Andre dan Anisha sudah menjadi orang tua dari ketiga buah cinta mereka, tapi kemesraan dan keharmonisan mereka berdua tidak pernah berubah, walaupun mereka berdua sudah mempunyai dua orang anak yang berusia sama 24 tahun.
Anisha dan Andre berjalan keluar pemakaman al-insan, di mana Di tempat pemakaman tersebut telah terbaring kedua orang tua Anisha dan orang tua Andre.
Tiga tahun kepergian Pak Anton papahnya Andre meninggal dunia, karena serangan jantung, kemudian disusul oleh Ibu Susi mamah nya Andre yang meninggal karena sakit tua, yang selalu terpikir akan sosok sang suami yang sudah pergi mendahului nya.
Mamah Anisha dan papah Andre masuk ke mobil yang dikendarai oleh papah Andre sendiri tanpa memakai jasa sopir, mobil yang membawa mereka berdua melaju menuju bandara, karena hari ini adalah hari kedatangan kedua anaknya dari luar negeri di mana mereka menimba ilmu.
Selama 3 tahun berada di luar negeri mengejar S2 mereka, setelah lulus dengan nilai tertinggi dan mendapatkan kelulusan dari fakultas ternama yang ada di Kanada.
Mamah Anisha dan papah Andre datang menyaksikan kelulusan kedua anak mereka, mereka berdua sangat bahagia, karena kedua buah hati yang dulu masih kecil dan remaja, dimana fase fase tersebut mereka menjaga dengan penuh kasih dan sayang sampai akhirnya sekarang mereka sudah menjadi dewasa, dan mendapatkan kelulusan yang terbaik.
Saat itu mereka masih tinggal di Kanada, karena mereka ingin mengasah kemampuan mereka berdua dalam bidang yang berbeda juga selama setahun.
"cuma 1 tahun saja, mah..pah..kami disini, setelah itu kami akan pulang ketanah air" pinta Biyas pada kedua orang tuanya.
Papah Andre dan Mamah Anisha sebenarnya merasa berat, karena sudah bertahun-tahun berpisah dengan kedua anak kembarnya itu.
Tapi karena keinginan dari keduanya sangat kuat,akhirnya
Mamah Anisha dan papah Andre hanya mengangguk dan menyetujui keinginan kedua anaknya itu, yang ingin mengasah kemampuannya selama setahun di Kanada.
Biyas memimpin perusahaan keluarganya sementara, selama satu tahun yang ada di kanada.
Dan Anindita bekerja di sebuah rumah sakit yang terbesar yang ada di Kanada.
Mereka berdua bisa saja terbang ke Kanada sesuka hati mereka, di saat merindukan kedua buah hatinya, tapi di tanah air masih ada seorang gadis cantik yang perlu perhatian mereka, yaitu anak mereka yang kedua lahirnya, tapi urutan ketiga anak di dalam kartu keluarganya, Almira putri wibawa yang sering di sapa Almi, yang masih sekolah kelas sebelas.
Sampai akhirnya penantian papah Andre dan mamah Anisha berbuah manis, penantian satu tahun lamanya itu akhirnya tiba, saat ini kedua anak mereka menepati janji mereka yang akan datang hari ini.
Ke dua anak kembar mereka sekarang sudah sama-sama dewasa dan sudah menjadi apa yang mereka mau.
Abiyasa putra wibawa menyelesaikan kuliah S2 nya di Kanada, di mana sang papah menimba ilmu perkuliahan waktu dulu, Biyas panggilan akrabnya memilih jurusan manajemen untuk meneruskan perusahaan keluarga Wibawa yang sampai sekarang sangat berkembang pesat.
Berbeda jauh dengan Putri mereka Anindita Putri Wibawa, Dita sapaan akrabnya, lebih memilih sebagai seorang dokter umum.
Memang mereka berdua kembar tapi pemikiran mereka berbeda, Abiyasa sangat meniru sifat sang papah yang suka berkecimpung di dunia bisnis, dia berkeinginan meneruskan perusahaan keluarga Wibawa, yang ada di Indonesia dan di luar negeri.
Sedangkan adiknya Anindita lebih memilih jadi seorang dokter, dia tidak mau meneruskan perusahaan keluarganya, karena dia tidak menyukai tentang manajemen dan Bisnis.
