NovelToon NovelToon

Curahan Hati Mafia

Prolog

Namaku Farel Alfarizi, kata orang aku ini cowok paling kejam dan tidak pernah membuka hati sama wanita manapun yang memberikan aku perhatian.

Beberapa orang wanita yang terang-terangan mengumumkan perasaanya kepadaku baik itu secara langsung maupun tidak, tapi semua itu membuat aku muak dan semakin menghindari mereka.

Naina adalah gadis yang selalu mengirimiku puisi, kata-kata mutiara yang dia pikir dapat membuat aku semangat, tapi bagiku itu hanya hal konyol yang harus aku abaikan, aku jarang membalas pesan dari Naina, bahkan kadang aku tidak membacanya namun langsung menghapusnya agar dia tidak terlalu sakit hati saat aku tidak ingin membacanya.

Aku tahu dia sudah bekerja keras untuk menaklukkan hatiku, dia mungkin sudah begadang semalaman hanya untuk mencari kata-kata yang akan dia kirimkan di pagi hari untuk menyemangatiku.

Aku adalah pria yang memang tidak pantas mendapatkan cinta dari Naina yany cantik dan baik, aku ini utusan setan berwujud manusia, bagaimana tidak... aku lebih memilih pekerjaan haram dibandingkan harus mencari pekerjaan halal, yang sebenarnya aku tahu untuk aku sendiri pasti gampang untuk mencari pekerjaan karena kata orang lain aku memiliki paras yang menarik dan pendidikan yang tinggi.

Aku pernah menempuh pendidikan di Luar Negeri tepatnya di Amerika, dulu aku bukan pria yang kalian kenal sekarang, aku yang romantis kata kekasihku yang telah meninggalkan aku, dia bilang aku ini baik, tampan dan beberapa kali saat bervideo call dengannya dia mengatakan kalau aku ini sosok yang sempurna.

Aku juga merasa demikian, meski aku tahu memuji diri sendiri itu salah namun terbukti dari beberapa orang Amerika asli juga menggilai aku yang hanya sementara di sana, ayahku memang blasteran namun ibuku merupakan orang Indonesia asli.

Kekasihku yang dulu bernama Joanna, dia wanita yang cantik, modis, dan juga pintar, dia juga berpendidikan dan tentu saja ibuku sangat mengidolakan dia, ibuku sangat berharap kelak dia menjadi pendampingku dan menantu ibuku.

Aku adalah anak ketiga dari tiga orang bersaudara, dan kedua kakakku sudah menikah sedangkan ibuku... dia harus menahan harapannya setelah Joanna menikahi Dave, pria pilihan ayahnya.

Saat itu Ayahku mengalami sakit parah, dan semua kekayaan kami terpaksa dijual untuk membiayai pengobatan Ayahku, bahkan sejak dia sakit, dia tidak lagi bekerja sedangkan ibuku... dia harus terus menerus bekerja siang dan malam hingga dia sakit juga.

Ayahku adalah seorang mantan Pejabat di Kota ini, namun dia segera digantikan sebelum masa jabatannya habis, aku tidak tahu persis penyebabnya tapi Ayahku dituduh menerima suap dan korupsi dan akhirnya Ayahku di Penjara.

Setelah Ayahku di Penjara, dia menjadi lemah dan sakit-sakitan, akhirnya setelah Ayahku keluar dari Penjara, kami menghabiskan uang dan aset yang kami punya untuk berobat Ayah.

Mendengar kabar Ayah sakit-sakitan, aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan memakai ijazah S1 ku di Indonesia, aku memang saat itu sedang duduk di bangku kuliah S2 di Amerika, namun karena kami kesulitan biaya akhirnya kuliahku putus di tengah jalan.

Awalnya keluarga Joanna memang sangat menyukaiku, mereka tahu latar belakang keluargaku, mereka juga tahu kalau aku adalah seorang Sarjana dan sedang melanjutkan S2 di Amerika, namun setelah orangtua Joanna mengetahui aku sudah kembali dengan status tidak selesai S2, mereka semakin tidak menginginkan aku.

Aku ini pria yang baik, itulah kata ibuku, katanya lagi pria yang baik akan mendapatkan wanita yang baik, namun Joanna itu adalah gadis yang baik, tapi dia meninggalkan aku.

Terakhir kali dia mengatakan, "Pergilah, carilah bahagiamu karena aku tidak akan pernah memberikan kebahagiaan untukmu, aku harus pergi dengan pilihan papaku." Katanya saat malam terakhir kami bertemu.

