Kamar itu ada di lantai dua sebuah rumah yang besar dan mewah. Di balkon luar kamar, seorang perempuan cantik berumur empat puluhan menatap ke luar, ke arah kolam renang di bawahnya.
Di kolam renang tampak seorang lelaki tinggi bertubuh kekar berenang dengan gesit. Tubuh kekarnya mencecah air dengan lincah. Tangannya mengayun ke depan dengan mantap membuat tubuhnya melaju di air dengan cepat. Lelaki itu berenang beberapa kali putaran, dari ujung ke ujung kolam.
Perempuan di balkon bertepuk tangan.
Lelaki muda kekar di kolam renang itu baru tiba di ujung kolam. Ia menoleh ke atas. Tersenyum melihat perempuan berumur empat puluhan itu melambaikan tangan. Lelaki itu paham. Si perempuan memberinya kode agar segera ke atas, menuju kamar.
Segera lelaki muda itu naik ke pingggir kolam. Tampak tubuhnya kekar dan berotot tanda rajin berolah raga. Celana renangnya yang ketat tak bisa menutupi kegagahannya. Diambilnya handuknya di meja di pinggir kolam. Lantas sambil handukan ia masuk rumah lewat pintu samping. Mengeringkan rambut dan tubuhnya dengan handuk sambil berjalan. Terus menaiki tangga menuju kamar perempuan tadi.
Ia tiba di depan pintu kamar. Dibukanya pintu.
Kamar itu indah dan mewah. Bernuansa warna krem dengan banyak sentuhan warna pink. Perabotannya pilihan semua membuat kamar semakin indah.
Sebuah ranjang berukuran besar menyita perhatian si lelaki muda. Di ranjang besar itu perempuan berumur empat puluhan tadi sudah tak mengenakan apa-apa.
“Kemarilah…” Suara perempuan itu dibuat-buat agar terkesan menggoda. Matanya menatap liar tak bisa menyembunyikan hasratnya.
Lelaki muda tadi mendekat sambil tersenyum. Ia melemparkan handuk yang tadi dipakai mengelap tubuhnya ke lantai.
Perempuan berumur empat puluhan itu terbelalak menatap tubuh kekar di depannya. Ia segera menghampiri lelaki tersebut. Menyerbu tubuhnya dengan ganas dan menghempaskan tubuh si lelaki ke pembaringan. Lalu kamar itu menjadi saksi pergumulan mereka yang seru penuh gairah.
Sejam kemudian lelaki itu sudah berpakaian. Ia mengenakan celana jins, T shirt berwarna merah dan menutupi kepalanya dengan topi sehingga wajah tampannya tak terlalu kelihatan.
“You are a real hot man.” Perempuan berumur 40an itu menatap kagum ke si pemuda. “Ini. Buatmu bayar kos.” Ia mengeluarkan dompet dan menyerahkan lembaran uang seratus ribuan ke si lelaki muda.
“Thankyou.” Lelaki tampan itu menerima uang dari si perempuan. Lantas mengecup pipinya kiri kanan.
Si perempuan tersenyum senang. “Dua minggu lagi, suamiku dinas ke luar kota. Kamu akan kukabari kalau dia sudah berangkat,” Beri tahu perempuan itu.
“Siipp.” Si lelaki mengangguk. “whats apa aja ke nomerku.”
*
Suasana kampus siang itu agak sepi. Sebagian besar mahasiswa sedang ada di ruangan mengikuti perkuliahan.
“Gawat! Gue belum bikin tugas!” Livia terperanjat kala berjalan di koridor ruangan.
“Gila lo. Bentar lagi jam 3 sore harus sudah dikumpul tugasnya.”
“Lo sudah bikin?”
“Gue sih udah,” Cewek gendut di depannya mengangguk. “Udah kelar dari tadi pagi.”
“Gue boleh lihat tugas lo ya? Pasti gue bedain kok. Gak sama persis sama tugas lo. Gue gak ada waktu lagi kalau harus mikir bikin sendiri. Boleh ya?”
“Boleh.”
“Thankyou, Ki. Ngg… Tolong dong, buruan kirim file tugas lo ke email gue. Biar nanti gue tinggal rombak dikit.”
