NovelToon NovelToon

BECAUSE BABY

Prolog dan bertemu lelaki sialan.

"Jadi ini yang selama ini kamu lakuin?? " ucap ku menatap pria yang tengah duduk bersenda gurau bersama seseorang wanita yang aku tak tahu siapa. Hati ku sangat sakit, kalian tahu siapa lelaki itu??? dia adalah tunangan ku.

"Sakira.." panggil Radit pada ku, ia terlihat sangat terkejut dengan kehadiran ku di sana.

"Aku gak nyangka sama kamu!! " tutur ku menatapnya nanar.

Tak tahan dengan semua ini, aku pun memilih pergi dari sana. Radit benar-benar tega menyakiti hati ku yang selama ini udah setia pada nya.

"Sakira!!, Sakira!!! " panggil Radit namun tak mengejar ku, samar samar ku dengar wanita itu mencegahnya.

Lihatlah, bahkan ia lebih mendengar kan wanita itu dari pada mengejar ku,menambah sakit di hatiku.

Perlahan butiran air mata membanjiri pipi ku. Ku tatap luasnya langit yang terlihat berwarna biru. Cerah nya hari ini bertolak belakang dengan kelamnya hatiku.

Sakira Amanda, adalah nama lengkap ku. Seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan yang sangat besar. Menjadi staff biasa di perusahaan itu merupakan kebanggan bagiku, karena aku diterima bekerja di sana karena skill ku sendiri.

Semua keluarga ku ada di kampung, memilih untuk merantau adalah keinginan ku sendiri, meski keluarga ku tidak memaksa ku untuk bekerja.

Radit, merupakan teman sekampung atau lebih tepatnya tunangan ku yang baru saja menyakiti hati ku. sudah 2 tahun kami bertunang kata nya biar dia lebih bebas untuk menjaga ku. Udah lah yah, aku bosan membahas lelaki itu.

Jika Sakira menangis karena di khianati, berbanding terbalik dengan suasana di kantor seorang CEO dingin.

"Menikah!!! Menikah!! Menikah!! " Teriak Davin menggebrak meja kerjanya.

"Kenapa selalu saja itu yang mereka bicarakan! " ucap Davin kesal.

"Sudah lah Vin, kamu terima ajah usulan dari orang tua kamu! " Sahut Desta sahabat sekaligus Wakil direktur perusahaan yang Davin pimpin.

"Ngomong mah enak, aku gak cinta sama Yuli"

"Kenapa? dia cantik, sexi, baik, dan lembut lagi" balas Desta memuji Yuli, wanita yang di jodohkan pada Davin.

"Yaudah kamu ajah nikah sama dia! " sorot Davin ketus, bicara sama Desta sama ajah bicara ama Om Om mata keranjang.

"Di jodohin nya kan sama kamu, kalo sama aku mah pasti aku terima" balas Desta yang langsung mendapat lemparan pena dari Davin.

Davin beranjak keluar dari kantor meninggalkan Desta yang masih saja membayangkan Yuli.

Davin Ricardo seorang pengusaha yang kini memimpin perusahaan yang telah di bangun oleh sang ayah, bukan hanya itu Davin juga sudah banyak membuka anak cabang perusahaan.

Umurnya yang mungkin hampir 30 tahun itu membuat sang Mama mendesak dan menjodohkannya dengan anak dari temannya.

Yulita Syaha adalah putri dari teman Mina mama Davin. Seorang wanita yang berprofesi model ini sudah tergila-gila dengan Davin sejak mereka masih kecil. Yuli berumur 25 tahun. Sikapnya yang tenang dan elegan itu membuat rasa cinta dan tergila-gila nya pada Davin tertutupi. Bukan seperti wanita lain yang terlihat manja di depan sang lelaki hanya untuk menarik perhatian nya.

Itu semua bukan sifat Yuli, tenang namun pasti itulah Yuli.

"Astaga!!! " erang Davin menjambak rambutnya sendiri. Ia sangat kesal, entah mengapa hari ini sial sekali baginya.

Perut lapar, pengen masak eh pria ini lupa kalau di dapur tak ada apapun.