Kedua orang tua mereka selalu mendukung dan sangat menyetujui keinginan dan cita-cita anak anaknya.
Jauh sebelum mereka dewasa, papah Andre sudah melihat talenta kedua anaknya itu yang sangat menonjol, terlihat jelas sejak mereka kecil perbedaan mulai muncul di antara anak kembar nya.
Biyas memang senang mengikuti Andre ke kantor, bahkan kadang-kadang mamah Anisha mengantarkan Abiyasa menemui sang papah.
Sedangkan Anindita terlihat cenderung ke kesehatan dunia medis, setiap bermain dia selalu memilih menjadi seorang dokter.
Papah Andre juga sudah mempersiapkan sebuah rumah sakit yang sudah dibangun di kotanya sendiri, selama Anindita berkuliah.
Sampai akhirnya Rumah Sakit tersebut sudah bisa digunakan sebelum Anindita lulus kuliah, dan sampai sekarang Rumah Sakit tersebut berkembang sangat pesat.
Rumah sakit yang dibangun oleh Andre praja Wibawa tersebut mengutamakan pelayanan yang baik, dan orang-orang yang bekerja di rumah sakit itu pun harus mempunyai stok sabar yang banyak, dan sifat lemah lembut yang tidak akan pernah habisnya, siap menghadapi semua pasien yang keluar masuk di rumah sakit tersebut.
Karena rumah sakit yang di bangun papah Andre tersebut mengutamakan orang orang yang tidak mampu berobat karena kendala tidak memiliki uang dan keinginan untuk mencapai kesembuhan dan keselamatan pasien pasiennya.
Papah Andre akan menghadiahkan Anindita putrinya itu sebuah rumah sakit yang telah dibangunnya tersebut, dimana Anindita juga sebagai dokter dan pemilik Rumah Sakit yang dibangun papahnya untuk dirinya.
Dan tidak lupa juga papah Andre akan menyerahkan kepemimpinan di perusahaan Wibawa group kepada anak lelakinya Abiyasa sebagai CEO muda penerusnya.
karena sudah tiba waktunya Papah Andre dan mamah Anisha ingin menikmati masa tuanya bersama sama.
Sedangkan papah Boby dipercayakan oleh papah Andre untuk menangani perusahaan yang ada di salah satu di kotanya tersebut, karena perusahaan yang ditangani oleh papah Boby termasuk baru, anak cabang yang dibangun dari perusahaan Wibawa group.
Papah Boby dan Mamah Lala beserta Charlo anak kedua mereka berada di dalam jet pribadi papah Andre.
Karena mereka baru saja menghadiri kelulusan anak pertamanya Clarisa Putria Bola Risa panggilan akrabnya di kalangan kawan-kawannya, sedangkan Bola hanya panggilan akrabnya dikalangan sahabat sahabat nya saja yang tahu nama kesayangan semasa kecilnya tersebut.
Risa lulusan S2 Teknik Informatika, sedangkan adik laki-lakinya charlo Putra Bola masih kelas 12 sekolah menengah atas.
Arvin Aditama Putra Adra tidak berkuliah di luar negeri, Arvin hanya menginginkan kuliah di tanah air saja, bukan tidak mampu tapi keinginan untuk berkuliah di luar negeri tidak ada sama sekali.
Mungkin karena kecintaannya di Indonesia, membuat dia betah berada dan menetap kuliah di Indonesia, Arvin mengambil jurusan hukum, Arvin sapaan akrabnya dikalangan teman kuliahnya dan sahabat-sahabatnya.
Arvin mengikuti jejak sang ayah, menjadi perwira polisi dan adiknya Alena Ayudia Putri Adra memilih sebagai perawat, dan bekerja di Rumah Sakit keluarga sang Bunda.
Putra putri dari Candra dan Adeliya itu diajarkan oleh kedua orang tuanya bersikap mandiri,dan saling melindungi saru sama lain, jadi tidak heran putri mereka tersebut sangat mandiri, Alena bekerja Sambil kuliah.
Alena sama dengan kakaknya yang tidak ingin kuliah di luar negeri, walaupun di bujuk oleh Tante Anisha dan om Andre nya dia tetap tidak mau.
Alena memilih kuliah sambil kerja, kedua anak Bunda Adel dan Ayah Candra memang diajarkan hidup mandiri, mereka sengaja mengajarkan itu, supaya mereka bisa menghadapi kehidupan kedepannya, sewaktu waktu mereka tidak ada di samping kedua anaknya. apalagi sekarang ayah mereka selalu berpindah-pindah tempat tugasnya.
