Seorang pria tampan,,, putih,, tinggi sedang menyetir mobilnya menuju ke sebuah klub,, pria itu bernama Stevan.
Tiba di Night Club
"Selamat malam tuan,," sapa para penjaga di klub itu sambil menundukkan kepala mereka begitu mereka melihat Stevan.
Stevan membalas sapaan mereka lalu kembali lanjut jalan menuju ke lift khusus untuknya.
"Selamat malam tuan,," sapa seorang wanita sambil menundukkan kepalanya dengan sopan.
"Malam," ucap Stevan,, lalu kembali berjalan menuju ke tempat para wanita sedang duduk bersama di dalam klub itu.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Stevan kepada para wanita itu.
"Baik tuan," jawab para wanita itu bersamaan sambil menundukkan kepala mereka dan tersenyum.
"Bagus,, jaga para tamu yang ada disini,, temani mereka jangan sampai ada keluhan apapun dari mereka,," ucap Stevan sambil tersenyum.
"Baik tuan,," ucap para wanita itu.
Setelah itu Stevan pun kembali berjalan keluar dari klub miliknya itu,, dia hanya datang melihat sebentar memastikan para wanita-wanita yang menemani tamu-tamu yang datang di klub miliknya itu,,, lalu kembali pulang ke rumahnya sendiri.
Di dalam kamar Stevan.
Dia minum wine sambil duduk di sofa kamarnya hingga tak sadar dia tertidur di sofa itu.
"Ibumu adalah wanita tidak baik,, kamu anak dari seorang wanita malam,,," ucap anak laki-laki itu yang tidak lain adalah Dimas saudara tiri Evan.
"Ibuku wanita baik-baik," ucap Evan sambil mendorong jatuh ke tanah Dimas.
"Ibumu bukan wanita baik-baik," ucap Dimas tak mau kalah sambil memegang kerah baju Evan.
Lalu tiba-tiba,,
"Apa yang kamu lakukan pada anak aku,, Evan?" teriak mama Dimas penuh kemarahan,,, yang tidak lain adalah ibu tiri Evan.
"Evan lari,," teriak Serli.
"Lari Evan,," teriak Serli lagi sambil menangis,, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia sedang di pegang oleh ibu tiri dan saudara tiri perempuannya.
Evan kemudian berlari hingga dia menemukan jalan buntu,,, ibu tirinya terus maju kepada Evan dan akhirnya Evan jatuh ke sungai.
Pyarkk...
Stevan terbangun karena mendengar pecahan gelas yang tidak sengaja dia jatuhkan ke lantai,, Stevan lagi-lagi memimpikan kejadian buruk yang menimpanya,, di masa kecilnya.
Stevan dengan segera duduk dan memperbaiki pernapasannya dan tiba-tiba ponselnya berdering dengan segera Stevan mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menelepon dirinya.
Begitu melihat nama kontak yang menelepon dirinya dengan segera Stevan mengangkat panggilan telfon dari wanita itu.
"Halo ma,," ucap Stevan dari balik telfon.
"Halo Stevan,, apakah kamu baru bangun?" tanya bibi Stevan yang bernama Ratna,, yang sudah Stevan anggap seperti mama sendiri,,, bibi Stevan yang menemukan Evan kecil ketika jatuh di sungai. Yang menolong Evan dan merawat Evan hingga dewasa,,, dan dia juga yang mengganti nama Evan menjadi Stevan biar Evan tidak dikenali lagi oleh orang jahat terutama ibu tiri Evan yang mengira Evan sudah meninggal dunia.
"Oke,, kamu mandilah,, sebentar aku telfon lagi,," ucap bibi Stevan.
"Iya ma," ucap Stevan.
Bibi Stevan pun segera menutup panggilan telfonnya dengan Stevan begitu mendengar ucapan Stevan.
Setelah itu Stevan menyimpan ponselnya lalu segera mandi.
Begitu selesai mandi bibi Stevan kembali menelepon.
Mama memang sangat mengenal aku,, bahkan lamanya aku mandi pun dia tau,, batin Stevan lalu segera mengangkat panggilan telfon dari bibinya.
