TIARA MAHIRA PUTRI
Gadis manis berusia 18th, terdaftar sebagai siswi kelas 3 di SMA Antar Bangsa. Hidup sebagai yatim piatu memaksanya harus menjadi lebih dewasa sebelum waktunya.
ALEX PRATAMA
Lelaki berumur 30th menjabat sebagai CEO di Pratama Group, Alex memilih balas dendam kepada seorang gadis yang menurutnya jadi penyebab kandasnya hubungannya dengan sang kekasih.
CACA FALISA ANGGARA
Sahabat baik Tiara meskipun berbeda sekolah, Caca seorang gadis yang hidup sendiri karena perceraian kedua orang tuanya.
ANDIEN LESTARI PRAYOGA
Gadis berparas cantik ini harus rela melepaskan sang kekasih karena perjodohan orang tuanya.
......*******......
Saat hari menjelang sore semua para pelajar berhamburan keluar karena jam sekolah telah usai, di saat semua pelajar menuju rumah untuk melepas lelah. Berbeda dengan Tiara.
Tiara melangkahkan kakinya menuju Cafe, tempatnya bekerja sepulang sekolah. Tiara bekerja mulai jam 15.00 - 21.00. Cafe tempatnya bekerja tak jauh dari sekolahnya .
Saat Tiara akan masuk ke dalam Cafe, Tiara mendengar ada yang memanggilnya. Setelah Tiara mengedarkan pandanganya. Tiara tau siapa yang memanggilnya. "Ara kenapa sih kamu masih aja kerja? Uang kamu tuh gak bakalan habis buat 10 tahun kedepan!" ucap Caca.
Yah ... yang memanggil tadi adalah Caca.
Tiara yang mendengar ucapan Caca hanya memutar bola matanya malas. "Ssstttt, bisa diam nggak sih ... nanti ada yang denger. Aku tuh masih betah kerja di sini, ya sudah aku mau kerja dulu. Kamu pulang saja ... bye ...."
Setelah Tiara berpamitan, dia langsung masuk ke dalam Cafe untuk memulai bekerja. Sedangkan Caca jaga untuk memutuskan pulang ke apartemen.
*
*
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Waktunya untuk Tiara pulang, Tiara melangkahkan kakinya menuju halte untuk menunggu bus.
Sebenarnya Caca sudah menyuruhnya membawa mobil tapi Tiara selalu beralasan. "Aku tuh yatim piatu dan cuma kerja di Cafe, nanti apa kata orang." Selalu saja itu yang jadi alasannya.
Setelah menuggu beberapa lama, bus yang mengantarkannya pulang sudah tiba.
Saat Tiara sudah sampai di unit apartemennya, Tiara langsung merebahkan tubuh lelahnya di kasur. Setelah rasa lelahnya hilang Tiara memutuskan untuk membersihkan diri.
30 menit berlalu, Tiara keluar dari bathroom dan terlihat lebih segar. Tiara menuju ke lemari untuk mencari piyamanya, setelah Tiara memakai piyamanya. Dia memutuskan untuk berbaring di kasur dan memejamkan matanya, beristirahat untuk melanjutkan aktifitas besok pagi.
*
*
Saat pagi menjelang Tiara terbangun karena alarm pada ponsel-nya berbunyi. Menandakan Tiara harus bersiap untuk beraktifitas sebagai pelajar.
Di saat Tiara keluar dari unit apartemennya, dia menoleh kesamping. "Pasti telat lagi." Ucapnya. Tiara langsung menekan bel pintu apartemen sebelah kamarnya, setelah 5 menit pintu itu terbuka Caca hanya nyengir kuda melihatkan deretan giginya yang putih. "Telat lagi kan! Makanya kamu itu kalo malem jangan begadang melulu lihat drakor." omelnya.
"Yah gimana lagi Oppa Lee min ho itu bagaikan narkoba yang bikin candu." jawab Caca setelah mengambil tasnya dari dalam. "Ayo berangkat nanti telat." Tiara yang mendengar ucapan Caca hanya mencibikkan bibirnya.
