🌸🌸
Asyifa Zoya seorang gadis berhijab yang kalem, pemalu tetapi memiliki hati yang hangat. Zoya panggilannya, ia sedang melaksanakan sholat zuhur di musholla sekolah yang didudukinya. Zoya berdoa berharap ia bisa mendapatkan beasiswa di negara yang ia inginkan yaitu Turki.
Zoya sedang memakaikan sepatunya setelah selesai melaksanakan sholat fadhu yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim. Zoya sangat taat pada agamanya hingga tak jarang ia selalu melaksanakan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah karena menurutnya agama dan orang tua itu penting dari apapun.
Seseorang tiba-tiba datang menghampiri Zoya dengan nafas yang terengah-engah. Zoya yang melihatnya menatap heran pada sahabatnya itu. Ya, dia sahabatnya. wanita keturunan Chinesse bernama Mei-yin.
"Kamu kenapa Mei?" tanya Zoya berdiri dari jongkoknya.
"Itu lho Zo, wali kelas sudah masuk untuk membagikan amplop" jawab Mei-yin yang sedang mengatur nafasnya.
"Yasudah ayo kita ke kelas" ajak Zoya menyandang tasnya.
"Kira-kira kita dapat ga yaa beasiswa di luar negeri? aku pengen banget kuliah di Italy" ucap Mei-yin menghayal.
"Hemm, semoga saja yang penting berdoa dulu" ucap Zoya tersenyum.
"Iya kamu benar, setiap ibadah aku slalu berdoa" sahut Mei dan dibalas senyum oleh Zoya.
Mereka telah tiba di kelas dan guru sedang menunggu Zoya dan Mei agar penyampaian pengumuman itu tidak ketinggalan.
"Bu, maaf saya telah tadi sholat zuhur dulu" ucap Zoya pada gurunya.
"Tidak apa-apa Zoya, sekarang duduklah" suruh Bu guru dan diangguki oleh Zoya dan Mei. mereka pun menuju bangku dibarisan kedua dan menduduki tubuhnya bersiap mendengar penyampaian bu Guru.
"Baiklah anak-anak, karena semuanya sudah lengkap, Ibu akan membagikan amplop ini siapa yang akan mendapatkan beasiswa diluar negeri" ucap Bu guru menunjukkan amplop putih itu ke udara.
"Semogaa aku dapat"
"Semoga aku dapat" suara riuh anak-anak dikelas. sedangkan Zoya menutup matanya menengadahkan tangannya diatas paha, berdoa didalam hati. Ibu guru mulai berjalan ke arah muridnya yang akan ia berikan amplop, hati semua murid itu dag dig dug tak karuan berharap mereka mendapatkannya.
"Sarah"
"Fatma"
"Yoga"
"Ilham"
Itulah nama-nama yang telah dikunjungi bu guru dan memberikan amplopnya tersisa dua amplop lagi, ia berjalan menuju kursii yang ditempat Zoya dan Mei-yin.
"Zoya"
"Mei-yin"
Dan amplop pun habis tanpa tersisa.
"Asyiiiik.... boleh dibuka kan bu?" tanya Fatma.
"Silakan" jawab ibu tersenyum. sedangkan anak yang lain menggerutu kesal kenapa mereka tidak mendapati amplop itu.
"Zo, ayo buka.. aku gak sabar" ucap Mei-yin menatap amplop Zoya.
"Boleh" ucap Zoya dan segera membuka amplopnya. Zoya segera membaca isinya dan kaget melihat ia akan menduduki Universitas Nasional Seoul.
"Kenapa??" tanya Mei ketika raut wajah Zoya berubah.
"Kenapa malah di seoul" rengeknya.
"Wah bagus banget tuh bisa ketemu oppa jungkok" ucap Mei-yin girang tak terkira.
"Tapi kan aku mintanya di Turki, kok aneh yaa" gumam Zoya. Zoya menatap bu guru yang sedang duduk dikursinya sambil memainkan ponsel dengan tersenyum. tiba-tiba suara Zoya membuyarkan tatapannya dari ponsel.