Davin, pria yang sangat pemilih dalam hal makanan. Ia tak ingin memakan makanan sembarangan, dan hanya memilih koki tertentu jika ia tak ingin masak.

Selain otak genius, Davin juga sangat pintar memasak.

Davin pun memutuskan untuk ke supermarket terlebih dahulu, rasa laparnya harus di tahannya. Saat ini pria itu sedang tak ingin memakan masakan orang lain.

"Ini, itu udah! " Gumam Sakira memeriksa belanjaannya. Gadis itu berjalan sembari melihat sayur mayur yang mungkin menarik perhatian nya.

Mata Sakira berbinar ketika melihat Kol, ia baru ingat jika menu makan malamnya nanti sangat membutuhkan kol. Wanita itu bergegas untuk meraih Kol yang hanya terpisah 1.

"Eh! Kok di ambil!! " pekik Sakira pada seseorang yang mengambil Kolnya.

"Lah kenapa? "

"Itu punya saya! "

"Eh mbak, siapa cepat di dapat" balas Davin, ia terlebih dahulu meraih dan mendapatkan kol itu.

"Ga gak, Gak bisa!! saya yang liat duluan!! " bantah Sakira meraih Kol itu dari keranjang belanjaan Davin.

"Enak saja, emang nya dengan di liat aja Kol itu bisa masuk keranjang? " balas Davin merebut Kol nya lagi.

"Apaan sih!! jadi cowo gak ada ngalahnya sama Cewe! " dengus Sakira kesal.

"Bodo amat!! " cibir Davin berbalik meninggalkan gadis yang masih saja menggerutu, bahkan menyumpahinya.

"Cowo sialan!!! gak punya hati!!!! " teriak Sakira mencak mencak.

Sakira pun memutuskan untuk memilih wortel dan sawi sebagai pengganti Kol. Merasa semuanya nya selesai Sakira berjalan menuju kasir.

"Eh eh" kok main potong sih!! " dengus Sakira kesal, ia benar-benar merasa ada yang salah dengan hidupnya hari ini.

Pertama tunangannya selingkuh, kedua Kol nya di rebut, ketiga antriannya di potong.

"Maaf yah, saya buru buru" ucap Davin tanpa menoleh pada gadis yang sudah menatapnya garang.

Sakira tak terima antrian di potong, bukan hanya lelaki itu yang ingin cepat, tapi dia juga. Gadis itu memindahkan semua belanjaan Davin ke bawah.

"Eh kok di taro di bawah sih"

"Siapa suru potong antrian aku, patuhi aturan ya pak, tolong hargai orang yang sedang mengantri" ucap Sakira panjang lebar dan tersenyum sinis.

"Eh" ucap penjaga kasir ketika hendak menghitung belanjaan Sakira, Davin malah mengambil semua barang itu dan mengganti dengan barang belanjaannya.

"Rese banget tau gak! " bentak Sakira tak terima dan mengambil barang belanjaan Davin. Pengantri lainnya menatap mereka kesal, antrian jadi lama karena persoalan mereka.

"Mohon maaf yah Bapak, ibu tolong di selesai kan dulu masalahnya, silakan minggir" ucap kasir kesal meletakkan barang kedua nya ke bawah dan sedikit lebih jauh dari kasir.

"Gara-gara kamu!! " dengus Sakira mengambil barang barang nya dan kembali mengantri.

Sementara Davin berdiri dengan kesal, ia terpaksa menggunakan kartu Identitas nya agar cepat selesai mengantri.

"Ini mbak tolong di periksa" ucap Davin dingin pada Kasir yang menelan saliva ketika melihat kartu Davin.

"Maaf Pak, saya tidak tahu" sesal wanita itu kemudian menghitung total belanjaan Davin, sang pemilik supermarket itu sendiri.

"Eh kok gak adil si mbak!! " teriak Sakira melihat belanjaan Davin telah di total kan, sementara ia masih berada di antrian no 3.

"Ngeselin banget" dengus Sakira menatap Davin kesal,pria itu berlalu dengan melambaikan bungkusan belanjaannya dan tersenyum menang pada Sakira.

"Totalnya 175.000 mbak" ucap kasir setelah menjumlahkan total belanjaan Sakira.

