NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Tuan Muda Yang Dingin

Prolog (Revisi)

*MOHON DIMAKLUMI DAN DIMAAFKAN APABILA ADA KESALAHAN SEPERTI NAMA , TEMPAT ATAU YANG LAINNYA KARENA INI KARYA PERTAMA SAYA, JADI MOHON BIMBINGANNYA SAYA SAMPAIKAN TERIMA KASIH *

***

Burung-burung terbang kesana-kesini, awan-awan juga menari di atas langit. Namun, itu semua tak membuat pekerjaan manusia terhenti untuk menikmati keindahan alam yang sungguh luar biasa.

Di tengah-tengah kebisingan kota, seekor burung hinggap di jendela salah satu gedung pencakar langit. Burung itu menoleh kesana-kesini merasa penasaran dengan apa yang dilakukan manusia di dalam sana.

Hingga, beberapa saat kemudian burung tersebut terbang kembali disertai suara langkah kaki yang jelas tak akan dimiliki oleh seekor burung.

TAP TAP TAP

Suara itu, suara yang sama dengan suara yang seringkali didengar oleh manusia. Di tengah-tengah suara tersebut, terlihat beberapa manusia menunduk hormat hanya dengan mendengar langkah kaki tersebut.

Langkah kaki yang bersahut-sahutan teratur berasal dari dua pria yang mengemban tanggung jawab besar di gedung pencakar langit tersebut.

Salah satu dari mereka, terlihat mengerutkan kening seraya melihat ke layar handphonenya. Pria itu, pria dengan tubuh atletis yang tak perlu diragukan tentang bibit, bebet maupun bobotnya. Pria yang tak perlu ditanya tentang kekayaan juga ketampanannya.

Pria itu, Adrian Pratama sang CEO terlihat menghela nafas sebentar lalu mengotak-atik handphone yang ada di tangannya.

"Halo ma."

"rian kembali ke rumah sekarang juga."

"Kenapa ma?"

"Kamu mau tau kan? kamu akan DIJODOHKAN, OLEH KARENANYA, ANAK NAKAL CEPAT DATANG JANGAN MEMBUAT PAPA MALU”

Adrian, pria itu mengerutkan keningnya lebih dalam saat mendengar suara lembut mamanya terganti dengan suara bariton papanya.

"Apa ma—"

TUUT TUUT TUUT

Belum sempat Rian bertanya lebih lanjut, bunyi telepon tertutup menyapa telinganya. Memijat keningnya sejenak, Rian mengarahkan pandangannya ke arah jendela yang menampilkan pemandangan indah kotanya.

Padahal, beberapa saat yang lalu ia baru saja melakukan meeting dengan perusahaan lain, namun sepertinya ia tak akan bisa melanjutkan schedule pekerjaannya hari ini.

“Ada apa tuan?” seseorang di belakang Rian terlihat bertanya dengan hati-hati.

“Papa dan mama mengatakan hal yang aneh, Fahri.” Rian menjawab singkat dan datar, lelaki di belakangnya alias asistennya itu terlihat tidak mengerti.

Namun, sang asisten juga tak ingin mengulik lebih dalam, jika ia bertanya lebih lanjut bukan tidak mungkin jika tuannya ini akan memandangnya tajam.

“Fahri, siapkan mobil.”

Ucapan singkat Rian membuat Fahri bingung, namun saat tatapan tajam tuannya mengarah padanya, Fahri dengan cepat melaksanakan perintah tuannya.

Sepertinya, Rian sendiri juga ingin tahu, hal apa sebenarnya yang membuat sang mama dan papa memutuskan hal yang menurut Rian benar-benar konyol.

Berjalan dengan sedikit tergesa-gesa, Rian langsung memasuki mobil yang sudah ada sang sekertaris, Fahri di dalamnya.

“Berangkat.”

Beberapa saat kemudian...

Mobil mewah keluaran terbaru itu memasuki mansion, Rian melirik kearah papan nama yang ada di depan pintu masuk utama. Yah, memang benar ini mansion Pratama.

Tak lama setelah mobil berhenti, Rian segera keluar dan berjalan santai menuju ruang keluarganya yang nyatanya berkumpul di ruang tamu.

Rian, terlihat memandang kedua orangtuanya dengan pandangan tajam.

“Apa maksud mama dan papa? Kalian pasti sudah tau bahwa aku tidak menyukai hal seperti itu kan? Jadi jangan bercanda!” seru Rian tanpa berbasa-basi lagi.

"Papa mu tidak bercanda Rian, lagipula kapan lagi kamu akan menikah? Ketahuilah usia kami sudah terlalu matang rian! Kami sudah ingin menimang cucu," balas sang mama seraya memonyongkan bibirnya melihat sifat anaknya yang sangatlah menyebalkan.

Sifat anaknya ini terlalu menyebalkan untuknya.

"Tapi ma, pa aku tidak mau!" sahut rian dengan wajah datarnya juga dengan nada kesal yang begitu kentara.

Mau setenang apapun ia tadi, tetap saja Rian masih tak habis pikir dengan keputusan kedua orangtuanya ini.

"Kami hanya memberi tahu mu dan perlu kau ketahui mau tidak mau kamu harus melakukannya, karena ini sudah diputuskan saat kau masih di dalam kandungan! Lagipula saat kalian tumbuh bersama kau terlihat sangat menyukai dia," ucap papanya.

Rian terlihat memandang tajam sang papa, bukannya ia tak memiliki sopan santun. Namun, menurutnya ini sudah benar-benar tak masuk akal.

Sang mama dan papa, Alexa Pratama dan Bastian Pratama terlihat memandang balik Rian dengan tatapan menantang mereka.