Arvin dan Alena masih menetap di kota kelahiran sang Bunda dan sang Ayah.
Sedangkan Abi Yosep tidak ada kabar beritanya Setelah 5 tahun berlalu dari kelahiran anak keduanya.
Abi Yosep dan Umi Vita seakan-akan menghilang entah apa sebabnya.
Umi Vita yang sudah kehilangan ayahnya karena suatu kecelakaan di Kalimantan, tempat dia bertugas saat itu setelah melaksanakan umroh.
Akhirnya sang ibu yang sudah sakit-sakitan ikut bersamanya.
Mereka kehilangan kontak karena nomer ponsel mereka berdua tidak pernah aktif, lagi pula Abi Yosep selalu berpindah tugas dari satu daerah ke daerah lainnya.
Abi Yosep pun tidak pernah memberi kabar pada kedua sahabatny tersebut.
Walaupun bekerja di kesatuan yang sama sebagai anggota polisi Ayah Candra tidak bisa melacak di mana sekarang Abi Yosep.
Terakhir Abi Yosep pindah ke pelosok.
Sedangkan Kak Dwi dan anak-anaknya pindah dari kota asalnya menuju ke kota lainnya, mengikuti anak-anak yang sudah masing-masing berkeluarga, dan Kak Dwi mendapatkan menantu yang sangat sayang pada dirinya.
Candra dipindah tugaskan ke Sulawesi Adel selalu menemani sang suami, kadang-kadang Adel berada di kota asalnya, kadang-kadang berada di samping suaminya.
Adel menemani suami tercintanya selama menjabat sebagai seorang perwira Polisi yang selalu berpindah pindah tempat.
Sedangkan sang anak masih bertugas di kota kelahiran Ayah dan Bundanya, mereka berdua tinggal di rumah peninggalan sang nenek yang sudah lama meninggal dunia, tapi masih dalam pengawasan om dan tantenya.
kalau mamah Anisha rindu dengan adiknya dan iparnya tersebut, mamah Anisha mengajak dua keponakannya itu untuk menginap di rumahnya, sebagai pengganti rasa rindu nya pada adik dan iparnya tersebut.
Mobil yang dikendarai papah Andre dan Mama Anisha memasuki halaman parkir bandara, papah Andre memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang sudah di sediakan oleh pihak bandara, dan mereka berdua keluar dari mobil saling bergandengan tangan berjalan menuju ruang tunggu bandara.
Saat mereka berjalan kearah ruang tunggu tersebut, terdengar ponsel Mamah Anisha berdering.
"Assalamualaikum Mah" sapa suara di seberang sana.
"Waalaikumsalam Sayang" jawab mamah Anisha.
"Mamah sama Papah di mana sekarang?Almi pulang kalian tidak ada" ucap Almi anak kedua Mamah Anisha dan papah Andre.
Almira gadis 17 tahun yang masih bersekolah di sekolah menengah atas kelas 11.
"Kamu sudah pulang Sayang, ini kan baru jam 11 siang, masa sudah pulang" ucap Mamah Anisha.
" Tadi semua gurunya rapat mah, jadi semua siswanya dipulangkan" ucap Almira.
" Oh gitu " jawab singkat mamah Anisha.
"papah mana Mah?" tanyanya pada mamahnya.
"Ada, sama Mamah" jawab mamah Anisha.
Papah Andre tersenyum, kemudian mengambil ponsel istrinya yang masih berhubungan pada sang anak.
" kenapa Sayang ? kangen ya sama papah?" Goda papah Andre pada anak Bungsunya itu.
" ya iyalah pah kangen, secara gitu loh papah Almi kan yang selalu bikin para wanita kangen hehehe, kalau Almi nggak dengar suara papah, perasaan Almi kayak gimana gitu" ucap Almira.
"hahaha.... kamu ini bisa aja bikin papah klepek-klepek "ucap papah Andre
" hahaha" suara mereka tertawa, begitulah kalau Almira dan papahnya ngobrol, selalu asyik aja dan penuh canda tawa.
"Oh ya..papah dan mamah di mana sih sekarang?" tanya Almira.
"Mamah sama papah di bandara, jemput Kak Biyas dan Kak Dita" ucap papahnya pada anak bungsunya tersebut.
