Deru mesin kendaraan baik roda enam, empat mau pun dua, menciptakan antrian panjang menghiasi jalanan ibu kota yang padat dipagi hari ini. Kepulan asap hitam dari kendaraan usang pun, nampak menghiasi udara yang sedikit lebih dingin kala itu.
Namun semuanya tidak menyurutkan langkah indah dari pemilik kaki jenjang wanita pemilik wajah ayu ciri khas gadis Indonesia yang bernama Keyra Anjani, guna menuju ketempatnya bekerja. Rintik rinai hujan yang jatuh membasahi payung hitamnya, menjadi teman bagi wanita ayu rupawan itu menapaki jalanan ibu kota.
"Selamat pagi.!" sapanya ramah kepada security dan juga resepsionis gedung pencakar langit tempatnya bekerja. Bibirnya selalu saja menebarkan senyuman manis nan meneduhkan bagi rekan rekannya yang ia temui sebelum sampai diruang kerjanya.
Keyra Anjani gadis berusia dua puluh tiga tahun, yang kini hanya hidup bersama sang ibu, setelah dua tahun lalu ayahnya menghadap kepada sang pencipta.
Keyra Anjani bekerja disebuah perusahaan periklanan dipusat Ibukota ini, dan menjadi salah satu staf editor disana.
"Kok enggak basah.?" tanya salah satu rekan kerja Keyra sekaligus sahabatnya bernama Dion.
"Pengen banget gitu gue basah.?" sahutnya ketus seraya memanyunkan bibirnya.
Dion terbahak "biasa aja mut." timpalnya kemudian.
Mereka pun memulai aktifitas mereka masing masing. Dengan cermat dan fokus mereka mengerjakan tugas yang akan membuat dompet mereka tebal diakhir bulan nanti.
"Marmut, dipanggil juragan pestisida noh." seru Dira sahabat wanita Keyra.
Seketika desahan nafas berat Keyra hembuskan.
"Selamat basah yak." goda Dion dengan senyuman jahilnya.
"Rusuh." sahut Keyra seraya memberikan pukulan kecil kelengan pria tampan itu, dengan gulungan kertas ditangannya.
Dengan langkah gontai dan malas, Keyra menghampiri ruangan atasanya dan diketuknya pintu kaca dengan lemahnya.
"Bapak memanggil saya.?" ucap Keyra setelah memasuki ruangan.
Tidak perlu waktu lama ocehan tanpa titik dan koma pun Keyra terima. Entah dosa apa yang sudah diperbuat oleh Keyra, hingga setiap hari ia harus rela menerima ocehan disertai semburan dari atasannya.
"Revisi lagi itu." ucapan penutup dari atasannya, seraya melempar berkas kepada Keyra.
Secepat kilat Keyra mengambil berkas yang terjatuh dilantai dan meninggalkan ruangan yang selalu dianggap neraka oleh para teman temannya dibagian editor.
"Gue mesti mandi Junub campur kembang setaman ini." ucap Keyra saat memasuki ruang editor, dan seketika tawa pun pecah diruangan itu.
"Banyak apa muncratnya.?" tanya Dion
"Banget, sampe banjir muka gue. Itu orang kalau ngomong enggak bisa apa mulutnya enggak menyemburkan pestisida..? dikira tanaman kali muka gue." gerutu Keyra meluapkan kekesalannya.
"Awas iritasi itu wajah cantik, buruan kedokter kulit sono." ucap rekan Keyra yang lain
Dan akhirnya ruang editor itu kini beralih fungsi menjadi ruang membuat dosa bagi para karyawan. Dosa karena menjadikan atasan mereka bahan lelucon.
Sementara itu disalah satu gedung termegah diIbukota ini, nampak seorang pria tampan tengah memeriksa berkas berkas yang menggunung dihadapannya.
Dengan telitinya ia memeriksa berapa nilai rupiah yang kembali membuat pundi pundi kekayaannya bertambah hari ini. Noah Bagaskara itulah namanya.
