Kampus belum terlalu ramai, karena memang masih pagi. Beberapa mahasiswa yang lalu lalang tak lebih karena ingin makan pagi di kantin atau ada keperluan lain. Tampak seorang gadis yang terlihat sibuk dengan beberapa buku tebal di tangan, berjalan agak tergesa-gesa menuju ke sebuah ruangan kelas. Ya, dia adalah Ayu lestari. Ayu sedang ada janji dengan Herman untuk membahas beberapa tugas yang di berikan oleh Pak Tito dosen pembimbing skripsi kepada mereka.
Ayu merupakan salah satu mahasiswi yang tergolong rajin dan pintar, dia tidak pernah menunda tugas yang selalu diberikan kepadanya. Dia ingin segera menyelesaikan semua tugasnya, segera menyelesaikan kuliahnya dan bisa segera bekerja. Keinginan standart yang ingin diraih oleh semua mahasiswa tingkat akhir.
Bukan tanpa alasan Ayu memiliki keinginan seperti itu, sejak kedua orang tuanya meninggal, seluruh biaya hidup Ayu di tanggung oleh satu-satunya kakak perempuan yang dimilikinya. Ayu sangat tidak enak hati saat ini selalu menjadi beban kehidupan bagi kakaknya terus menerus, walaupun kakaknya tidak pernah mengeluh akan hal itu. Tetapi bagaimanapun juga Ayu ingin kakaknya bisa bahagia dan memikirkan kehidupan pribadinya tanpa harus menanggung kehidupannya, dan Ayu selalu merasa menjadi beban bagi kebahagiaan kakaknya.
Ayu merasa, kakaknya tidak akan bisa memikirkan kebahagiaannya sendiri selama Ayu masih belum bisa mandiri. Itulah sebabnya Ayu ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan segera mendapatkan pekerjaan untuk meringankan beban kakak tercinta.
Memasuki ruang kelasnya Ayu tersenyum manis saat melihat Herman telah berada di sana dan nampak serius membaca buku referensi yang ada di tangannya.
“ Selamat pagi Herman, maaf ..aku terlambat ya Her? ” Sapa Ayu sambil mendekat.
“ Nggak kok. Ini juga masih pagi, duduklah! " Jawab Herman sambil tersenyum ke arah Ayu
Herman adalah teman Ayu yang sangat akrab dengannya, selain cerdas Herman juga punya wajah yang sangat tampan, sehingga banyak gadis di kampus itu yang tertarik untuk dekat dengan Herman atau bahkan sengaja mencari perhatian padanya, hanya saja Ayu tidak terlalu memperdulikan itu, karena baginya tidak ingin ada yang mengganggu konsentrasi kuliahnya. Dan bagi Ayu, Herman tidak lebih hanya sekedar teman mencari ilmu.
“ Bagaimana Her, tugas yang kemarin di berikan pak Tito sudah ada bahan referensinya?”
“ Tenang saja Yu, tugas sudah lengkap kok referensinya, tinggal di susun saja. Aku juga sudah membuat ringkasan beberapa poin pentingnya, jadi nanti tinggal ketik dan bisa kita kumpulkan ke pak Tito.”
“ Aku mendapat bagian tugas apa dong, kalau semua sudah kamu kerjakan?”
“ Tenang saja, tugas yang kemarin kamu sudah kerjakan semua, sekarang giliran aku...yang penting nanti kamu pelajari saja, jadi nanti kalau kamu di tanya sama pak Tito kamu juga bisa jawab dengan baik”
“ Thanks ya..tahu gitu tadi aku tidak buru buru berangkat ke kampus.“ ucap Ayu sambil tersenyum
“ Kenapa Yu ? Kamu tidak sempat sarapan?” Herman tersenyum sambil memandang wajah Ayu yang cemberut dan semakin menambah lucu dan imut penampilannya.
Ayu tidak menjawab hanya menganggukkan kepalanya saja, dan tawa Herman akhirnya terdengar. Sembari bangkit berdiri dari kursinya Herman menarik tangan Ayu menuju ke kantin kampus.
“ Nggak usah cemberut, jadi tambah jelek tuh muka, aku juga belum sarapan kok, yuk sarapan bareng, aku yang traktir.”
Ayu tersenyum dan membiarkan Herman menarik tangannya menuju kantin kampus. Mereka bergandengan tangan tanpa ada yang berniat melepaskannya. Dan hari itu Ayu dan Herman mengawali ya dengan sarapan pagi di kantin kampus dengan menu mahasiswa ala kadarnya yang sebenarnya kurang Herman sukai. Hanya karena ingin menemani Ayu yang belum sarapan pagi. Karena janjian ingin mengerjakan tugas di kampus. Senyum Herman tidak pernah lepas dari wajahnya melihat Ayu yang nampak bersemangat sekali dengan makanannya.
