❗❗❗
SEBELUM LANJUT, SILAHKAN BACA DESKRIPSI NOVEL, PAHAMI!!! JIKA TIDAK SUKA ALURNYA SILAHKAN JANGAN DI LANJUTKAN... JANGAN SALAHKAN AUTHOR JIKA TIDAK SUKA CERITANYA, BIKIN CERITA GAK SEMUDAH BERKOMENTAR, DAN TOLONG BIJAK DALAM BERKOMENTAR🙏🏻
...****************...
Serina Cassandra Nix atau Sering di panggil Serin adalah gadis cantik yang memiliki perawakan yang bagus, berkulit putih, serta memiliki kemampuan bela diri yang mempuni dan merupakan mahasiswi lulusan Sains, gadis itu bermimpi untuk pergi ke Akademi Kepolisian, masuk ke akademi sains merupakan keterpaksaan baginya karena menuruti keinginan kedua orang tuanya
Orang tuanya ingin Serin kembali melanjutkan pendidikannya dan mengambil jalan yang sama dengan orang tuanya yaitu sebagai sorang dokter, tentu Serin menolak mentah-mentah keinginan orang tuanya, keinginan pertama orang tuanya agar masuk fakultas sains sudah diturutinya sekarang dia hanya ingin menggapai mimpinya sesuai keinginannya
Ayahnya merupakan direktur utama di sebuah rumah sakit besar yang termasuk anak perusahaan dari Nix Group, sedangkan ibunya merupakan Kepala bedah bagian Neurologi dirumah sakit yang sama
Karena itu kedua orang tuanya ingin anak semata wayangnya itu mengikuti langkah yang sama dengan mereka tanpa mendahulukan keinginan sang anak
Karena tuntutan itu Serin bertengkar hebat orang tuanya dan memutuskan untuk pergi dari rumah tanpa membawa satu asset orang tuanya dan hanya membawa pakaiannya, dengan uang tabungannya, dia menyewa sebuah rumah sederhana untuk ditinggalinya sembari mencari pekerjaan untuk kehidupannya sehari-hari
...---...
Bunyi Alarm yang berisik membangunkan Serin dari tidurnya, meraih jam bermaksud untuk mematikannya, menyibak selimutnya Serin beranjak dari kasur dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap untuk mencari lowongan pekerjaan
Sekarang ia harus bertahan hidup tanpa sokongan dari kedua orang tuanya, ia benar-benar pergi jauh dari rumah bahkan orang tuanya sampai masih tidak menemukan keberadaan Serin, wanita itu bahkan mengganti nomor telponnya agar tidak bisa di telpon dan dilacak oleh Kelvin yang merupakan tangan kanan Ayahnya
Serin mendaratkan bokongnya di tepi kasur sudah beberapa hari setelah dirinya mengajukan lamaran tapi tidak ada satupun yang memanggilnya untuk melakukan interview, rasanya dia hampir putus asa karena uangnya hanya cukup untuk sebulan kedepan dan bahkan itu sudah dia bagi se rata mungkin untuk perharinya
Wanita itu menghela nafasnya dan mengusap kasar wajahnya, tidak beberapa lama ia teraih pada suara telpon yang berbunyi, meraih ponslenya Serin menjawab panggilan dari sahabatnya itu
Selesai dengan telponnya Serin beranjak dari tempatnya menuju lemari untuk mencari pakaian yang pas untuk di pakainya ke pesta, karena tadi Lidiya meminta agar di temani ke pesta pernikahan teman kantornya
Selesai dengan pakaiannya wanita itu duduk di depan kaca seraya meraih beberapa kosmetik untuk memoles wajahnya agar tidak terlalu pucat
...---...