"Buuu...." panggil Zoya yang sudah berdiri didepan meja guru.
"Eh Zoya, ada yang mau ditanyakan nak?" tanya bu guru.
"Begini bu, kemarin Zoya mendaftar di Turki tetapi kenapa jadi korea bu?" tanya Zoya.
"Oh itu, begini nak.. di Turki sudah penuh untuk menampung anak indonesia dan pihak mereka menyarankan kamu di korea saja karna dibidang jurusanmu lebih bagus di Korea" jelas bu guru.
"Oh gitu, baiklah bu. terima kasih" ucap Zoya dan kembali menduduki kursinya
Setelah pertemuan dengan guru disekolah, Mei-yin mengajak Zoya merayakan keberhasilan mereka menempuh bangku kuliah diluar negri. walaupun Zoya berharap sangat di Turki, tetapi ia tetap menghargai keputusan sekolah yang menaruhnya ke negri gingseng itu.
"Zo, kita mau kemana nih?? kali ini aku traktir deh" tanya Mei-yin yang sedang memegang setir mobil.
"Hmmm.. kafe bene yuk" usul Zoya yang antusias.
"Wah itukan kafe korea gitu yaa.. ciyeee yang mentang akan ke korea nih" goda Mei.
"Ah biasa saja. aku cuma suka dengan dessertnya doang kok" jawab Zoya dengan santainya.
"Yasudah, kita berangkat yaa" ucap Mei-yin menekan pedal gas mobil dan melajukannya.
Mei-yin menghentikan mobilnya di kafe yang diinginkan Zoya, mereka membuka seatbelt lalu membuka pintu mobil. Zoya keluar dengan anggunnya, gamis syar'i yang melekat pada tubuhnya membuat semua orang akan terpana memandang sosok gadis sholeha itu.
"Dia cantik sekali" puji salah satu pengunjung kafe itu.
"Dia pemalu sekali, jalan menunduk gitu" ucap teman yang lainnya.
"Sholeha sekali yaaa" sambung sebelahnya.
Begitulah sekiranya ghibah-an para kaum pria ketika melihat bidadari surga yang lewat. Zoya dan Mei-yin telah tiba di pintu masuk dan segera mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman untuk mereka tempati.
"Mei, duduk disini saja. agak sepi, malas ah duduk dikerumunan pria" pinta Zoya.
"Oke deh, tidak masalah. hitung-hitung aku jaga hati untuk Andrew" sahut Mei-yin.
"Langgeng yaa.. semoga cepat nikah deh biar terhindar dosa" ucap Zoya yang jarinya asyik mengetuk meja.
"Iya bu ustadzah, ntar sudah tamat lho aku nikah. kamu juga buruan" goda Mei.
"Tidak ah, fokus pendidikan dulu. nanti ada masanya jodohku akan datang" jawab Zoya tersenyum.
Sedang asyik mengobrol perihal jodoh, pelayan kafe menghampiri mereka untuk menunjukkan buku menu yang dibawanya. Mei-yin mengambil buku menu itu dan membuka lembaran demi lembaran untuk melihat menu yang ingin ia nikmati.
"Choco devil bingsu kak" ucap Mei-yin dan menyerahkan buku itu pada Zoya. akan tetapi Zoya malah memberikan buku itu pada pelayan.
"Sama aja teh" ucap Zoya mengembalikan buku menu itu.
"Baik, silakan ditunggu ya" ucapnya dan berlalu meninggalkan pelanggannya.
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka telah datang membawa desert itu lalu meletakkannya diatas meja. Zoya menatap desert itu yang menurutnya sangat menggoda dan segera memakan dessert itu sedikit demi sedikit.
"Bismillah.." gumamnya lalu memasuki sesendok dessert kedalam mulut mungilnya.