’‘Siiipp. Ini langsung gue email. Tapi lo mau ngetik di mana? Kan harus lo rombak dikit biar tugas lo gak sama persis sama tugas gue?”
Livia menatap tasnya. “Laptop sih gue bawa. Tapi biar tenang gue ngetik di ruang mana ya? Yang ada colokan listriknya ke laptop?”
“Ruang kegiatan mahasiswa aja. Biasanya disitu kosong.” Kata Kiki si cewek gendut tadi. “Paling lo ngetik disitu 15 menit kelar.”
“Oh. Iya. Gue kesana deh.” Livia lantas pergi ke ruangan dimaksud. Sementara Kiki pergi ke kantin
Ruangan itu terletak agak di ujung gedung. Di lantai dasar. Karena sekarang sedang jarang kegiatan mahasiswa, biasanya ruang itu kosong.
Livia membuka pintu ruangan. Agak susah. Biasanya ruangan itu tidak dikunci.
GGRRKKK! Livia kembali memaksakan membuka pintu. Belum terbuka juga. Livia mengerahkan tenaga mendorong pintu sambil memutar handelnya. GRRKK! Akhirnya, meski agak susah pintu bisa dibuka.
Segera Livia masuk. Ia menaruh laptop di meja yang ada di ruangan. Dicarinya colokan listrik. Itu dia. Livia hendak mencharger laptopnya kala mendengar suara.
KREEKK! Ada suara pelan di ruangan itu. Lalu ada suara desahan nafas menggebu.
Terperanjat Livia mendengarnya. Ia menoleh. Memang ruangan itu seperti disekat. Ada bagian yang tertutup oleh emari dan rak penyimpanan. Biasanya tempat itu jadi tempat tidur bagi mahasiswa yang kalau sedang ada kegiatan di kampus harus tidur di kampus.
Livia penasaran. Ia menuju ke balik lemari.
JREENGG!
Livia terkesima.
Di depannya ada sepasang manusia berpakaian tak lengkap. Si perempuan yang cantik sudah tak berpakaian sementara lelakinya sudah tak mengenakan celana. Kedua orang itu melakukan aktivitas yang membuat Livia terbelalak. Si perempuan beraksi dengan wajahnya di depan tubuh si lelaki.
Livia kenal kedua orang itu. Keduanya senior mereka di kampus.
GUBRRAAKKK! Livia kaget sampai tak sengaja mendorong jatuh sebuah folder berkas file di meja di dekatnya.
Kedua orang yang sedang sibuk beraktivitas menoleh.
“Setan! Ngapain lo ngintip?!” Si perempuan menoleh galak.
Livia kaget. “Sorry. Gue gak sengaja lihat. Gue pikir ruangan kosong.”
Si perempuan segera mengenakan baju buru-buru. Sementara si lelaki mengenakan celananya kembali. Livia sempat melihat jelas bagian tubuh bawah lelaki itu.
Memerah wajah Livia. Ia segera kembali ke tempatnya menaruh laptop. Diambilnya lap top. Ia hendak keluar ruangan itu.
Tapi si perempuan tadi mengejarnya. “Mau kabur lo?!”
Cepat perempuan itu mengejar tubuh Livia. Ditariknya tubuh Livia yang sudah hendak membuka pintu.
PLAAKKK! Ditamparnya wajah Livia.
Livia kesakitan. Tamparan cewek itu keras dan menyakitkan mendarat di wajahnya.
“Aaarrrgghh..!” Livia terpekik.
BUUUKK! Lap top yang dipegang Livia jatuh ke lantai.
“Jangan berani-berani lagi lo ngintip gue?!” Si cewek beringas.
“Siapa yang ngintip?” Livia geram juga. “Gue masuk ruangan ini. Taunya kalian berdua begituan.”
“Pintu ini udah gue kunci, monyong!” Cewek tadi menatap galak. “Gimana lo bisa masuk kalo lo gak niat ngintip kami?!”
Livia tertegun. Ia menatap bagian handel pintu. Ternyata di samping handel pintu memang ada bagian yang maju dan menandakan pintu dalam posisi terkunci. Rupanya pintu tertarik karena dibuka paksa. Mungkin pintu memang sudah tak bagus karena orang yang keluar masuk ruangan suka sembrono buka tutup.