Setelah sampai sekolah Antar Bangsa Tiara langsung turun dari mobil Caca. "Jangan ngebut bawa mobilnya." ujarnya kepada Caca. "Yes ... mom." Setelah itu Caca melajukan mobilnya untuk menuju sekolahnya.
Sedangkan Tiara menuju kantin untuk sarapan, Tiara memang jarang memasak karena dia hidup sendiri di apartemen jadi hanya menyediakan roti dan susu.
Di saat Tiara menuju ke kelasnya, dari arah berlawanan ada Alan yang menghampirinya dengan senyum manisnya.
Alan laki-laki tampan yang sudah lama memendam rasa dengan Tiara, tapi tidak pernah mengungkapkannya karena Tiara adalah orang yang sulit di dekati.
Dan Tiara pun menyadarinya. Alan memendam rasa padanya, oleh sebab itu Tiara selalu menghindari Alan.
"Uhm ... Ara nanti kamu pulang sekolah aku antar pulang yah!" tawar Alan kepada Tiara.
"Maaf Alan nanti aku harus bekerja usai pulang sekolah." jawab Tiara.
"Bagaimana kalau pulang kerja aku jemput?" tawarnya lagi.
"Maaf ... tidak usah, aku tidak mau merepotkan mu." Setelah Tiara mengucapkan itu, Tiara lalu bergegas pergi dari sana.
Alan hanya menatap punggung Tiara dengan sendu, karena tawarannya kepada Tiara selalu saja di Tolak.
Tiara memang menyembunyikan di mana dia tinggal, karena tidak ingin ada yang tau tentang kehidupannya. Cukup Caca teman baiknya.
Apalagi tentang pekerjaan sampingannya yang sewaktu-waktu harus dia kerjakan bersama Caca.
...********...
...Sampai di sini dulu yah, mohon di kasih saran buat penunjang agar lebih baik, tapi jangan julid-julid yah, soalnya yang nulis orangnya nangisan 😁...
...kunjungi juga...
...Facebook auraaurora...
...iG auraurora / ninikdwifauria...
...Jangan lupa vote, like dan komen. Terima kasih, semoga sehat selalu. Aminnn....
Di pinggir jalan ada seorang gadis yang berjalan terburu-buru, sesekali dia melihat jam tangan yang melingkar di tangan mungilnya.
"Gara-gara sakit perut tadi, sekarang jadi buru-buru kan." gerutunya.
Karena tidak hati-hati, gadis itu sampai tidak melihat jalan di depannya. Hingga dia menabrak seseorang.
Bruk.
"Ouch ...." pekik gadis itu saat jatuh terduduk di lantai, sedangkan yang di tabrak hanya berdiam diri di depannya.
"Maaf," ucap Tiara kepada seseorang itu, gadis yang terburu-buru itu adalah Tiara, setelah Tiara berdiri dari duduknya. Dan melihat orang yang di ditabraknya, Tiara terpaku. "Tampan ...." lirih Tiara.
Saat sadar ucapan maafnya tidak di tanggapi oleh orang itu, Tiara mencoba untuk meminta maaf lagi.
"Maaf," ulang Tiara. "Saya tidak sengaja karena buru-buru," tambahnya lagi. Tapi pria itu hanya mengangkat sebelah alisnya dan memandang Tiara dengan dingin, lalu melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.
Tiara yang melihat sikapnya hanya bisa menggerutu. "Tampan, tapi kaku banget dasar Om Om."
Saat Tiara sadar jam kerjanya yang hampir terlambat, Tiara bergegas masuk ke dalam Cafe.
*
*
Malam telah tiba, sudah waktunya bagi Tiara untuk pulang.
Sejenak Tiara mengambil ponselnya dari saku celananya, sekedar melihat mungkin ada pesan atau panggilan penting. Tapi yang ada hanya pesan dari sahabatnya Caca, untuk di belikan ice cream.
Setelah menempuh perjalanan pulang ke apartemen menggunakan bus, Tiara pun turun di saat bus yang ditumpanginya sudah sampai dekat apartemennya.
Tiara menyempatkan mampir ke supermarket, sebelah apartemen untuk membeli pesanan Caca.
Di saat Tiara mengambil beberapa ice cream, matanya tak sengaja melihat seseorang gadis berparas cantik, tinggi semampai dan berambut sebahu.
