudah mau mulai." Mereka bergegas menuju ruang seni.

" Kok sepi ya Han, kita enggak salah jadwal kan?"

" Enggak kok, dah bener tempat dan waktunya." Hana mantab dan segera duduk.

"Ternyata begini ya rasanya menunggu, biasanya kan gue yang ditunggu." kelakar Hana.

Selang beberapa menit, mulai ada beberapa siswa memasuki ruangan. Mata Laura terbelalak saat melihat sosok yang ia kagumi berada di sana.

" Han, ada Kak Rayhan." bisiknya sambil tersenyum bahagia.

"Hmmmm..." Hana cuek sambil menoleh ke kiri dan kanan, merasa heran karena ternyata peminat ekstra lukis sangat sedikit. Di ruang itu hanya ada 8 murid.

" Selamat siang semua, selamat datang di group seni lukis. Perkenalkan saya Gunawan, saya akan membimbing group ini ke depannya." ujar pria bertubuh gendut, berumur sekitar 40an.

" Siang pak...!" mereka serempak menjawab.

"Sebelum dimulai silakan kalian perkenalkan diri dulu biar tambah akrab, dan jangan heran kalau peminat group lukis dari dulu memang paling sedikit, dibanding group yang lain, tap-"

" Maaf Pak saya ga jadi ikut group ini." salah seorang murid menyela dan keluar meninggalkan ruangan.

" Oh ya enggak apa apa, silakan ada yang mau mundur lagi, mungkin menyesal karena ternyata group ini sangat tidak populer, he he he." Pak Gun menatap murid murid di depannya sambil tersenyum.

"Oke kalau sudah enggak ada lagi mari kita mulai acara perkenalan, silakan anggota yang baru untuk memperkenalkan diri." senyum pak Gunawan.

" Dimulai dari kamu." pak Gun meunjuk ke arah Hana.

" Halo nama saya Hana salam kenal." berdiri sambil menganggukan kepala.

" Saya Laura dari kelas 1A." tersenyum manis ke arah Rayhan.

" Saya Thomas."

"Ok selamat bergabung untuk anggota yang baru. Mari kita mulai, silakan kalian membuat lukisan sebagus mungkin karena nanti saya akan menyeleksi hasil lukisan kalian, dan saya akan memilih orang untuk saya ikut sertakan di lomba lukis. Dan perlu kita berbangga diri karena tahun kemarin Rayhan berhasil menjadi juara 2 tingkat provinsi."

" Prokk..prok..prok.." semua bertepuk tangan berdecak kagum.

"Ternyata Kak Rayhan memang hebat, enggak salah gue mengaguminya, ya kan Han?" lirih Laura.

Hana tidak menanggapi Laura yang lagi kesengsem senyum senyum ga jelas, tapi dalam hatinya ia membenarkan ucapan Laura.

Ternyata ia hebat juga.

Dua jam pun berlalu. Hana dan Laura berjalan beriringan menuju parkiran motor.

"Ternyata loe jago lukis juga ya Han, gue enggak nyangka hasil sketsa loe tadi bagus banget, pak Gun juga muji loe."

" He he he, memang gue jago, loe saja yang enggak tau. Makanya jangan terlalu fokus sama pujaan loe, gambar gue juga lumayan owk." cibir Hana.

" Iya... iya... tapi kan hati gue udah terlanjur buat Kak Rayhan tersayang, masa' iya gue harus menjatuhkan hati gue ma loe?" Laura menekan kedua pipi Hana sambil memonyongkan bibirnya.

" Ih apaan sih? Najis banget si Ra gue juga masih normal kali." Hana menampik tangan Laura. Keduanya tertawa sambil berjalan.

"Bruuuk.!!!"

Laura menabrak punggung seseorang.

" E... maaf maaf enggak sengaja." Laura mengelus hidungnya.

Si pemilik punggung menoleh, " Ya enggak apa apa, lain kali kalau jalan lihat depan, loe enggak apa apa kan?"

Laura terbengong sambil tersenyum, " Kak Rayhan......"

Rayhan memandang Laura dan Hana kemudian berlalu menuju motornya.

Kak Rayhan memang perfect, idaman gue banget. Tampan, bertalenta, baik lagi. Tiap hari kejedot dia gue juga enggak papa..he.he .

Laura masih hanyut dalam pikiranya.

" Sadar oi...! Pujaan loe sudah pergi." tepukan Hana di bahu Laura menyadarkanya. Laura celingukan mencari sosok Rayhan tapi sudah tak terlihat.

"He he he.. Gue jadi semangat ikut group lukis ini Han, enggak salah gue ngikutin loe, loe memang sahabat gue yang baik bisa membimbing gue ke jalan yang benar." Laura memegang bahu Hana memandangnya dengan penuh kepastian.

"Uwek..! Tersentuh gue sama kata kata loe sampai mau muntah. Bilang saja loe semangat karena ada Kak Rayhan." Hana mendorong kening Laura.

"He he, itu juga benar." Laura mulai melangkahkan kakinya. Hana berjalan di belakangnya menatap punggung sahabatnya itu.

Gue heran kenapa bisa orang mengagumi seseorang sampai seperti itu. Mungkinkah nanti suatu saat gue juga akan merasakanya, menjadi tergila gila dengan seseorang sampai terlihat aneh.

Mereka sudah sampai di parkiran. Laura sudah melajukan motornya. Hana bersiap untuk menstarter motor saat tiba tiba namanya dipanggil.

" Hana, tunggu !"

"Pak Gunawan?" Hana menengok.

Pak Gunawan meminta Hana untuk mengikuti lomba melukis minggu depan.

" Kok mendadak banget si Pak? Lagian saya kan baru pertama ikut kelas melukis, mending yang udah senior saja deh Pak."

" Saya sudah pikirkan Han, hasil sketsa kamu tadi bagus, kamu punya potensi. Mau ya...?" bujuknya sambil memasang wajah penuh harap.

" Iya deh Pak, sekalian buat pengalaman. Tapi saya enggak janji kalau bisa menang."

" Ok, enggak masalah. Mulai besok pulang sekolah kita latihan ya di ruang seni, buat pemantaban. "

" Baiklah Pak, saya mohon diri dulu."

Hana melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia masih berpikir dengan keputusanya ikut lomba .

Bener enggak ya, gue ikut lomba itu...? Lombanya kan kurang seminggu , berarti kesempatan latihan bentar banget. Gue belum punya pengalaman ikut lomba melukis lagi, apa gue batalin saja? Janganlah, masa' iya belum perang sudah nyerah duluan.

" Brommmm, broommm, brommmm...." ia dikejutkan dengan suara knalpot, hingga keseimbanganya goyah dan terjatuh.

"Aaoww.!" teriaknya

Motor yang tadi mengagetkanya pun berhenti dan menghampirinya.

Hana berusaha menegakan motornya.

" Loe enggak apa apa kan?" pengendara itu ikut membantu menegakan motor Hana.

" Sakit lah, namanya juga jatuh apanya yang enggak apa apa." ketus Hana.

" Sini gue bantuin, gue minta maaf."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!