"Halo ma,,, ada apa menelepon kembali? aku pikir mama hanya bercanda saja tadi mau menelepon aku kembali," ucap Stevan begitu mengangkat panggilan telfon dari bibinya.
"Tentu tidak dong mama selalu serius dalam berucap,,, apakah kamu masih minum wine sampai tertidur lagi?" tanya bibi Stevan.
"Apakah kamu masih mengalami mimpi buruk lagi?" tanya bibi Stevan lagi.
Stevan langsung terdiam sambil melihat bekas luka di dadanya. Dia kembali teringat dengan perbuatan ibu tirinya di masa kecilnya yang mendorongnya hingga akhirnya jatuh dan mengakibatkan dadanya terkena kayu tajam,, tidak sampai disitu ibu tirinya bahkan sengaja mendorong Stevan lagi supaya tancap an kayu itu semakin dalam mengenai dada Stevan.
"Iya," jawab Stevan pada akhirnya.
"Hampir 16 tahun berlalu kenapa kamu belum bisa melupakan kejadian-kejadian itu?" ucap bibi Stevan.
"Mama juga tau sendiri bahwa satu-satunya hal yang bisa membuat aku melupakan hal itu,, yaitu dengan membalas dendam pada mereka," ucap Stevan.
Bibi Stevan tampak menarik nafas lalu membuangnya kembali,, dia sebenarnya ingin Stevan menjalani kehidupan barunya tanpa niat balas dendam lagi.
Lalu tiba-tiba..
"Tuan,, Tuan,,, Tuan lagi dimana?" teriak asisten bibi Stevan dari luar rumah,, yang tampak sangat panik.
"Tuan ada di rumah?" teriak asisten bibi Stevan lagi sambil membunyikan bel rumah Stevan.
"Tunggu.. Tunggu,, ada apa Nona Ira,, kenapa kamu datang-datang dan sudah terlihat panik seperti itu?" tanya Radit asisten pribadi Stevan yang sedang berada di rumah Stevan. Dia yang membukakan pintu untuk Ira.
"Apa yang terjadi?" tanya Radit lagi.
"Radit,, dimana Tuan Stevan?" tanya Ira masih dengan kepanikannya.
"Ada di atas," jawab Radit.
Ira pun segera berjalan ke atas namun di tahan oleh Radit.
"Tunggu,, Tunggu,, mau kemana kamu?" tanya Radit sambil menahan Ira yang sudah panik.
Ira tidak memperdulikan Radit dan terus berjalan,, karena dia ingin bertemu dengan Stevan.
"Hei,, Nona,, tunggu,," ucap Radit sambil menyusul Ira yang sedang berjalan menuju ke tempat Stevan.
"Aku meminta kamu untuk berhenti memikirkannya,,, tidak bisakah kamu melupakannya saja,, tidak usah mengingat itu lagi jangan hidup di masa lalu terus,, kamu kembali setelah sekian lama,, kamu mengganti nama,, jalani saja hidupmu sekarang Stevan,," ucap bibi Stevan yang masih bicara dengan Stevan melalui telfon.
"Aku tidak hidup di masa lalu sepenuhnya ma,, aku hanya mengingat sebagian kecil,, dan tinggal tunggu waktu yang tepat saja untuk membalas mereka,,, aku benar-benar akan balas dendam ma,, aku tidak bisa membiarkan mereka hidup enak-enakan disana,," ucap Stevan.
"Stevan..." ucap bibi Stevan yang tidak sampai selesai karena mendengar suara ketukan pintu.
"Tuan Stevan,, tuan Stevan maaf menganggu Nona Ira ingin bertemu dengan tuan,," ucap Radit dari balik pintu dan di dengar juga oleh Stevan dan bibi Stevan.
"Masuk," ucap Stevan.
Dengan segera Ira dan Radit masuk ke dalam ruangan Stevan.
"Ada apa Ira?" tanya Stevan sambil melihat Ira yang masih saja panik.
"Tuan,,,, Sisil itu sudah gila,," ucap Ira.
"Tolong hentikan Sisil tuan," ucap Ira lagi.
Ekspresi wajah Stevan langsung berubah begitu mendengar ucapan Ira.
"Halo,, Stevan," ucap Bibi Stevan dari balik telfon namun tak ada jawaban dari Stevan.