Sesaat kemudian gadis itu juga bertatapan dengan Tiara.
Deg.
Jantung Tiara berdetak cepat. "Bukanya itu Non Andien, kenapa bisa ada di sini?" ucapnya dalam hati.
Andien adalah putri dari majikan mendiang ibu Tiara, dulu ibu Tiara sempat bekerja menjadi asisten rumah tangga di keluarga Andien selama 2th.
Setelah itu keluarga Andien memutuskan untuk pindah ke surabaya, karena perusahaan keluarga Andien mendirikan anak cabang di sana.
Andien yang merasa mengenal Tiara pun menghampirinya. "Kamu Tiara kan? Anaknya bik Asih?"
Tiara hanya diam mendengar pertanyaan dari Andien, sampai Andien memegang bahunya. "Kamu benarkan Tiara?" tanyanya lagi.
Hingga sepersekian detik Tiara mengerjapkan matanya beberapa kali dan menatap paras ayu Andien. "Eh iya Non, saya Tiara," jawabnya.
"Uhm ... apa kamu tinggal di dekat sini Tiara?"
"Tidak, saya hanya sekedar mampir Non," elaknya.
"Oh ...."
"Oh ya bagaimana kabar bik Asih?"
Tiara yang mendapat kan pertanyaan tentang sang Ibu, membuat raut wajahnya berubah sendu.
"Tiara kamu tidak apa-apa?" Tanya Andien, karena melihat Tiara yang diam saja. Dan raut wajahnya yang berubah sendu.
Tiara hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa Non," jawab Tiara dengan senyum terpaksa.
"Apa Non Andien sekarang tinggal di dekat sini?" Mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, tadi saya juga hanya sekedar mampir."
"Apa Non Andien sudah lama kembali ke jakarta?"
"Baru 6 bulan."
"Oh."
"Tiara bukanya kamu masih sekolah?"
"Iya Non, tapi saya bekerja setelah pulang sekolah."
"Benarkah!"
Tiara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Di mana?" tanya Andien.
"Di Cafe Raja."
"Cafe yang lagi hitz itu!"
"Iya."
Ddrrtt ddrrtt ddrrtt
Setelah beberapa saat ponsel Tiara yang berada di sakunya berdering, sesaat Tiara melihat siapa yang menelponnya. Ternyata Caca.
Tiara pun menatap Andien yang berada di depannya. "Maaf Non saya angkat telfon dulu!"
Andien hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Tiara sedikit bergeser. "Halo Ca!"
(""")
"Iya bentar lagi aku pulang, tunggu sebentar."
Tut ....
Sambungan telfon pun terputus.
Setelah mengakhiri teleponnya, Tiara menghampiri Andien untuk berpamitan pulang.
"Uhm, Non maaf saya harus pulang sudah malam."
"Oh iya saya juga sebentar lagi pulang, apa kamu sekalian bareng pulangnya?"
"Tidak Non, terima kasih. Saya sudah pesan ojek online." tolaknya. "Kalau begitu saya pulang dulu."
Setelah berpamitan Tiara langsung menuju kasir untuk membayar belanjaannya dan bergegas keluar supermarket.
Sesekali Tiara menoleh kebelakang saat berjalan menuju apartemennya, memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya.
Saat tiba di depan pintu apartemen Caca. "Huft ...." Tiara langsung menghembuskan nafas lega dan menekan bel Apartemen Caca.
Tidak lama pintu itupun terbuka, menampilkan Caca dengan wajah kesalnya. "Kok lama sih Ra!" semprotnya.
Tiara yang mendengar Caca menggerutu, karena pesanannya telat datang hanya bisa menampilkan senyum manisnya.
Sudah biasa bagi Tiara menghadapi sifat Caca, yang terkadang seperti anak kecil.
Maklum saja Caca sedari kecil lebih sering hidup dengan Bibinya (asisten rumah tangga), apalagi setelah perceraian kedua orang tuanya. Bahkan kedua orang tuanya jarang sekali pulang ke rumah untuk melihat Caca. Hanya uang bulanan saja yang di kirimkan oleh orang tuanya.