Deng deng deng
Suara alunan berirama dari telefon genggam milik River Bagaskara.
"Apaan.?" ucapnya sesaat setelah menggeser tombol hijau dilayar ponselnya.
"Lagi ngapain loe.?" tanya dari balik telefon.
"Lagi memberi urutan enak bolpoint biar enggak kaku untuk menulis angka angka kekayaan gue." sahut River
"Makan siang ayo bareng." ajak sahabatnya itu.
"Oke, ditempat biasa ya.?" timpalnya
"Siap." sahut sang sahabat sebelum panggilan diakhiri.
River segera menyelesaikan pekerjaannya dan menuju ketempat yang sudah ia sepakati bersama sang sahabat.
River Bagaskara pria tampan kaya raya dan sejuta pesona namun dalam urusan cinta selalu saja kecewa. Semua karena perangainya yang sangat menyebalkan.
Satu jam kemudian
River pun kini sudah berada disebuah restoran yang menjadi tempat favorit bersama kedua sahabatnya Bendino dan Aezar
Disaat mereka tengah hikmat menikmati hidangan, tiba tiba saja Aezar menyemburkan makanan yang belum sempat ia telan.
"CODOT SIALAN.!" umpat River dan Bendino bersamaan.
"Sorry sorry, noh lihat." tunjuk Aezar dengan dagunya.
River dan Bendino seketika saja mengarahkan pandangan netra mereka kearah yang Aezar maksudkan, dan detik itu juga River bangkit dari duduknya.
"MAU KEMANA LOE.?" tanya Aezar dan Bendino kompak.
"Kok kemana, ya nyamperin itu manusia dualah" sahut River
"ENGAK USAH." seru kompak dari kedua sahabat River
"Udah biasa begitu kan.? paling juga jawaban itu cewek sama seperti yang lalu lalu, kamu fikir aja, berkaca, siapa yang betah pacaran sama pria macam kamu." ucap Bendino menirukan ucapan para mantan kekasih River
"Iya juga sih." sahut River seraya mendudukan kembali bokongnya.
"Loe makanya berubah kenapa..? Sudah berapa banyak coba, loe ditinggal selingkuh aja sama cewek loe..?" nasehat sekaligus pertanyaan dari Aezar.
"Lah rugi dia selingkuh dari gue, secara gue tampan, kaya." jawab River tanpa rasa berdosa sedikit pun.
"Loe kira tampan, kaya udah cukup.?" tanya sengit Aezar "percuma tampan dan kaya kalau sifat loe begitu, enggak nikah nikah loe entar." lanjut memberi nasehat kembali.
"Manusia itu sudah diciptakan berpasang pasangan, enggak ada cerita enggak nikah. Orang udah bau tanah aja masih bisa nikah sama perawan, apa lagi gue yang kaya raya, tampan, dan pemilik tanah disurga." balas River tak kalah sengit.
"Oke loe nikah nih ya.? terus loe enggak berubah juga itu sifat, terus istri loe enggak kuat sama sifat loe dan minta cerai, gimana coba.?" timpal Bendino
"Ya cerai lah susah amat." sahut River tanpa berfikir dulu dengan ucapannya itu.
"Bener bener minta direyen itu otak loe, susah banget ngomong sama batu." ucap Aezar
"Semoga ada cewek yang bikin loe jatuh cinta sampai sedalam samudra dan setinggi angaksa, jadi berubah itu sifat loe." kata Bendino mendoakan.
Tentu saja dengan semangat dan tulus Aezar mengamini, sementara River, dengan acuhnya dan tanpa beban dosa asik melahap kembali makanannya.
Setelah selesai dengan santap siang, mereka bertiga pun bangkit dari duduknya masing masing. Saat meninggalkan restoran itu, mereka sengaja melewati dua sosok yang sempat menjadi bahan perbincangan, dan benar saja kehadiran mereka tidak dianggap oleh sosok itu, terutama sang wanita.