"Heem.. enak banget. gak rugi deh kalau kesini" ucap Mei dan diangguki oleh Zoya. Hingga hampir dua jam mereka di kafe itu menghabiskan sisa waktu kebersamaan mereka dalam beberapa hari lagi sebelum berpisah menuju negara yang akan mereka tempuh untuk mencapai cita-cita.
Zoya yang merasa sudah sangat lama disana, melihat sekelilingnya yang sudah mulai ramai pengunjung yang datang. Zoya pun mengajak Mei-yin untuk segera pulang kerumah masing-masing.
"Mei pulang yuk.. bentar lagi ashar nih" ucap Zoya melirik jam tangan dipergelangannya.
"Yasudah ayoo" turut Mei segera mengambil tasnya. dengan langkah gontainya, mereka berjalan melewati pengunjung yang notabenenya adalah para remaja seusia mereka. Zoya terus menatap ke depan sesekali menunduk apabila seorang lelaki berjalan kearahnya. bagi Zoya, pandangan juga merupakan aurat apalagi bila memandang dengan intens sosok yang bukan mahramnya.
Hingga akhirnya mereka tiba di dalam mobil milik Mei dan Mei pun segera menyalakan mobilnya meninggalkan kafe tersebut.
🌸🌸
🌸🌸
Mobil yang dikendarai Mei-yin telah tiba dikediaman Zoya yang mewah dan dipenuhi oleh beragam macam bunga berwarna-warni dan terdapat kolam ikan disamping kiri dengan air pancuran yang menetesi kolam itu. Rumah yang sangat indah bagi siapa saja yang memandangnya. Zoya juga termasuk orang brada yang memiliki seorang ayah berprofesi pilot dan ibunya yang berprofesi sebagai desaigner gamis-gamis dikalangan ibu dan remaja saat ini hingga tak jarang butik milik Ibunya Zoya sangat ramai diminati kalangan berhijab. sedangkan Zoya sangat meminati ilmu matematika hingga dibangku kuliah ia akan memperdalam ilmu itu.
"Kamu gak masuk dulu?" tanya Zoya pada Mei.
"Lain kali saja ya Zo, Andrew ngajak ketemuan nih kebetulan ia pulang dari italy" jawab Mei-yin.
"Iya deh, terima kasih yaa byeee" ucap Zoya melambaikan tangannya. hingga Mei-yin tak terlihat lagi, Zoya melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah.
"Assalamualaikum ujang Dito" sapa Zoya menyalimi penjaga rumahnya.
"Waalaikumsalam neng" jawab ujang Dito.
"Zoya masuk dulu ya jang" pamit Zoya dan diangguki oleh ujang Dito.
Zoya pun memasuki rumahnya yang besar dan megah, terdapat banyak figura ayat-ayat suci dan fhoto keluarga mereka. Zoya memiliki kakak perempuan yang baru saja menikah dengan seorang arsitektur dua tahun lalu dan memiliki anak lelaki yanng mungil menggemaskan. sudah merasa lelah, Zoya segera menaiki tangga dan menuju kamarnya. setelah itu diliriknya jam didinding sudah menunjukkan pukul tiga sore.
"Sangat lelah sekali" gumamnya membuka hijab dan menggantungnya dihanger setelahnya Zoya membaringkan tubuhnya hingga tak terasa ia langsung terlelap ke alam mimpi dengan balutan gamisnya.
Allahuakbar allahuakbar..
Zoya langsung terbangun mendengar suara adzan yang terdapat diponselnya. ia mengerjap-ngerjapkan mata yang masih terasa mengantuk. diambilnya ponsel dari dalam tas dan membiarkan adzan itu berkumandang ditelinganya hingga selesai. Zoya sangat menyukai alunan ayat-ayat suci hingga adzan tiba pun Zoya khushuk mendengar lantunannya hingga selsesai.