“Tadi pintunya terbuka sendiri. Suwer. Gue gak niat ngintip kalian!” Livia membela diri. Gak suka dituduh mengintip.
“Udahlah, gak usah banyak alasan!” Cowoknya menatap kesal ke Livia. “Jelas-jelas lo masuk karena pengen ngintip! Masih aja gak ngaku.”
“Emang beneran gue gak niat ngintip kok!” Livia ngengkel. Sebal.
Cewek tadi mengkremus wajah Livia dengan jengkel. Matanya melotot galak. “Nyebelin bener lo ya! Emang minta ditampol beneran lo ini!”
PLAAKK! Ia kembali menampar Livia.
“Awas lo?” Si cewek melanjutkan mengancam. “Kalo sampe ada yang tau di kampus ini gue sama Norman begituan. Gue hajar lo!”
JREEENGG! Pintu ruangan itu dibuka dari luar.
Tampak Kiki si cewek gendut bersama 3 mahasiswi lainnya di depan pintu.
“Ada apa sih ribut-ribut?” Wajah Kiki penuh tanda tanya.
BERSAMBUNG……
Suka cerita ini? lanjutin gak ceritanya? kasih LIKE, VOTE dan KOMEN kalau kalian suka cerita ini dilanjutkan. Kalian juga bisa baca novel karya Fresh Nazar lainnya di Noveltoon.TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS (tamat), ISTRI YANG TERSIKSA (tamat), dan BABY MY LOVE. happy reading.
Kiki dan 3 mahasiswi lainnya menatap ketiga orang di dalam ruangan. Kiki memperhatikan baju cewek senior kakak tingkatnya itu berantakan. Rambutnya juga awut-awutan.
“Gak. Gak ada apa-apa!” Sahut cewek senior itu ketus.
“Kok tadi ribut?” Kiki masih penasaran.
“Gak ada apa-apa, gendut!” Hardik cewek itu galak! “Udah gue bilang gak ada apa-apa, masih tanya lo! Gue kempesin entar badan lo yang bengkak!”
Kiki terdiam. Dia sensitif banget kalo dibilang gendut meski aslinya memang gendut.
Cewek senior itu menatap galak ke Livia. “Awas kalo lo cerita ke yang lain!” Didorongnya muka Livia dengan kasar. “Gue habisin lo kalo semua pada tau!”
Cowok tampan di sebelahnya juga menatap galak ke Livia. Tapi tak bicara apa-apa. Hanya menatap galak penuh ancaman.
”Ayo,” Cewek itu menarik lelaki tampan di sampingnya. “Ngapain ngeladenin cewek-cewek rempong begini!”
Kedua orang itu pergi dengan bergegas.
Livia menatap kedua orang itu pergi dengan jengkel. Lantas menatap lap topnya yang masih di lantai. dengan perasaan sedih. Diambilnya lap top itu. Tersentak Livia. Ada bekas jejak sepatu di atas lap top. Kelihatan lap topnya kotor. Kala dibuka terlihat layar lap topnya pecah retak. Mungkin lap top itu habis keinjak salah satu dari kakak senior tadi.
“Lap top gue….” Livia mau nangis kala memperhatikan lap topnya.
“Aiihh, ada apa sih? Kok kumpul rame-rame gini kayak mau panen padi di sawah?” Muncul seorang cowok langsing kemayu dari arah samping ruangan.
Livia kenal cowok kemayu itu. Irawan namanya. Biasa dipanggil Ira.
Livia diam aja gak nyautin Ira. Ia masih sedih menatap lap top. Rasanya pengen nangis melihat lap top itu hancur.
“Aih, Ira dicuekin. Jahat ya semua sama Ira….” Bibir cowok kemayu cemberut.
“Tadi Livia ribut sama kakak senior kita si Meli sama Norman.” Kiki yang menyahuti Irawan.
“Oh, pasangan buah melon gedong dan pisang gedong itu. Pasangan super hot on campus.” Irawan yang seorang dancer di group penari terkenal dan sering muncul di TV sebagai penari latar ini langsung antusias. “Tadi Ira lihat mereka di depan situ. Pergi buru-buru. Ira terpesona melihat idola Ira, Bang Norman yang gagah perkos* lewat dengan tampan tapi sambil betulin celana. Terus Ira lihat kok pisangnya bang Norman bengkak. Ira perhatiin si Meli Melon rambutnya berantakan. Bajunya gak rapi. Apa mereka habis gituan disini ya Cyinn?”