"Lihat kan loe, itu cewek sebodo amat melihat ketampanan loe..?" kata Aezar.
"Berubah sapi berubah." ucap Bendino sembari menepuk pundak River dan memasuki kabin kendaraan roda empatnya.
Mereka pun berpisah diarea parkir guna menuju ketempat masing masing.
Sore hari pun tiba, rinai hujan deras mengguyur Ibukota. Keyra Anjani dengan langkah cepat bersama payung hitam ditangan, bergegas menuju kehalte bus yang berada tepat didepan gedung pencakar langit tempatnya bekerja.
Beruntung tak berselang lama bus yang ia tunggu pun tiba, butuh waktu satu jam bagi Keyra guna sampai dirumahnya.
Setelah membersihkan diri, Keyra menikmati makan malamnya bersama sang ibu.
"Kapan punya pacar mut.?" tanya ibu Keyra tiba tiba.
Dan pertanyaan itu mampu membuat Keyra tersedak oleh makanan dimulutnya.
"Ibu itu apaan sih.?" sungutnya "nanti soal pacar, kalau sudah menemukan yang bikin hati bergetar kencang bak gempa bumi." jawab Keyra enteng.
"Kamu itu cari yang seperti apa sih mut.? banyak yang deketin kamu loh. Dari yang tampan banget, setengah tampan sampai enggak tampan sama sekali ada. Dari yang kaya sampai rakyat jelata juga ada, tapi satu pun enggak ada yang bikin hatimu itu gempa bumi." ucap ibu
"Yang menantang dan yang unik. Yang kalau pacaran sama itu cowok butuh perlawanan ekstra hot." sahut Keyra.
"Nanti giliran terkabul dapet begitu nangis nangis awas kamu ya." timpal ibu.
❤️Akan banyak revisi disetiap babnya, karena setelah aku baca ulang lagi, banyak banget kesalahan dalam penulisan. Jadi kalau ada pembaca yang baru menemukan cerita ini, jika ada plot enggak nyambung dan nama berbeda, betarti itu belum terevisi ulang ya ❤️
💕 Berikan Like mu ya readers..! Vote dan juga Rate. 💕
Untuk kesekian kalinya aku dicampakkan, dengan alasan yang sama. Semua karena PERANGAIku yang GILA.
"River Bagaskara"
"Selamat malam mah, pah.!" sapa River kala memasuki rumah sekembalinya ia dari bekerja.
"Selamat malam..!" sahut tuan dan nyonya Bagaskara kompak.
"Sudah makan.?" tanya nyonya Bagaskara saat sang putra tunggal memberinya kecupan singkat dipipi wanita berusia lima puluh empat tahun itu.
"Sudah." jawab singkat River "aku langsung keatas ya.? capek banget, ngantuk." keluh River, dan diangguki oleh kedua orang tuanya.
Sesampainya dikamar River bergegas membersihkan diri, dan untuk kemudian merebahkan tubuhnya guna bergelung dengan samudra mimpi dimalam ini.
Pagi hari River sudah nampak segar dan juga rapi, pria tampan nan rupawan itu sudah bersiap untuk melakoni rutinitasnya. Sarapan bersama kedua orang tua, menjadi awal baginya memulai aktifitas hari ini.
"Mama kemarin melihat pacar kamu sama pria lain." ucap nyonya Bagaskara membuka obrolan dimeja makan itu.
"Biarin aja, nanti aku cari lagi." jawab River enteng.
Tuan dan nyonya Bagaskara seketika saja menghela nafas berat mereka. Entah harus dengan cara apa lagi mereka menasehati putranya itu agar mau merubah sifatnya.
"Kamu belajar merubah sifatmu, mau sampai kapan kamu begitu.? kamu sudah merasakan bagaimana akibat dari perangai gilamu kan.?" ucap tuan Bagaskara.