Beberapa menit kemudian, adzan diponselnya telah berhenti berkumandang, Zoya segera mengambil handuk dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. dibukanya gamis yang melekat ditubuhnya dan menaruh kedalam keranjang pakaian kotor. Zoya segera menyalakan shower air dan membiarkan guyuran air itu menyentuh kulit putihnya. setelah selesai mandi, Zoya segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat ashar yang telah tiba.
Zoya mengambil pakaian yang memiliki lengan panjang dan celana yang panjang pula lalu ia pergi keruang sholat yang telah terdapat didalam kamarnya. mengibarkan sajadah dan memasang mukena hingga tidak ada sehelai rambut yang keluar hingga sholat pun dimulai olehnya hingga selesai.
"Alhamdulillah ya allah.. Zoya masih bisa melaksanakan sholat" gumamnya menatap dinding atas yang bertulisan lafadz Allah. setelahnya dilipatnya kembali mukena dan sajadah menaruh pada tempatnya.
Kruyuk kruyuk
"Waduh, lapar lagi nih. masih ada gak yaa masakan bibi?" gumamnya bicara sendiri. Zoya pun berjalan dengan langkah gontainya menuruni tangga dan menuju dapur dilihatnya Bibi sedang memotong sayuran.
"Wah, Bibi masak apa?" tanya Zoya.
"Mau buat capcay neng, kesukaan neng Zoya" jawab Bibi tersenyum.
"Hemmm, jadi gak sabar bi. ohya, makanan tadi siang masih adakan bi??" tanya Zoya kembali.
"Ada neng, Bibi ambilkan dulu" ucap Bibi.
"Jangan bi, Zoya aja" tawarnya dan bibi pun memberitahu kalau makanan tadi siang ada di lemari atas tempat Zoya berdiri.
"Oh disini" ucap Zoya membuka pintu lemari dan mengambil mangkuk yang berisi dendeng sapi dan sayur kangkung terasi. sangat maknyos
Zoya pun membawanya ke meja makan dan menuangkan nasi dan lauk pauk kedalam piringnya. tak lupa ia juga berdoa terlebih dahulu agar makanan yang ia cerna akan menjadi berkah. Zoya sangat doyan makan, padahal sebelum pergi ke sekolah ia juga telah makan siang terlebih dahulu dirumah. entah kenapa perutnya tidak pernah puas untuk menyaring makanan. agar tidak tumbuh menjadi penyakit, Zoya sering melakukan yoga dan aerobik diruang olahraga.
Sore pun telah tiba, matahari mulai meninggalkan peraduannya dari muka bumi. Ibunya Zoya telah pulang dari pekerjaannya mengurus butik dan menyapa anak bungsunya yang sedang menonton upin ipin di televisi.
"Assalamualaikum anak umi yang paling cantik" ucap Ibu Zoya.
"Waalaikumsalam mi, sudah pulang?" tanya Zoya mencium punggung tangan ibunya yang biasa dipanggil umi. ummi yang bernama Aisyah memiliki paras cantik seperti anaknya.
"Sudah nak, ummi lelah sekali banyak pelanggan yang menyerbu umi" adunya.
"Alhamdulillah mi, sudah banyak peminat gamis sekarang" seru Zoya.
"Benar sekali. Ummi jadi senang melihatnya" ucap ummi Aisyah dan disenyumi oleh Zoya. Zoya pun melanjutkan menonton upin ipin hingga tak jarang membuatnya tertawa menyaksikan acara kartun itu.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, suara adzan telah kembali berkumandang. Zoya segera kekamarnya untuk melaksakan sholat maghrib. setelah selesai sholat, Zoya melanjutkan berdzikir dan mengaji hingga waktu isya dimulai. telah satu jam lebih Zoya berada diruangan sholat menghabiskan waktu dengan mengaji dan berzikir hingga ia pun kembali melaksanakan sholat isya.