"Halo Stevan ada apa?" tanya bibi Stevan lagi dari balik telfon,, namun lagi-lagi Stevan tidak menjawab pertanyaan dirinya.
##############
Mampir ke novelku yang lain juga yah judulnya...
- AKU BUKAN PELAKOR
- SEORANG PELAYAN
- CINTA PRESDIR TAMPAN
klu nggak nemu di pencarian,, tinggal klik fotoku aja,, semuanya novelku ada di profil
Makasih sebelumnya buat yang sudah baca🙏😊😊😊
Sementara diwaktu yang sama Sisil sedang jalan menuju ke salah satu kamar Hotel tempat Dimas sedang bersama wanita penggoda lainnya.
Sisil yang sedang mencari nomor kamar Hotel Dimas dan Dimas yang sedang asik berciuman dengan wanita penggoda diwaktu yang sama.
Sisil terus berjalan sambil memegangi perutnya yang tampak membesar,, dia sedang hamil anak dari Dimas.
Sisil juga wanita malam yang pernah tidur dengan Dimas dan dia akhirnya mengandung anak dari Dimas.
Ketika Dimas sudah ingin bersenang-senang dengan wanita bayaran yang lain,, tiba-tiba pintu kamar Hotel Dimas di ketuk membuat Dimas benar-benar kesal.
"Apa-apaan ini? siapa yang berani mengganggu kesenangan aku?" ucap Dimas dengan kekesalannya.
"Jangan khawatir sayang,, aku akan melihat siapa yang datang lalu kita akan melanjutkannya lagi yang tertunda ini," ucap wanita itu sambil tersenyum lalu mengecup bibir Dimas.
Wanita itu segera memakai bajunya kembali sebelum pergi membuka pintu.
"Baiklah sayang," ucap Dimas lalu memakai celananya kembali tanpa memakai baju lagi,, dan kemudian dia segera baring di kasur,, membiarkan wanita itu pergi membuka pintu.
Wanita itu sedikit terkejut begitu membuka pintu dan melihat wanita lain yang sedang mengandung berdiri di depan pintu kamar Hotel.
"Ada apa kamu mengetuk pintu kamar Hotel pak Dimas?
"Kamu siapa?
"Kamu salah kamar yah?" tanya wanita itu sambil memperhatikan penampilan Sisil dan dia fokus pada perut besar Sisil yang sedang mengandung.
"Siapa itu?" tanya Dimas yang sedang rebahan santai di atas kasur.
Sisil yang mendengar suara Dimas langsung menerobos masuk ke dalam kamar dan wanita itu pun mengikuti Sisil masuk.
"Sisil,," ucap Dimas sambil terlonjak kaget.
Dimas langsung duduk begitu melihat Sisil.
Sisil melihat Dimas dengan penuh kemarahan. Dengan segera dia mengambil pistol dari dalam tasnya yang sudah dia persiapkan memang sebelum datang menemui Dimas,, Dimas dan wanita itu benar-benar terkejut begitu melihat Sisil sedang menodongkan senjata pada mereka berdua.
"Bisa-bisanya kamu melakukan ini pada aku Dimas?" ucap Sisil dengan penuh kemarahannya sambil terus menodongkan senjata pada wanita itu dan Dimas.
Dimas tampak panik.
"Apakah kamu tidak tau kalau dia pria aku?" ucap Sisil pada wanita itu yang sedang terduduk di kasur dengan ekspresi wajah ketakutan.
"Jika kamu tidak ingin mati,, sekarang juga kamu pergi dari sini,," ucap Sisil lagi kepada wanita itu.
"Baiklah,, aku akan pergi,, aku akan pergi," ucap wanita itu sambil mengambil tasnya lalu segera lari ke luar dari dalam kamar Hotel meninggalkan Dimas dan Sisil berdua.
"Sisil,," ucap Dimas.
"Dengarkan aku dulu,, tidak ada yang terjadi antara aku dan wanita itu,, kita belum melakukan apa-apa Sisil,, ini tidak seperti dengan apa yang kamu pikirkan sekarang Sisil," ucap Dimas sambil berusaha tenang menghadapi Sisil yang masih menodongkan pistol padanya.
