NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Menjadi Tokoh Utama Wanita Jahat

PROLOG

-o0o-

Freya Grizelle. Sejak kecil sudah ditakdirkan sebagai putri bangsawan hidup berkelimpangan harta, kenapa tidak? Karna setelah kematian sang bunda dirinya di manja oleh sang ayah yang merupakan seorang Emperor di Imperial Palace. Segala permintaan sang buah hati selalu terpenuhi walaupun permintaannya sedikit melenceng dari logika namun bagi Arsenio kebahagiaan putrinya yang paling utama.

Karna hidup berlimpah Freya tumbuh menjadi gadis sombong dan serakah, bahkan saat berusia 20 tahun dimana dirinya telah diangkat menjadi seorang Empress karna Arsenio tidak sanggup lagi untuk memimpin, sudah terlalu tua untuk bekerja keras. Sejak saat itu telah beredar rumor panas bahwa Freya sudah memiliki beberapa selir pria. Suatu hal yang sangat mengganjal karna sepanjang sejarah kerajaan belum pernah terdapat berita bahwa seorang ratu bisa memiliki selir.

Hal tersebut mengundang kontroversi namun tidak seorangpun berani memprotes karna sifat Freya yang terkenal sadis bisa mengeksekusi siapapun tanpa pandang bulu. Bukan hanya terkenal dengan sifat nan ganas namun penampilan Freya ikut menjadi topik terhangat pasalnya Emperor memiliki garis keturunan berambut pirang dan mata biru safir tapi semua itu tidak berlaku bagi seorang Freya karna gadis itu menuruni gen nenek buyutnya yaitu rambut hitam panjang dengan mata semerah darah menimbulkan kesan mematikan dan hawa dingin menusuk tulang.

Charlotte Dwyne. Seorang pelukis desa yang terkenal baik hati, rajin, pintar dan suka menolong. Dia diangkat menjadi tutor kesenian di Imperial Palace sejak berusia 19 tahun, hidup miskin tidak membuatnya menyerah untuk bertahan hidup, selain menjadi tutor Charlotte juga bekerja paruh waktu di beberapa restoran dan perpustakaan, oleh karna itu dirinya selalu sibuk demi membiayai sekolah sang adik yang juga baru menduduki bangku sekolah menengah di akademi.

Sayangnya selama bekerja di Imperial Palace dirinya selalu mendapatkan perlakuan buruk dari Freya karna gadis itu marah saat tunanganya memiliki perhatian lebih pada Charlotte. Tutor dalam sekejab berubah menjadi pelayan pribadi tak membuat Charlotte berkecil hati, sabar dan sabar itulah yang ia lakukan.

Arthur van Zander. Emperor dari kerajaan besar berelemen api terbukti dengan bendera ‘Naga Bersayap Empat’ menjadi simbol kerajaannya. Arsenio dan orang tua Arthur telah menjodohkan buah hati mereka satu bulan sebelum Arsenio meninggal dunia. Menolak? Sudah berbagai cara ia lakukan namun pada akhirnya menyerah karna tidak tega melihat sang bunda yang memiliki penyakit serangan jantung.

Sang bunda sangat mencintai suaminya, itulah mengapa sejak dulu Mary tidak pernah membantah segala keputusan walaupun melibatkan kebahagiaan putranya. Disaat yang sama Arthur merupakan pria yang sangat menyayangi ibunya mau tidak mau menuruti permintaan sang bunda bertunangan dengan Freya si wanita jahat dari kerajaan seberang. Kesan pertamanya ketika bertemu Freya adalah muak dan tak peduli, tidak pernah sekalipun dirinya berbincang dengan gadis itu walaupun setiap hari selalu mendapatkan godaan mengundang hawa nafsu dari Freya.

Walaupun begitu dirinya tidak bisa berbohong jika Freya memiliki tubuh yang ideal dan wajah cantik mempesona. Kulit seputih susu, tubuh langsing, body aduhai, dada besar dan bibir sexy berwarna merah yang menggoda. Siapa pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Saat itu Arthur nyaris jatuh cinta dengan kecantikan Freya namun semua itu sirna saat dirinya tidak sengaja mendapati gadis itu sedang dimanja oleh enam pria yang menurut informasi dari kepala pelayan mereka adalah selir sejak dua tahun yang lalu.