Kini ummi dan Zoya telah berada diruang makan bersama Bi imah, Bi ira dan ujang Dito. mereka telah biasa makan bersama majikannya sebab dari awal bekerja ummi Aisyah meminta pekerjanya untuk makan bersama dengannya disatu meja. Ummi tidak suka dengan pandangan orang-orang yang membedakan kasta, baginya kita sebagai manusia itu sama saja dimata Allah. harus saling menghargai, menghormati tanpa membeda-bedakan kasta dan rupa. begitu juga dengan siklus pertemanan seperti Zoya yang memilih akrab dengan Mei-yin yang tentunya berbeda keyakinan dengannya. Ummi dan Abi mengajarkan anak-anaknya tidak membeda-bedakan siapapun baik dalam bentuk ras maupun agama asal kita masih menjaga pegangan hidup kita terhadap Allah.
"Mbak, jang, ayo makan.. ujang Dito memimpin doa yaa seperti biasa" suruh Ummi.
"Siap mbak" ucapnya lalu menengadahkan tangan untuk berdoa.
Makan malam telah selesai, Zoya dan Ummi sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton televisi. Tiba-tiba ummi membuka suara untuk menanyakan perihal beasiswa yang didaftarkan putri tercintanya.
"Zo, bagaimana disekolah tadi?? apa kamu mendapatkan beasiswa itu?" tanya ummi.
"Astaghfirullah.. iya mi, Zoya hampir lupa memberitahu ummi. sebentar ya mi Zoya ke kamar dulu" ucap Zoya dan segera berlari menuju kamarnya.
Zoya menghampiri tasnya yang ada digantungan, merogohnya untuk mencari amplop putih yang ingin ia tunjukkan pada ummi.
"Ahaaa.. dapat" gumamnya segera ia retsleting kembali dan berjalan menuju umminya yang sedang menonton televisi.
"Ini Ummi.. tapi sayang, Zoya gak dapat di Turki" ucapnya memberi amplop dan segera duduk disamping umminya.
"Loh kok bisa nak?" tanya ummi sambil membuka selembar kertas itu.
"Kata bu guru sih disana gak nampung lagi dan kebetulan di korea mau menerima Zoya" jelasnya. Ummi pun manggut-manggut mengerti.
"Yasudah terima saja nak, mungkin disana sudah rezekimu diberi Allah" ucap Ummi.
"Iya mi, tidak apa kok" jawab Zoya tersenyum.
🌸🌸
🌸🌸
Beberapa hari kemudian, Zoya tengah sibuk mempacking pakaiannya ke dalam koper dan beberapa buku dan alat-alat lainnya untuk kuliah di Korea, kebetulan Abi yusuf akan pulang hari ini karna jadwalnya libur dari penerbangan.jadi Zoya bisa berkumpul dulu dengan keluarganya sebelum berangkat ke Negeri gingseng itu.
ting tong ting tong
Suara bell berbunyi pertanda ada tamu yang datang, entah siapa belum tau yang pasti Bi ira langsung menghampiri pintu utama dan membukanya lebar-lebar.
"Eh neng Mei-yin.. mau cari neng Zoya ya?" tanya Bibi.
"Iya bi. Zoya nya ada kan?" tanya Mei.
"Ada neng, silakan masuk.. neng Zoya berada dikamar" suruh Bibi mempersilakan Mei-yin. Mei-yin sering bermain mengunjungi sahabatnya itu dirumah terkadang Zoya sangat susah untuk diajak keluar walau sekedar jalan-jalan menghirup udara kota bandung. Mei-yin pun segera memasuki rumah Zoya dan berlari menaiki tangga menuju kamar sahabatnya. rumah Zoya sudah seperti rumahnya sendiri, terkadang mereka seperti saudara yang sangat akur.
Dengan santainya, Mei langsung saja membuka pintu kamar tanpa mengetuk dan mengedap-ngendap jalan menghampiri Zoya yang sepertinya sedang mengambil buku untuk dimasukkan ke dalam koper.
Dooooooor......
Zoya terkejut sesuatu mengejutkannya, ia membalikkan tubuhnya dan mendengus kesal melihat orang yang mengagetkannya.
"Ih Mei-yin!! hampir saja copot jantungku tau" rengek Zoya memasang wajah cemberut.
