Assalamu'alaikum, hai teman-teman. Ini novel baru aku. Semoga kalian suka, ya 😘
🌹HAPPY READING🌹
Nasytiti Khadijah, seorang gadis cantik yang bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan terkenal. Nana terjebak oleh perasaan cinta kepada CEO tempat ia bekerja, yang tak lain adalah bosnya sendiri. Imagenya sebagai sekretaris nakal kepada bosnya sudah melekat pada diri Nana. Pasalnya, gadis ini rela melakukan seribu cara untuk mendapatkan CEO tampan tersebut. Nana selalu mencari perhatian bosnya, bahkan bisa dikatakan bahwa Nana adalah gadis yang centil dan manja jika berada di dekat bosnya. Tapi tidak ada yang tahu, dibalik sikap Nana yang centil, manja dan suka mencari perhatian, tersimpan banyak luka dan kesedihan yang memaksanya untuk tetap tegar.
Arya Khalifano Bumi, seorang CEO muda sukses yang memiliki paras bak Dewa Yunani dengan tubuh atletisnya. Arya adalah bos yang selalu di ganggu oleh sekretarisnya, Nasytiti Khadijah. Ada satu alasan yang membuat Arya tidak bisa memecat Naina. Arya selalu menolak perasaan Naina, karena ia masih terjebak dengan cinta masa kecil yang selalu dinantikannya.
Nana datang ke kantor lebih pagi dari biasanya. Entah apa yang wanita ini pikirkan, dia terlalu bersemangat pagi ini. "Pagi, Pak bos yang handsome," sapa Nana dengan gaya centilnya ketika melihat kedatangan Arya.
"Selamat pagi, Naina yang cantik," bukan Arya yang menjawab, melainkan Gilang. Asisten pribadi sekaligus sahabat Arya. Arya hanya diam tidak peduli dengan keberadaan Naina.
"Eh, selamat pagi pak Gilang," jawab Nana ramah kepada Gilang.
Meskipun manja dan centil, tapi Nana adalah orang yang ramah kepada semua orang. Jika orang yang tidak mengetahui kehidupan Nana, maka orang akan menilai bahwa Nana adalah wanita yang sempurna. Tapi entah mengapa hal itu tidak berlaku untuk seorang Arya Khalifano Bumi.
Arya memasuki ruangannya diikuti Gilang di belakang.
"Lo enggak mau coba buka hati untuk Nana, Ar?" tanya Gilang dengan gaya bicara santainya sambil mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan Arya. Jika hanya berdua, Arya meminta Gilang untuk bersikap dan bicara seperti biasa layaknya seorang sahabat.
"Jangan pernah bertanya tentang sesuatu yang jawabannya tetap sama, Lang!" jawab Arya menegaskan setiap ucapannya kepada Gilang.
"Ayolah, Ar. Dunia akan terlalu sempit jika Lo selalu terpaku sama cinta masa kecil Lo yang sepihak itu," ucap Gilang memberi pengertian kepada Arya.
Arya berdiri dari duduknya, menghadap jendela kaca yang besar di ruangannya. "Buat Lo dunia sempit, Lang. Tapi buat gue, dia dunia gue!" jawab Arya memandang jauh pemandangan kota pagi hari yang ramai.
Nana yang kini sudah duduk manis di kursinya, sedang tersenyum manis memandangi foto seorang pria yang ada di meja kerjanya. Tiga tahun dia mengejar cinta bosnya ini, tapi masih saja penolakan yang dia terima.
Naya tersentak ketika ada seseorang yang secara tiba-tiba mengetuk meja kerjanya.
"Foto saya lagi?" tanya seseorang yang datang tiba-tiba ke meja Nana. Arya bingung, entah dimana dan bagaimana caranya gadis itu bisa mendapatkan fotonya. Jika ditanya, Naina hanya akan menjawab i love you to. Sangat tidak sinkron antara pertanyaan dan jawabannya.