Kebencian kembali merasuki jiwa Arthur berniat untuk membunuh gadis itu saat malam hari namun ketika dirinya ingin melakukan niat keji tersebut Charlotte menghentikannya dengan menghadang dengan tubuhnya. Beruntung Arthur bisa menggendalikan diri jika tidak gadis itu akan terkena sabitan pedangnya, dengan air mata berlinang Charlotte memohon untuk tidak menyakiti majikannya dan perlahan Arthur jatuh hati pada kebaikan gadis tersebut.

Freya murka mengetahui hubungan dua insan tersebut menyusun segala cara untuk membunuh mereka, hatinya sudah dikuasai oleh kegelapan hingga suatu hari dengan kekuasaannya Freya menyerang kerajaan Arthur saat pernikahannya dengan Charlotte akan berlangsung. Mereka di serang merengut banyak nyawa, hingga saat Freya berhasil menyandra Charlotte di tangannya hal yang tidak terduga datang dimana Arthur berlutut memohon pengampunan Freya mengatakan bahwa ia mencintai gadis itu daripada dirinya.

Pada akhirnya Freya berteriak histeris mengambil pedangnya lalu membunuh Arthur dan Charlotte bersamaan, meninggalkan Freya yang patah hati menangis darah hingga pada akhirnya ia ikut bunuh diri dan cerita berakhir.

Part 1. Reinkarnasi

-o0o-

“Hikz… hikz…”.

“Kau mau menangis sampai kapan ha? menghilangkan nafsu makan ku saja”. Decih seorang gadis berambut ekor kuda. Memandang malas sahabatnya yang menangis memeluk buku novel.

“Sudah lebih dari 10 kali kau membaca buku sialan itu dan kau masih menangis, dasar bodoh. Berhenti sebelum benda itu melayang ke tong sampah”.

“Kau kejam sekali Denada, tolong mengerti betapa sedihnya kehidupan Freya hiks…”. Veronica kembali berlinang beruntung mereka saat ini berada di kediaman Denada jika tidak maka perilaku Veronica benar-benar memalukan.

“Kenapa malah menangisi peran antagonisnya. Seharusnya kau menangisi si tokoh utama yang mati karna kekejaman Freya”.

Veronica menggeleng cepat menatap bukunya nanar.

“Coba kau berada di posisi Freya. Sebenarnya dia bukanlah gadis jahat, dia selalu bahagia berkat sang ayah yang selalu memanjakannya namun cinta membuatnya buta, hatinya hancur mengetahui bahwa orang yang dia cintai menyukai gadis lain. Astaga malang sekali kamu Freya”.

Denada menepuk kepalanya pasrah kemudian bangkit.

“Tidurlah besok kita harus kembali bekerja, bos baru kita akan datang besok pagi jadi jangan membuat ulah dengan datang terlambat”.

“Aku tau”.

Bukan hal yang aneh lagi jika Veronica menginap di rumah sahabatnya tersebut karna sejak dulu kedua orang tua mereka bersahabat baik dan menurun pada anak-anak mereka. Sejak kecil Veronica berteman baik dengan Denada, itulah mengapa mereka selalu bersama kemanapun dan dimanapun.

Karna lelah menangis akhirnya Veronica tertidur dengan memeluk bukunya, bibirnya membuat seutas senyuman hingga semua gelap gulita.

Veronica

-o0o-

*“Liya…*Yang Mulia… bangun Yang Mulia ini sudah siang”.

“Lima menit lagi, Den”.

“Yang Mulia waktunya bangun, sarapan sudah menunggu anda”. Aku mengeliat pelan ketika merasakan goncangan pada tubuhku, berisik sekali.

Deg!!

“Astaga aku terlambat”. Kagetku sedetik kemudian bangkit, bukankah Denada bilang hari ini harus berangkat kerja pagi.

Sontak saja aku berhambur bangkit berlari menuju kamar mandi namun sesuatu yang aneh membuatku berhenti.