Aku tentu saja menolak, aku masih berusaha menahan dia untuk berpaling, aku pikir dia hanya bercanda. Aku tertawa dan mengatakan kalau hari ini memang ulangtahunku, dan dia gak perlu memberikan aku kejutan seperti ini.

"Aku tidak akan pergi meninggalkan kamu, tapi kalau kamu memang hanya memberikan aku candaan, mungkin aku siap untuk menangis di hadapanmu saat ini." Kataku.

"Aku tidak bercanda, bahkan aku melupakan hari ini kalau ini adalah hari ulang tahunmu, aku ingin kita putus karena aku akan menikah." Katanya dengan pandangan nanar.

"Aku tahu setelah ini kamu akan memberikan aku cake lalu mengatakan selamat ulang tahun, aku tahu setiap tahun Joanna ku selalu memberikan hal romantis untuk aku, dan itu yang membuat aku tidak pernah berselingkuh dengan wanita manapun di Amerika, aku bahkan tidak suka melirik wanita lain lama-lama, Joanna... aku mencintaimu, aku akan menerima kamu apapun keadaanmu, dan aku akan melamar kamu." Kataku dengan sungguh-sungguh.

Aku menggemgam tangan Joanna, aku mengecup tangannya, "Aku mencintaimu, ayahku ingin bertemu denganmu karena saat ini dia sedang sekarat, dia ingin aku menikahimu di depannya sebelum dia meninggal." Ucapku sambil berlutut.

Dia melepaskan tanganku, "Kamu pikir kamu akan bisa membahagiakan aku? Kamu ingin menikahi aku agar aku membiayai semua utang dan biaya berobat ayah kamu? Maaf, aku gak bisa bersamamu lagi, papaku ingin aku menikah dengan pilihannya. Aku juga berpikir kalau aku pantes mendapatkan pria yang lebih baik, aku gak salah kan kalau aku memilih yang terbaik?" Ucap Joanna di malam ulang tahunku.

Aku tidak akan menceritakan kalau malam itu gelap dan hujan, aku tidak mau terlalu mendramatisir hidupku di malam itu, meskipun sebenarnya semestapun ikut bersedih, petir berbunyi sangat keras seolah ikut marah.

"Joanna... ayok ikut aku ke ayahku, kita akan bicarakan di sana, aku berjanji akan membuat hidupmu tidak kekurangan." Ucapku.

"Aku gak bisa. Aku harus pergi karena aku sudah ada janji dengan calon suamiku." Katanya lagi.

"Aku tahu kamu tidak mencintainya, kamu ingin membuat aku cemburu agar aku bisa melepaskanmu, tapi jujur... aku sangat yakin kalau kamu ini adalah jodohku, kita akan menjadi pasangan yang serasi sampai maut memisahkan kita." Kataku.

"Aku tidak bisa, lepaskan aku!" Katanya.

"Joanna, berikan aku kesempatan, aku akan memberikan apapun yang kamu mau." Ucapku.

Kemudian aku melihat dia video call dengan pria yang dijodohkan papanya dengan nya, aku mendengar kemesraan ada pada mereka, mereka terlihat tidak seperti dijodohkan. Aku melihat Joanna sangat bahagia saat mengatakan dia merindukan lelaki tersebut.

“Apa kamu mencintai pria itu?” Tanyaku, aku bisa melihat wajah pria yang sedang bervideo call dengannya tadi.

Joanna tidak memberikan jawaban atas pertanyaanku, mungkin dia kasihan jika aku tahu dan aku sakit hati.

"Aku membenci lelaki yang mencintai Joannaku, aku ingin balas dendam." Hanya itu kata-kata yang keluar dari benakku.

"Aku akan pergi, kalau kamu mau memenangkan diriku, berikan aku 5 milyard, aku berikan waktu 2 hari, kalau kamu tidak bisa memberikannya, aku akan menikah dengan dia... dan sebelum kamu mendapatkan uang itu, gak perlu datang menemui aku, aku pantas bahagia." Ucapnya dengan kejam.

Aku adalah Farel yang sangat penyayang saat itu, bahkan aku tidak sanggup mengatakan kalau Joannaku adalah wanita yang kejam meskipun kata-katanya menyayat hatiku, meninggalkan pilu, kulihat Joannaku melangkah ke arah mobilnya dan tinggalah aku sendirian tanpa ucapan selamat ulang tahun dari Joanna.