"Hahahaha habisnya kamu serius kali tau" ucap Mei tertawa dan Zoya pun tak memperdulikannya lagi. Mei pun menghampiri kasur, membaringkan tubuhnya ia teringat dua jam lagi akan terbang ke italy bersama pacarnya Andrew. ya, Andrew juga kuliah disana maka dari itu Mei-yin juga menginginkan kuliah di Italy agar bisa lebih dekat dengan kekasihnya.
"Zo, kamu gak ucapkan kata perpisahan gitu sama aku?" tanya Mei.
"Emangnya kamu mau berangkat sekarang?" tanya Zoya yang sedang menutup kopernya.
"Iya, dua jam lagi aku berangkat" ucapnya sendu.
"Aaah Mei-yin, aku pasti sangat merindukanmu" ucap Zoya menghampiri Mei dan memeluknya.
"Aku juga.. pasti kita ga akan ketemu lagi" ucap Mei.
"Jangan ngomong gitu, kita pasti bertemu lagi kok" sanggah Zoya.
"Kita harus sering berkomunikasi pokoknya" seru Mei-yin mengacungkan jari kelingkingnya.
"Itu pasti sahabatku, kamu harus hati-hati disana jaga diri kamu jangan sampai Andrew menyentuhmu sedikit saja" celoteh Zoya memceramahi sahabatnya itu.
"Siap bos! kamu juga harus jaga diri. ohya, kalau kamu tau konser Bts kasih tau aku yaa.. aku akan langsung terbang ke korea" ucap Mei-yin dengan semangat empat limanya.
"Heem... Bts lagi Bts lagi.. apa sih hebatnya mereka?" heran Zoya.
"Mereka cute banget tau, jadi pengen deh dapati salah satu dari mereka apalgi jungkok, aaaaah tuhaaaan......" teriaknya heboh.
"Dasar kamu ini, terlalu menyukai orang yang tidak mengenalmu" ledek Zoya.
"Heemmm.. kamu itu karna belum pernah melihat mereka. skali memandang pasti langsung klepek-klepek" ucap Mei menghayal wajah jungkok. dan Zoya pun memilih diam saja daripada meladeni sahabatnya yang gila k-pop itu.
Hening, kedua wanita itu sedang berbaring memandang langit-langit kamar, entah apa yang mau dibicarakan Zoya pun bingung. Zoya tipe wanita yang harus diajak ngomong baru ia akan ngomong. Mei-yin yang mengerti sahabatnya itu agak pendiam, ia pun membuka pembicaraan untuk menghentikan keheningan mereka.
"Zo, kamu kapan berangkat?" tanya Mei-yin.
"Besok Mei bareng Abi" jawabnya.
"Ooh, sekarang Abi kamu sudah pulang?" tanya Mei lagi.
"Sudah, dia libur tuh. besok bekerja lagi kebetulan tujuan abi terbang ke korea jadi bisaa deh barengan" jelas Zoya.
"Enak dong yaa" ucap Mei-yin dan diangguki oleh Zoya.
"Yasudah aku pulang dulu yaa.. Andrew sudah chatting aku nih dia sudah dirumah" pamit Mei-yin.
"Cepat amat ya, masih rindu tau" keluh Zoya duduk.
"Ayo kita berpelukan, jangan lupa sering-sering hubungi aku" ucap Mei.
"Pasti. kamu hati-hati yaaa.. yuk ku antar sampai depan" ucap Zoya dan mereka pun menuruni tangga dan Zoya mengantar Mei-yin sampai depan rumahnya.
"Daaaaaa Meei...." ucap Zoya melambaikan tangan.
"Daaaaa Zoya.. i miss you" ucap Mei-yin.
"I miss you too" balas Zoya hingga akhirnya Mei telah meninggalkan rumahnya membuat Zoya kembali sedih meratapi kepergian sahabatnya itu. Zoya kembali memasuki rumahnya, tiba-tiba ia terasa tenggorokannya kering dan Zoya berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Segernya... sampai lupa menawarkan minum pada Mei-yin. astaghfirullah" gumamnya setelah meneguk habis.