" ya papah curang!..Almi nggak diajak" protes nya.
" sayang kamu kan tadi sekolah masa mau izin sih" ujar papah Andre.
"Bisa aja kali pah, kan bisa dibilang mau jemput saudara gitu, papah kan pintar tuh,bikin alasan kalau papah yang ngomong pasti aja dibolehin, kan papah pinter ngegombal tuh," ucap Almi lagi
"Itukan sama aja ijin namanya, ntar kalau papah ngegombal lagi mamah mu berubah jadi singa lapar lho" ucap papah Andre seraya melirik sang istri yang tersenyum manis padanya.
" hahaha" papah Andre dan Almi tertawa.
"Almi kesana ya pah, Almi ingin ikut jemput kakak juga" rengeknya.
" Oke sayang, minta antar sama pak Gito ya" ucap papah Andre.
" Siap bos" ucapnya seraya memutus teleponnya pada orang tuanya setelah sama-sama mengucapkan salam.
papah Andre tersenyum dan menyerahkan ponsel istrinya kembali.
"Almira mau ke sini sayang?" tanya Mamah Anisha.
papah Andre hanya mengangguk.
" Anak itu tidak bisa jauh jauh sama kamu Sayang" ucap Mamah Anisha, seraya menggelengkan kepalanya.
" Namanya juga anak cewek sayangku, sama seperti kamu yang tidak bisa jauh dari ku "ucap papah Andre Seraya mencubit pelan hidung istrinya.
Mereka sama-sama tersenyum, berjalan masuk kedalam ruang tunggu dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
mamah Anisha dan papah Andre asyik ngobrol dan sesekali tertawa pelan, mengingat masa-masa bersama dengan para sahabat yang sudah berjauhan.
Tiba-tiba mata mamah Anisha dan papah Andre ditutup dari belakang oleh kedua anaknya menggunakan kedua tangan mereka masing-masing.
Papah Andre meraba tangan gadis cantik yang mewarisi kecantikan wajah perpaduan antara cantik dan tampan, mamah Anisha juga meraba tangan anak lelakinya yang ketampanan nya melebihi sang papah.
Saat kedua orang tua mereka, membuka tangan kedua anaknya yang menempel di kedua mata mereka tersebut, terdengar suara-suara buah hatinya yang sudah berada di belakang mereka yang tertawa pelan.
"Assalamualaikum mamah, papah" ucap keduanya seraya memberikan senyuman manisnya, dan ciuman di pipi kiri kanan kedua orang tuanya, tak lupa mencium punggung tangan keduanya.
"Waalaikumsalam Sayang" ucap keduanya langsung berdiri dan memeluk kedua anaknya tersebut.
"Assalamualaikum Om dan tante" sapa Risa pada papah Andre dan Mamah Anisha.
Risa mencium punggung tangan keduanya, seperti yang dilakukan oleh Biyas dan Dita.
"Waalaikumsalam sayang" sahut keduanya.
" Cantik dan manis banget kamu Bola" ucap mamah Anisha seraya membelai rambut Risa.
" Manis dari mana mah, jelas jelas pahit kaya gitu" celetuk Biyas tertawa di ikuti oleh Dita yang tertawa juga.
Risa mendelik pada Biyas sesaat.
Dan melayangkan pukulan ringannya ke tangan Biyas.
" makasih Tante" ucapnya dengan imut.
"Sama sama.sayang.." jawab mamah Anisha.
" udah jangan sok imut kamu! depan imut belakang kekar!" ucap Biyas seraya menyenggol Bola.
" Biyas...Biyas terlalu jujur amat sih," ucap Bola tersenyum, lagi lagi dengan gaya imutnya.
" Oh ya Tante,tolong jangan panggil Risa dengan sebutan Bola ya tante., ya ..yah.." pinta nya memelas.
Mamah Anisha tersenyum, dan mengangguk.
" Kenapa nggak mau di bilang Bola?" Tanya Dita.
" Kan Bagus tuh sebutan Bola" lanjut Dita lagi.
" Ntar di kira orang yang lewat Risa jelmaan Bola tendang lagi" ujarnya tersenyum.
"Emang kamu bola tendang, yang ditendang dari Kanada ke Indonesia, yang kuliah selalu dapat tugas terus karena sering terlambat" ujar Biyas menggoda Risa.