Terlihat seorang pria sedang berdiri menatap kota dari jendela kaca yang ada diruangannya dengan tangan yang dimasukkan ke saku celananya, “apa kau sudah dapat?” tanyanya tanpa menatap wanita yang berdiri di belakangnya yang tidak lain adalah sekertarisnya
“maaf pak untuk saat ini belum ada yang sesuai dengan kriteria bapak, kebanyakan yang melamar adalah pria” jawabnya menunduk karena belum menyelesaikan perintah dari bosnya itu, “saya akan mencari secepatnya pak” tambahnya
“baiklah aku akan memberi waktu untukmu, jika dalam satu minggu kau tidak mendapatkannya maka bersiaplah untuk memberesi barangmu” ucapnya dengan nada dingin tanpa meoleh kebelakang
Wanita yang sedang berdiri di belakangnya itu hanya bisa menelan kasar salivanya ketika mendengar ucapan dari atasannya, sedikit menundukkan tubuhnya wanita itu kembali ke meja kerjanya
“Serin…” panggil seorang wanita dari dalam mobil yang sedang duduk di kursi kemudi, mendapati jika itu Lidiya wanita yang berbalutkan dress selutut itu lantas masuk dan duduk di sebelah kursi kemudi, melihat Serin sudah masuk Lidiya melajukan mobilnya menuju tempat berlangsungnya pesta tersebut
“apa kau tidak akan kembali kerumah Rin, kamu yakin ingin tinggal mandiri, tinggal sendiri tidak semudah itu Rin” ucap Lidiya yang masih fokus pada kemudinya
“aku tidak akan pulang sampai aku mendapatkan apa yang ku inginkan selama ini aku sudah mengikuti keinginan mereka , aku hanya ingin hidup sesuai keinginanku dan bebas dari tuntutan mereka” sahut Serin yang masih pada pendiriannya
Lidiya hanya bisa mengangguk dia tau jika sahabatnya ini sudah bertekad maka dia harus mendapatkannya, apapun itu caranya
Serin dan Lidiya sudah berteman sejak mereka berada di bangku SD sampai SMA, hanya saja mereka memilih jurusan yang berbeada ketika masuk ke perguruan tinggi
“sebenarnya CEO perusahaanku sedang mencari seorang bodyguard, jika kau tertarik aku akan membantumu” ucapnya menoleh sekilas kearah Serin lalu kembaii fokus pada setirnya
Serin menoleh kearah Lidiya yang sedang fokus pada setirnya, “benarkah, aku akan datang ke perusahaanmu besok” ucapnya senang karena akhirnya ada kesempatan untuknya mendapat pekerjaan walaupun hanya menjadi seorang bodyguard
“kau yakin, lebih baik kau pikirkan lagi dia sedikit beda dari kebanyakan orang” sahut Lidiya, “aku sangat membutuhkan pekerjaan, biarkan aku mencoba sekali jika tidak lolos maka aku akan mencari pekerjaan lain” ujarnya, Lidiya menghela nafasnya dan mengangguk pelan
...---...
Lidiya dan Serin berdiri di samping meja bundar sambil memegang satu gelas minuman di tangan, terlihat seorang wanita yang tidak lain adalah teman kantor Lidiya berjalan menghampiri mereka
“siapa?” tannya Sera rekan kerja satu divisi Lidiya, “ah, dia temanku Serin, Serin kenalkan ini Sera temanku” ujarnya memperkenalkan satu sama lain dan di angguki oleh Sera dan Serin
“apa kau melihat CEO kita?” tanyanya pada Lidiya, “aku rasa tidak mugnkin bos kita itu akan datang walaupun di undang lewat jelur VIP, bahkan akan sangat aneh jika pak Glen datang” jawab Lidiya dan mendapat anggukan dari Sera
Mereka menghabiskan waktu cukup lama di pesta sebelum akhirnya mereka pulang, Lidiya mengantarkan Serin pulang kerumahnya
...---...
Malam yang terasa lelah itu berlalu begitu saja berganti dengan cahaya matahari yang menyinari keseluruh penjuru
Serin sekarang sedang berdiri di depan sebuah gedung tinggi yang mungkin memiliki sekitar 23-25 lantai, Ia menghela pelan nafasnya dan berjalan masuk keloby perusahaan menuju sebuah meja resepsionis
“ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis yang melihat kedatangan Serin kemejanya, “saya ingin melamar pekerjaan” jawabnya, “kalau boleh saya tau untuk begian apa?” tanya resepsionis, “saya melamar untuk posisi bodyguard” jawabnya lagi
Mendengar jawaban Serin wanita yang berpropesi sebagai resepsionis itu meraih telponnya dan mulai bicara dengan seseorang di dalam telpon kantor
Meletakkan telponnya resepsionis mengarahkan Serin untuk pergi ke lantai 23 menuju ruangan sekertari dari CEO
Ia melangkah masuk menuju sebuah meja untuk bertanya kemana lagi dia harus pergi dan menyerahkan surat lamarannya
“apa kau yang bernama Serin?!” tanya seorang wanita yang sedang berdiri dihadapannya dan di angguki oleh Serin, “bisa saya lihat surat lamarannya?” tanyanya
Serin sontak memberikan map yang berisi surat lamarannya, meraih amplop Vina membuka dan melihat setiap kertas yang ada di dalam ampllop besar berwarna coklat itu, ia menarik senyum tipisnya lalu mengajak Serin untuk masuk kesebuah ruangan
Tok….tok…tokkk
Setelah mengetuk pintu Vina masuk bersama Serin yang mengekor di belakangnya, matanya menjelajah kesetiap penjuru ruangan, meletakkan berkas lamaran Serin, Wanita itu beranjak dari ruangan bosnya meninggalkan Serin dan Glen yang merupakan CEO dari perusahaan tempat dirinya berdiri sekarang
Pria yang memiliki kekuasaan penuh atas perusahaan itu beranjak dari kursi kerjanya dan berjalan menuju sofa, mendaratkan bokongnya di sofa Glen menyuruh Serin agar duduk di sofa bersamanya
Memeriksa beberapa berkas yang ada di dalam amplop, lalu meletakkannya di atas meja, ia menatap wanita yang sekarang sedang duduk di ujung sofa yang sama dengannya
“apa kau bisa menjaga manusia?” ucapnya mulai melontarkan beberapa pertanyaan, “bisa pak” sahut Serin dan mendapat anggukan oleh Glen
“apa kau bersedia tinggal di tempat yang di sediakan?” tanyanya lagi, Serin sempat ragu untuk yang satu ini tapi dia memilih untuk tidak menjawab tidak keberatan dan bersedia untuk tinggal di tempat yang sudah di sediakan
“apa kau bersedia untuk melakukan semua yang saya suruh?” tanyanya lagi, dan mendapati jawaban yang sama seperti sebelumnya
Glen menganggukkan pelan kepalanya “baiklah kau bisa bekerja mulai besok” ucapnya lalu beranjak dari sofa menuju kursi kerjanya karena masih ada beberapa berkas yang perlu dia periksa dan tanda tangani, bahkan Serin belum sempat mengucapkan terimakasih karena dirinya sudah diterima bekerja
Serin hanya bisa diam dan sedikit membungkukkan badannya sebelum akhirnya dia beranjak pergi dari ruangan Glen
...---...