"Nih pesanan kamu, aku langsung balik yah. Dah capek banget." Menyodorkan pesanan Caca.
"Gak main dulu?"
"Gak usah ... aku besok ada jadwal piket. Jadi aku berangkat lebih pagi, aku pesan ojek online aja."
"Oh ya udah kalo gitu, makasih ya Ra."
"Bye."
"Bye."
Tiara memutuskan kembali ke apartemennya, dan langsung membersihkan diri agar bisa cepat beristirahat.
*
*
Malam telah berganti pagi, seperti biasa rutinitas Tiara. Tapi hari ini dia memutuskan untuk sarapan sebelum berangkat.
Tiara mengotak atik ponsel-nya untuk memesan ojol.
Tak lama ojol yang di pesannya pun datang. "Dengan Mbak Tiara?" tanyanya sang ojol.
"Iya Pak," jawab Tiara seraya menerima helm.
Setelah 20 menit, akhirnya Tiara sampai di sekolah nya. Turun dari ojol-nya dan memberikan helm serta membayar ongkos ojol. "Ini Pak."
"Waduh Non ... tidak ada kembaliannya, masih belum dapat pelanggan."
"Gak apa-apa Pak, kembaliannya buat Bapak saja."
"Beneran Non?" tanya ojol itu tak percaya, karena tarifnya hanya 20rb. Sedangkan Tiara memberikan uang 50rb.
"Iya Pak, anggap saja rezeki untuk keluarga Bapak."
"Terima kasih Non."
"Iya Pak sama-sama."
Tiara memang selalu baik dengan orang- orang yang kurang beruntung, mungkin dia dulu juga pernah merasakan itu.
Hidup kekurangan, apalagi di saat dia membutuhkan biaya untuk pengobatan ibunya. Banyak orang yang tak mau memberikan pinjaman karena takut tak bisa melunasinya .
Hingga nyawa ibunya pun tak dapat tertolong, karena tidak mendapatkan perawatan maksimal. Sang Ibu hanya mendapatkan rawat jalan.
Itupun hanya di periksa di Puskesmas desa, sebenarnya sudah sering kali pihak Puskesmas merujuk untuk di bawah ke Rumah Sakit. Tapi ibunya tidak mau, beralasan bahwa dirinya baik-baik saja.
Sebenarnya ibunya sering menahan sakit, di saat dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. Menyembunyikan rasa sakit agar Tiara tidak mengetahuinya. Ibunya tidak mau membuat Tiara sedih dan merasa bertanggung jawab atas penyakitnya.
Penyakit jantung tidaklah sedikit biayanya, meskipun dapat bantuan dari pemerintah itupun tidak 100%. Tentu saja siapa yang akan pusing mencari biayanya kalo bukan Tiara.
Sedangkan Tiara waktu itu kelas 3 SMP, ibu mana yang tega membiarkan anaknya mencari uang sebanyak itu. Di saat seharusnya dia seharusnya menikmati masa remajanya.
*
*
Di tempat lain.
Andien yang sedang menikmati sarapan dengan keluarganya, sebelum berangkat ke kantor.
"Andien Papa mau bicara sebentar."
Andien yang merasa ada nada serius pada ucapan Pak Teguh, sang Papa. Langsung menghentikan kegiatan makannya. "Tanya apa Pa?"
"Apa kamu masih berhubungan dengan Alex?"
"Masih Pa, kenapa?"
"Apakah kamu tidak bisa memutuskan hubunganmu dengannya?"
Andien yang mendengar pertanyaan papa nya terdengar Aneh hanya menautkan kedua alisnya. "Maksud Papa?" tanyanya.
"Huh ...." Papa nya membuang nafasnya kasar.
"Andien, Papa tau kamu mencintai alex, tapi sepertinya Alex tidak cocok denganmu." Papa menjeda kalimatnya. "Papa ingin menjodohkan mu dengan Anton, memang Anton tidak sekaya Alex tapi percayalah Anton pria baik dan bisa menjagamu," terusnya.
Andien merasa terkejut dengan apa yang di katakan oleh papa nya, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba papanya ingin menjodohkannya. "Pa, kenapa tiba-tiba papa bicara seperti itu!" Suara Andien bergetar saat mengucapkan itu.