"kamu bisa aja, ntar aku nggak mau lho nemenin kamu di kantor mu" ujar Risa seraya mendelik.
"Biarin! emang kamu yakin aku mau terima kamu, cewek nggak ada feminim feminimnya, tahu nggak mah, tante, ini cewek, temannya yang Cowok nggak ada yang berani mendekatinya, gimana mau mendekatinya senggol dikit tonjok!, gimana mau cowok mendekatinya, baru di dekati sedikit aja udah berubah jadi ular berbisa, mendesis desis, gimana mau dapat pacar seperti itu, dosen yang killer aja kalah dengan dia killernya hahaha" Biyas tertawa lepas.
"Wah... bener banget kamu Biyas emang benar banget, karena aku takut jatuh cinta dengan orang Bule! hehehe, jadi sengaja aja seperti itu, biar mereka nggak mendekati ku, " kekehnya.
Abiyasa, Anindita dan Risa memang satu kampus tapi beda satu tahun tingkatannya.
Mamah Lala hanya tersenyum dan memeluk sang anak sambil mengelus rambut Bola.
" Tuh, Bob anak kamu sudah protes tidak mau di bilang Bola, anak sudah gadis masih aja di sebut Bola, " ucap papah Andre terkekeh.
" Bola bunder maksudnya Ndre, dan lagi kan Bola itu panggilan sayang pada nya." Ucap papah Boby lagi.
" Iya pah, panggilan sayang hanya untuk papah dan mamah serta sahabat sahabat papah aja" kekeh Risa lagi.
"Bola... Bola kamu sama dengan sifat papah mu" ucap papah Andre tertawa.
" jangan buka kartu dong Ndre, kita udah tua" ucap papah Boby terkekeh.
"Biarin aja, yang penting anakmu tahu, di mana kamu waktu dia lagi kecil, hehehe" ujar papah Andre.
"Tapi bedanya, papah kamu itu mulutnya kayak emak emak rempong, kalau kamu langsung libas " ucap Andre tertawa lepas.
Papah Boby hanya tersenyum dan garuk-garuk kepala yang tidak gatal, mengingat waktu dulu dia seperti itu.
"Oh ya mah, mana Almi Kenapa nggak ada ikut jemput ?" Ucap Anindita.
Anindita memang irit ngomong dia mewarisi sifat sang Mamah yang banyak diam, dan sedikit ngomong.
Dia kadang-kadang hanya bisa tersenyum, bila melihat papah dan mamahnya bercanda, tapi dia sangat pintar mengaji.
Mama Anisha menoleh ke kiri dan kanan melihat-lihat kalau anak bungsu nya itu sudah sampai.
"Nah itu dia baru datang "ucap mamah Anisha melihat gadis kecilnya beranjak dewasa tersebut berlari menuju ke arah mereka.
Sesampainya di ruang tunggu Almi langsung memeluk kedua kakaknya tersebut secara bersamaan.
"Kak Biyas kak Dita, Almi kangen kalian "ucapnya bahagia, karena Almi sudah lama berpisah dengan kedua saudaranya tersebut.
Biyas dan Dita tersenyum dan langsung memeluk sang adik yang sangat dirindukan mereka berdua.
Kemudian papah Andre mengajak semuanya keluar dari ruang tunggu, dan menuju ke arah mobil kebetulan Almi membawa mobil sendiri bersama pak Gito sopirnya yang membawa dia pulang pergi sekolah.
keluarga papah Boby memasuki mobil yang dikemudikan oleh pak Gito, pak Gito di beri pesan oleh papah Andre untuk mengantarkan papah Boby sampai ke rumahnya.
Sedangkan papah Andre beserta keluarganya memasuki mobil pribadi yang dibawanya sendiri, dan mengemudikannya sendiri.
Tapi saat papah Andre mau masuk hendak duduk di kursi stir, Abiyasa melarang sang papah untuk mengemudikan mobil tersebut, Biyas yang mengambil alih menyetir sampai ke rumahnya.
Papah Andre dengan senang hati langsung duduk di samping anak lelakinya itu. Papah Andre senang melihat Abiyasa seperti duplikatan dirinya yang tidak ingin melihat orang tuanya susah.
Kemudian mobil mereka meninggalkan bandara menuju ke rumah mereka, kedua mobil melaju di jalan beraspal, tanpa hambatan dengan senyum sumringah keluarga papah Andre sekarang sudah berkumpul semua di tanah air.