"Rugi mereka pah, karena selingkuh dan meninggalkan aku." lagi lagi jawaban River yang menyepelekan, membuat tuan dan nyonya Bagaskara diam seribu bahasa.
Setelah usai dengan sarapannya, River berpamitan kepada orang tua dan bergegas menuju kegedung Bagaskara grup.
"Selamat siang sapi." sapa Aezar dan Bendino setelah memasuki ruangan kerja River.
"Selamat siang para animal..!" sahut River menimpali.
"Makan yuk.!" ajak Bendino seraya menunjukan kantung makanan yang berada ditangannya.
"Kalian udah enggak ada kerjaan apa.? rajin banget kemari dengan membawa serta sesajenan." tanya River kepada kedua sahabatnya.
"Kerjaan kelar." sahut Bendino dan Aezar bebarengan.
Mereka pun menikmati santap siang bersama diruang kerja River dengan menyelipkan obrolan ringan disela sela menghancurkan makanan dengan deretan gigi putih mereka.
"Enggak gentayangan lagi cari pacar baru.?" goda Aezar kepada River.
"Entar lah kalau udah enggak sibuk." jawab River "lagian nemenin kalian gue, yang menanti kekasih kembali dari negeri seberang." lalu memberi alasan.
"Halah gembel." balas Aezar dan Bendino meremehkan.
"Bilang aja udah enggak ada yang mau sama loe. Nama loe udah terukir indah dilangit sono, pria berperangai gila." ucap Bendino dengan menekankan kata diakhir ucapannya
"Gue masih laku keras, satu bulan gue udah bawa cewek lagi didepan kalian". sahut River dengan tingkat kesombongannya.
"Dan satu bulan kemudian RIP lagi." balas kedua sahabat River tak kalah sombong.
"Cari lagi lah, stok perempuan didunia ini lebih banyak dari laki laki, sepele untuk mendapatkan wanita kembali setelah putus." tetap dengan kesombongannya River menimpali ucapan kedua sahabatnya.
"Mesti dibubut emang itu hati dan direyen itu otak." ucap Aezar kesal.
"Susah emang ngomong sama sapi, emoh terus bisanya." timpal Bendino kesal.
"Bener kan apa kata gue..? Banyak wanita didunia ini, ngapain dibikin pusing timbang ditinggalin cewek doang." Masih dengan mode tak mau kalah, River menanggapi semua nasehat bercampur kekesalan itu.
"Udah terserah loe, ngeyel banget loe kalau dikasih pengertian."sungut Aezar
"Mesti dengan bahasa dan pakai cara apa untuk menjabarkan supaya loe ngerti..?" Imbuh Bendino
"Kudu pakai bahasa sansekerta kali, apa mandarin..? biar noh entar titisan Jendral yang menjabarkan." Lagi sungut Aezar mengeluarkan kata kata.
"Terus caranya..?" tanya bodoh River dan Bendino
"Bawa kekali angke sono, lelepin itu otak jamuran loe." sungut Aezar memberi jawaban.
"Kesel kesel gue kirim juga kegunung cermai, biar bertapa bareng mak lampir didalam petinya itu." lagi ocehan Aezar masih berlanjut.
"Malah seneng gue..!" sahut River "secara mak lampir sekarang udah enggak serem lagi, udah operasi plastik dia. Kim Tae Hee aja kalah loh glowingnya."
"BODO AMAT SAPI....!"
Disaat Aezar dan Bendino tengah berperang melawan iman kesabaran menasehati sang sahabat River, serta mencoba menyingkirkan tabir kegelapan dihati dan fikirannya, ditempat berbeda ada seorang gadis yang tengah berbinar bahagia.
Pasalnya hari ini Keyra terbebas dari amukan dan semburan sang atasan. Pekerjaannya mampu ia selesaikan dengan baik. Keyra pun kembali kerumah tanpa ada kepenatan dengan kedua sahabatnya yang kini ikut serta berkunjung kerumah Keyra.