"Sudahlah Dimas,, bisa-bisanya kamu melakukan ini pada aku,, kamu juga tidak akan tanggung jawab mengenai anak yang sedang aku kandung ini kan?" tanya Sisil pada Dimas.
"Aku akan tanggung jawab Sisil,, aku akan tanggung jawab," ucap Dimas cepat yang membuat kemarahan Sisil sedikit menurun.
"Tapi kamu harus tenang dulu,, oke,," ucap Dimas.
"Bukankah kamu sudah tau bahwa ibu aku sangat perduli dengan kehormatan dan reputasi dia di masyarakat?" ucap Dimas lagi.
"Ibumu tidak akan menerima anak ini karena aku bukan wanita baik-baik,, iyakan?" ucap Sisil lagi.
"Sisil,, ibuku.." ucapan Dimas terhenti karena Sisil sudah memotong ucapan Dimas lebih dulu.
"Aku tidak perduli Dimas,," teriak Sisil.
Di waktu yang bersamaan ada Stevan yang sedang menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi,, dia benar-benar khawatir kepada Sisil yang pergi menemui pria sendirian dan juga disaat dia sedang mengandung.
Stevan sangat ingin cepat sampai ke Hotel tempat Sisil berada.
"Baiklah Sisil,, ayo kita menikah,, aku akan tanggung jawab sekarang,," ucap Dimas yang langsung membuat Sisil merasa lega begitu mendengar ucapan Dimas,, tapi ada juga rasa kurang yakin di dalam hati Sisil,, dengan ucapan Dimas yang tiba-tiba langsung mau bertanggung jawab.
"Tapi pertama-tama lepaskan dulu pistol yang kamu pegang itu yah,," ucap Dimas sambil mendekati Sisil secara pelan-pelan.
"Berikan pistolnya pada aku,, lalu kita pergi menikah sekarang,," ucap Dimas lagi sambil terus mendekati Sisil dengan perlahan.
Sisil yang sedang bimbang antara mau percaya dan tidak kepada Dimas,, membuat Dimas mengambil kesempatan itu untuk mengambil pistol yang sedang di pegang Sisil.
Sisil benar-benar terkejut begitu pistol yang dipegangnya sudah diambil oleh Dimas.
Dimas lalu mendorong dengan keras Sisil ke lantai membuat Sisil langsung teriak kesakitan.
Dimas memberikan tamparan banyak kali di pipi Sisil membuat Sisil semakin teriak dan kesakitan.
"Dimas stop,, sakit Dimas," teriak Sisil.
"Berhenti ribut Sisil ini memang sangat menyakitkan tapi kamu sendiri yang mencari rasa sakit ini,, apa kamu pikir aku akan melawan ibuku hanya demi wanita seperti dirimu ini?" ucap Dimas sambil tersenyum mengejek.
"Dasar wanita bodoh,, dan juga berhenti merengek Sisil,," ucap Dimas.
Di waktu yang sama Stevan yang sedang menyetir memutuskan untuk menelepon Ira.
Ira dengan segera mengangkat panggilan telfon dari Stevan.
"Halo tuan,," ucap Ira dari balik telfon.
"Halo Ira,, apa kamu menelepon Sisil?" tanya Stevan yang panik.
"Iya tuan,," jawab Ira.
"Dia menjawabnya?" tanya Stevan lagi.
"Tidak sama sekali tuan,, aku menelepon dia sudah banyak kali tapi dia tidak mengangkat satu kali pun panggilan telfon dari aku," jawab Ira yang membuat Stevan semakin panik saja.
"Dia pasti sudah bersama pria itu,, apa yang harus kita lakukan,, aku benar-benar takut terjadi apa-apa pada Sisil tuan,," ucap Ira yang tak kalah paniknya.
"Tenang,, aku sedang dalam perjalanan menuju ke Hotel sekarang,," ucap Stevan yang berusaha tenang.
"Tolong bantu Sisil tuan,, dia pasti sekarang sedang merasa frustasi karena pria itu malah ke Hotel bersama wanita lain disaat dia sedang mengandung anak dari pria itu,, dan juga pria itu tidak mau tanggung jawab,," ucap Ira dari balik telfon.
"Apakah kamu tau siapa pria itu? supaya saya bisa tau cara menangani pria itu?" ucap Stevan.