"Eh, Pak Arya? Hehehe, biar setiap hari saya semakin semangat kerja, Pak," jawab Nana cengengesan karena ketahuan lagi memasang foto Arya di meja kerjanya.
"Ini foto yang ke berapa?" tanya Arya dingin kepada Naina.
Nana terdiam. Mengetuk jari telunjuknya di dagu seraya berpikir, "Ini foto yang kesembilan puluh empat, Pak," jawab Nana dengan memperlihatkan wajah tanpa dosanya.
Tidak tahukah Nana, bahwa saat ini Arya tengah menahan rasa jengkelnya untuk tidak mengumpati Nana.
"Sampai pada foto yang keseratus, kamu pergi dari hidup saya!" ucap Arya berlalu menyusuri lorong menuju lift.
Nana terdiam mendengar perkataan Arya. Dia hanya memandangi punggung kokoh Arya yang semakin menghilang dari pandangannya. Penolakan ini sudah biasa ia dapatkan, tapi mendengar kata pergi, Nana merasa tidak nyaman. Hatinya selalu menolak kata pergi, karena kata pergi baginya berarti tidak akan pernah kembali.
Sedangkan Gilang yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Nana dan Arya hanya merutuki kebodohan Arya yang secara terang-terangan menolak Nana. Gue berdoa, semoga Lo enggak akan pernah menyesal menolak Nana, Ar. Jangan sampai Lo termakan omongan sendiri. Ucap Gilang dalam hati melihat kepergian Arya.
Gilang salah satu orang yang sangat mendukung Nana untuk mengejar Arya. Karena Gilang dapat melihat ketulusan yang dalam dari cara Nana memandangi Arya. Gilang tidak mau jika sahabatnya itu terus-terusan terjebak dalam cinta masa kecilnya yang tidak jelas bagaimana akhirnya.
...----------------...
Terimakasih selalu setia mengikuti cerita receh yang author tulis.
Tunjukan sayang kalian dengan like, vote dan komentarnya yaa. Agar author lebih semangat lagi.
Jangan lupa follow akun Instagram author juga yaa @nonam_arwa
Author sayang kalian 🌹🌹😘
🌹HAPPY READING🌹
Waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Itu berarti waktu istirahat untuk para karyawan sudah datang. Nana berjalan menuju lift untuk segera turun ke kantin.
Ting
Lift berbunyi. Nana keluar lift dan segera berjalan menuju kantin. Sampai di kantin, Nana melihat seseorang melambaikan tangan kearahnya.
"Hai, Yura," sapa Nana setelah dia duduk di sebelah Yura. Yura merupakan satu-satunya sahabat yang dimiliki Nana. Gaya Nana yang centil dan manja membuat banyak orang tidak suka terhadapnya. Apalagi dia dikenal sebagai sekretaris yang selalu menggoda bosnya. Nana juga tidak masalah dengan orang-orang yang tidak suka padanya. Toh dia tidak hidup untuk mereka, pikir Nana.
Yura merupakan sahabat dekat Nana. Yura sangat mengetahui bagaimana kehidupan Nana. Bagaimana ketegaran Nana dalam menjalani hidupnya. Yura tahu, bahwa sikap centil dan manja Nana hanya untuk menghibur dirinya sendiri dan untuk menutupi kesedihannya. Karena mereka sudah berteman sejak bangun SMP. Dan karena takdir, mereka bisa bekerja di tempat yang sama. Nana yang bekerja sebagai sekretaris dan Yura yang bekerja sebagai karyawan di bagian keuangan.
"Lo udah pesan, Yu?" tanya Nana kepada Yura setelah mendudukkan tubuhnya di sebelah Yura.
"Belum, gue nunggu Lo dulu," ucap Yura.
Nana mendengus kesal. Karena Yura selalu menunggu jika akan memesan makanan agar Nana yang pergi memesan. Entah mengapa temannya ini sangat tidak ingin memesan makanan.
Nana kembali berdiri dan pergi untuk memesan makanan. Tidak berselang lama, makanan mereka datang.
"Gimana sama Pak Bos?" tanya Yura di sela makan mereka.