"Ini" ucap Sakira memberikan uang tukaran 100 ribu 2 lembar.

"Terima kasih" ucap kasir setelah memberikan kembalian uang Sakira.

"Lain kali yang adil mbak" dengus Sakira kesal pada kasir, kemudian berlalu dari sana.

Davin memasukkan Belanjaannya ke dalam bagasi mobilnya, kemudian menutupnya kembali.

"oekkk oekk" suara bayi menangis, Davin menegakkan tubuhnya, celingak celinguk mencari sumber suara, pria itu tidak melihat siapapun di sekitar sini yang menggendong bayi. Davin mencoba mengacuhkannya saja, ia melanjutkan melangkah menuju pintu mobil.

"Oek!!! Oekkk!! " Suara itu terdengar lagi, akhirnya Davin memutuskan untuk mengelilingi mobilnya kemudian, ya ampun!!!! Mata pria itu melotot melihat seorang bayi dalam sebuah kotak di samping mobilnya.

"Bayi siapa ini???" gumam Davin tak percaya, ia celingak celinguk mencari pelaku yang tega meninggalkan anaknya di samping mobilnya.

Awalnya Davin tak berani mendekat, ia berniat membiarkan saja bayi itu di sana dan pergi. Namun jauh di dalam hatinya ia sedikit tak tega.

Akhirnya Pria itu menggendong bayi yang telihat menggemaskan itu.

"Siapa yang tega membuang mu? " tanya Davin menatap bayi itu iba.

Sakira keluar dari supermarket dengan membawa 1 tentengan belanja. Ia melewati tepat di samping mobil Davin.

Melihat Gadis yang bertengkar dengannya tadi, Davin tersenyum menyeringai, ia berniat akan memberikan bayi itu pada Gadis itu.

"Eh kok bapak ngasih ke saya, Bayi siapa ini?? " pekik Sakira kaget namun tetap menggendong bayi yang sudah ada di tangannya.

"Rawat saja bayi itu" titah Davin.

"Enak sajah, gak mau, bayi gak jelas juga! " tolak Sakira memberikan Bayi itu pada Davin lagi, namun Di tolak nya.

"Eh pak, ini jangan di tinggal sama saya!! " teriak Sakira mengejar Davin yang hendak memasuki Mobilnya.

"Eh kenapa mbak? " tanya ibu ibu yang baru keluar dan hendak masuk ke supermarket.

"Itu mbak, pria itu gak mau akui anaknya. hiks hiks hiks" ucap Sakira mulai berakting menangis. Davin yang menyaksikan nya pun melotot.

"Gak, gak fitnah" bantah Davin.

"Tapi saya lihat kok, bapak ngasih baby nya ke mbak ini" sahut salah satu ibu ibu yang juga berhenti di sana.

"Iya buuu" rengek Sakira masih saja menangis.

"Sabar yah nak, bapak kamu gak mau akui kamu" tambah Sakira pada bayi yang tertidur di dalam gendongan nya.

"Parah ni, tanggung jawab dong jadi laki-laki" ucap Ibu ibu itu mulai mendesak Davin yang tak jadi masuk ke mobilnya.

Tak dapat berbuat apa-apa lagi, Davin menarik Sakira dan mendorong nya memasuki mobil. Gadis itu kaget, hendak menolak ia menatap ibu ibu yang tersenyum padanya. Sakira terpaksa ikut dengan pria sialan yang membuat harinya makin sial.

...🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀...

Bayi Siapa?

Davin membawa Sakira dan Bayi laki-laki yang ia temukan di samping mobilnya ke apartemen pribadi nya.

Keduanya menatap Baby itu intens, yang di baringkan Sakira di atas Sofa.

"Oke, sekarang bapak jujur, mengapa bapak memberikan bayi ini pada saya! " ucap Sakira beralih menatap Davin, lelaki yang seenaknya memberikan bayi padanya.

"Itu bukan bayi saya" jawab Davin menghenyakkan bokongnya di sofa samping bayi.

"Kok bukan sih, kan bayi ini bapak yang bawa" balas Sakira mengerut, jelas jelas bayi itu dari dia.

"Bayi itu sudah ada di samping mobil saya, ketika saya keluar dari supermarket" jelas Davin.