"Itu cecunguk ngapain disitu.?" tanya Dira seraya mengarahkan jari telunjuknya kearah Anton yang tengah duduk dikursi teras rumah Keyra.
"Mengantarkan nyawa kayanya.?" sahut Keyra seraya keluar dari kabin kendaraan roda empat milik Dion.
"Mau ngapain kamu menampakkan diri lagi disini..?" tanya ketus Keyra seraya berkancah pinggang.
"Lagian hari ini gue enggak menyediakan nasi kotak dan sembako, pergi sono." cerocos Keyra dengan emosinya.
"Aku pengen minta maaf sama kamu, aku ingin kita memperbaiki semuanya dan memulai hubungan dari awal lagi mut." jelas Anton sang mantan kekasih, dengan disertai wajah memelasnya.
"Tiada maaf bagimu." Balas Keyra tegas.
"Mut, maafin aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan aku, aku mohon Mut."
"Nanti kalau gue ditakdirkan manjadi janda, baru gue memberi kamu kesempatan. Udah pergi dari sini, gue capek dan males meladeni omongan dan bujuk rayu kamu." Balasan Keyra dengan begitu ketusnya.
Anton pun mau tidak mau beranjak meninggalkan rumah Keyra. Anton adalah kekasih Keyra semasa mereka menempuh pendidikan disalah satu universitas dikota ini.
Mereka menjalin hubungan selama tiga tahun, dan karena Anton yang kedapatan menduakan Keyra, hubungan mereka pun berakhir, padahal disaat itu mereka sudah bertunangan.
"Kemana itu ikan teri.?" tanya ibu Keyra saat melihat Anton sudah tidak lagi berada dikursi teras rumahnya.
"Kembali kehabitatnya." jawab Keyra singkat sembari memasuki rumah.
Dion dan Dira pun mengikuti langkah Keyra, seraya menyapa ibu dari sahabat mereka itu.
"Besok pagi ditaman kota aja ya jogingnya.? Bosen gue joging diarea komplek terus." tanya Dira pada Keyra dan sang kekasih Dion.
Mereka pun menyepakati kemauan dari Dira itu.
"Itu ikan teri dicampakkan sama ceweknya terus pengen ngajak loe untuk berdamai, enak banget itu ikan teri..?" Ucap Dion.
"Emang enak ikan teri, apa lagi kalau dibalado terus dicampur kacang tanah, beh mantap itu rasanya." Keyra menimpali.
"Lebih enak dibikin sambal terus makan bareng lalapan dan nasi putih hangat, mertua lewat juga bodo amat." Imbuh Dira.
"Dan lebih enak lagi, kalau kalian yang gue balado dan gue jadiin sambal itu bareng ikan teri..!" Sungut kesal Dion.
Gelak tawa pun mereka ciptakan bersama.
Hampir empat jam ketiga sahabat ini menikmati kebersamaan mereka, hingga akhirnya Dion dan Dira pamit undur diri, serta Keyra menuju kealam mimpinya.
💕Tinggalkan jejakmu readers.! Like,vote,Koment,Kritik dan Saran.Bintangmu juga ya..!💕
Hari dimana aku mengenalmu, disaat itulah awal kebahagiaan dan luka datang kedalam hari hariku.
"River Bagaskara & Keyra Anjani"
Pagi hari pun tiba, dan sesuai dengan kesepakatan yang telah direncanakan, ketiga sahabat yang berisikan dua gadis ayu dan satu pemuda tampan, mengisi hari libur mereka dengan berolah raga seraya menikmati suasana pagi ditaman kota.
Tawa dan canda sudah pasti hadir diantara ketiganya yang memiliki usia yang sama.
"Bagi minum." pinta Keyra kepada Dion.
Lelaki tampan itu dengan kejailannya memberikan botol minuman yang telah kosong kepada sahabat wanitanya itu dan sedetik kemudian ia berlari menjauh dari Keyara dan sang kekasih Dira.