Nana menghela nafas sebentar sebelum menjawab pertanyaan Yura. "Gue jelek, ya?" tanya Nana mendekatkan wajahnya ke Yura.
"Maksud Lo?" tanya Yura heran.
"Kenapa Pak Arya nggak pernah lirik gue, ya, Yu?" tanya Nana tanpa menjawab pertanyaan Yura.
Yura mengerti sekarang. Pasti sahabatnya itu mendapat penolakan kembali.
"Lo itu cantik, Na. Mata Pak Arya aja yang salah. Atau jangan-jangan dia katarak," ujar Yura.
Plak
Nana memukul lengan Yura. "Sembarangan bilang Pak Arya katarak. Dia itu sempurna," ujar Nana.
"Iya, iya. Orang kalau udah cinta mah emang gitu," ucap Yura.
.....
Sedangkan di ruangannya, Arya dan Gilang sedang duduk bersama di sofa yang ada diruangan Arya. Arya memandangi sebuah foto yang selalu ia bawa di saku jasnya. Di foto itu nampak seorang wanita cantik dengan seorang lelaki yang saling merangkul dan sedang tersenyum bersama ke arah kamera. Gilang yang melihat kelakuan Bos sekaligus sahabatnya mendengus kesal.
"Sampai kapan sih, Lo liatin foto Acha? makan dulu, nih," ucap Gilang meletakkan makanan di depan Arya.
"Kira-kira dia bakal balik nggak ya, Lang?" tanya Arya dengan pandangan yang tetap fokus pada foto ditangannya.
Benar-benar bucin. Batin Gilang mencibir Arya.
"Tunggu aja. Lo kan hobi nunggu yang nggak pasti."
Tuk
Kotak tisu melayang indah di kening Gilang. "Sakit, bangsat," umpat Gilang mengusap keningnya yang sakit.
"Bukannya dukung gue malah ngejatuhin, Lo," ucap Arya.
Gilang hanya diam tidak menggubris perkataan Arya. Acha merupakan sahabat kecil Gilang dan Arya. Arya menaruh hati kepada Acha sejak lama. Hingga saat mereka SMA, Acha pindah bersama kedua orang tuanya ke Turki untuk meneruskan perusahaan keluarganya yang ada di sana.
.....
Waktu makan siang telah berakhir. Nana telah kembali duduk di kursinya. Tangannya bergerak lincah untum mengetik pekerjaannya ke komputer. Saat sedang fokus, suara telepon yang ada di di sebelah komputer berbunyi.
"Halo, selamat siang," ucap Nana ramah mengangkat telepon.
"Keruangan saya sekarang!" ucap seseorang tegas dari balik telepon. Tanpa menunggu jawaban lagi, orang tersebut langsung saja memutus sambungan teleponnya.
Nana tersenyum senang, belahan jiwanya memanggilnya untuk datang. Nana berdiri dari duduknya dan pergi keruangan belahan jiwanya.
...----------------...
Terimakasih selalu setia mengikuti cerita receh yang author tulis.
Tunjukan sayang kalian dengan like, vote dan komentarnya yaa. Agar author lebih semangat lagi.
Jangan lupa follow akun Instagram author juga yaa @nonam_arwa
Author sayang kalian 🌹🌹😘
🌹HAPPY READING🌹
"Hai, Pak Bos ganteng," sapa Nana dengan suara centilnya setelah memasuki ruangan seseorang yang dia anggap belahan jiwanya.
"Tidak bisakah kau bersikap lebih sopan?" ucap Arya dingin kepada Nana.
"Kalau udah di depan Pak Bos bawaannya mau manja terus," ucap Naina manja.
Arya mendengus kesal. Sekretaris nya ini sungguh sangat menyebalkan. Tapi kepintarannya sangat berguna untuk Arya.
"Kerjakan ini!" titah Arya melempar kasar map berwarna coklat kemejanya.
Nana membalasnya dengan tersenyum manis. "Apapun untuk kamu, Sayang," ucap Nana mengambil map tersebut.