"Jangan bercanda, masa ada orang yang tega menelantarkan anak nya"

"Tuh buktinya" sahut Davin menunjuk Bayi itu dengan lirikan matanya.

"Serius deh pak, jangan bercanda. Ini tu gak lucu tahu" ujar Sakira memelas, ia benar-benar capek sekarang. Terlalu banyak masalah menghampiri nya hari ini, dan sekarang soal bayi astagaaaa Sakira benar-benar gemas dengan hidupnya.

"Saya serius, saya masih lajang mana mungkin punya bayi"

"Itu gak mustahil pak, bayak tu di luaran sana punya bayi tapi belum nikah, apalagi yang be duit. " ujar Sakira mencibir di ujung kalimat nya.

"Maksud kamu apa? " tanya Davin merasa tak terima dengan ucapan Sakira.

"Yah, bisa aja itu bayi dari wanita bapak yang minta pertanggung jawaban. " jawab Sakira enteng membuat Davin naik pitam, seumur umur ia belum pernah nyentuh cewek apalagi menghamilinya.

"Jaga ucapan kamu! " bentak Davin bangkit dan berdiri tepat di depan Sakira. Pria itu menatap tajam gadis yang udah membuat emosinya memuncak, bahkan sejak di supermarket.

"Yah mungkin ajah kan, bisa aja itu terjadi, tapi bapak gak mau mengakui bayi itu. " tambah Sakira yang juga ikut berdiri, ucap gadis itu membuat ubun ubun Davin berasap.

"Kamu!.. "tunjuk Davin pada Sakira.

"Oek. Oek. " Tangis bayi itu memotong ucapan Davin yang hendak memaki Sakira. Keduanya telonjak kaget dan spontan mendekat menepuk-nepuk agar bayi itu kembali tidur.

"Bapak sih teriak teriak" dengus Sakira berbisik menyalahkan Davin.

"Kok saya sih" bantah Davin sedikit lebih keras.

"Tuh kan" ucap Sakira kembali menepuk paha bayi itu yang mulai ingin menangis ketika mendengar suara Davin yang sedikit lebih keras.

Keduanya sama-sama terdiam, posisi masih sama, berada di dekat baby yang sudah kembali tenang dan tertidur pulas.

"Oke, sebaiknya kita bicara sekarang" ucap Davin setengah berbisik takut Baby itu kembali menangis. Pria itu bangkit dan duduk sedikit lebih jauh dari baby agar tak mengusik tidurnya lagi.

"Sejak tadi kita bicara pak" cibir Sakira mengikuti Davin dan duduk tak jauh dari pria itu.

"Kamu harus rawat dia! " titah Davin.

"Kok saya si pak, yang nemuin Bayi itu kan bapak kenapa saya harus terlibat. " bantah Sakira tak terima, belum juga nikah udah ngurus baby, mana tunangan selingkuh, astagaaa Sakira menggeleng kan kepalanya.

"Saya mana bisa, apa kata orang tua saya nanti. "

"Lah bapak fikir orang tua saya nanti gak berkata? " balas Sakira.

Ting Tong

Davin dan Sakira menegang, keduanya menatap ke arah pintu.

"Siapa itu? " tanya Sakira panik.

"Saya gak tahu" balas Davin yang juga panik, jangan sampai ada orang yang tahu jika di dalam rumah nya ada bayi dan wanita ini, bisa bisa mamanya akan berfikir lain.

"Cepat sembunyi!! " titah Davin mendorong Sakira untuk menggendong bayi itu dan bersembunyi di kamarnya.

"Aduh pelan pelan dong" ucap Sakira takut jika bayi itu menangis karena Davin terlalu mendorong nya sehingga guncangan bayi itu terlalu kuat.

"Ssyusss sssyuss" ucap Sakira menenangkan bayi itu hingga tertidur lagi.

Ting Tong!! kembali bel itu berbunyi.

"Buruan!! tetap di dalam dan Jangan keluar hingga aku datang" peringat Davin dan menutup pintu kamar nya dari luar.

Nafasnya tersengal, buru buru Davin berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Kok lama? " tanya Mina Mama Davin.

"Dari kamar mandi mah" jawab Davin mengatur nafasnya, dan mulai bersikap normal.