Livia terdiam mendengar pertanyaan Irawan.
Kiki dan 3 cewek lainnya menggeleng.
“Gak tau juga. Gue tadi nanya malah dimaki sama si Meli melon gede!” Kiki masih kesal.
“Aih. Terus kenapa lap top yeiy Livia manisku sayangku?” Irawan kepo melihat Livia yang mau nangis melihat lap topnya. “Aih lap topnya retak, cyyinnn. Apa lap top yeiy dirusak sama si Meli melon?”
“Lap top gue jatuh waktu gue digampar si Meli.” Livia akhirnya bicara.
“Auuuww...! Irawan terpekik manja. "Memang zolim. Jahat tiada tara tuh si Meli Melon! Sikapnya sungguh bengis, sadis, kejam abis! Tapi kenapa dia gampar yeiy Livia sayangku? Apa yeiy bikin salah ke Meli Melon sama bang Norman?”
“Gue tadi lihat mereka…….” Livia sudah mau cerita.
DEEGGG! Livia ingat ancaman Meli si seniornya tadi. Dia gak boleh cerita ke orang lain kalau gak mau dihajar Meli lagi. Livia urung meneruskan kalimatnya.
“Kok gak diterusin ceritanya? Kayak cerita bersambung di Noveltoon aja yeiy. Terusin dong ceritanya. Eike penasaran cyyinnn.” Irawan menatap Livia. “Apa jangan-jangan si meli melon sama Bang Norman gituan disini? Kan eike lihat tuh. Baju si Meli berantakan. Terus bang norman rapihin celana dan eike lihat pisangnya bengkak. Bener kan mereka habis gituan di ruangan sini?”
Livia tak menjawab. Dia pergi buru-buru sambil bawa lap topnya yang retak.
“Viaaaa…!” kiki memanggil.
Lalu kiki dan ketiga temannya mengejar Livia yang pergi buru-buru.
“Aihh, jahat ya Ira ditinggal.” Irawan segera pergi mengejar para cewek-cewek tadi.
*
Para mahasiswa semester 6 jurusan marketing dan bisnis di Universitas Megajaya itu berkumpul di lorong kampus di depan ruang kuliah A3. Mereka sedang menunggu jam masuk mata kuliah ‘Bisnis Internasional’ sambil ngobrol.
“Jadi lo belum nge print tugas Bu Karina?” Kiki menatap Livia yang masih sedih. Di tangan Kiki dan mahasiswa lain rata-rata pegang lembaran kertas tugas yang sudah diprint.
“Boro-boro nge print. Tugasnya aja belum gue bikin. Gue belum sempat ngetik.” Livia makin sedih karena tadi nyoba nyalain lap top ternyata lap topnya gak mau nyala. “Mana lap top gue rusak.”
“Kalo lap top lo dirusak sama si meli dan Norman lo minta ganti dong. Biar mereka lebih senior dari kita, lo berhak minta ganti karena sudah dijahatin sama mereka.”
Livia diam. ia gak yakin apakah berani melakukan yang disarankan Kiki.
Sementara di ujung lorong, Irawan sibuk bergosip dengan beberapa mahasiswi. Irawan ini memang temannya cewek semua. Ia mudah akrab dengan cewek. tapi gak akrab dengan para cowok akrena para mahasiswa risih berteman dengan irawan yang terlalu kemayu.
“Itu si Livia dimarahin karena dia lihat pisangnya si Norman digesekin ke melonnya Meli. Wuiihh, pisangnya gede. Bengkaakk…” Irawan bercerita dengan seru. Gak tau dia menyimpulkan cerita itu dari mana. Karena Livia sama sekali gak cerita ke Irawan.
Para mahasiswi itu bengong mendengar cerita Irawan. “Yang bener?”
“Bener lah, cyyinn. Livia sendiri yang cerita ke Ira. Terus Ira juga lihat Meli sama Norman pergi buru-buru. Penampilan Meli berantakan dan Norman lagi benerin celana dengan bagian pisang bengkak. Itu sangat menjelaskan apa yang sudah terjadi. Ye kan?”