"Papa tau kalau Andien mencintai kak Alex meskipun hubungan kami masih berlangsung 5 bulan." Andien mengatakan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Rasa kecewa yang ada di dalam hatinya karena tiba-tiba Papa menjodohkannya dengan pria lain, padahal Papa juga tau kalau Andien sedang menjalin kasih dengan Alex.
Di saat hatinya tidak tahan melihat Papa dan mamanya yang diam saja, Andien memutuskan untuk mengakhiri acara sarapannya dan bergegas ke kantor.
Papa yang melihat punggung putrinya semakin menjauh dari pandanganya hanya menghela nafas, Mama yang duduk di sebelah suaminya hanya bisa menggenggam tangannya untuk memberi kehangatan. "Sabar saja Pa, semuanya butuh proses."
"Entahlah Ma, Papa cuma merasa bahwa Alex bukan lelaki yang baik untuk putri kita." ucapnya sendu.
"Pa ... Mama selalu percaya apa yang di lakukan Papa hanya untuk yang terbaik untuk putri kita."
"Semoga Ma ...." lirih Papa.
...***********...
...Sampai di sini dulu update hari ini, mungkin update nya tidak bisa menentukan jam karena harus curi-curi waktu tidur si kecil. Terima kasih atas dukungannya jangan lupa vote dan like semoga sehat selalu. Amiiinn....
...kunjungi juga...
...facebook auraaurora...
...iG auraaurora/ ninikdwifauria...
Siang hari di sekolah Antar Bangsa semua murid berhamburan keluar dari kelas untuk menikmati jam istirahat.
Ada yang menikmati nongkrong di taman sekolah, ada juga yang pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar.
Tapi ada juga yang menghabiskan waktu istirahat di Perpustakaan, untuk menikmati suasana sepi di sana.
Seperti yang di lakukan Tiara saat ini, dia menikmati masa sendirinya di pojok Perpustakaan. Entah dia membaca buku atau menghindari dari bising suara teman-temanya yang bersenda gurau.
Tak lama ada seseorang yang duduk di sebelahnya, dan Tiara pun menyadari itu. Tapi Tiara tidak tau siapa.
Hingga beberapa saat seseorang itu bertanya pada Tiara. "Apa kamu tidak lapar? Kenapa tidak makan di kantin?" tanya seseorang itu.
Tiara yang merasa seseorang di sebelahnya mengajak bicara, lantas menoleh ke sumber suara itu.
Saat Tiara tau siapa yang bertanya padanya, Tiara hanya menghembuskan nafasnya pelan, siapa lagi kalau bukan Alan.
Tiara heran dengannya, kenapa Alan selalu mengikutinya. Padahal Tiara sudah menghindar sebisa mungkin, karena tidak mau memberikan harapan kepada Alan.
Tapi bersikap kasar pun Tiara juga tidak tegah, karena Tiara tau Alan adalah orang yang baik.
Jadi Tiara hanya menjawab seadanya. "Uhm ... aku nggak lapar, jadi aku memilih ke Perpustakaan." jawabnya.
Alan yang mendengar jawaban Tiara, hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban mengerti.
"Oh ya kapan kamu libur kerja?" tanya Alan lagi.
"Mungkin besok," jawab Tiara seadanya.
"Apa kamu punya acara? Kalau tidak ada bagaimana besok kita pergi jalan-jalan mencari buku?" tanya Alan.
Tiara yang mendengar lagi-lagi pertanyaan dari Alan hanya menghembuskan nafasnya pelan. "Kenapa dia tidak mau menyerah," pikir Tiara.
"Maaf Alan aku besok sudah ada acara jadi tidak bisa," ucap Tiara. Tiara yang melihat wajah Alan yang awalnya sumringah langsung berubah sendu, seperti tanaman yang tersiram minyak tanah.
Karena tidak tegah dengan raut wajah Alan yang sendu. "Mungkin lain kali," imbuh Tiara.
Seketika ekspresi Alan langsung berubah cerah, tapi Tiara sendiri juga tidak tau kapan kesempatan itu.