"Ada apa mama kesini? " tanya Davin ketika mereka sudah duduk di sofa.

"Emang mama kesini harus ada keperluan ajah.? " Cibir Mina.

"Nggk, yah aneh ajah tiba-tiba mama gak ngabarin kesini" balas Davin mencari alasan.

Mina melirik seluruh ruangan apartemen putranya, ia curiga dengan sikap Davin kali ini, terlalu banyak bicara dan, yah sedikit berbeda.

"Liat apa? " tanya Davin mengikuti arah pandang mamanya.

Oh astaga, Davin melihat dot palsu bayi itu terjatuh dilantai menuju kamarnya.

"Mah, sebaiknya mama pulang. " Ucap Davin mengalihkan pandangan mamanya yang hendak menoleh ke arah kamarnya.

"Kamu ngusir mama? " tanya Wanita paru baya itu menatap tajam anaknya.

"Bu bukan gitu mah, "

"Lalu apa? kamu aneh yah, dari tadi mama perhatiin" ujar Mina menatap Davin penuh selidik. Gelagapan, pria itu mencoba menormalkan sikapnya.

"Ga Gak ada, perasaan mama aja kali"

"Pasti ada yang kamu sembunyikan dari mama" tuduh Mina bangkit dan berjalan menuju pintu Kamar Davin.

Kelimpungan, Davin memutar otak nya mencari sebuah ide agar mamanya cepat pergi dari apartemen nya. Jangan sampai ia menemukan gadis yang entah siapa namanya ia tak tahu, dan baby itu.

Dari dalam Sakira dapat mendengar percakapan Davin dan seorang wanita yang ia tak tahu siapa.

Jantungnya seakan ingin copot ketika mendengar suara sepatu mendekat ke arah pintu. Sakira mengeratkan pelukan nya pada sang baby bersiap jika seseorang membuka pintu ini. Ia benar-benar bingung ingin bersembunyi di mana.

Tring!! Tring!!

Davin mendesah lega ketika langkah Mina terhenti oleh suara ponselnya. Wanita paru baya itu membuka tas nya kemudian mengangkat panggilan yang tertera adalah suaminya.

Bukan hanya Davin, Sakira juga mendesah Lega.

"Iya pa? "

"... "

"Iya mama kesana sekarang" balas Mina kemudian menutup sambungan. Beralih menatap putranya, Mina memasukkan ponsel ke dalam tas.

"Awas yah, kalau mama tahu kamu nyembunyiin sesuatu. " ancam Mina pada Davin. Tak pernah melawan, Davin selalu mengikuti apapun yang di inginkan oleh mamanya.

"Iya mah" balas Davin mengangguk patuh.

"Oek!! " Bayi itu menangis.

"Syussssst syussstt" Sakira menggoyang goyang kan pelan bayi yang ada di gendongannya agar berhenti menangis.

Jantung Davin seakan copot, di dalam hati Davin merapalkan doa doa agar mamanya tidak mendengar suara bayi itu.

"Suara apa itu? " tanya Mina menghentikan langkahnya.

"Apa?? gak ada denger apapun! " kila Davin.

"Masa sih" ujar Mina berbalik mencari sumber suara tadi.

"Eh ma ma mahhh, papa udah nunggu lo" bujuk Davin mencegat mamanya, mengingatkan kembali soal papa nya yang tengah menunggu.

"Oh astaga" dengus Mina dan kembali berbalik menuju pintu.

"Hati-hati mah" ucap Davin melambaikan tangan.

"Awas yah kalo kamu sembunyikan sesuatu dari mama" peringat Mina yang di angguki oleh Davin.

Blam~ Pria itu menutup pintu dan langsung menguncinya. Davin berlari menuju kamarnya dan terlihat Sakira tengah terhenyak di lantai dengan bayi itu masih di gendongan nya.

"Apa wanita itu sudah pergi? " tanya Sakira.

"Sudah" balas Davin.

Mereka benar-benar lega sekarang, baru kali ini Davin merasakan deg deg an yang sebenarnya. Begitu juga dengan Sakira, wanita itu hampir pingsan menahan debaran jantung nya.

...🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀...