Pemandangan ini, sejak kapan kamarku berubah menjadi dua kali lebih luas dan berwarna merah. Aku berbalik menatap ranjang kingsize yang seharusnya single bed yang biasa kugunakan. Tunggu dulu, ini bukan rumah Denada. Dimana ini?

“Yang Mulia?” Sapa seseorang membuatku menoleh, seketika mataku terbelalak menatap sang empu suara.

Dia. Bukankah dia..

“Charlotte Dwyne”.

“Ya, Yang Mulia. Ini waktunya sarapan, saya akan membantu anda bersiap”.

Mimpi, ini pasti mimpi.

Kenapa dia bisa berada di sini? Hidup. Berbicara dan berada tepat di depanku. Wajah itu, tubuh itu, pandangan itu, tidak salah dia Charlotte Dwyne tokoh utama dalam serial novel yang ku baca.

Sekali lagi aku memutar pandangan menelusuri seisi ruangan membuatku lagi-lagi membenarkan perasaan familiyar tersebut.

Menyadari sesuatu segera aku berlari menuju cermin di sisi ruangan.

“Astaga”.

Wajahku berubah, ini bukan aku. Semuanya berubah tanpa terkecuali, ini bukanlah wajah yang ku dapat sejak pertama kali ibu melahirkanku ke dunia.

Kembali menoleh ke belakang dan cermin secara bergantian hingga…

“HWWWAAAAAAA!!!!”.

-o0o-

Di sinilah aku duduk lemas di bangku taman, setelah selama seminggu menggila membuat semua orang kebingungan akhirnya aku menyerah dan mengasingkan diri ke taman dengan udara segar dan angin sejuk berhembus pelan menenangkan perasaan sedikit demi sedikit.

Kegilaanku seharian ini menghasilkan titik terang, percaya atau tidak saat ini aku berada di dunia novel fantasi dan jiwaku memasuki raga pemeran antagonis yaitu Freya Grizelle.

Butuh waktu lama bagiku untuk menerima ini semua bahkan segala cara telah kulakukan untuk kembali ke diri semula seperti menceburkan diri ke kolam, melompat dari atas pohon, membenturkan kepala dan sebagainya namun semua berhasil dihentikan oleh Charlotte dan para pelayan lainnya.

Kenapa semua ini bisa terjadi padaku? Apa karna perkataanku yang membantah perkataan Denada bahwa reinkarnasi itu tidak ada, dan karma langsung mendatangiku.

Astaga jika memang benar begitu maka saat ini aku percaya dan keluarkan aku dari sini. Apa aku sudah mati seperti cerita komik dan novel yang sering kubaca? Ya tuhan ampuni hambamu yang manis ini.

“Yang Mulia silahkan diminum, segelas teh bisa menangkan pikiran kita”. Seru sebuah suara senada dengan segela teh mendarat ke atas meja.

Perlahan kuposisikan diri duduk tegak menatap gadis cantik berwajah polos itu. kembali otakku membayangkan perilaku kejam yang selama ini Freya lakukan pada anak ini, selain itu dialah manusia yang berhasil menghentikan kegilaanku seminggu ini. Hahh benar-benar memusingkan.

Kuraih gelas bermotif mawar tersebut lalu menyesat isinya, hawa hangat langsung memasuki tubuh. Enak dan wangi.

“Yang Mulia kumohon katakan pada saya jika sesuatu menganggu anda, saya akan melakukan segala perintah anda. Tapi saya mohon jangan lagi melakukan hal gila yang menyakiti diri seperti itu”. Ucapnya membungkuk dalam membuatku nyaris memuntahkan tehku.

Anak ini perkataannya benar-benar membuatku merasa jadi orang paling bodoh.

“Sudahlah lupakan saja, aku tidak akan melakukannya lagi”. Ucapku membuat gadis itu menatapku dengan mata berbinar.

“Hormat kepada Yang Mulia”. Seru sebuah suara membuatku mengalihkan pandangan ke arah pria paruh baya berpakaian butler.

“Ada apa Morgan?”.

“Yang Mulia Anda memiliki beberapa dokumen untuk di tanda tangani”.