"Anak abi, kenapa ngucap gitu?" tanya Abi Yusuf yang baru saja tiba didapur untuk membuat kopi.
"Eh abi, mengagetkan saja. itu tadi Mei-yin kemari jadi Zoya lupa menawarkan minum. hehe" jelas Zoya cengengesan.
"Oalah nak, tapi tidak sengaja kan lupanya jadi tidak masalah" ucap Abi Yusuf.
"Hehe iya bi, Zoya rindu Abi" ucap Zoya memeluk abinya.
"Abi juga nak, inshaallah Abi akan sering-sering mengunjungimu disana yaa.. kemarin Abi sudah minta tolong pada teman Abi untuk mencarikanmu kontrakkan sayang, nanti Abi kasih" ucap Abi Yusuf.
"Terima kasih ya bi, Zoya ke kamar dulu" ucap Zoya berpamitan.
"Baiklah"
Zoya pun meninggalkan Abinya sendiri di dapur dan beranjak menuju kamar. Zoya memainkan ponselnya dan menonton film religi yang menyentuh bagi siapa saja yang menonton. hingga tak jarang membuat dirinya terkadang mengeluarkan air mata saat ada adegan yang membuat hatinya tersentuh.
Hari sudah menunjukkan pukul setengah empat, Zoya segera mematikan ponselnya dan segera membersihkan diri lalu mendirikan sholat. setelahnya Zoya berkumpul di ruang keluarga kebetulan kakak dan suami serta anak mereka datang berkunjung.
"Auzaaaaaaar........" teriak Zoya dari atas tangga saat melihat kakaknya duduk bercengkerama dengan orang tuanya. Zoya segera berlari tidak sabar untuk menggendong bayi mungil yang berumur satu tahun itu. sesampai didepan kakaknya, Zoya mengambil alih keponakannya untuk ia gendong.
"Auzaaar... bayi mungilku.. sini tante gendong nak" ucap Zoya mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya.
"Cup cup cup.. gemes sekali ponakanku ini" ucapnya.
"Lalalalala nte jowaa" ucap bayi itu dengan suaranya.
"Apa sayang?? mau biskuit? ini tante berikan" ucap Zoya tersenyum.
"Ehem! Zo...." panggil Ummi.
"Ya mi??" sahut Zoya yang masih sibuk dengan keponakannya.
"Kamu tidak salam dulu sama kakak dan kak iparmu, hm???" ucap Ummi.
"Hehehe Zoya lupa mi, habisnya Auzar langsung menghipnotis Zoya" ucapnya polos. melihat adiknya membuat Azura kakak Zoya tersenyum lucu begitupun Malik kakak iparnya juga tersenyum.
"Kakak ipar?? sehat?" tanya Zoya menyalimi kakak iparnya.
"Alhamdulillah sehat Zo asal kakakmu memberikan mas makanan sehat" jawabnya melirik Zura.
"Yaiya dong sehat kang, gak mungkin racun ku berikan" sanggah Zura.
"Kamu tidak salimi kakak, Zo??? gitu amat mentang mau ke korea langsung gak sapa kakak" ucapnya merajuk.
"Hehe jangan merajuk dong kak, Zoya kasih cipika cipiki nih" ucap Zoya mencium pipi kakaknya.
"Huwaaaaaaa.... huwaaaaa......" suara tangis Auzar menggelegar membuat semuanya terkejut.
"Aduh nak kenapa kok nangis?" tanya Zoya cemas.
"Huwaaaa...miiii....".tangisnya menunjukkan jemarinya pada Zura.
"Astaghfirullah Zoya, jari anakku kamu himpit" ucap Zura mengambil alih anaknya menghembus jari mungil itu agar tak sakit lagi.
"Aku kan gak sengaja"
🌸🌸
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!