Sebagai mahasiswa yang tampan, cerdas dan kaya, Herman sangat terkenal di lingkungan kampusnya. Namun bukan berarti dia menggunakan hal itu untuk berbuat seenaknya. Herman ramah, baik dan mau bergaul dengan siapa saja tetapi tidak sekalipun dia memberi sinyal dia dekat secara serius dengan gadis manapun. Banyak gadis yang ingin menjadi pacar Herman, tapi Herman tampak acuh saja.
Bukan dia tidak tahu, tapi sepertinya dia enggan untuk memulai hubungan dengan gadis manapun. Sebenarnya dia tertarik dengan Ayu, namun Ayu sepertinya tidak tertarik untuk menjalin hubungan seperti itu, jadi untuk saat ini dia lebih memilih berteman biasa saja sembari mendalami sifat Ayu, gadis yang sangat menarik, cantik, dan pintar.
Bukan hanya Herman saja yang penasaran dengan Ayu, karena banyak pria di kampus ini yang terang terangan memperlihatkan ketertarikannya terhadap Ayu, bahkan ada beberapa yang sudah menyatakan cintanya pada Ayu, namun mereka semua bernasib sama, di tolak. Tak satupun yang mendapat tanggapan serius dari Ayu, bahkan terang terangan Ayu mengatakan bahwa dia belum punya keinginan ke arah itu, dia hanya ingin punya banyak teman dan segera menyelesaikan kuliahnya.
Herman adalah anak seorang pengusaha yang kaya di Ibukota, dia memilih kuliah di kota Semarang karena dia ingin belajar mandiri dan tidak ingin orang melihat dia karena kesuksesan orang tuanya. Tak ada satu orangpun yang tahu siapa herman sebenarnya. Herman tinggal di sebuah apartemen seorang diri, dia tidak pernah membawa temannya berkunjung ke apartemennya, dia lebih suka berkumpul dengan teman temannya di kampus atau di cafe jika tidak memungkinkan dilakukan di lingkungan kampus.
Herman tidak ingin jati dirinya di ketahui oleh orang banyak karena dia benar benar ingin berteman secara normal, tanpa ada embel embel harta bahkan bayang bayang orangtuanya. Dia sebenarnya juga ingin mencari calon pendamping yang benar benar layak untuk di perjuangkan, bukan hanya sekedar wanita cantik dan pintar tetapi materialistis. Dan sepertinya Ayu menjadi kandidat yang layak untuk di pertimbangkan. Hanya saja herman belum berani memperlihatkannya karena sepertinya Ayu tidak tertarik menjalin hubungan ke arah sana selain hanya sekedar pertemanan saja.
Seperti pagi ini, setelah awalnya berniat mengerjakan tugas dari dosen bersama Ayu, namun rencana Itu berubah karena sudah di kerjakan olehnya, kini Herman dan Ayu sedang menikmati sarapan di kantin kampus.
“ makan pelan-pelan Yu...nggak ada yang ngejar ngejar” Herman menegur Ayu sambil mengelap saos yang belepotan di ujung bibir Ayu dengan tissue dan tersenyum sambil memandang wajah polos di depannya.
“ Belepotan ya Her?” Ucap Ayu sambil mengelap bibirnya kembali dengan tissue di tangannya.
Herman tidak menjawab, hanya menunjukkan bekas tissue yang di pakai mengelap bibir Ayu.
“ Thanks..” ucap Ayu sambil tersenyum ke arah Herman
Tak ada kalimat apapun yang keluar sampai akhirnya Shanti menghampiri meja mereka, dan langsung ikut duduk bersama Ayu dan Herman
“Tega ya kalian, sarapan nggak ngajak ngajak” kata Shanti sambil mencomot tempe goreng di piring Ayu
“ Kenapa? Kamu juga lapar? Belum sarapan juga? Sana pesan sendiri, jangan ganggu Ayu” ucap Herman menghalau Shanti yang ingin mengambil makanan di piring Ayu kembali.
“ Sampai segitunya Her...kamu sama Ayu, aku sudah sarapan kok, cuma kalau makan rame rame kan rasanya jauh lebih enak” sahut Shanti
“ Modus, bilang aja kamu ingin di bayarin” kali ini Ayu yang bersuara menimpali perkataan Shanti.
Shanti hanya tersenyum mendengar omongan Ayu.
“ Ya...aku kan nggak pernah menolak rejeki, kalau memang Herman gak keberatan mau bayarin aku, tentunya dengan senang hati aku terima”
“ Sudah..sudah sana kamu pesan sendiri, nanti aku yang bayar, kasihan kamu ganggu makanan Ayu, udah kurus gitu masih aja kamu tega ambil makanannya.” Sahut Herman mengakhiri perdebatan mereka di sambut dengan pelototan Ayu tidak terima Herman mengatakan badannya kurus.