“Oh ya? Kalau begitu ayo pergi”. Balasku sembari bangkit dan berlalu pergi.

Sepanjang jalan menuju kantorku Morgan selaku kepala pelayan melaporkan segala yang terjadi di Imperial Palace.

Walaupun sulit tapi aku berhasil mengerjakan pekerjaan berkat bimbingan Morgan yang lebih jenius dari dugaanku, buktinya tumpukkan kertas itu selesai hanya dalam kurun waktu dua hari saja.

Karna sudah berada di sini maka mau tidak mau aku harus hidup sebagai seorang Freya Grizelle. Bekerja bak Empress pimpinan tertinggi dan terbesar sepanjang sejarah.

“Astaga apa-apaan ini?!!”. Kagetku satu detik setelah memasuki ruang kerja, tumpukan kardus berbagai ukuran telah tersusun rapi di sisi ruangan.

Elvis, pria bertubuh besar dengan pakaian ciri khas para penasehat telah berdiri memegang map merah, wajahnya menunduk namun ekspresi itu menunjukkan ekspresi damai berbeda dengan manusia lainnya karna ketakutan jadi tak berani mengangkat kepala.

“Apa yang terjadi di sini?”.

“Yang Mulia ini semua barang-barang pribadi anda seperti pakaian, perhiasan dan sebagainya. Semua berjalan seperti saran anda untuk mengganti pakaian anda setelah lebih dari sebulan pakai”.

Bagaikan tersambar petir di siang bolong tubuhku membeku seketika, ingatan tentang alur dari cerita novel kembali menggerogotiku.

Memang benar dalam buku dijelaskan bahwa Freya tidak akan memakai antribut yang sama lebih dari sebulan. Astaga membayangkan betapa mewah dan mahalnya semua itu membuatku tak bisa memikirkan berapa biaya yang keluar setiap bulannya.

“Elvis”.

“Ya Yang Mulia”.

“Berikan padaku semua catatan keuangan”.

Elvis memberikan map merah yang sejak tadi berada di dekapannya padaku, dengan keberanian yang ada perlahan kubuka lembar pertama.

“Astaga berapa nol yang tertulis di sini!!!!”.

“Ada sepuluh”. Balas Elvis enteng.

“J, j, jangan katakan jika semua digit angka ini untuk isi dalam kardus-kardus itu”.

“Begitulah, lebih tepatnya sepuluh dikit angka itu HANYA untuk kardus-kardus ini. belum termasuk pengeluaran makanan dan semua pelayanan anda”.

Oke. Siapa saja bunuh aku sekarang. Seumur hidup aku belum pernah menghabiskan uang lebih dari sepuluh juta tapi apa-apaan ini? dengan sepuluh digit angka ini aku bisa membeli lima mobil limousine dan ferarry secara bersamaan.

Tidak. Tidak boleh. Jika terus seperti ini kerajaan bisa bangkrut dan hancur dalam sekejap mata. Walaupun saat ini aku hidup sebagai Freya namun aku bukanlah seorang gadis jahat dan serakah sepertinya, aku tidak mau berakhir mati sesuai ketentuan buku. Ya waktunya merubah keadaan.

“Baiklah dengarkan aku, mulai sekarang hentikan pengeluaran dana untuk barang-barang seperti itu”.

Kalimatku berhasil membuat semua orang terohok.

“Yang Mulia kenapa tiba-tiba? Apa anda kecewa dengan kualitas mereka, kami bisa mencarikan tempat lain yang lebih bagus dan berkualitas tinggi”.

“Tidak, tidak perlu. Aku hanya ingin menghentikan pengeluaran secara berlebihan. Lakukan saja”.

“B, baik”.

Kubuka lembar kedua membahas tentang pengeluaran dana yang jumlahnya tidak lebih dari enam digit angka.

Semua itu untuk.. Harem. Astaga jadi memang benar Freya memiliki selir? Jika seperti ini maka… AAAAA APA YANG HARUS KU LAKUKAN DENGAN PRIA-PRIA INI?!!!