Lantas cerita itu berkembang karena para mahasiswi yang mendengar cerita Irawan bercerita ke temannya yang lain.
Saat dosen Bu Kirana yang galak masuk ruangan kuliah dan semua mahasiswa semester 6 yang ngambil mata kuliahnya masuk ruangan, sebagian besar mahasiswa disitu sudah tau kalau Livia melihat senior mereka tertangkap basah melakukan sesuatu.
Livia kaget juga waktu seorang mahasiswi yang sama sekali gak akrab dengannya nanya. “Bener ya Via. Tadi lo lihat anunya Norman gede banget?”
DEEGG! Livia kaget. “Siapa yang bilang gue lihat anunya Norman?”
“Eeehemm…!” Bu Kirana yang terkenal galak berdehem. Ia sudah siap, tengah berdiri di depan meja mengajarnya. Menatap galak ke para mahasiswa. Serempak semua mahasiswa hening.
“Kumpulkan tugas ‘Strategi Marketing Internasional’ kalian!” Suara si dosen yang masih jomblo di usia menjelang empat puluhan ini angker dan dingin.
Segera para mahasiswa maju dan mengumpulkan tugas di meja Bu Kirana.
“Mati gue…” Livia berbisik ke Kiki yang duduk di sebelahnya.
Kiki yang habis ngumpulin tugas hanya menatap penuh simpati ke Livia.
Cemas Livia kala Bu Kirana menghitung lembaran tugas yang sudah terkumpul di mejanya. “Kurang satu tugasnya!” Bu Kirana menatap para mahasiswa yang duduk manis di meja masing-masing.
“Siapa yang belum ngumpulin tugas?! Berdiriiii…!”
Pelan-pelan Livia berdiri dari duduknya. Seisi kelas menatapnya.
“Oh, jadi kamu yang gak ngerjain tugas? Hebat kamu ya. Apa karena kamu merasa cantik makanya gak ngerjain tugas yang saya suruh?!”
“Saya….” Livia bingung mau jawab apa. Kemarin-kemarin dia lupa mengerjakan tugas karena harus cari tambahan uang buat bayar kos. Dan tadi lap topnya rusak.
“Sudah, gak usah banyak alasan! Keluar kamu dari ruangan saya!” Bu Kirana menghardik.
Livia diam.
“Keluaaarrr dari ruangan saya! Kamu dengar kan?!”
Perlahan Livia mengangguk. Hatinya hancur. Lantas ia mengambil tas dan lap topnya lalu keluar dari ruangan.
Kiki bisa melihat wajah Livia basah dengan air mata.
*
“Udah. Gak usah nangis.” Kiki menyodorkan tisu ke Livia.
Mereka duduk di taman di samping gedung A. Kuliah Bu Kirana sudah selesai. Tapi masih ada satu mata kuliah lagi yang wajib keduanya ikuti.
Irawan dan beberapa cewek menunggu kuliah sambil minum jus di kantin. Mereka ngobrol dengan asik. Mbak pelayan kantin diam-diam menguping omongan mereka.
“Pokoknya parah emang tuh si meli sama Norman. Masa si Meli mainin pisangnya Norman yang gede. Gak pantes kan? Bikin eike jelous aja. Pantesnya kan eike yang mainin.”
Para mahasiswi terkikik geli.
Mbak pelayan kantin cerita ke temannya sesama pelayan. Lalu pemilik kantin juga mendengar cerita itu. Dan akhirnya cerita itu menyebar kemana-mana.
Norman dan Meli hendak minum jus di kantin kala pelayan kantin, Mbak Jamilah yang biasa dipanggil Mbak Mulan karena nama belakangnya jamilah dianggap mirip Mulan Jameela, senyum malu-malu kepada mereka. Sepanjang Norman dan Meli ngobrol di kantin, para pelayan berbisik-bisik sambil menatap keduanya.
Lalu beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang masuk kantin terkikik geli melihat ada Norman dan Meli di kantin.
Sempat terdengar seorang cewek bilang ‘pisangnya gede banget’ terdengar di telinga Meli dan Norman. Lalu para mahasiswa yang duduk di kantin sesekali mencuri pandang ke arah Meli dan Norman sambil senyam-senyum geli.