Meletakkan tasnya Serin duduk di tepi ranjak sebentar untuk menghilangkan penatnya, tidak beberapa lama setelah itu ia kembali beranjak dari duduknya dan melangkah menuju lemari untuk memberesi pakaiannya, karena tadi sekertaris Glen sudah menelpon jika dirinya akan di jemput oleh supir Glen
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 ia duduk di sofa sambil memeriksa ponselnya, tidak lupa dia mengirimkan pesan pada Lidiya jika dirinya diterima bekerja di perusahaan yang sama dengan Lidiya
Tin…Tin…
Suara klakson mobil terdengar dari halaman rumahnya, menyimpan ponselnya kedalam saku celananya, Serin berjalan sambil menarik kopernya menuju mobil yang sekarang sedang menunggunya di depan rumah
...---...
Tidak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di sebuah rumah mewah yang didepannya di jaga oleh beberapa pria bertubuh besar, saat dirinya turun dari mobil terlihat seorang wanita yang mungkin seumuran dengan ibunya datang menghampirinya
“mari ikut saya nona, tuan sudah menunggu di dalam” ucapnya seraya meraih koper Serin yang tadi sudah di turunkan oleh sopir dari bagasi
Serin berjalan mengekor di belakang wanita itu nanar mata yang manatap ke sekeliling, dengan perasaan sedikit kagum “bagaimana bisa di usianya yang muda itu dia bisa mendapatkan semua ini” gumamnya dalam hati
Glen Alexander Darion adalah seorang pembisnis muda yang sukses di usia yang terbilang muda yaitu usia 26 tahun, dia melanjutkan bisnis Ayahnya yang sebelumnya hampir mengalami kebangkrutan, tapi karena kecerdasan dan kepiawaiannya dalam berbisnis dia berhasil menaikkan pendapatan perusahaan dan mempu membuatnya menjadi seorang billioner muda
Masuk kedalam rumah Serin melihat seorang pria yang tidak lain adalah bosnya sedang duduk santai di ruang tamu sambil memainkan ponselnya
“tuan nona Serin sudah datang” ucap pelayan sopan, “bawa dia ke kamarnya” jawabnya singkat dengan pandangan yang tidak teralih sama sekali dari ponselnya
Wanita itu berjalan mengikuti pelayan yang membawanya menuju kamarnya, “kamar nona disini, kalau butuh bantuan silahkan panggil saya” ucapnya lembut dan mendapat senyuman ramah dari Serin, tidak lupa Serin mengucapkan terimakasih pada pelayan yang sudah pergi
Serin meraih koper dan mulai menyusun pakaiannya kedalam lemari, selesai menyusun pakaiannya, wanita itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya
...---...
.
.
.
.
aku harap kalian menyukai karya ku ya, jangan lupa untuk like jika kalian menyukainya terima kasih🥰🥰
.
.
Ilustrasi pemain
Serina Cassandra Nix
Glen Alexander Darion
Lidiya Luva
Ryan Anderson Darion
Vina Regina
“apa kau sudah mengantarnya?” tanya Glen pada pelayan yang baru saja turun, “sudah tuan, nona sekarang ada di kamarnya” jawab pelayan lalu melangkah pergi menuju dapur setelah Glen menyuruhnya
Glen beranjak dari duduknya dan melangkah pergi menuju kamarnya
Serin yang masih berbalutkan handuk putih yang melingkar di tubuhnya keluar dari kamar mandi, mendapati kamarnya gelap sontak ia kaget karena tadi lampunya masih menyala, ia meraba dinding mencoba untuk mencari saklar lampu tapi langkahnya terhenti mana kala ada seseorang yang menepuk pundaknya tanpa banyak pikir Serin meraih tangan yang ada di pundaknya dan membantingnya ke kasur
Akhhh…
Rintih Glen kesakitan karena tangannya masih di pelintir Serin, “pak Glen…” gumamnya dan langsung melepaskan tangannya dari Glen
Ia kembali meraba dinding untuk menyalakan lampu, setelah lampu menyala Serin melihat bosnya itu sedang duduk di tepi ranjang sambil memegangi tangannya yang sakit karena dirinya
“maaf pak saya benar-benar tidak tau jika itu bapak…” ucapnya menundukkan kepalanya karena merasa bersalah
“lagian kenapa kau langsung main banting saja” ucapnya,
“saya kesini hanya untuk mengecek apakah tadi pelayan sudah mengganti lampunya” tambahnya
“saya kira tadi bapak orang jahat, lagian keadannya sedang gelap, jadi tidak tau jika itu bapak” jawabnya tanpa mengangkat kepalanya yang sedang menunduk, bahkan dia melupakan jika dirinya sekarang hanya memakai handuk yang membalut tubuhnya
“yasudah kau istirahat saja” ucapnya lalu beranjak dari kamar Serin sambil memegangi tangannya, “sekali lagi maafkan saya pak…” lirihnya dan hanya mendapati anggukan dari Glen
“dasar bodoh!, untung saja kau tidak di pecat” rutuknya ketika mengingat kejadian tadi, setelah memakai pakaiannya Serin merebahkan dirinya di kasur dan bersiap menuju alam mimpi
...****************...