"CAPUNG..!" teriak Keyra seketika dan melempar botol air mineral itu kepada Dion.
Namun naas, botol tersebut justru mendarat tepat dikepala salah satu pemuda yang tengah berdiri tidak jauh dari sang sahabat Dion.
"Sial." umpat sosok itu seraya menggerakan kepalanya juga mengedarnya netra lentik beriris hitam legam sepekat arang miliknya, guna mencari siapa pelaku pelemparan tersebut.
Keyra pun seketika saja menepuk keningnya "aduh apes bener itu botol." gumamnya.
"Siapa yang melempar itu botol kegue.?" tanya sosok itu seraya menyambangi tempat dimana Keyra dan Dira berdiri.
"Saya." jawab singkat Keyra seraya mengacungkan tangan dan menampilkan air wajah imutnya.
"Maksudnya apaan loe lempar gue.? mau kenalan ngomong aja, enggak usah lempar lempar gitu." ucap sosok itu dengan wajah menyebalkannya.
Keyra pun berdecih kesal seketika.
"Saya enggak sengaja pak, saya mau lempar itu keteman saya, malah melayangnya kebapak. Itu botol lebih terpesona sama bapak kayaknya.?" Kelakar Keyra sebagai jawaban.
"Belum tua gue ini, enak aja panggil bapak. Panggil gue River..!" tukas sosok itu dengan ketus sembari menyebutkan namanya.
"Oke, saya Keyra dan saya meminta maaf karena ulah botol itu. Maaf ya River...!" oceh Keyra seraya menangkupkan kedua tangannya kedada dan masih dengan mimik wajah dibuat seimut mungkin.
"Karena loe cantik jadi gue maafin." balas River dengan langkah kaki menjauh dari Keyra dan Dira.
"Itu pejantan tampan banget mut, rabies lagi itu otaknya. Seru sepertinya kalau dijadiin pacar." oceh Dira selepas River dan kedua sahabatnya pergi menjauh.
"Nanti pasti jadi pacar gue dia, loe tenang aja." ucap Keyra dengan penuh keyakinan, sementara Dira mengamini ucapan sahabatnya itu.
Sementara River dengan kedua sahabatnya, sudah berada didalam kabin kendaraan roda empat miliknya guna kembali kekediaman mereka, dan menjadikan Keyra sebagai bahan bergosip mereka.
"Cantik loh itu cewek tadi, lucu menggemaskan." Ucap Bendino membuka suara guna memulai perbincangan.
"Terus loe mau gitu.?" tanya Aezar.
"Kagak lah..!" balas cepat Bendino "hati dan cinta gue sudah habis dimakan tertelan sama itu titisan keraton." sahut Bendino.
"Jadi pacar gue itu cewek entar." ucap River menimpali obrolan kedua sahabatnya.
"Dan semoga awet jikalau anda berhasil mendapatkan itu gadis cantik." balas Aezar dan Bendino bersamaan.
"Enggak awet ya nyari lagi, puyeng amat" sahut River "hidup ini udah puyeng, ribet. Ngapain dibikin puyeng dan ribet lagi cuma perkara cewek doang." imbuh River lagi.
Sontak saja ucapan River barusan membuat pemuda itu dihadiahi satu senggolan dikepalanya.
"Loe mesti diapain sih, biar loe itu berubah..?" ucap kesal Aezar "beneran loe mau gue lelepin dikali angke sono..?"
"Salahnya dimana sih sifat gue..?" tanya River "wajar kali gue cemburu dan memberi larangan pacar gue melakukan sesuatu yang enggak gue suka. Kalian juga begitukan sama pacar kalian..?" tanya River berapi api.
"Tapi loe keterlaluan sapi. Ya kali orang cuma memberi sapaan temen aja loe marah." jawab Bendino
"Kalau temen cewek gue mana marah, yang gue marah kalau cowok kan." sahut River membela diri.