Ponselku berdering, itu dari ibuku... aku tidak kaget saat ibuku menghubungiku, karena sejak aku kembali ke Indonesia memang orang di rumah selalu memantau dan memintaku segera cepat pulang, ayahku sudah tidak lagi dirawat di Rumah Sakit, dia sudah menyerah selain karena kami sudah terlilit utang yang banyak, ayahku juga sudah muak dengan Rumah Sakit, dia sudah pasrah jika usianya tidak akan lama lagi asalkan dia bisa melihat aku menikah.

"Maafin aku Ayah, aku memang gak bisa membawa Joanna malam ini, dan aku tahu ibuku pasti sudah memasak banyak untuk Joanna, apalagi hari ini kami akan merayakan ulang tahunku." Gumam ku sedih.

Selamat Tinggal Farel Yang lalu

Setelah hatiku ditolak mentah-mentah untuk menetap permanen di hati Joanna, akhirnya aku tak kuasa menahan kesedihanku, aku melangkah menapaki jalanan yang basah karena gerimis tadi sore.

Aku memilih naik ke atas motorku, ya motor buntut yang aku beli second sejak aku menetap di Indonesia, itu pasti kalah dengan mobil milik laki-laki yang curi start mengisi kantong Joannaku.

Aku pulang tanpa membawa Joanna, tentu saja ibu dan ayahku bertanya-tanya, aku melihat ibuku dan ayahku sedang duduk di kursi sederhana di dapur rumah minimalis kami.

“Nak, dimana Joanna? Ibu sudah memasak makanan kesukaannya.” Ucap ibuku tersenyum.

Ayahku yang masih lemah karena penyakit yang menggerogotinya juga ikut menanyakan Joannaku, aku hanya bisa diam dan tidak bisa menjawab pertanyaan mereka.

“Maafin Farel Bu, Farel gak bisa membawa Joanna ke rumah kita.” Ucapku sedikit gugup, aku gugup sebenarnya bukan karena hatiku sedang patah, namun karena aku melihat piring yang sudah disediakan ibuku untuk Joanna harus segera disimpan ibuku.

Ibuku tidak menanyakan apa-apa lagi setelah itu, aku tahu dia sedang sedih karena makanan sebanyak ini pasti sudah dia siapkan memakan waktu dan tenaga juga tabungannya.

“Kenapa Joanna tidak datang? Apakah kalian bertengkar?” Tanya ayahku.

Kami memang beberapa kali bertengkar, tapi kata ayahku itu adalah hal yang biasa dalam percintaan, dan aku juga menyadari kalau kita cinta pasti ada pertengkaran juga.

“Tidak Yah, Farel dan Joanna sudah putus, dia akan menikah dengan pria lain.” Kataku mencoba tenang di hadapan ayah dan ibuku.

“Mungkin dia sedang memberikan kamu kejutan, karena dia tahu hari ini adalah ulang tahunmu.” Ucap Ayahku mencoba meyakinkan aku dan positif thingking.

“Mungkin juga Nak, kalau begitu ibu ambil lagi saja piring dan gelas Joanna, ibu yakin dia akan datang sebentar lagi.” Ucap ibuku.

Aku menjadi semangat lagi, kata orang lain kalau kata-kata orangtua itu tidak akan pernah salah, dan aku akan mencoba mempercayainya malam ini, aku masih menunggu Joanna.

Kami menunggu sampai sekitar 1 jam lebih, jam dinding menunjukkan pukul 9 malam, perut kami sudah keroncongan dan makanan yang sudah dimasak ibuku juga sudah tidak hangat lagi.

“Kita makan saja Bu.” Kataku.

“Ayah juga sudah lapar.” Sambung ayahku.

“Tapi bagaimana kalau Joanna sedang di jalan?” Tanya ibuku.

Ibuku memang berharap sekali dengan Joanna, ibuku sangat menyukai anak perempuan dan entah kenapa saat aku mengenalkan Joanna kepada ibuku, dia langsung menyukainya dan menganggapnya putrinya.

“Sepertinya dia tidak akan datang Bu, kita makan saja.” Kataku mulai tidak bersemangat.

Kami menikmati makanan yang sudah disiapkan ibuku dengan penuh cinta, aku tahu dia sudah bersusah payah untuk memasak masakan ini, ayahku makan dengan sangat lahap, sudah lama dia tidak seperti ini.