Kesepakatan!!

Davin dan Sakira mendengus kelelahan, keduanya duduk di sofa kamar Davin dengan bayi yang telah di baring kan Safira di atas ranjang Davin.

"Apa yang harus kita lakukan? " tanya Davin mentap bayi yang tertidur pulas. Otak cerdasnya tak berfungsi sekarang, sungguh Davin pusing di buatnya.

"Aku tidak tahu dan aku tak ingin terlibat dengan hal ini. " balas Sakira, pria itu mengalihkan pandangannya pada wanita yang baru saja mengatakan jika ia tak ingin terlibat. Davin menatap datar ketika gadis itu juga menatap kearahnya.

"Kau tak ingin terlibat? " ulang Davin, Sakira pun mengangguk mengiyakan pertanyaan Davin.

"Apa kau tak kasihan dengan bayi itu? lihat lah dia sangat lucu. " ucap Davin beralih menatap bayi itu kembali. Ia berusaha membuat Sakira simpati, tidak mungkin ia harus mengurus bayi itu sendirian.

Bukan tidak kasihan, Sakira sangat kasihan pada Bayi itu, tapi bagaimana bisa gadis lajang mengasuh seorang bayi?. Bisa bisa ajah sih, banyak juga di luar sana anak gadis seusianya menjadi baby sister.

Nah itu baby sister, sebuah pekerjaan bukan mengasuh dan menjadi orang tuannya.

Sakira memutar otaknya, memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan situasi hidup nya yang semakin rumit baginya.

Belum sempat mikirin gimana pertunangan nya, sekarang ia harus merawat bayi??

Omg, Sakira memukul mukul kepalanya yang semakin terasa buntu tak dapat solusi apapun.

"Hei, kau sudah gila? " tanya Davin bingung melihat tingkah aneh gadis di depannya ini.

Sakira yang tersadar dari pemikiran nya hanya nyengir merutuki tingkah bodohnya. Bodoh sekali ia melupakan bukan hanya dia sendiri yang berada di sini.

"Maaf yah pak, bukannya gak mau ni yah rawat bayi itu. Tapi saya fikir bapak lebih bisa buat rawat bayinya. Bapak kaya, jadi pasti bisa dong bayar baby sisters buat jaga bayi nya. " Ucap Sakira panjang lebar. Davin tak merubah merubah ekspresi wajahnya, ia hanya diam menatap Sakira.

"Tentu aja, tapi saya tidak ingin orang lain tahu. Akan lebih baik kamu yang jaga bayi itu. "

"Gak bisa gitu dong pak, terus gimana saya kerja coba? gak bisa" bantah Sakira tak terima dengan keputusan sepihak Davin.

"Dimana kamu bekerja? "tanya Davin, ia bisa menggunakan kekuasaannya membuat Sakira mengasuh Bayi itu.

"Di Family Word" jawab Sakira datar. Seketika senyum Davin tersungging, beruntung sekali dirinya. Family Word adalah perusahaan milik keluarga nya, lelaki ini adalah CEO nya.

"Kenapa bapak tersenyum aneh gitu? " tanya Sakira menatap Davin penuh curiga.

"Kamu harus menjaga bayi itu. " titah Davin tak terbantahkan.

"Mana bisa begitu sih pak!!! kan sudah saya bilang saya kerja. gimana sih pak!! " sungut Sakira berapi-api. Sementara lawan bicara nya hanya menatap nya santai.

"Yah saya tahu, nanti saya bakal suru atasan kamu untuk memindahkan kamu menjadi asisten saya. " ucap Davin santai.Sakira melotot, apa dia tidak salah dengar, Davin meminta atasannya untuk memindahkan nya menjadi Asisten bapak gila ini.

"Maksudnya? " Sakira tak mengerti dengan penuturan pria di depannya ini apa. Otaknya masih belum bisa berfikir.

"Tuh." tunjuk Davin menggunakan matanya, Sakira mengikuti arah mata Davin, gadis itu menutup mulutnya melihat nama perusahaan nya terpampang jelas di atas meja kerja yang ada di sudut kamar Davin.

Sakira menatap Davin dan meja kerja itu bergantian, masih tak bisa gadis itu percaya di hadapannya adalah CEO perusahaan tempat ia bekerja.