Mobil yang membawa kedua keluarga itu memasuki halaman rumah mereka, nenek Yeni menyambut kedatangan anak menantunya beserta kedua Cucunya, sedangkan nenek sulis sudah tiada dua tahun yang lalu.
Mobil bernopol xxxx kepunyaan Andre sudah terparkir di halaman rumah pribadi mereka.
Semua penumpang yang ada di mobil tersebut langsung turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah mereka.
Biyas dan kedua adiknya langsung menghempaskan tubuhnya pelan di sofa ruang tengah mereka.
Papah Andre mengikuti mereka duduk di sofa sedangkan mamah Anisha berjalan menuju kearah dapur, karena dia ingin membuat makan siang untuk keluarganya.
Mamah Anisha merasa sangat bahagia karena sekian tahun tidak berkumpul dengan kedua anak kembarnya yang memiliki banyak perubahan itu.
" Nak, besok kamu papah kenalkan dengan karyawanan di kantor, karena besok kamu sudah memimpin perusahaan induknya" ucap Papah Andre pada Biyas.
" Insya Allah pah, Biyas akan melanjutkan perusahaan papah dan menjadi pemimpin yang bijaksana dan Adil kepada karyawan semuanya." Ucapnya.
" Pasti bisa, kak Biyas jadi seperti papah" ucap Dita.
" Insya Allah dek, doain selalu kakak ya, semoga selalu amanah menjalankannya" ucap Biyas.
" Amiin..." Ucap semuanya.
" Memang papah mau kemana? Sampai kak Biyas jadi CEO nya, jadi, CEO dua dong" ucap Almira sambil bersender di bahu sang papah.
Papah Andre tersenyum dan mengusap kepala gadisnya tersebut.
" Tidak ada dua sayang, papah istirahat, dan kakak yang melanjutkannya lagi"ucap Biyas menjelaskan pada adik kecilnya itu.
" Terus papahnya kemana?" Tanyanya lagi.
" Papahnya kakak kirim kebulan sama mamah" celetuk Dita.
" Iih...nggak boleh, kalau kakak nekat kirim papah mamah kebulan, kak Dita akan Almi kirim kematahari biar kepanasan" ucap Almi seraya bergelayut manja ditangan papah Andre nya.
Andre tertawa melihat kedua kakak beradik bersenda gurau.
" Papah tidak kemana mana sayang, papah sama mamah sudah waktunya menikmati hari hari tua bersama, dan papah bisa banyak waktu bersama anak papah ini" ucap papah Andre, seraya mencubit pelan hidung anak bungsunya itu yang sangat mirip banget sama istrinya.
Almira tersenyum..
" Asyik! papah punya banyak waktu buat Almi, Almi senang deh dengernya" ucapnya merasa bahagia yang tak terhingga karena sang papah yang sering sedikit waktu akhir akhir ini akhirnya akan lebih banyak waktunya lagi buat Almira.
Tiba tiba mamah Anisha datang dan mengajak mereka makan siang,dan mamah Anisha juga tidak lupa mengingatkan pada anak dan suaminya untuk melaksanakan sholat.
" Apakah mau sholat atau mau makan siang dulu?" Tanya mamah Anisha pada mereka.
" Sholat aja dulu mah, karena sudah waktunya sholat dzuhur, setelah itu baru makan siang, lebih baik sholat jangan di tunda selagi bisa" ucap Biyas pada sang mamah.
Anisha tersenyum dan mengangguk ...
" Ya udah, ayo kita sholat, biar nggak terlambat " ajak mamah Anisha pada mereka.
" Dita nggak bisa ikut sholat mah, karena Dita berhalangan" ucapnya pada sang mamah.
" Iya sayang, Dita mau makan dulu apa nunggu yang lain,?" Tanya mamah Anisha.
" Dita nunggu aja, biar kita sama sama makan siangnya" ucapnya lagi.
Anisha tersenyum dan membelai kepala sang anak yang tertutup hijabnya, karena Dita menggunakan Hijab seperti mamahnya, Dita mantap menggunakan hijab sejak dia memasuki sekolah menengah pertama.
Mamah Anisha berjalan dan di ikuti suami dan kedua anaknya Biyas dan Almi.