“pagi pak” sapa Serin yang sudah rapi dengan pakaiannya, ketika melihat Glen berjalan melewatinya, walaupun Glen sama sekali tidak merespon sapaannya
Pria itu mendaratkan bokongnya di kursi dan bersiap untuk menyantap sarapannya, “kamu tidak akan sarapan?” ucapnya menoleh kearah Serin yang berdiri tidak jauh dari tempat dirinya duduk, “saya pak?!” sahutnya seraya menunjuk dirinya sendiri, Glen menaikkan salah satu alisnya, “memangnya siapa lagi?” ujarnya dan kembali pada sarapannya
Dengan sedikit rasa canggung Serin menarik kursi lalu mendudukkan dirinya dikursi bermaksud untuk ikut sarapan
Baru saja wanita itu akan mendaratkan makanan dimulutnya, Glen malah beranjak dari kursinya karena sarapannya sudah selesai, tanpa menghiraukan Serin yang baru saja akan sarapan, padahal tadi dia sendiri yang mengajaknya untuk sarapan, Glen melangkah menuju keluar rumah meninggalkan Serin yang sekarang hanya bisa menghela kasar nafasnya
Meletakkan kembali sendoknya Serin bergegas menyusul bosnya itu, membukakan pintu mobil, Glen masuk kedalam mobil diikuti Serin yang juga masuk dan duduk di samping sopir
“gini amat punya bos” gumamnya dalam hati melirik sekilas Glen dari kaca yang ada di mobil
...****************...
Serin mengekor di belakang Glen mengikutinya masuk kedalam ruangannya, “pagi pak” sapa Vina dan hanya mendapat anggukan pelan dari Glen tanpa menoleh sedikitpun, sedangkan Serin hanya memandang heran melihat interaksi antara bos dan sekertarisnya itu
Serin berdiri di dekat meja kerja Glen layaknya seorang bodyguard, tak ayal jika sesekali dia menggerakkan kakinya yang terasa penat karena hampir 3 jam dia berdiri, sedangkan Glen hanya fokus pada pekerjaannya tanpa memperdulikan Serin yang berdiri tanpa berpikir untuk menyuruhnya untuk duduk
Tok…tok…tok…
Vina berjalan masuk setelah mengetuk pintu ruangan Glen, “pak sebentar lagi bapak ada meeting dengan Client” ucapnya memberitahukan jadwal Glen, melihat jam tangannya, pria itu beranjak dari kursi kerjanya lalu memasang jas yang tadi ia letakkan di gantungan
Glen melangkah keluar diikuti Vina dan Serin yang mengekor di belakangnya
Masuk kedalam mobil, mereka pergi menuju tempat dimana Glen akan menemui klientnya
...---...
Glen dan Vina duduk sedangkan Serin masih setia berdiri di samping kursi Glen walaupun sebenarnya kakinya agak pegal, “Siang pak apa anda sudah menunggu lama?” tanya seorang pria seraya berjabat tangan dengan Glen “tidak papa pak, saya juga baru datang” jawabnya mempersilahkan klientnya untuk duduk, pria yang merupakan klientnya itu mendudukkan dirinya di kursi, dan mereka memulai pembicaraan mereka
Setelah mendapatkan kesepakatan, klientnya pamit lebih dulu, sebelum akhirnya Glen, Serin dan Vina juga melangkah pergi dari restoran tersebut, tapi sebelumnya mereka menyempatkan untuk makan siang terlebih dahulu
Saat akan masuk kedalam mobil Serin terhenti ketika melihat seorang pria yang seolah sedang memperhatikan mereka dari kejauhan, “kau tidak masuk?” ucap Glen yang melihat Serin masih belum masuk juga, mendengar ucapan Glen, sontak
Serin langsung mengalihkan pandangannya dan masuk kedalam mobil dengan pikiran yang masih memikirkan siapa pria yang tadi dilihatnya
“apa kau melihat sesuatu?” tanyanya dengan pandangan yang fokus pada tabletnya, “tidak pak” sahut Serin, “kenapa pria tadi terus memandanng kearah Glen?” gumamnya dalam hati
Dari kursi belakang Glen melirik sekilas kearah Serin yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu, “apa orang itu akan mengincarku sekarang?!” gumamnya dalam hati
Setelah berhasil mengembalikan perusahaan Ayahnya yang hampir bankrut itu ke keadaan semula, ia harus menelan pahit kenyataan dimana Ayahnya ditemukan tewas dengan keadaan yang mengenaskan, yang diduga sebagai kasus pembunuhan walau pelakunya sudah di tangkap tapi tetap saja ada keraguan dalam dirinya jika pelaku yang sedang mendekam di penjara itu bukan pelaku sebenarnya, dan sampai saat ini Glen masih mencari siapa dalang yang berada di balik kematian Ayahnya
...****************...