Selir? Bahkan dikehidupanku yang dulu jangankan selir pacar saja tidak punya, hidup sendirian selama 23 tahun. Apa yang harus ku lakukan dengan semua selir ini?

“Singkirkan semua kardus ini dan.. Morgan”.

“Ya Yang Mulia”

“Panggilkan semua selir untuk menghadapku sekarang”.

“Siap laksanakan Yang Mulia”. Morgan pergi senada dengan para pelayan yang membawa semua kardus keluar ruangan.

“Hmmm mohon izin Yang Mulia”.

“Ada apa El”.

“Maafkan saya tapi apa Yang Mulia baik-baik saja?”.

“Maksudmu?”. Kupandang wajah pria berambut hijau itu bingung.

“Itu… hanya saja keputusan anda membuat saya kebingungan. Tiba-tiba anda menghentikan seluruh transaksi karna biasanya anda akan marah jika salah satu pesanan terlambat datang atau berkurang”.

Kusandarkan diri ke sandaran kursi sembari membuang nafas berat, mencoba menghilangkan nyeri pada kepala.

“Percayakah kau jika seseorang bisa berubah dalam hitungan detik?”.

“Maaf?”.

“Anggap saja kaisar mu yang dulu telah tertidur lama dan terbangun sebagai orang lain. jadi berhenti bertanya aku lelah mendengarnya”. Elvis membungkuk sopan.

“Oh ya bagaimana kabar kekasihmu? Apa dia sudah berhasil menjalankan bisnis taman bunga?”.

“Yang Mulia. anda tau darimana?”. Elvis tertegun dengan mulut menganga.

Opps apa aku kelepasan lagi? Astaga kenapa bibir ini tidak bisa berhati-hati, bagaimana ini tidak mungkin kujelaskan jika semua itu kuketahui dari dalam buku novel. Bisa-bisa dia mengklaim jika aku sudah gila.

“Ehem darimana aku tau itu tidak penting. Jawab saja”.

“I, itu dia baik-baik saja dan toko bunganya sudah buka sejak seminggu yang lalu”.

“Oh ya? Hmm apa dia tidak keberatan aku datang berkunjung”.

“Yang Mulia itu…”.

Cklek

“Hormat Yang Mulia para selir telah datang sesuai panggilan anda”. Morgan memotong dari arah pintu.

“Suruh mereka masuk”.

Morgan mengangguk dan secara perlahan 6 pria masuk dengan menebar pesona mematikannya.

Astaga apa mereka selir-selir itu? jika iya Freya benar-benar gila bisa menjadikan pria bagaikan dewa itu menjadi selir bukan suami, seketika jiwa jomblo ku meronta-ronta.

“Salam hormat Yang Mulia, semoga Imperial Palace mencapai kejayaan dan kebahagiaan selamanya!!!”.

Part 2. Para Selir Cogan

-o0o-

Saat ini Freya sedang bimbang bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan dengan para selirnya. Mata indah berwarna merah tersebut sibuk membaca deretan biodata dengan wajah serius membuat enam pria berwajah malaikat itu menunggu dengan gugup.

“Chaiden”. Panggilnya sembari menatap pria berahang tegas dengan wajah memikat, rambut pendek yang berantakan dan tubuh kekar berotot kuat.

“Ya Yang Mulia”. Suara bassnya mulai terdengar.

“Kau memiliki keahlian dalam berperang dan kurasa sebaiknya kau bekerja sebagai kapten kesatria”.

“Maksud anda, saya akan menjadi kesatria?”.

“Begitulah. Sebenarnya aku ingin kalian semua bekerja karna kesempatan untuk bebas, jadi daripada berdiam diri di Harem sebaiknya kalian beraktivitas”.

Baik Chaiden maupun yang lain menjadi bersemangat bahkan pipi mereka mulai merona karna sejak awal wajah datar berhias rasa takut memenuhi mereka.

“T, terima kasih saya merasa terhormat Yang Mulia”. Freya mengangguk.

“Lalu Cleve, kau kumasukan sebagai Shadow Thief ku. Keahlian mu akan sangat dibutuhkan nantinya”.

Pria berkulit dan rambut coklat serta bermata abu-abu mengangguk setuju.