"Gue masukin air bah juga kemulut loe itu, biar jadi sapi gelonggongan..!" balas Bendino
"Harga jual gue mahal, enggak perlu capek capek mesti digituin." sahut River tak mau kalah.
"Udah percuma ngomong sama sapi." putus Aezar menghentikan obrolan mereka setibanya dikediaman River.
Aezar dan Bendino langsung memasuki kendaraan roda empat mereka masing masing yang sengaja mereka titipkan disana, dan berlalu pergi dari rumah mewah itu.
"Codot sama tikus enggak mampir.?" tanya ibu River yang melihat putranya memasuki rumah hanya seorang diri.
"Enggak." jawab River singkat seraya menaiki anak tangga menuju kekamarnya.
River segera membersihkan diri, dan seperti biasa jika dihari libur, River akan mengunjungi tempat yang memiliki sejarah kelam baginya.
Tempat yang merubah seorang River menjadi pribadi berperangai gila kepada para wanita yang menjadi kekasihnya.
Tidak ada satu orang pun yang tahu kenapa River bisa menjadi sosok yang sangat egois, emosional, dan tak jarang ia akan menjadi sosok yang kejam, jika keinginannya tidak terpenuhi dan dituruti.
"Maafin aku." ucap lemah River dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Ditempat inilah River kembali mengenang masa lalunya, disebuah batu besar ditengah padang ilalang yang menjadi saksi tragedi menyakitkan itu.
Setelah puas River menumpahkan kesedihannya, pemuda itu pun beranjak dari tempatnya.
River berencana akan menuju kekafe milik sang sahabat Bendino, namun sosok wanita cantik yang tengah membagi bagikan makanan kepada anak jalanan serta para tunawisma membuat River menghentikan laju kendaraan roda empatnya.
"Ketemu lagi kita." ucap River kala ia sudah berdiri didekat sosok wanita itu, yang membuatnya terjingkat kaget.
"Hei River...!" sapanya "nongol dari mana loe..? ngagetin aja." tanyanya.
"Nama orang tampan mah diinget aja ya.?" sahutnya terkekeh "dari pintu ajaib, yang gue pinjem dari Doraemon." jawab River memberi jawaban dengan senyum kekonyolan tersemat dibibirnya.
Keyra berdecih "menyebalkan." umpatnya.
"Gue inget nama loe karena otak gue ini memiliki memori internal yang anti overload, dan yang pasti gue ini pinter dalam hal mengingat." sahut wanita cantik itu.
"Bisaan cewek cantik memberi jawabannya" timpal River sembari terkekeh "masih banyak yang mau dibagikan..?" tanyanya kemudian.
"Tinggal sedikit, kenapa gitu.?" ucap wanita itu.
"Gue bantuin biar cepet selesai, terus temenin gue kekafe sahabat gue." jawab River seraya meraih kantung berbahan plastik yang ada ditangan wanita itu.
Mereka pun akhirnya bersama sama membagikan makanan kepada anak jalanan, dan orang orang yang membutuhkan bersama sama.
Setelah selesai River bergegas melajukan mobilnya menuju kafe dan restoran sang sahabat Bendino.
"Nama loe Keyra bukan, takut salah gue..?" tanya River setelah berada didalam mobilnya yang mulai melaju dengan kecepatan sedang itu.
"Iya." jawab Keyra singkat.
"Loe kerja dimana.?" tanya River kembali.
"Di perusahaan Kc-Media bagian editor" jawab Keyra kembali "receh banget sih pertanyaannya.? sebentar lagi rumah dimana, terus udah punya pacar belum, bocah banget itu." sungut Keyra bergurau.
River seketika saja terbahak bahak, sosok Keyra akhirnya bisa meladeni ucapannya dengan kekonyolan. Tidak seperti para mantan kekasihnya, yang pasti hanya datar saja dalam menanggapinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!