Aku tersenyum melihat ayahku dan ibuku, aku mencoba tidak mengingat wajah Joannaku, karena itu menyakiti hatiku.

***

Malam berlalu, aku tidak tidur sama sekali karena aku masih menunggu Joanna, dia memang tidak datang sampe selarut ini, dan penantianku sia-sia.

“Joanna tidak datang.” Bisikku pada dinding.

Aku memang suka berbincang dengan dinding, dia adalah sahabatku. Paling tidak dia selalu setia meskipun aku meninggalkannya begitu lama, dia tetap diam dan tak berubah.

Aku membuka sosial media Joanna, aku tahu kata sandinya sebab kami pernah bertukaran kata sandi, namun malam ini aku tidak berhasil untuk masuk ke akun Joannaku, aku penasaran.

Ternyata Joanna sudah memblokirku, dan aku tidak percaya kalau dia semudah itu melupakan aku, bahkan aku tidak sanggup untuk menghapus setiap chat darinya.

Aku membuka sosial medianya dan melakukan stalking, aku memakai akun palsu hanya untuk melihat aktifitas terbarunya, aku lihat dengan jelas gambaran senyuman yang indah di pipinya yang manis, giginya yang putih bersinar sangat bahagia.

Aku membaca caption yang tertulis di bawah fotonya, foto yang diunggah beberapa jam yang lalu, aku melihat dengan jelas kalau baju yang di pakai sama persis dengan baju yang dia pakai tadi saat memutuskan aku.

“Joannaku sanggup menduakan aku, aku tak percaya... Dia seharusnya tidak bisa melupakan kecupanku di malam lalu, seharusnya dia tidak melupakan sprey yang kami gunakan bergulat malam itu, aku tak percaya.” Kataku sangat sedih kepada sahabat terbaikku dinding.

Aku dan Joanna memang bukan pasangan yng suci, kami sudah melewati keindahan malam bersama, kehangatan tubuhnya membuat aku tidak pernah merindukan kehangatan selimut tetangga, itu adalah kesalahan termanis yang pernah aku lakukan.

Malam itu kami bertempur, aku ingat sekali saat dia mendesah dan tersenyum bahagia, aku tahu dia menyerahkannya karena cinta. Kami saling mencintai, dan aku tidak mengingkarinya.

Joanna menghapus semua foto saat kami masih bersama, aku tidak menemukannya lagi, aku tidak tahu kapan dia menghapus semua foto dan kenangan kami berdua, yang aku tahu foto itu sangatlah banyak.

“Mungkin dia sudah melakukannya seminggu yang lalu, sebulan atau beberapa hari yang lalu, aku memang kurang update bersosial media, bagiku chating dan berkomunikasi dengannya sudah cukup.” Ucapku dalam hati.

Aku menghubungi lagi Joanna, aku masih merasa terzhalimi, namun dia sudah tidak mau berkomunikasi lagi denganku.

“Lupakan aku, aku gak bisa bahagia denganmu Farel, kamu harus bisa move on, kamu carilah wanita yang lebih pantas dari pada aku.” Katanya tanpa keraguan.

“Aku tidak bisa melepasmu, aku merasa bersalah karena aku sudah menikmatimu, aku akan menikahimu.” Kataku.

“Aku gak apa-apa, kamu gak perlu pikirkan, aku juga sudah mengatasinya, aku sudah melakukan operasi yang tidak akan membuat suamiku menyesal menikahi aku, pikirkan saja kamu.” Katanya lalu mengakhiri telepon dan kemudian dia memblokirku.

Aku tidak dapat lagi menghubungi sejak saat itu, hatiku hancur dan hidupku hampa, aku hanya mengenal satu perempuan lalu memasukkannya ke dalam hati namun dia tidak bersedia menetap. Dia pergi meninggalkan hatiku yang kosong dan hancur lebur.

“Apa aku tidak pantas untuk bahagia? Kenapa harus sekejam ini?” Tanyaku masih tidak percaya.

Joanna sedang bahagia, dia sedang menghabiskan waktu di malam ini dengan calon suaminya, laki-laki pilihan ayahnya yang mencuri hati Joanna secepat kilat.

Joanna memiliki hobby yang sama dengan calon suaminya, mereka minum alkohol bersama, dan aku hanya sebagai viewer story nya. Aku hanya bisa diam, tanpa kata.