“Ada apa sih?” Meli curiga. “Kok semua orang kayak ngeliatin kita?" Meli menatap Norman penuh tanda tanya. "Jangan-jangan cewek itu nyebarin cerita?! Mulutnya bocor tuh orang!”
BERSAMBUNG……
Kalau berkenan silakan kasih LIKE, VOTE dan KOMEN biar authornya semangat melanjutkan cerita ini. Readers juga bisa membaca karya Fresh Nazar lainnya di Noveltoon. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS (sudah tamat). ISTRI YANG TERSIKSA (sudah tamat) dan BABY MY LOVE. Semuanya seru dan rada gokil ceritanya. Love U all.
Meli semakin curiga kala ia bersama Norman keluar dari kantin. Keduanya tengah berjalan keluar gedung hendak menuju parkiran dimana mobil sedan Meli berada. Dua orang mahasiswi yang ada di parkiran motor dan tengah pake helm sedang ngobrol kala Meli dan Norman lewat.
“Ternyata bener ya. Norman emang ‘Hot Man On Campus’. Barangnya gede beneran.”
“Iya. Mujur si Livia sempat lihat Norman gituan sama Meli!”
DEEGG!
Norman dan Meli kaget mendengar itu.
Meli langsung geram. Dia menarik si cewek yang barusan bicara. “Ngomong apa lo?! siapa yang bilang gue sama Norman begituan?!”
Si cewek terperanjat menyadari orang yang dia bicarakan ada di depannya.
“Ngg…” Cewek itu bingung menjelaskan. “Semua orang sudah tau kamu begituan sama si Norman.”
“F*ck…!” Norman memaki. “Kenapa sudah nyebar gini ceritanya?”
“Heh! Bilang, monyoongg..!” Meli mengeplak helm yang dikenakan si cewek. “Siapa yang bilang gue sama Norman begituan?! Siapa yang nyebarin ceritanya? Cewek itu ya? Siapa namanya? Livia?!”
“Iya.” teman cewek yang tadi dikeplak Meli mengangguk. “Livia cerita ke semua orang!”
JREEENGGG! Mendidih hati Meli mendengarnya.
“Panas gue. Ayo, kita cari tuh cewek!” Meli menarik Norman kembali ke arah gedung A.
Sementara kedua cewek di parkiran motor saling berpandangan. Tatapan mereka ngeri-ngeri sedap. “Bakal habis tuh si Livia dihajar si Meli Melon….”
“Iya. Sadis si Meli. Tadi helm gue dikeplak aja berasa sakit banget kepala gue!”
“Tapi si Norman beneran hot man on campus….” Cewek yang enggak kena keplak menatap Norman yang pergi bersama meli. “Udah ganteng bangeeettt…. Bodynya bagus banget. Bikin gue panas dingin kalo di dekat dia….”
*
Meli dan Norman mencari-cari di gedung A. Disitulah lokasi perkuliahan utama para mahasiswa fakultas Ekonomi, termasuk jurusan Marketing dan Bisnis.
“Anak semester berapa si Livia itu?!” tanya Norman ke Meli.
“Semester 6 kayaknya. Dia satu angkatan sama si banc* dancer itu. si Ira.” Meli menjawab. Semua mahasiswa fakultas ekonomi sepertinya kenal Ira karena cowok itu dancer yang cukup terkenal dan sering muncul di TV. Sikap serta ucapannya yang manis manja membuat Ira mudah diingat semua orang. Pendek kata si Ira sudah seperti selebriti di fakultas Ekonomi Universitas Megajaya.
“Di bawah kita setahun ya?” Norman juga tau Ira. Tapi Norman tak paham kalau Livia satu angkatan dengan Ira. Pasalnya Livia kalem dan gak macam-macam. Tipe cewek yang gak mudah diingat orang.
Keduanya mencari-cari Livia. Tapi yang ketemu malah rombongan mahasiswa angkatan lain.
“Anak semester 6 lagi ada kuliah di ruangan A5.” Kata seorang cewek memberi tahu kala ditanya Meli.
“Huhhh.” Meli mendengus. “Orangnya lagi kuliah!”
“Kita tungguin!” Norman berang. “Jengkel gue setiap orang dia kasih sampe pada ngomongin kita!”