Jam di tangan Ayu menunjukkan pukul 2 siang ketika dosen di mata kuliah terakhir hari itu meninggalkan kelasnya, dan kini gadis itu sedang berjalan menuju halaman parkir ketika Shinta mensejajarkan langkah kakinya dengan Ayu.
“ Langsung mau pulang ke rumah Yu?”
“ Iya. Aku ada beberapa pekerjaan rumah yang harus segera aku selesaikan hari ini. Kemungkinan minggu depan kakakku akan pulang, aku tidak ingin dia pulang kondisi rumah masih berantakan.” Jawab Ayu sambil berjalan
“ Kau ingin aku bantu?” Ujar Shinta menawarkan bantuan
“ Tidak usah,aku tidak sanggup membayarmu.” Jawab Ayu sambil tersenyum
“ Kamu ini...cukup sediakan aku nasi goreng satu piring dan es teh manis cukuplah...kau ini seperti tidak mengenalku saja Yu.” Shinta menjawab sambil memukul pelan lengan Ayu
“ Hahahaha...beneran kamu nggak keberatan membantuku? Apa kau sedang tidak sibuk?”
“ Sungguh, aku tidak keberatan membantumu, lagipula aku sedang malas sendirian di rumah. Papa dan mamaku sedang keluar kota hari ini.” Shinta memberikan penjelasan sambil merangkul pundak Ayu.
“ Ayo kalau begitu, tapi jangan salahkan aku nanti ya kalau kamu kecapean. Bukan aku yang memaksamu. “
Tanpa menunda waktu lagi kedua gadis itu segera menuju rumah Ayu dengan mengendarai mobil masing masing. Mereka beriringan menuju rumah mungil nan asri yang menjadi tempat tinggal Ayu selama ini. Rumah itu merupakan peninggalan almarhum kedua orang tua Ayu, dan itu merupakan satu satunya peninggalan mereka yang menjadi kenangan indah dalam hidup Ayu dan kakaknya sedari kecil.
Kedua gadis itu tampak keluar dari mobil mereka dan segera memasuki halaman rumah. Namun pandangan mereka terhenti ketika melihat seorang pria yang sedang duduk di teras rumah Ayu. Ayu dan Shinta saling berpandangan, seolah mata mereka saling bertanya siapakah pria itu.
Seorang pria dengan tinggi badan ideal dan atletis, berkulit sawo matang dengan rahang kokoh dengan pandangan mata yang tajam, alis mata yang tebal menghias sempurna di atas mata elangnya, gaya rambutnya yang di hunting rapi ala militer menambah kesan macho pria reesebut. Pria itu segera berdiri dari duduknya ketika melihat Ayu dan Shinta melangkah memasuki halaman rumahnya.
“ Mencari siapa mas? “ tegur Ayu sopan membuka percakapan mereka.
“ Maaf mbak, ini benar rumahnya Ayu lestari?” Suara berat itu keluar dari mulut sang tamu
“ Iya mas, saya sendiri, ada perlu apa ya?”
“ Maaf sebelumnya mbak Ayu, perkenalkan nama saya Angga Prasetya. Saya dari Polda Metro Jaya, sengaja ingin bertemu dengan mbak Ayu.”
Ayu dan Shinta tersentak mendengar penjelasan pria tersebut, mereka saling pandang, sejenak kemudian Shinta merangkul pundak Ayu sambil mengelus perlahan.
“ Maaf Pak Angga, ada urusan apa anda mencari Ayu ?” Tanya Shinta tanpa bisa menyembunyikan kegugupannya.
“ Maaf, bisa kita berbicara di dalam rumah saja, saya akan menjelaskannya lebih rinci nanti.”
“ Iya, bisa Pak..maaf sampai lupa mempersilahkan masuk.” Sahut Ayu gugup.
Angga tersenyum sambil mengangguk lalu melangkah mengikuti Ayu dan Shinta yang terlebih dahulu membuka pintu rumahnya yang masih terkunci. Ayu segera mempersilahkan Angga duduk di ruang tamu sedangkan Shinta masuk ke dalam untuk mengambilkan air minum untuk tamu dan mereka berdua.
Ayu nampak masih mangugup menghadapi Angga, walaupun angga tidak memakai seragam polisi, tetapisetelah mengetahui profesi Angga, ada rasa takut di hati Ayu. Sedangkan Angga memperhatikan sosok Ayu dengan teliti sambil berusaha mencari kata kata yang tepat agar Ayu tidak merasa terintimidasi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!