Mereka kembali ke kantor, sekarang diruangan Glen, hanya ada dirinya dan Serin saja karena Vina sudah kembali ke meja kerjanya, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 tapi bosnya itu tetap saja sibuk bergelut dengan pekerjaanya, sedangkan Serin masih memikirkan siapa pria yang tadi dilihatnya, dengan memberanikan dirinya Serin bertanya pada Glen
“pak, apa bapak punya musuh?!” tanyanya dengan sedikit perasaan takut yang meliputi dirinya, Glen meletakkan berkasnya dan menatap Serin
“kenapa? apa kau melihat musuhku?!” jawabnya lalu kembali pada berkasnya, “kan saya cuma bertanya!" sahutnya
“fokus saja pada pekerjaanmu, tidak perlu mengurusi hal diluar pekerjaan, atau kau mau ku pecat?” ucapnya tanpa menatap Serin
“iya-iya, begitu saja sewot” gumamnya pelan namun sukses di dengar oleh Glen, “maksudnya?” ucapnya lantas mendongakkan kepalanya menatap tajam kearah Serin yang sedang berdiri di dekat meja kerjanya itu
“apa?, kau bilang apa tadi” sahutnya, tanpa mengalihkan tatapannya dari Serin, “tidak pak… tidak papa, bapak fokus saja pada pekerjaan bapak” ucapnya seraya menarik senyum paksanya
“duduklah di sofa” ucapnya menyuruh Serin untuk duduk, wanita itu mengikuti perintah bosnya dan duduk sofa
"......"
Glen kembali melihat jam tangannya, tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.00 waktunya untuk dirinya dan para karyawan pulang, pria itu berdiri dan meraih jasnya lantas memakainya lalu melangkah keluar dari ruangannya
“Serin ayo pulang” ajaknya tapi karena tidak mendapati jawaban dari serin, pria itu lantas melangkah mendekati sofa dan mendapati jika wanita itu sedang tertidur entah dari kapan dia terlelap
Glen menarik tipis senyumnya ketika melihat wajah damai Serin yang sedang tertidur, “apa dia memang secantik ini?” gumamnya dalam hati tanpa mengalihkan padangannya dari Serin yang sedang terlelap dalam tidurnya itu
Glen menjatuhkan buku yang ada di meja, sukses membuat Serin terbangun karena suara tersebut. ia bangun dari rebahannya, dan kaget melihat bosnya sudah berdiri di depannya, Serin hanya bisa menelan kasar salivanya, wajahnya berubah menjadi pucat dia takut jika Glen akan memecatnya karena tidur saat jam kerja
“apa kau tidak akan pulang?” tanyanya dengan nada santai seraya melangkah pergi meninggalkan Serin yang masih berdiri di tempatnya, mendengar nada bicara Glen membuat Serin sedikit lega setidaknya tentang pikirannya yang akan di pecat tidak akan terjadi
...****************...
Setelah memanggil Serin untuk makan malam pelayan turun, tidak beberapa lama setelah pelayan turun, Serin juga turun dan pergi menuju meja makan, “malam pak” sapanya sopan, “malam, duduklah dan habiskan makananmu” ucapnya dengan nada dingin, wanita itu mengangguk lalu mendudukkan dirinya di kursi
“apa kau betah tinggal disini?” tanya Glen tiba-tiba membuka pembicaraan, dan hanya mendapati anggukan dari Serin, setelah pertanyaan tadi, suasana kembali sunyi hanya ada suara dari alat makan yang saling bersentuhan mengisi suara diruangan tersebut
Selesai makan malam Serin kembali ke kamarnya sedangkan Glen pergi keruang kerjanya
...****************...
Mendengar dering telponnya berbunyi sontak pria yang sedang duduk di ruang kerjanya itu meraih ponselnya
📞In Call-
“Hallo pak, saya menemukan sesuatu besok saya akan mengirimkannya kerumah bapak”
📞End Call-
Glen mematikan sambungan telponnya secara sepihak setelah mendengar ucapan dari orang suruhannya
Setelah selesai mengecek beberapa email yang dikirim sekertarisnya, Glen pergi kekamarnya untuk istirahat, sebelum sampai di kamarnya langkahnya terhenti tepat di depan kamar Serin yang tidak jauh dari kamarnya
Glen membuka pelan pintu kamar Serin yang ternyata tidak di kunci, dan mendapati jika ruangan itu lampunya masih menyala, ia berpikir jika Serin masih belum tidur tapi dugaannya salah, ketika melihat wanita berparas cantik itu sudah tertidur pulas
Glen menatap lekat wajah Serin dari kejauhan, menekan saklar lampu, ia melangkah pergi dari kamar Serin setelah menutup pintu kamarnya
...****************...