Nana berjalan mengitari meja kerja Arya dan berdiri di sebelah Arya. Arya yang melihat itu hanya melirik Nana melalui sudut matanya.
"Aku keluar dulu, Sayang," ucap Nana centil mencolek dagu Arya. Setelah itu barulah dia keluar dari ruangan Arya.
"Dasar jalang," umpat Arya. Dia benar-benar sangat muak dan sangat tidak tertarik dengan sekretarisnya itu. Padahal Nana memiliki wajah yang sangat cantik dan manis.
Nana? dia mendengar umpatan Arya, karena Arya mengatakan itu sebelum dia sepenuhnya keluar dari sana. Nana hanya tersenyum mendengar itu. Sudah biasa baginya mendengar umpatan kasar dari bosnya itu. Sakit hati? Tentu. Tapi ini adalah keinginannya sendiri. Hatinya berkata untuk terus mengejar cinta bos nya itu. Semangat Na. Cinta memang butuh pengorbanan. Batin Nana menyemangati dirinya sendiri.
.....
Waktu bekerja telah berakhir. Nana menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Satu lagi kelebihan wanita ini. Dia memiliki otak yang cerdas.
Arya keluar dari ruangannya dengan wajah lelah. Dua kancing kemejanya sudah terbuka dengan jas yang menggantung indah di tangannya. Nana yang melihat Arya keluar dengan keadaan seperti itu langsung berdiri dan meneguk ludah kasar melihat ketampanan Arya dan bertambah seksi.
"Bapak menggoda saya?" ucap Nana. Kali ini wanita itu ingin lebih sopan kepada Arya.
Arya menghentikan langkahnya dan menatap bingung sekretarisnya itu. "Maksud kamu?" tanya Arya.
Nana berjalan mendekati Arya dan berdiri tepat di depan Arya. Tangannya bergerak membenarkan kancing kemeja Arya. Arya yang mendapat tindakan tiba-tiba dari Nana reflek mundur kebelakang.
"Jangan keterlaluan kamu!" tegas Arya.
Nana tersenyum lembut, "kancing bajunya jangan dilepas kebanyakan, Pak. Nanti ada wanita lain yang tergoda. Bapak hanya milik saya," ucap Nana lembut sambil mengancingkan kembali Kemeja Arya.
"Apa kau tidak punya sopan santun sedikit saja dengan atasan mu?" ucap Ibra dingin setelah Nana selesai mengancingkan kemejanya.
"Bapak takut jatuh cinta sama saya, ya? Tenang, Pak. Itu pasti akan terjadi," ucap Nana dengan penuh keyakinan.
"Kau percaya diri sekali, jalang," ucap Arya menekankan kata terakhirnya.
Hati Nana sakit, tapi dia tetap tersenyum. "Tidak apa, jalang. Saya hanya menjadi jalang untuk cinta saya, yaitu Bapak," ujar Nana tenang.
Arya tergelak meremehkan perkataan Nana. "Aku akui, kau memang sangat cantik. Tapi harga dirimu tidak secantik wajahmu," ucap Arya.
Nana hanya tersenyum, dan itu membuat Arya heran. "Kau tetap tersenyum meski aku sudah menghinamu? Apa kau tidak punya malu?"
Nana menggeleng, "untuk apa malu dihadapan masa depan kita?" ucap Nana tersenyum.
"Kau benar-benar tidak berharga!" tegas Arya dan berlalu meninggalkan Nana yang masih berdiri menatapi kepergiannya.
"Aku memang tidak berharga. Karena itu aku mengejar mu. Ingin memilikimu agar aku memiliki seseorang yang berharga dalam hidupku," gumam Nana memandangi kepergian Arya.
...----------------...
Terimakasih selalu setia mengikuti cerita receh yang author tulis.
Tunjukan sayang kalian dengan like, vote dan komentarnya yaa. Agar author lebih semangat lagi.
Jangan lupa follow akun Instagram author juga yaa @nonam_arwa
Author sayang kalian 🌹🌹😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!