"Saya ingat Sisil memberikan nama kontak di ponselnya baby Dimas,, dan Sisil juga pernah bilang nama pria itu Dimas," ucap Ira.
"Dia adalah putra dari seorang pengusaha real estate,, Bu Sinta," ucap Ira lagi.
Stevan terkejut begitu mendengar ucapan Ira.
"Nyonya Sinta Chandrawinata,," ucap Ira lagi lebih lengkap.
Stevan lebih terkejut lagi begitu mendengar nama lengkap Ibu Dimas. Dan akhirnya dia sampai di depan Hotel tempat Sisil pergi menemui Dimas seorang diri.
"Itu berarti bahwa,, pria yang ditemui Sisil sekarang adalah Dimas Chandrawinata?" tanya Stevan.
###############
Mampir ke novelku yang lain juga yah judulnya...
- AKU BUKAN PELAKOR
- SEORANG PELAYAN
- CINTA PRESDIR TAMPAN
klu nggak nemu di pencarian,, tinggal klik fotoku aja,, semuanya novelku ada di profil
Makasih sebelumnya buat yang sudah baca🙏😊😊😊
"Iya benar tuan,, dia adalah Dimas Chandrawinata," jawab Ira.
Begitu mendengar ucapan Ira,, Stevan langsung teringat dengan masa kecilnya bersama dengan Dimas.
Aku bukan saudara kamu jangan pernah mengganggap aku saudara kamu,, pokoknya kamu bukan saudara aku,, karena kamu hanyalah anak dari wanita malam,, bukan anak dari mama aku,, ucap Dimas sambil mendorong Stevan hingga dia terjatuh.
Sementara di waktu yang sama di dalam kamar hotel.
"Apa kamu pikir,,, seorang Dimas Chandrawinata akan menjadikan seorang wanita malam sebagai istri? pikiran kamu terlalu jauh,, kamu tidak pantas menjadi istri aku Sisil sangat tidak pantas,," ucap Dimas kepada Sisil sambil menarik keras rambut Sisil yang membuat Sisil langsung meringis kesakitan.
"Tapi aku hamil anak kamu Dimas,, aku hamil anak laki-laki,," ucap Sisil sambil mencoba melepaskan tarikan tangan Dimas pada rambutnya yang terasa sangat sakit.
"Anak aku?
"Laki-laki?" ucap Dimas lagi sambil mendorong tubuh Sisil ke tempat tidur.
Sisil lagi-lagi meringis kesakitan akibat dorongan Dimas yang lumayan kuat.
#########
Sementara Stevan segera masuk ke dalam Hotel tersebut.
Stevan berjalan masuk dan Dimas berjalan ke luar dari dalam kamar Hotel,,, dia terlihat biasa saja sambil berjalan santai.
Ketika Stevan masuk ke dalam lift untuk naik ke atas,,, sedangkan Dimas keluar dari lift sebelah lalu berjalan dengan santainya menuju ke mobilnya.
Stevan yang sudah sampai ke lantai paling atas hotel itu segera mencari Sisil.
"Sisil,," teriak Stevan dan berharap Sisil akan mendengarnya.
Karena terlalu panik Stevan tidak kepikiran lagi untuk mencari tau dulu nomor kamar Hotel Dimas,, dia hanya yakin bahwa Dimas pasti memilih kamar Hotel paling atas.
"Sisil," teriak Stevan lagi sambil melihat-lihat disekelilingnya.
"Sisil,," teriak Stevan lagi yang belum ada jawaban sama sekali.
Hingga tiba-tiba Stevan mendengar suara Sisil.
"Siapapun,, tolong saya,," teriak Sisil dari salah satu kamar Hotel.
"Sisil,," ucap Stevan lalu segera mencari asal suara itu.
"Tolong saya," teriak Sisil lagi sambil meringis kesakitan.
Begitu Stevan yakin asal suara Sisil dari dalam kamar hotel yang tidak terkunci itu,, Stevan dengan segera masuk ke dalam kamar Hotel itu dan benar saja disitu ada Sisil yang sedang terduduk di lantai meringis kesakitan dengan darah yang banyak di paha hingga betisnya.
Stevan terkejut melihat kondisi Sisil.