Meli dan Norman pun diam menunggu di pojokan yang rada sepi. Agak jauh dari ruangan A5. Tapi dari situ mereka bisa melihat kalau ada orang keluar dari ruangan A5.
Namun, Meli dan Norman tak tau. Cewek yang dikeplak kepalanya oleh Meli mengirim pesan WA ke Livia. Kedua cewek tadi memang tak mengambil mata kuliah yang sedang diikuti Livia sehingga tak ada di kelas.
‘Hati-hati livia! Senior kita si Meli Melon sama Norman nyariin lo! Mereka mau menghajar lo karena nyebarin cerita mereka gituan di kampus.’
Pesan itu masuk ke whats app Livia. Tapi yang bersangkutan sedang menyetel hand phonenya tanpa suara karena sedang konsentrasi mendengarkan dosen mengajar. Livia memang tak biasa membuka hand phone saat mendengarkan kuliah. Itu sebabnya ia tak tau ada pesan masuk.
“Chat gue masuk. Tapi Livianya gak baca.” Kata si cewek ke temannya.
“Moga aja dia baca. Biar sempat kabur sebelum dihabisin Meli sama Norman.”
Setelah usai kuliah dan dosen keluar ruangan barulah Livia membuka hand phone. Ia terperanjat membaca pesan yang masuk.
“Kenapa Via?” Kiki menatap Via yang wajahnya cemas sehabis membaca sebuah pesan whats app.
“Meli sama Norman nyariin gue. Mereka mau menghajar gue dibilang nyebarin cerita mereka gituan!”
“Gawaatt. kalo gitu lo harus kabur.” Malah Kiki yang lebih khawatir.
“Gue gak salah kenapa harus kabur?” Livia kesal. "Gue gak cerita ke siapa-siapa."
“Iya. Tapi mereka tuh terkenal galak. Percuma lo bilang gak salah. Tetap aja lo dihajar mereka!” Kiki serius menatap Livia. “Lo harus kabur!”
Livia tau. Kiki benar. “Gimana caranya kabur? Kan mereka nyariin gue. Mungkin sudah nungguin gue di depan situ.”
Kedua cewek kebingungan.
Sementara itu Norman dan Meli melihat pintu ruangan A5 terbuka.
“Mereka keluar…! Kata Meli.
Mata Norman menatap tajam memperhatikan orang-orang yang keluar dari ruangan A5.
Yang keluar pertama dosen. Diikuti beberapa mahasiswa lain. Irawan ternyata salah satu mahasiswa yang keluar duluan dari ruangan.
Dosen jalan berbelok kiri. Tapi irawan dan dua mahasiswi malah berjalan ke arah Norman dan Meli.
“Aihh. Ada yang habis seru-seruan….” Irawan terpekik geli melihat Meli dan Norman disitu. “Untung gak divideoin. Bisa makin viral deh kalo ada videonya.”
Meli yang lagi sensitif mendengar ucapan itu. Irawan dan kedua cewek tadi mau melewatinya, tapi Meli keburu geram.
TRAAPP! Meli menarik Irawan. “Lemes bener mulut lo!”
PLAAAKKK! Wajah Irawan ditampar Meli. “Ngomong apa lo tadi?!
“Aihhh, sakit tau.” Irawan mengelus pipinya. “Jahat ya! Muka Ira yang flawless ternoda tangan yeiy! Ini yeiy mukul bisa Ira laporin ke polisi karena kasus KDRT lho.”
“KDRT itu kasus kekerasan daam rumah tangga!” Meli makin jengkel. “Emang gue suami lo?!”
“Auuww. Ya bukan lah. Kalo bang Norman mah eike mau jadi istrinya.” Irawan melirik manja ke Norman. “Apalagi terbukti pisangnya gedong.”
Norman jengkel. Didorongnya irawan dengan kasar. Kedua mahasiswi yang tadi menemani Irawan ketakutan melihat Meli dan Norman kasar. Mereka mau belain Irawan tapi takut.
Namun Livia dan Kiki yang keluar dari gedung A5 melihat kejadian itu.
“Buruan lo kabur. Mumpung mereka gak liat.” Kiki ngasih tau.
Cepat-cepat kedua cewek pergi. Melewati koridor ruang yang berbeda dari tempat Norman dan Meli berada.