"Itu beneran? " tanya Sakira lagi memastikan.

"Tak ada penolakan, setiap hari kamu harus kesini untuk menjaga bayi itu. "

"Eh tunggu pak, jangan samain dong kerja sama permasalahan pribadi ini" tutur Sakira yang awalnya mengeraskan suaranya berubah menjadi pelan ketika Davin menatapnya.

"Kamu tidak patuh dengan atasan mu? " ujar Davin dingin.

"Bu bu bukan begitu pak, tapi kan kalau di perusahaan saya kerja cuma 5 hari. kenapa di sini saya harus datang tiap hari. " Ucap Sakira takut takut, nyalinya menciut bagaimana tidak, di kantor ia sering mendengar dari karyawan lain kalau CEO mereka sangat galak, dan dingin. Sakira tak menyangka akan mendapatkan masalah seperti ini dengan CEO yang belum pernah ia lihat ini.

"Apa mau mu? " tanya Davin to the poin menanyakan ke inginan Gadis di depannya ini.

"Baiklah, saya akan datang setiap hari. Namun hanya sampai sore. Malamnya bapak yang menjaga bayi ini bagaimana? "

"Maksud mu, kita bagi sift begitu? " tanya Davin memperjelas keinginan Sakira.

Gadis itu mengangguk dan mengulurkan tangannya.

"Bapak setuju? " tanya Sakira menunjuk tangannya dengan mata.

"Baiklah" balas Davin pasrah menerima uluran tangan Sakira.

Kryuuukkkk kryuuuuukkkk

Sakira dan Davin serentak memegang perut mereka yang mulai terasa semakin perih.

"Kamu lapar? "

"Bapak lapar? "

Keduanya saling bertanya serempak, kemudian mengalihkan wajah masing-masing.

"Jangan panggil saya bapak"

"Lalu saya harus memanggil anda seperti apa? " tanya Sakira datar.

"Davin, panggil saya Davin"

"Tidak cocok, saya lebih nyaman memanggil anda bapak" ucap Sakira mengejek, membuat Davin melotot mendengar nya.

"Oo begitu yah, sudah gak sayang sama pekerjaan? " tanya Davin menyeringai, kemenangan ada di tangannya.

"Dasar om om tua, bisa nya cuma mengancam! " densus Sakira kemudian keluar dari kamar, Perutnya benar-benar lapar sekarang.

"Dimana dapur bapak? " tanya Sakira berjalan celingak celinguk melihat sekelilingnya mencari posisi dapur.

"Nah itu Dapurnya" tunjuk Davin mengikuti Sakira dari belakang.

Gadis itu mengambil belanjaan yang ia bawa tadi, dan mengeluarkan 2 bungkus mie instan.

"Kau akan masak mie? " tanya Davin tak percaya.

"Tentu saja, aku sangat lapar dan mie yang paling muda dan cepat untuk di masak. " balas gadis itu mengambil panci kemudian mengisinya dengan air dan merebusnya.

Davin hanya duduk di meja makan sambil memperhatikan setiap gerak gerik gadis yang masih belum ia ketahui namanya.

"Ini untuk bapak, dan ini untuk saya" ucap Sakira meletakkan semangkok mie di depan Davin dan Semangkok untuk nya.

"Terimakasih.... mm.. " ucap Davin tak tahu ingin menyebut nama Sakira.

"Sakira" sahut nya.

"Oh yah, Terimakasih Sakira " ulang Davin tersenyum kikuk.

Mereka makan dalam diam, lebih memilih fokus dengan makanannya sendiri.

Terlihat begitu kaku dan canggung. Makan malam berdua dengan orang yang baru di kenal, ini sungguh tidak pernah di bayangkan oleh Sakira. Bahkan Bos nya sendiri, yang Sakira dengar bosnya itu sangat dingin dan angkuh.

"Tidak seperti yang mereka bicarakan" gumam Sakira pelan.

Davin terlihat santai, namun didalam hatinya ia merasa sangat gugup, tidak biasa makan malam bersama wanita, apalagi ini wanita yang baru ia kenal, meskipun karyawan nya sendiri.

...🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!