Dita mengambil ponselnya dan melihat siapa saja yang sudah menghubungi dan mengirim Chat padanya, karena selama dari kanada ke Indonesia dia tidak mengaktifkan ponselnya.
Setelah di buka ponselnya banyak yang menghubunginya termasuk sang kekasihnya yang bernama Morgan.
Dita tersenyum...
Setelah menbalas chat kekasihnya tersebut, dia meletakkan ponselnya disampingnya,dia tertuju pada sebuah Albun fhoto yang ada di meja kecil di sampingnya.
" Album siapa ini, baru lihat kayanya diriku, aduh.. Dita...jelas aja kamu baru lihat kan kamu jarang pulang ke Indonesia hehehe" ucapnya terkekeh.
Seraya mengambil Album fhoto bersampul Biru itu.
Satu persatu di bukanya, terlihat fhoto pernikahan kedua orang tuanya dan fhoto fhoto mereka dari kecil dan matanya tertuju pada fhoto seorang anak lelaki sedang mencium seorang bayi perempuan.
Dita tersenyum...
" Kak Biyas, ganjen juga ya nyium perempuan" ucapnya masih tertawa pelan, ini siapa ya? Aku baru liat deh, " ucapnya melihat fhoto Abi Yosep dan Umi Vita.
Saking asyiknya tiba tiba dia di kejutkan oleh suara adiknya menegurnya.
" Yihui...kak Dita ayo makan" ucap Almi.
" Eh...iya nyet,..bikin kaget aja sih," ucap Dita seraya berdiri dan merangkul adiknya tersebut meraih kepala nya dan menjepitnya di keteknya seraya berjalan menuju kearah meja makan dimana mamah, papahnya beserta kakaknya berada.
"Iih....lepasin kak..!" Teriaknya.
Dita tertawa lepas, Dita memang irit ngomong tapi sifat jahilnya mewarisi sang papah, Dita melepaskan jepitannya dan membiarkan adiknya duduk dikursi meja makannya.
" Bau tahu kak!" Delik Almira.
" Yeh, siapa bilang bau, harum lagi wangi.." ucapnya tersenyum.
Almira mencibir kearah kakaknya,yang hanya di balas kakaknya dengan senyuman.
" Wah mamah selalu ingat nih, sayur kesukaan Dita dan ikan yang sudah lama di rindukan Dita ingin makannya" ucap Dita senang melihat sayur kesukaan nya sudah tersedia di atas meja.
" Kuliah di luar negeri, bertahun tahun tinggal disana, wajah cantik, yang di rindu malah sayur kangkung dan ikan asin aduh..." Ucap Almi terkekeh.
" Yeh,...apa sahnya kakak senang kok dua makanan itu, nikmat banget" ucapnya.
" Emang disana tidak ada kak?" Tanya Almi.
Dita menggeleng sambil melahap makanannya.
" Kasian banget sih kak, makanya kalau mau cari negara tuh yang bisa memproduksi sayur kangkung dan ikan asin hehehe..." Ucapnya lagi.
Dita hanya tersenyum mendengar ocehan adiknya.
Sedangkan Biyas hanya terdiam dan menikmati suapan demi suapan masakan dari sang mamah yang selalu di rindukannya.
" Pah Dita tadi liat Album fhoto di situ ada fhoto sepasang suami istri yang sedang berfhoto kalau nggak salah di Kanada deh pah, siapa mereka pah,Dita baru liat mereka?" Tanya Anindita pada papahnya.
" Itu fhoto om Yosep dan Tante Vita, kenapa nak?" Jawab Andre.
" Dimana mereka sekarang pah?" Tanya Biyas.
" Waktu dulu ada di kalimantan, tugas di sana mereka, sekarang tidak tahu lagi papah, karena tidak ada kabarnya sampai saat ini" ucapnya terlihat sedih mengenang sahabat nya yang sampai sekarang tidak ada kabar beritanya.
" Ya udah, habiskan dulu makanan kalian setelah itu, baru lanjut ceritanya lagi.
Semua tersenyum dan mengangguk, melanjutkan makanannya kembali.
Setelah mereka selasai makan mereka kembali keruang keluarga dan bersantai disana, karena Biyas dan Dita ingin melanjutkan cerita mereka selama jauh dari kedua orang tua mereka itu.
Mereka kemudian menceritakan semua kesibukan mereka saat di luar negeri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!