Glen membuka jendela kaca mobilnya dan memberikan pesan kepada bodyguard yang berjaga di depan gerbangnya “jika ada paket yang dikirim tanpa nama, berikan pada kepala pelayan dan suruh untuk meletakkannya diruang kerjaku” titahnya dan diangguki oleh bodyguardnya
Menutup kembali jendela kaca mobilnya, sopir langsung melajukan mobilnya menuju kantor Glen
...****************...
Glen turun dari mobil setelah Serin membukakan pintu mobil untuknya
Glen melangkah memasuki lobby, diikuti Serin yang mengekor di belakangnya, tanpa aba-aba Serin meraih pundak seorang pria yang menggunakan pakaian hodie dan masker, berjalan mendekati Glen, Serin langsung melumpuhkannya dengan sekali tindakan, sontak Glen terkejut dan berbalik melihat apa yang terjadi
Serin langsung merogoh saku hodienya dan benar saja, jika ada sebuah senjata tajam yang sudah di curigainya saat melihat pria yang sekarang sedang di pegangi oleh petugas keamanan
Setelah pria misterius tadi di bawa oleh petugas keamanan untuk di amankan, Serin dan bosnya itu pergi menuju lift khusus CEO yang hanya di peruntukan untuk Glen, suasana di dalam lift sangat sunyi tanpa adanya pembicaran satu sama lain antara Serin dan Glen
Sampai di lantai 23 tempat dimana ruangan Glen berada, mereka keluar dari lift menuju ruangan Glen
...****************...
.
.
.
Jangan lupa dukung author ya chingu dengan Like Vote dan Coment ya biar author semangat untuk update epesode barunya🥰🥰🥰
.
.
.
“apa bapak baik-baik saja?” tanya Serin menanyakan keadaan bosnya itu, dan di angguki oleh Glen, “apa kamu terluka?” tanyanya kembali menanyakan keadaan Serin “Tidak pak” sahutnya dan kembali di angguki oleh Glen
Glen beranjak menuju sofa lantas mendaratkan bokongnya di sofa, entah apa yang ingin di lakukannya ketika menyuruh Serin untuk duduk bersamanya
Glen menatap Serin dan memutar kembali ingatannya
4 tahun yang lalu perusahaanku hampir bangkrut dan akan di ambil alih oleh pamanku, tapi hal itu tidak terjadi karena aku berhasil mengembalikan kondisi perusahaan, dan perusahaan tidak jadi di akusisi oleh pamanku melainkan jatuh ketanganku sebagai satu-satunya pewaris di keluargaku, setahun setelah keberhasilanku Ayahku ditemukan tewas dengan dugaan permbunuhan walaupun pelakunya sudah mendekam di jeruji besi, tetap saja aku tidak yakin jika dia pelaku yang sebenarnya
Entah karena kejadian tadi, pria itu jadi membuka mulutnya dan menceritakannya pada Serin yang sekarang menjadi pengawalnya
“kenapa bapak menerima saya sebagai bodyguard, bukannya menerima pria yang notabennya mungkin lebih kuat?” tanyanya
“karena aku tidak sepenuhnya bisa mempercayai mereka, karena orang yang membunuh Ayahku adalah tangan kanannya sendiri, dan aku hanya lebih tenang jika bodyguardku sesuai dengan kriteriaku” sahutnya dengan nada datar “jadi aku sesuai kriterianya?” gumamnya dalam hati
Entah kenapa Glen merasa lebih nyaman ketika memilih Serin sebagai pengawal pribadinya, dia mengatakan jika tidak mempercayai bodyguard pria padahal di rumahnya banyak bodyguard pria yang berjaga, hanya saja untuk pengawal yang selalu bersamanya dia lebih nyaman dengan wanita yang satu ini
Serin mengangguk pelan tanda dia mengerti apa yang di jelaskan Glen barusan, “lalu? Apa bapak memiliki kecurigaan terhadap paman bapak sendiri?!” tanyanya
Sebenarnya Serin agak aneh memanggilnya bapak karena umur mereka tidak terpaut jauh, hanya beda satu tahun lebih muda dari Glen, tapi karena pekerjaan mau tidak mau dia harus melakukannya
“aku memang memiliki kecurigaan terhadapnya, tapi sejauh ini aku masih tidak memiliki bukti jika dia dalang di balik kematian Ayahku, dan mungkin dia juga orang yang berada di balik penyeranganku tadi” jawabnya dengan mata yang menatap ke bawah
“bagaimana bapak bisa yakin jika pria yang ada di lobby tadi, suruhan paman bapak?” ujarnya kembali melontarkan pertanyaan
“memangnya seberapa berpengaruh paman bapak?!” tanyanya lagi, Serin tidak habis-habisnya memberikan pertanyaan kepada Glen
“sudahlah, aku sudah menceritakannya semuanya padamu, jadi lebih baik kau fokus saja untuk menjagaku” ujarnya lalu beranjak dari sofa menuju kursi kerjanya, meninggalkan Serin yang masih duduk di sofa sambil memperhatikan langkah pria yang berjalan menuju kursi kerjanya
...****************...