"Sisil,, kenapa bisa kamu seperti ini?" ucap Stevan panik sambil mendekati Sisil.
"Tuan,, tolong aku tuan,, ini sangat sakit tuan,," ucap Sisil sambil meringis kesakitan.
"Kamu akan baik-baik saja Sisil,," ucap Stevan lalu segera mengangkat tubuh Sisil dan membawanya keluar dari dalam kamar hotel itu,, menuju ke mobilnya.
Sementara diwaktu yang bersamaan Serli sedang belanja bersama temannya yaitu Dika.
"Perhatian,, selama beberapa menit akan ada penurunan harga pada makanan siap saji,,, khusus daging sapi,,"
Serli yang mendengar itu langsung berlari cepat ke tempat itu sambil mendorong troli belanjaan meninggalkan temannya yang sejak tadi menemani dia.
"Serli,, tunggu,,, Serli mau kemana kamu," teriak temannya sambil mengikuti Serli yang sedang berlari,, hingga tidak sengaja dia menabrak seseorang.
"Maaf pak,, maaf sekali lagi,, saya sedang mengejar teman saya pak,, maaf yah,," ucap Dika sambil membantu bapak itu berdiri.
"Iya tidak apa-apa nak,, lain kali lebih hati-hati lagi dan tidak usah lari-lari," ucap bapak itu yang tidak sengaja di tabrak oleh Dika.
"Iya pak maaf yah," ucap Dika merasa bersalah.
"Iya," ucap bapak itu lalu kembali melanjutkan jalannya dan Dika kembali menyusul Serli yang sudah berlari duluan.
"Maaf tapi saya yang mengambil duluan," ucap Serli sambil tersenyum kepada ibu-ibu yang hendak mengambil daging ayam itu,,, yang tersisa satu saja yang mendapatkan potongan harga.
Ibu-ibu itu hanya tersenyum lalu segera pergi ke tempat lain,, karena memang Serli duluan yang mengambilnya.
"Terima kasih tante," ucap Serli lagi.
"Iya," ucap ibu-ibu itu lalu kembali melanjutkan jalannya.
"Jadi Serli kamu berlari hanya karena daging ayam ini?" tanya Dika begitu sudah sampai ke tempat Serli sedang berdiri.
"Iya Dika dan saya mendapatkan daging ayam yang terakhir,, untung saja kan tadi aku cepat nggak nungguin kamu, aku hampir kehilangan daging ayam ini,," ucap Serli sambil melihat Dika.
"Serli kamu berlari seperti tadi hanya untuk daging ayam?" tanya Dika seakan tidak percaya.
"Jika kamu ingin memakan daging ayam,, tinggal beritahu aku nanti aku belikan,, daripada harus berlari-lari seperti tadi," ucap Dika lagi.
"Hei,, kamu benar-benar tidak mengerti,, di toko lain menjualnya dengan harga penuh sementara disini hanya setengah harga saja,,, makanya aku seperti tadi karena bisa lebih hemat,, aku nggak mau menyusahkan kamu tau,," ucap Serli.
"Astaga aku nggak mungkin kesusahan kalau hanya untuk membelikan kamu daging ayam," ucap Dika.
"Terima kasih Dika,, tapi aku senang kok dapat potongan harga begini,," ucap Serli lalu segera berjalan lagi diikuti dengan Dika yang hanya menggelengkan kepalanya.
Dia terkadang bingung dengan wanita.
Rumah Serli.
"Hah ini lagi,,, ini lagi,," ucap ibu tiri Serli sambil melihat belanjaan Serli.
Serli yang sedang mencuci tangannya hanya menggelengkan kepalanya begitu mendengar ucapan ibu tirinya,, lalu segera berjalan ke tempat ibu tirinya.
"Lihat ini,, ayah kamu menginginkan ayam dan kamu membelikan dia,, sedangkan aku menginginkan lobster kamu tidak belikan,," omel ibu tiri Serli.
"Beli daging setiap hari,, seharusnya jangan membeli daging terus Serli," omel ibu tiri Serli lagi.
"Ma,,, aku ingin membelikan yang mama inginkan tapi harganya mahal,, aku tadi membeli daging itu dengan potongan harga juga ma,, kita kan harus hemat ma,," ucap Serli.