Mau bagaimana lagi, hati Tiara terlalu lembut hingga dia tidak tegah dengan Alan.
Setelah Tiara mengucapkan itu, Tiara bergegas pergi dari sana karena tidak ingin Alan bertanya lebih banyak padanya.
"Uhm ... Alan aku kembali ke kelas dulu, sebentar lagi jam istirahat habis. Bye ...." Setelah mengucapkan itu Tiara langsung pergi dari perpustakaan, bahkan sebelum Alan menjawabnya.
Beberapa saat kemudian, Alan yang diliputi rasa bahagia karena ada secuil harapan. Baru tersadar kalau Tiara sudah beranjak pergi, dan hanya bisa melihat punggung Tiara yang semakin menjauh dari penglihatannya. "Bye ...." jawabnya sambil mengangkat satu tangannya dan menggoyangkan ke kiri dan ke kanan.
(Jatuh cinta itu indah, tapi sakit kalau harus berjuang sendiri)
...-----------------...
Di tempat lain ada seorang gadis cantik yang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya karena pikirannya terganggu dengan pembicaraan antara dirinya dan papa nya tadi pagi.
Entah apa yang harus di lalukan setelah ini, kenapa harus dengan tiba-tiba papanya menjodohkannya, lagi pula ini bukan zaman Siti Nurbaya.
Dia adalah Andien, gadis yang sedang galau dengan masalah percintaannya. Memilih keinginan Pak Teguh Prayoga sang papa atau perasaan cintanya.
Mungkin karena usia Andien yang menginjak 27th, sehingga Pak Teguh ingin melihat putrinya segera menikah.
Sebenarnya Andien sendiri menyadari kalau papa nya tidak suka dirinya menjalin hubungan asmara dengan Alex sang kekasih.
Terbukti saat Andien menceritakan tentang awal jalinan asmaranya, Pak Teguh hanya diam tidak menanggapi.
Andien kira mungkin ini baru awal jadi wajar papa nya tidak menyukainya, karena belum saling mengenal antara sang kekasih dan papa nya.
Dan Andien berharap dengan berjalan seiring waktu Alex dan Papa-nya akan cocok, tapi nyatanya kini harapan itu sirna sudah.
Andien hanya mengusap wajahnya kasar menghadapi hal yang tiba-tiba seperti ini.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu ruangannya dari luar. "Masuk," perintah Andien.
Klek.
Pintu terbuka, seorang wanita cantik masuk kedalam ruangan Andien, dia adalah Rita Sekretaris Andien.
"Ada apa?" tanya Andien.
Rita segera mengotak atik tabletnya untuk mengingatkan jadwal Andien. "Maaf Bu, sebentar lagi kita akan ada meeting dengan perusahaan Bima Sentosa untuk membahas proyek kita yang baru di Restoran Bintang Kejora jam dua siang nanti," lapornya.
Andien yang melihat jam tangan yang ada dalam pergelangannya sudah menunjukkan jam 13.00. Masih ada waktu 1 jam lagi.
Apalagi lokasi restoran yang di jadikan tempat meeting tidak jauh dari perusahaanya, jadi tidak perlu takut terlambat.
"Apa proyek kita yang akan di bangun di kota Sidoarjo?" tanya Andien.
"Iya Bu," jawab Rita.
"Huft ...." Andien hanya menghembuskan nafasnya kasar.
Bagaimana Andien tidak pusing masalah yang baru saja di hadapi belum ada solusinya, sekarang di tambah lagi rencana proyek yang di luar kota.
Jelas Andien juga harus bolak-balik untuk memantaunya, mungkin sibuk dengan pekerjaan akan sedikit mengalihkan masalah asmaranya.
"Ok, kalau begitu siapkan saja berkas-berkasnya." Perintahnya kepada Rita.
"Baik Bu," jawab Rita seraya keluar dari ruangan Andien untuk segera mempersiapkan semuanya yang harus di bawah saat meeting.
Perusahaan Andien adalah perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, tapi perusahaanya tidaklah sebesar perusahaan yang di miliki Alex.
Tapi itu pun sudah membuat Andien bersyukur, karena perusahaan itu adalah perusahaan yang di bangun dengan jeri payah Pak Teguh, papa nya. Sehingga dia kini yang meneruskan menjalankannya.