Malam ini aku berjanji tidak akan menangisi lagi, aku akan berhenti berharap padanya, aku akan bangkit dan melanjutkan kehidupanku, namun aku yakin suatu saat aku akan berubah, aku akan menjadi baja yang kuat dan tidak galau seperti malam ini, selamat tinggal Farel yang lalu.

Naina

Hari pertama Farel menjadi pribadi yang baru, aku mulai mencoba kuat, aku memakai topeng bahagia agar ayah dan ibuku tidak melihat anaknya terluka.

“Selamat pagi Ayah, Ibu.” Sapaku pagi itu.

Aku lihat ibuku sedang mengganti pakaian ayahku seperti pagi yang lalu, aku melihat kesabaran ada pada diri ibuku, dia masih belum berubah meskipun dia merawat ayahku sudah lama sekali.

“Ibu, andaikan aku bisa membawakan Joanna menjadi menantu ibu, mungkin akan ada teman curhat buat ibuku, tapi aku sudah berjanji tidak akan galau, aku sudah berubah.”

Ucapku dalam hati.

Aku bekerja, aku harus menjadi tulang punggung yang kokoh untuk keluargaku, aku tahu mencari pekerjaan halal sangat sulit, namun aku masih berusaha untuk bekerja dengan halal.

“Hati-hati Nak, maafin Ibu karena ibu belum sempat buatin kamu sarapan, ibu kesiangan.” Ucap ibuku.

“Gak apa Bu, aku nanti makan di warteg dekat kantor saja.” Kataku.

Ibuku selalu memberikan aku senyuman, itu adalah senjata yang aku punya setiap pagi, senyuman ibuku adalah andalanku.

***

Setelah aku pergi meninggalkan rumah aku memasuki kantorku, aku terkejut melihat surat pemecatanku dengan uang pesangon yang diberikan Pak Bos.

“Maaf Farel, dengan berat hati, saya harus memecat kamu, saya tahu ini sangat berat untuk kamu.” Ucap Pak Bos.

“Tapi salah Farel apa Pak?” Tanyaku begitu penasaran.

“Ayahnya Joanna meminta saya memecat kamu, saya tidak bisa menolak karena mereka merupakan pemegang saham sebanyak 40 persen di sini.” Ucap Pak Bos merasa gak enak.

Aku melihat wajah Pak Bos sangat merasa bersalah kepadaku, aku tahu dia pasti berusaha mempertahankan aku namun dia tidak bisa, aku akhirnya menghela nafasku kemudian dengan kokoh tanganku meraih uang pesangon dan surat pemecatan lalu meninggalkan kantor.

Aku tersenyum untuk terakhir kalinya di tempat aku sudah mencari nafkah beberapa lama ini, aku tetap bersyukur dan terus melangkah, mungkin akan ada pekerjaan baru yang sudah disiapkan untukku oleh Yang Maha Kuasa.

Aku pulang ke rumah, kuberikan uang itu kepada ibuku, “Nak... kamu cepat sekali gajian, ini baru tanggal 16.” Ucap ibuku.

Ayahku batuk-batuk, sudah sejak kemarin batuknya semakin parah, dia juga pusing dan lemas, aku mengajaknya ke Rumah Sakit namun dia tetap menolak, dia tahu kalau kehidupan kami sudah tidak seperti dulu lagi.

“Ibu,ini adalah bonus dari Bos ku.” Ucapku untuk menyemangati ibuku.

Ayahku tersenyum, dia memberikan senyumanya, dia berpesan agar aku menemani dan menjaga ibuku sampai kapanpun.

“Nak, sebenarnya ada hal yang ayah ingin katakan sama kamu, tapi ayah takut kamu tersinggung.” Ucap Ayahku.

“Katakan saja Yah.” Jawabku.

“Sebenarnya, sudah lama sekali ayah pengen beritahukan kamu hal ini, tapi kamu janji ya Nak, kamu tidak akan marah kepada ayah.” Ucap Ayahku.

Aku menganggukkan kepalaku, “Ada apa Yah?” Tanyaku.

“Sebenarnya Ayah pengen sekali Joanna menjadi isteri kamu, ayah punya utang terhadap ayahnya, ayahnya lah yang mengambil alih beberapa aset kita, tapi ayah harap kamu jangan tersinggung, ayah pengen kamu kembali lagi dengan Joanna.” Ucap Ayahku.

“Tidak Ayah, Farel tidak akan kembali dengan perempuan yang sudah menyakiti Farel, dia sudah meninggalkan Farel demi pria lain, dan Farel janji akan merebut kembali aset kita.” Janjiku.