"Oh sekarang kamu sudah mulai hitung-hitungan sama aku mentang-mentang aku dan ayahmu meminta uang sama kamu,,, iya Serli?" ucap ibu tiri Serli lagi.
"Ma,,, aku tidak pernah berpikiran sampai kesitu,, aku hanya berhemat saja ma,, supaya cukup semuanya sampai aku gajian lagi,, karena selain biaya untuk keseharian kan masih ada ayah yang perlu uang ma,, untuk biaya pengobatannya ayah,," ucap Serli.
"Mama tau kan Alzheimer ayah tidak bisa disembuhkan," ucap Serli lagi.
"Iya tau," ucap ibu tiri Serli.
Sementara diwaktu yang sama ayah Serli sedang menyiram bunga-bunganya,,, dan tidak sengaja dia menyentuh vas bunga yang tergantung mengakibatkan vas itu jatuh mengenai kepalanya dan berdarah.
Ayah Serli berteriak meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.
"Paman,, paman,, paman kenapa?" ucap Dika sambil berjalan ke dekat ayah Serli,,, dia tidak sengaja mendengar ayah Serli sedang teriak kesakitan begitu dia ingin menemui Serli.
"Astaga kepala paman berdarah," ucap Dika panik.
"Vas itu tadi jatuh,, dan tidak sengaja mengenai kepala ku," ucap ayah Serli sambil terus memegangi kepalanya yang berdarah.
"Ayo paman ikut aku kita harus beritahu Serli dan membawa paman ke rumah sakit,," ucap Dika sambil membawa ayah Serli masuk ke dalam rumah.
"Serli,, Serli,," teriak Dika panik.
Hah itu suara Dika,,, batin Serli.
Lalu segera berjalan menemui Dika yang sedang teriak.
"Ada apa...Di,,,, Hah ayahku kenapa Dika?" tanya Serli yang ikutan panik juga.
"Vas bunga tadi jatuh dan tidak sengaja mengenai kepala paman,," ucap Dika.
"Ayo kita bawa paman ke rumah sakit," ucap Dika lagi.
"Ayo,," ucap Serli.
"Hei,,, Serli mau kemana kamu,, aku belum selesai memarahi kamu,," teriak ibu tiri Serli yang tidak dihiraukan lagi oleh Serli karena panik melihat kepala ayahnya berdarah.
Di lampu merah...
Sisil terus meringis kesakitan di kursi belakang mobil Stevan.
"Jalur ini belok kiri kenapa mobil itu tidak belok," umpat Stevan di dalam mobilnya, karena dia benar-benar sedang terburu-buru,, tapi mobil itu malah berhenti tidak belok ke kiri.
Dia juga sudah membunyikan klakson mobilnya berulang kali tapi tidak di gubris.
"Tolong tuan,, ini sangat sakit,," ringis Sisil yang sudah terlihat lemah dan pucat.
Sementara mobil Serli berada di belakang mobil Stevan yang juga terus membunyikan klakson mobilnya karena mobil Stevan tidak jalan-jalan,,,, dia juga sedang terburu-buru untuk membawa ayahnya ke rumah sakit.
"Mobil itu kenapa tidak jalan-jalan sih,," ucap kesal Serli di dalam mobil.
"Tenanglah nak,, aku tidak kenapa-kenapa kok,," ucap ayah Serli.
"Bagaimana bisa ayah bilang tidak kenapa-kenapa,, kepala ayah itu sedang berdarah sekarang,, aku harus bicara dengan orang itu,," ucap Serli lalu segera keluar dari dalam mobil.
"Hei Serli mau kemana kamu," ucap Dika lalu memutuskan untuk keluar juga dari dalam mobil.
"Aku akan menyuruh orang itu untuk belok secepatnya," ucap Serli.
Disaat bersamaan Stevan juga keluar dari dalam mobilnya.
#############
Mampir ke novelku yang lain juga yah judulnya...
- AKU BUKAN PELAKOR
- SEORANG PELAYAN
- CINTA PRESDIR TAMPAN
klu nggak nemu di pencarian,, tinggal klik fotoku aja,, semuanya novelku ada di profil
Makasih sebelumnya buat yang sudah baca🙏😊😊😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!