Rasanya waktu berlalu begitu cepat hari ini sudah weekend saja, Serin merasa jika pekerjaannya baik-baik saja walau kadang dia harus berhadapan dengan sifat dingin bosnya itu
Pelayan mengetuk pintu kamar Glen untuk memberitahukan jika ada sepupunya diluar, sedang menunggunya di ruang tamu, setelah memberitahukan kepada Glen, lantas wanita yang merupakan pelayan dirumahnya itu turun untuk memberitahukan pria yang kini sedang duduk santai di sofa, jika Glen akan turun menemuinya
“Ryan” serunya seraya berjalan menuruni anak tangga, sontak pria yang merupakan sepupunya itu menoleh dan mendapati jika Glen sedang berjalan menuruni anak tangga
“bagaimana kabarmu?” tanyanya seraya mendudukkan dirinya di sofa, “aku baik” sahutnya
Ryan adalah sepupu Glen yang tinggal di Amerika dan sekarang dia baru saja pulang, karena Ayahnya menyuruh untuk pulang dan mengurus perusahaan
Ditengah obrolan asik mereka, Ryan terdiam ketika tidak sengaja menangkap sosok wanita cantik yang turun menuruni anak tangga dengan balutan piyama yang menutup tubuhnya, serta satu botol kosong di salah satu tangannya
Melihat Ryan hanya diam seperti sedang menatap seseorang, sontak Glen menoleh apa yang sedang dilihat adik sepupunya itu, saat menoleh pria itu mendapati apa yang sedang dilihat Ryan
“apa dia istrimu?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya yang masih fokus memperhatikan Serin yang berjalan menuju dapur, “kalau iya, memangnya kenapa?” sahutnya, dengan pandangan yang sama sekali tidak beralih dari langkah Serin
“bisakah kamu melepaskannya dan memberikannya padaku?” ujarnya “aku akan mencarikan gitar spanyol untukmu” tambahnya memberikan tawaran kepada Glen seakan mereka sedang membicarakan sebuah barang
Serin yang saat itu sedang berjalan menuju dapur hanya memberikan senyum sopannya, mana kala dirinya melewati bos dan tamunya yang sedang duduk disofa
Mendengar penawaran yang di berikan Ryan, pria itu hanya menggelengkan pelan kepalanya, dia sangat tau jika adiknya ini sangat suka bermain dengan para wanita, “Cari yang lain saja, jangan yang ini” sahut Glen seraya meraih minuman yang memang sudah di siapkan pelayan untuk dirinya dan Ryan
“kapan kamu menikah?, apa kau menghamilinya!” tanyanya heran, tiba-tiba saja kakak sepupunya itu memiliki istri, “hush… jangan sembarangan, dia wanita baik-baik, aku bukan dirimu yang memakai wanita hanya untuk kesenangan dan kepuasanmu” sahut Glen
Serin yang sedang berjalan menuju kamarnya, lantas memandang bingung ketika tamu bosnya itu memanggilnya dengan sebutan kakak ipar, wanita yang sekarang sedang memegang botol minuman itu mengerutkan dahinya tidak paham kenapa pria yang duduk bersama Glen memanggilnya dengan sebutan kakak ipar, seolah dia istri kakaknya
“kemarilah Serin” ujar Glen menyuruh Serin agar mendekat ketempat mereka sedang duduk, wanita itu lantas berjalan menuruti apa yang tadi di suruh oleh bosnya, “ada yang bisa saya bantu pak?” tanyanya, ia berpikir jika Glen memanggilnya karena ingin memberikan perintah padanya
“kalian suami istri kenapa panggilannya kaku sekali?” ucap
Ryan ketika mendengar Serin bicara dengan bahasa formal, melihat sepupunya yang tidak bisa diam, Glen melayangkan satu pukulan kecil pada lengan Ryan agar diam
“akhhh… kenapa kau memukulku?” ujarnya sembari mengusap lengannya, padahal Glen sama sekali tidak memukulnya dengan keras, dia saja yang melebih-lebihkan
“Ryan, dia bodyguardku namanya Serin” ujarnya memperkenalkan Serin pada sepupunya itu agar dia tidak salah paham
“bodyguard…” gumam Ryan, “malam pak Ryan” sapanya sopan, dan di angguki oleh Ryan, Serin kembali ke kamarnya setelah Glen menyuruhnya untuk masuk ke kamarnya
Ryan yang benar-benar percaya jika Serin adalah istri dari kakaknya, hanya bisa diam mana kala dia tau jika wanita tadi sebenarnya hanya pengawalnya
Meninggalkan hal tadi mereka kembali melanjutkan pembicaraan mereka yang tadi sempat terhenti karena Serin
“Glen berikan saja padaku, malam ini aku sangat ingin bermain, apa lagi jika aku baru saja melihat wanita cantik seperti tadi” ucapnya seakan meminta Serin pada Glen
“aku tidak bisa memberikannya padamu, dia milikku… kau cari saja yang lain! Bukannya masih banyak wanita yang mengantri untuk kau permainkan” balasnya hingga membuat Ryan terdiam mendengar ucapan Glen