Setelah Pak Teguh 6 bulan lalu memilih untuk pensiun, menikmati hari tua di rumah bersama sang istri.
1jam kemudian
Bintang kejora restoran
Saat Andien memasuki Restoran sudah ada pelayan yang menyambutnya. "Selamat siang ... ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu sopan.
"Siang ... saya tadi sudah reservasi atas nama Prayoga Group," jawab Rita tak kalah sopan.
"Oh ... kalau begitu sebelah sini, mari saya antar," setelah pelayan itu menunjukkan ruangan yang di pesan oleh Rita, segera pelayan itu permisi untuk pergi. Dan akan di jamu oleh pelayan lainya.
Andien yang berada dalam rungan itu mengedarkan pandanganya seraya duduk di tempat yang di sediakan.
Tempat yang nyaman, ruangan yang tertutup untuk menjaga privasi yang di bahas nya. Serta pendingin udara yang menyejukkan, ruangan yang mampu untuk menampung 6 orang.
Beberapa saat kemudian.
Kolega yang di tunggu pun datang, Andien dan Rita menyambut kolega mereka dengan ramah. "Selamat siang, silahkan duduk Pak," ucap Andien kepada dua orang laki-laki yang di depannya.
Yang satu sekitar umur 40th, dan yang satu sepantaran dengan Andien.
"Ah, iya terima kasih Bu Andien." jawab salah satu pria itu yang bernama Yogi, tidak lama pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. Setelah selesai mencatat pesanan mereka, pelayan itu undur diri untuk menyiapkan pesanannya.
Sambil menunggu pesanan datang mereka berbincang-bincang, hanya sekedar basa basi untuk mencairkan suasana sebelum membahas pekerjaan.
10 menit berlalu.
Pelayan datang untuk membawa pesanan mereka, setelah makanan tersaji tertata rapi. "Selamat menikmati," ucap Pelayan itu seraya undur diri dari ruangan itu.
Mereka menyantap makanan dengan tenang, setelah dirasa makanan yang di pesan tadi sudah berpindah ke perut mereka. Dan mulai membahas pekerjaan yang jadi pokok utamanya.
"Oh ya Bu, kenalkan dulu ini adalah Pak Anton yang akan menjadi Arsitek untuk pembangunan Hotel yang akan kita bahas," perkenalkan nya.
Yogi adalah Kepala Pimpinannya sedangkan Anton adalah Arsitek yang bertugas untuk merancang Interior Hotel.
Sesaat kemudian, Anton mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Andien.
Deg.
"Nama itu."
"Ah ... tidak tidak tidak, mungkin hanya kebetulan," batin Andien.
Hingga sepersekian detik Andien baru menjabat tangan Anton, dan juga memperkenalkan Rita.
"Anton," memperkenalkan dirinya.
"Andien, dan ini Sekretaris saya Rita," jawab Andien juga melakukan hal yang sama dengan Anton.
Merekapun sibuk membahas proyek yang akan di bangun dengan serius dan teliti sehingga tidak ada kesalahan di kemudian hari.
Setelah 2 jam berlalu meeting pun selesai dengan di akhiri keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak.
"Terima kasih Bu Andien atas kerja samanya, saya berjanji tidak akan mengecewakan Bu Andien." ucap Pak Yogi seraya menjabat tangan Andien.
"Sama-sama Pak, saya harap juga begitu," sahut Andien yang juga menjabat tangan Pak Yogi.
Setelah berpamitan, Andien memutuskan untuk kembali ke kantor untuk mengantar Rita. Karena tadi berangkat menggunakan mobil Andien, jadi tidak enak kalau Andien menyuruhnya kembali dengan naik taksi.
Sedangkan di dalam mobil, Andien hanya menyandarkan kepala di kursi mobilnya sambil menikmati pemandangan luar dari kaca mobil. karena Rita yang sedang menyetir mobil.
Entah apa yang ada dalam otaknya, pikirannya berterbangan kemana mana.
...********...
...Untuk update hari ini sekian dulu yah ... jangan lupa vote, like dan juga komen. Terima kasih....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!