“Felix pergilah ke menara sihir dan katakan kau akan menjadi wakil pemimpin mereka, Elvis akan membuat suratnya nanti. Sebagai generasi phoenix kau harus bisa melindungi istana dari serangan musuh dan pimpin lah rekan-rekanmu menjadi kuat”.

“Permintaan anda adalah perintah untuk saya ”. Balas pria berambut putih panjang melebih punggungnya, iris mata biru menambah ketampanan seorang Felix si penyihir.

“Adam dan Hugo kalian akan bekerja sama. Adam akan meracik beberapa bahan peledak dan Hugo kau assassin kelas tinggi berlatihlah demi keselamatan istana dan rakyat”.

“Baik Yang Mulia”. Balas mereka serempak.

“Dan terakhir”. Freya menatap pria berambut pirang dengan mata hijau nan berbinar, kulit putih dan tubuh mungil membuat Freya menahan diri untuk tidak jatuh dalam keimutannya.

“Conan. Kutanya sekali lagi apa kau yakin tidak mau pergi bebas dari sini”.

Pria itu mengangguk semangat.

“Tentu saja. Saya ingin selalu berada di sini Yang Mulia, kumohon jangan usir saya”.

“Baiklah kalau begitu. Mulai besok kalian boleh bekerja dan sekarang istirahatlah”. Gumamku dibalas anggukan oleh mereka namun hal yang tidak kusangka terjadi, secara serempak mereka mendekat memberikan kecupan di pipi, kening, tangan dan rambutku sebelum berlalu meninggalkanku yang mematung.

Astaga apa itu tadi? Mereka berniat membuatku terkena serangan jantung? Licik.

Malam harinya setelah membersihkan diri dengan air hangat akhirnya tubuhku bisa bertemu dengan empuknya kasur. Melemaskan kembali otot-otot tubuh yang tegang karna lelah berperang dengan tumpukan kertas.

Belum sampai sebulan aku hidup sebagai tokoh dari novel tubuh dan mentalku nyaris remuk, tak bisa terbayangkan jika seumur hidup aku seperti ini. Bahkan dua tokoh utama masih belum sempat untuk bertemu, kuharap mereka cepat berinteraksi dan saling jatuh cinta. Jika demikian aku tidak perlu mati sebagai seorang tokoh antagonis, ya sebaiknya begitu.

Sepertinya aku harus membantu pertemuan mereka, lebih cepat lebih baik bukan? Aku bisa hidup bebas dan memutus hubungan dengan Arthur serta pihak kerajaan lainnya. Nice plan. Kau memang pintar Freya Grizelle.

Kuposisikan tidur menghadap ke samping di mana foto freya terpajang dengan jelas, maafkan aku Freya yang asli tapi aku tidak bisa menjadi gadis sejahat dirimu.

Lebih baik hidup bahagia tanpa harus mengorbankan siapapun daripada haus akan harta dan tahta. Aku tau jika kita bertemu empat mata maka satu bab buku tidaklah cukup untuk mencatat ratusan kata yang akan terlontarkan namun mari persingkat buku tersebut menjadi rangkuman dengan hasil sama rata.

Aku tidak bisa menjadi dirimu.

Karna diriku adalah milikku.

-o0o-

Pagi hari tidak maksudku hari dimana matahari belum menampakkan diri sepenuhnya, aku sudah berada di taman berlatih mengayunkan pedang tentunya Chaiden sebagai guru dadakan. Hasil dari rayuan maut karna pria tersebut sempat menolak dengan alasan tidak mau membuatku kelelahan.

“Yang Mulia anda telah bekerja keras, saatnya istirahat”.

“Kau sudah mengatakan hal yang sama 20 kali Chaiden”.

“Aku hanya….”.

“Iya iya aku tau”. Potongku sembari memberikan pedang padanya beralih pada handuk kecil dari tangan Charlotte.

“Kenapa anda tiba-tiba tertarik belajar menggunakan pedang Yang Mulia? Anda tidak berniat untuk ikut dalam peperangan bukan?”.