Sementara Norman mendorong kepala Irawan dengan jengkel. Ia dan Meli tak tau bahwa orang yang mereka cari sudah keluar ruangan.
“Aih, yang mesra dong kalo pegang Ira?” Irawan menatap Norman sambil senyum imut. “Nanti gak eike laporin deh karena kalau dipegang mesra kasusnya berubah jadi Kekerasan Yang Menyenangkan Dalam Rumah tangga.”
“Huuhh! Amit-amit!” Norman jengkel dan menghempaskan irawan.
“Ooohh. Eike terhempas, kandas, lemas… Babang tamvan Norman kasar ya sama eike…”
“Udah tinggalin. Kita cari cewek tadi.” Norman menarik Meli.
Mereka ke depan ruangan A5. Seluruh mahasiswa sudah keluar dari ruangan. Tapi tak terlihat Livia.
“Sialan!” Meli kecewa. “Sudah kabur tuh cewek….”
*
Padahal livia sedang cemas. Ia bersama Kiki ada di samping gedung A.
“Lo tunggu di sini aja. Gue ambil motor dulu. Entar gue jemput lo disini. Gue anter lo balik ke kosan lo!” Kata Kiki yang biasa bawa motor kalau kuliah.
“I.. iya… Buruan ambil motor lo. Gue tunggu disini.”
Kiki pergi ke parkiran di depan gedung. Livia menatap sembunyi-sembunyi dari samping gedung memperhatikan Kiki yang pergi.
Tampak dari tempat Livia menunggu kalau kiki sudah tiba di parkiran. Kiki mau ngeluarin motornya. Tapi ternyata ada motor di sebelah motor kiki yang parkir rapat sekali. Kiki harus merapikan posisi motor itu dulu agar motornya bisa keluar.
Livia resah menunggu.
TRAAPPP! Tiba-tiba ada tangan menjambak rambut Livia dari belakang. Livia direnggut kasar sehingga kesakitan.
“Disini lo rupanya…!”
Livia menoleh sambil menahan sakit karena rambutnya masih direnggut. Ia melihat Meli dan Norman0.
“Bocor mulut lo ya!” Meli mengarahkan wajah Livia tepat di depan mukanya. Mata Meli melotot galak. “kan udah gue bilang! Lo jangan cerita ke siapa-siapa!.”
“Gue gak cerita ke siapa-siapa. Ke teman akrab gue Kiki juga gue gak cerita.”
“Pinter lo bohong! Faktanya semua orang bilang lo yang cerita kemana-mana!”
Phhuuhh! Meli meludahi muka Livia.
Livia merasa jijik kala ludah Meli mengenai mukanya. Dimana-mana gak ada yang namanya diludahi itu menyenangkan. Livia merasa malu dan terhina. Ditambah lagi ludah itu bau. Gak enak sekali lengket di wajahnya.
“Mesti gue tabokin pake sepatu muka lo sampe gigi lo rontok. biar jera!”
Norman diam saja dan membiarkan Meli hendak menghajar Livia. Meli mencopot sebelah sepatunya. Ia segera mengayunkan sepatu itu ke wajah Livia.
Livia menutup matanya. Ketakutan.
“Jangan ganggu Livia!” sebuah suara lelaki terdengar.
Meli menoleh, urung memukul wajah Livia pake sepatu. Livia dan Norman juga menoleh. Mereka melihat seorang lelaki muda berpenampilan rapi. Tubuh lelaki itu kecil, kulitnya putih bersih dan berkaca mata.
“Livia calon istri saya!” Kata lelaki itu. “Awas kalo kalian berani ganggu dia!”
BERSAMBUNG….
Terima kasih buat yang sudah membaca. Semoga suka cerita sederhana ini. LIKE, VOTE dan KOMEN silakan diberikan kalau berkenan. Sambil menunggu up selanjutnya, reader juga bisa membaca karya Fresh Nazar di Noveltoon mangatoon.
1. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS (tamat\, ceritanya super seru. lucu pula)
2. ISTRI YANG TERSIKSA (tamat\, ceritanya bikin baper dan rada gokil)
3. BABY MY LOVE (yang ini ceritanya seru dan gila\, lucu pake banget)
Happy reading.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!