“jangan bilang kau menyukai pengawalmu itu, ayolah Glen dia itu hanya wanita biasa, dia tidak pantas jika harus bersanding denganmu di pelaminan, karena derajat kalian sangat berbeda, kau atasan dia bawahan” ucapnya yang tiba-tiba membicarakan tentang derajat dan status
“bilang saja kau ingin memilikinya jadi mengatakan hal seperti ini kepadaku” jawabnya, pria itu tau adiknya akan melakukan segala cara untuk membujuknya walaupun kadang Glen tidak memenuhi keinginannya, termasuk membiarkan Serin jatuh ketangannya
“wah… kau benar-benar menyukainya?” ujar Ryan ketika mendapatkan gelengan dari Glen pertanda dia tidak akan memberikan Serin padanya, “kalau memang kau menyukainya buktikan” ujarnya dan sukses mendapat tatapan tajam dari Glen “maksudmu?” tanyanya
“ya… kalau kau memang
menyukainya aku tidak jadi memintanya darimu” sahut Ryan
“tidak… tidak mungkin aku menyukainya, aku hanya tidak ingin wanita baik sepertinya harus jatuh ketanganmu” jawab Glen membantah pernyataan Ryan
Ryan menyipitkan matanya, “jangan bilang kau masih mencintai mantan kekasihmu itu?!” ucapnya, mendengar ucapan Ryan, pria itu sontak menatap ke arah adiknya itu
“aku masih mencintainya… tidak mungkin!” sahut Glen dengan menekan kata terakhirnya, “kalau bukan mantanmu, berarti kau menyukai Serin…” jawabnya enteng
“apa hubungannya…?” sahut Glen menaikkan satu alisnya, “ah sudahlah kau pikirkan saja, jangan terlalu menutup diri dari wanita, yang di bawahmu itu perlu di pakai, kalau tidak di pakai bisa-bisa punyamu tidak berfungsi lagi” ujarnya seraya menarik senyum mengejeknya, mendengar ucapan Ryan, Glen membulatkan matanya dan langsung menoleh ke bawah
“aku pergi dulu…” ucapnya sambil tertawa, setelah puas menggoda kakak sepupunya itu, ia melenggang pergi dari rumah kakaknya menyisakan Glen yang masih duduk di sofa sambil memikirkan apa yang tadi di katakan Ryan
...****************...
Saat akan menuju kamar, langkahnya kembali terhenti mana kala dirinya melewati kamar Serin, rasanya ada tali yang menahan kakinya agar berhenti, Glen menghela nafasnya lalu perlahan mengetuk pintu kamar Serin
Mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya, Serin sontak beranjak dari kasur untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya
Cklekkk…
“pak Glen!” serunya melihat bosnya itu sedang berdiri didepan pintu kamarnya, Serin menaikkan satu alisnya, “ada yang bisa saya bantu pak?” tanya Serin, tapi pria yang sedang berdiri di depannya ini hanya diam dan itu kembali membuat Serin bingung
“oh… tidak papa” sahutnya lalu langsung melenggang pergi dari hadapan Serin, wanita itu hanya bisa mengerutkan dahinya, ketika bosnya itu bertingkah aneh tanpa bicara apapun
Serin menghela nafasnya lalu menutup pintu untuk pergi kekasurnya dan bersiap untuk tidur
...****************...
Dikamar, Glen melangkah menuju kasurnya, ia menyandarkan tubuhnya di punggung ranjang entah kenapa jantungnya bekerja 2x lebih cepat dari biasanya, mengatur deru nafasnya
Glen memejamkan matanya dengan posisi tubuh yang masih bersandar pada punggung ranjang
“apa aku benar-benar menyukainya… eyyy.. Glen baru satu minggu dia jadi pengawalmu dan bisa-bisanya kamu berpikir seperti itu, ingat dia itu pengawalmu tidak lebih dari itu, masih banyak wanita yang lebih pantas untukmu diluar sana” gumamnya dalam hati
...****************...
“apa kamu sudah menemukan di mana Serin tinggal?” tanya seorang wanita yang tidak lain adalah ibu Serin
David yang merupakan suaminya, hanya bisa menggelengkan kepalanya, pertanda dia belum menemukan dimana Serin tinggal
Marisa menghela kasar nafasnya, “sudah hampir satu bulan anak itu pergi dari rumah” lirihnya karena merasa khawatir, bagaimana nasib anaknya sekarang, apakah dia bisa bertahan hidup di luaran sana, itulah yang sekarang sedang Marisa pikirkan
“sudahlah jangan terlalu dipikirkan, nanti dia juga bakal pulang” sahut David setelah mendengar ucapan istrinya itu
Sebenarnya David cemas dan khawatir tentang keberadaan sang anak apakah dia masih ada dalam keadaan yang baik-baik saja, walau bagaimanapun juga Serin adalah seorang wanita terlebih dia adalah anak semata wayang, tentu saja keberadaannya yang entah dimana itu menjadi kecemasan tersendiri bagi kedua orang tuanya
...****************...
.
.
.
Jangan lupa dukung author ya chingu dengan Like Vote dan Coment ya biar author semangat untuk update epesode barunya🥰🥰🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!