“Sebagai Empress aku harus bisa melindungi diri sendiri dan juga orang lain. Lucu rasanya jika suatu hari nanti musuh dengan mudahnya menangkapku mengingat betapa banyaknya manusia yang memusuhiku di dunia ini”.

“Tapi para prajurit anda selalu ada untuk melindungi dan mereka bukanlah prajurit amatir”.

“Chaiden. Aku bukanlah wanita yang membiarkan nyawa orang lain hilang hanya untuk menyelamatkanku. Mereka memiliki keluarga sendiri dan bayangkan bagaimana respon mereka saat mengetahui orang yang mereka cintai mati di medan perang?”.

Sejenak Chaiden tertegun namun sedetik kemudian membungkuk dalam.

“Maafkan saya telah meragukan dan lancang Yang Mulia”.

Menggeleng pelan.

“Terima kasih telah bersedia mengajarkanku Chaiden. Kuhargai usahamu”.

“Suatu kehormatan bagi saya Yang Mulia”.

-o0o-

“Kapan semua ini akan berakhir”. Rengek Freya dengan kepala tertunduk lemas ke atas meja.

Sudah hampir setengah hari dirinya bergelut dengan ratusan lembar dokumen, mengurus tenaga dan pikiran. Bahkan sejak tadi Elvis tidak hentinya membawa lembaran kertas tersebut saat Freya hampir menyelesaikan tumpukan yang ke sembilan belas.

“Elvis jika kau berniat membunuhku dengan perlahan maka kau berhasil”.

“Saya terlalu berani untuk melakukan itu Yang Mulia tapi saran anda masuk akal”.

“Sialan kau”.

Tok…tok..

“Masuk”. Seru Freya sedetik kemudian sosok Morgan terlihat.

“Yang Mulia sudah saatnya anda menghadiri pesta ulang tahun Kaisar Arthur”.

Bagaikan terkena sambaran petir siang bolong, Freya mengutuk dirinya karna melupakan jadwal sepenting itu.

Padahal sejak seminggu yang lalu dirinya berhasil membuat para pelayan kewalahan karna mencari baju yang bagus serta cara bagaimana bersikap sebagai seorang tunangan Kaisar Arthur. Kecerobohannya sungguh mencapai tingkat maksimum.

“Baiklah aku akan bersiap-siap”.

Alhasil Freya langsung bersiap dengan semangat tinggi, memantapkan mental untuk tidak membuat malu karna ini kali pertama baginya datang ke pesta kekaisaran sebab dikehidupannya yang dulu dirinya sangat sibuk bekerja tanpa sempat untuk datang ke pesta manapun walau Denada memaksa.

Satu jam kemudian Freya sudah selesai dan langsung menaiki kereta kudanya. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam karna terletak di daerah yang berbeda.

Kerajaan yang dipimpin oleh Arthur terkenal dengan sebutan ‘Naga Pencabut Nyawa’ karna sepanjang perang dulu Arthur terkenal membabat habis musuh dalam hitungan detik dan tanpa terluka sedikitpun.

Bahkan rambut hitam dengan mata semerah darah nan mempesona menjadikan setiap putri menginginkan menjadi istri dari pria tampan berwajah dingin tersebut.

“Astaga tenanglah Freya kau tidak bisa terlihat gugup nanti”. Gumamnya panik.

Freya menoleh ke samping dimana Charlotte duduk dengan tenang.

‘Benar juga menurut buku Charlotte dan Arthur akan bertemu saat di pesta nantinya, kalau tidak salah Arthur sengaja mengajaknya berdansa bersama dan melupakan sosok Freya yang menahan amarah dan malu karna semua orang memandang rendah dirinya. Sejak saat itu mereka akan sering bertemu bahkan Arthur sengaja datang ke Imperial Palace hanya demi bertemu dengan gadis ini. Baiklah sepertinya aku harus mempertemukan mereka tanpa harus membuatku malu’. Batin Freya mantap.

Tak lama kemudian kereta pun berhenti, saat sadar ternyata mereka sudah sampai di tujuan. Charlotte turun terlebih dahulu sedangkan Elvis membantu Freya turun karna gaun yang dikenakannya saat ini cukup panjang dan berat.