“Nak, aset itu sudah menjadi milik mereka karena ayah gak bisa melunasi utang ayah, hanya saja... Ayah masih belum ikhlas karena salah satu aset itu adalah peninggalan orangtua Ayah.” Ucap Ayahku.

Naina seorang wanita yang baik datang ke rumah, seperti biasa dia memang sering mencuri-curi pandang terhadapku.

“Naina, kamu datang membawa apa ini? Kamu selalu repot-repot setiap ke sini, kami jadi gak enak sama kamu.” Ucap Ibuku.

“Ini hanya bubur biasa Bu, kebetulan Naina buat agak banyak, jadi Naina anterin ke sini, Naina ingat kalau Ayah suka banget sama bubur kacang hijau.” Ucapnya.

Gadis yang baik, namun entah kenapa aku belum bisa jatuh cinta kepadanya, padahal kata orang dia itu wanita yang baik, cantik, dan sopan santun.

Pikiranku sedang kalut, mungkin karena aku kehilangan pekerjaan, aku meninggalkan rumah dan Naina, dia sedikit cemberut, mungkin dia merasa sedih karena aku seolah menjauh darinya.

“Mas Farel...” Ucap Naina.

“Ada apa Naina?” Tanyaku dari atas motorku.

“Mas mau kemana?” Tanyanya.

“Mas ada urusan, Mas pergi dulu.” Jawabku.

Aku pergi menenangkan pikiranku, aku sengaja mencari ketenangan dari alkohol, mungkin selain dinding kamar, alkohol juga merupakan sahabat yang baik untukku.

Aku bisa lebih sempurna setelah meneguk beberapa gelas kecil anggur, pikiranku melayang dan melupakan Joannaku. Aku sadar kalau aku belum sepenuhnya melupakan Joanna, aku masih merindukannya.

Aku menjadi mabuk di sore ini, aku berpikir kalau aku sedang bersama Joanna, aku halusinasi dan ngomong dengan botol anggurku sehingga mata orang-orang tertuju padaku.

“Mungkin dia sedang patah hati.”’Ucap orang yang ada di tempat ini.

Aku hanya diam, mungkin mereka benar kalau aku adalah pria yang sedang patah hati dan tak berguna, aku terus meneguk anggurku.

Joanna mengirimiku sms dari nomor baru, dia mengundangku ke acara pertunanganya, dan aku tertawa keras. Aku merasa bahagia Joanna adalah munafik.

“Aku gak percaya secepat ini.” Kataku sambil tertawa.

Aku pergi meninggalkan tempat itu, melangkah dengan tak pasti dan pikiranku melayang, aku melukai hatiku dan merusak kesehatanku dengan minum anggur, aku tahu itu tidak baik untuk kesehatanku.

“Dia akan menikah...” Kataku.

Mungkin aku adalah pria yang plinplan, aku bahkan tidak bisa kuat seperti kata-kataku kemarin, aku bahkan sangat remuk.

Naina mengikutiku ternyata, dia menolongku yang sedang hancur, dia membawaku ke rumahnya dan memberiku tempat untuk tidur, mataku tertidur pulas.

Naina memandangi tubuhku, aku mengetahuinya saat dia mengatakannya, sudah dua kali dia terang-terangan memberikan kode isyarat kalau dia mencintai aku.

Aku mulai sadar sejak meminum air jeruk lemon, “Naina...” Kataku.

“Aku sengaja membawamu ke sini, aku gak mau ibu dan ayahmu tahu kalau kamu mabuk, memangnya Mas ada banyak masalah sampai mabuk di sore hari seperti ini?” Tanyanya penasaran.

“Aku tidak ingin mereka tahu kalau aku ini hancur, aku sudah kehilangan wanita yang paling kucintai, dia akan bertunangan dan sebentar lagi akan menikah, sedangkan aku? Aku hanya meratapi nasibku.” Kataku.

“Terkadang, kita harus merelakan kebahagiaan kita demi melihat kebahagiaan orang lain.” Kata Naina.

“Ajari aku Naina.” Ucapku.

“Ajari untuk apa?” Tanyanya bingung.

“Ajari aku untuk melupakan orang yang aku cintai, ajari aku bagaimana caranya.” Ucapku.

“Aku tidak bisa Farel, karena sampai selama ini aku belum bisa melupakan kamu.” Ucapnya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!