“Charlotte”.

“Ya Yang Mulia”.

“Tunggu aku di taman belakang bersama Elvis”.

“Maaf?”.

“Apa aku harus mengulang kata-kataku?”.

“T, tidak Yang Mulia. S, saya mengerti”.

Freya mengangguk kemudian melangkah menaiki tangga menuju istana. Seorang pengawal membungkuk sopan membantu masuk sembari bersorak keras.

“Her Royal Highness Freya Grizelle memasuki ruangan!!!”.

Suasana yang awalnya tentram seketika hening membungkuk dalam membuat dua barisan lurus. Nafas Freya berhembus pelan mencoba tenang hingga dari depan sana sosok pria berpakaian resmi dengan jubah menyampir disatu pundaknya mendekat lalu membungkuk dalam saat berada di depan Freya.

Sejenak Arthur terpana dengan penampilan Freya malam ini, bagaimana tidak gaun merah panjang dengan hiasan berlian nan berkilau, gaun yang mengikuti lekuk tubuh rampingnya, rambut hitam yang disanggul rapi berhias tiara emas kecil, mata merah senada dengan bibir mungilnya nan sexy, jubah hitam dengan aksen bulu panjang dan terakhir sepatu hak tinggi berhias berlian dan mutiara.

Penampilan yang berbeda dari biasanya karna dulu Freya mengenakan seluruh aksesoris memenuhi tubuhnya namun kali ini hanya ada kalung dan anting saja.

“Selamat datang Yang Mulia Freya Grizelle”. Ucapnya meraih tanganku lalu mengecupnya.

“Terima kasih Yang Mulia Arthur telah mengundangku datang”.

“Apa maksudmu, tentu saja karna kau adalah tunanganku”. Freya hanya bisa tersenyum membari menggandeng lengan kekar Arthur memasuki ruangan lebih dalam.

Acara kembali dilanjutkan dan sampai saatnya dimana Freya dan Arthur berdansa bersama dengan para tamu. Walaupun mereka berada ditengah-tengah ruangan namun Freya masih bisa merasakan tatapan aneh dan bisikan dari para gadis.

Namun sebisa mungkin ia acuhkan karna saat ini yang ada di otaknya adalah cara untuk membuat Arthur pergi ke halaman belakang bertemu dengan sang tokoh utama wanita.

“Saya tidak menyangka anda akan datang ke sini, karna dulu anda akan mengelak dengan alasan jarak yang jauh”. Gumam Arthur membuat Freya mendongak karna perbedaan tinggi mereka yang lumayan jauh.

“Mari katakan jika saat ini saya sedang dalam suasana hati yang baik. Lagipula dua jam bukanlah waktu yang lama”.

Sebisa mungkin Freya menahan diri untuk tidak memeluk pria di depannya karna selama ini Arthur adalah tokoh yang ia idolakan bahkan kamarnya dipenuhi oleh poster dan juga selimut bergambar dirinya.

Musik berakhir baik Arthur maupun Freya saling membungkuk sebagai penutup.

“Jika saya meminta waktu untuk berbicara berdua dengan Yang Mulia, apakah anda bersedia?”.

Arthur menoleh bingung. “Saya tidak keberatan”.

“Kalau begitu saya tunggu di taman belakang”. Balas Freya sembari berlalu pergi, saat berhasil melewati pintu bagaikan bandit yang tertangkap basah, Freya berlari mencari tempat persembunyian.

“Yup bagus, dari sini aku bisa melihat dan mendengar dengan baik”. Kekehnya licik saat berhasil bersembunyi di balik salah satu dinding labirin dan di belakang sana Charlotte sedang duduk diam memandangi air mancur.

Dengan hati berdebar tidak sabar untuk melihat interaksi dua tokoh utama tersebut Freya mengintip sedikit dan benar saja Arthur datang dengan wajah bingung menoleh ke segala arah sepertinya mencari keberadaan Freya hingga tatapannya terhenti pada gadis berpakaian pelayan.

‘akhirnya mereka bertemu’. Batin Freya antusias.

‘Sebentar lagi kebebasanku akan dataaaaaaaang’.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!