‘Sial!’ runtuk Rian di dalam hati saat menyadari, bahwa kedua orangtuanya tak bercanda sama sekali.

Sementara di sisi lain..

"Apa?! But ma ini zaman modern sekarang mana ada yang begituan! Mama jangan bercanda deh, aku ga suka!"

Seorang gadis terlihat berseru pada sang mama dengan mata yang berkaca-kaca mencoba meyakinkan mama papanya untuk mengubah keputusannya.

"Mama tidak mau tau kamu harus menjalaninya, menikah di usia dini itu tidak seburuk yang kamu pikirkan, lagipula orang yang dijodohkan dengan mu itu usianya sama seperti dirimu," perintahnya dengan tegas ke gadis tersebut.

Untuk pertama kalinya, mata memelas sang gadis tak menggoyahkan keputusan orang tuanya.

"Tapi ma...." rengek gadis itu lagi.

"Tidak ada tapi-tapian kita akan pergi ke restoran ***** nanti malam jam tujuh, kau harus siap!" ujar ayah gadis tersebut yang tiba-tiba saja muncul di balik pintu.

"Apa?! tapi kan aku bahkan tidak mengetahui siapa dirinya, bagaimana mungkin aku menikah dengannya? Please deh ma, pa pikirkan sesuatu yang normal dong," balas gadis itu untuk membujuk orang tuanya.

"Nanti juga kau akan kenal yang pasti dia sangat baik," balas mamanya acuh.

"Sudah sana pergi ke kamarmu, mau apapun yang kamu lakukan, keputusan mama dan papa tak akan berubah, ini tentang masa depan dirimu!" imbuh mamanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BAB 1. malam yang buruk (Revisi)

Gadis itu, Putri Amanda Wijaya, gadis dengan sejuta pesona serta satu-satunya di antara keluarga konglomerat. Yah, gadis yang sama yang dijodohkan dengan rian.

Masih di dalam situasi yang sama:

Segera putri berlari menuju kamarnya dengan air mata yang berlinang membasahi pipinya.

Bukannya apa, hanya saja keinginan putri selalu terkabul. Untuk pertama kalinya, mama papanya membentak dan menolak keinginannya. Oleh karena itu hati putri sedikit terluka.

Ia satu-satunya nona muda di keluarganya ini, oleh karenanya hidupnya selalu bak tuan putri.

Ia pun berusaha menenangkan dirinya sendiri, setelah sedikit tenang dia menghubungi sahabatnya, tiara.

tuut tut tu-

telefon pun diangkat

"A-ra," ucap putri dengan terbata-bata, suaranya pun terdengar sendu. Tiara yang sudah kenal betul dengan sahabatnya pun jelas menyadari sesuatu.

"Lho put ada apa dengan suaramu kau baru saja menangis?" nada khawatir jelas terdengar dari sana.

"Ar kau tidak perlu khawatir tentang itu, masih ada hal yang lebih penting!"

"Apa maksudmu put? Apakah ada yang terjadi kali ini?"

"Aku dijodohin ar, hiks hiks."

"Lah ta—" belum sempat tiara meneruskan kata-katanya putri sudah menutup telefon nya secara sepihak.

Tiara pun terdiam di kamarnya, ia tak berniat menelfon putri kembali nyatanya ia juga tau bahwa putri memiliki emosi yang tidak stabil. Apalagi ini berkaitan dengan perjodohan, ketahuilah saja bahwa putri menaruh trauma pada para lelaki yang nyatanya selalu bergonta-ganti pasangan.

Putri yang kelelahan karena menangis meratapi nasib dan memikirkan cara untuk menghindari perjodohan sepanjang siang itu pun tertidur, tepat pada pukul 6 malam..

"Hooamm," putri pun menguap dan menggeliat di tempat tidurnya. Matanya mulai terjaga ketika seseorang yang mengetuk pintu kamar putri.

tok tok tok

"Siapa itu?" tanya putri mencoba mengumpulkan kesadarannya seratus persen.

"Ini mama mila sayang," jawan mamanya putri dari luar sana.

"Oh, mama toh."

Tak lama setelah obrolan itu putri segera membukakan pintu untuk mama mila. Ah tiba-tiba putri kepikiran, papanya, papa Alfin itu dimana ya? Sebab biasanya papanya itu akan merengek untuk ikut membangunkan dirinya bersama sang mama.

"Ada apa ma kenapa kemari?" tanya putri lagi.

"Lho kamu lupa sayang? Kita kan ada janji di resto jam 7 malam! Sekarang udah jam 6. Oh my god, kamu bahkan belum siap!" jawab mama mila dengan suara cemprengnya yang menghebohkan. Membuat Putri sadar 100% bahwa perjodohan yang ia anggap s*al itu benar-benar nyata.

Mama mila dengan panik nya melihat ke arah putri yang bahkan belum mandi karena putri tadi ketiduran.

"Kenapa kamu belum siap sayang?! Haduh ayo mama bantu siap-siap," ujar mama mila dengan sigapnya mendorong putri ke bath tup.

Setengah jam kemudian putri telah siap, hanya saja wajah putri terlihat murung tak seiras dengan penampilan penuh pesona yang ia kenakan.

Penampilannya malam ini memang sangat mempesona, dengan gaun biru tanpa lengan serta model rambut curly-nya ini membuat Putri terlihat anggun dan elegan. Khas penampilan seorang putri konglomerat.

Kemudian putri dan mama mila turun. ternyata disana sudah ada papa alfin yang menunggu mereka, muka sang papa pun terlihat masam seraya mengetuk-ngetuk jam tangannya, setelah itu mereka pun berangkat bersama-sama.

Butuh waktu 15 menit untuk perjalanannya dengan aman.

Akhirnya putri, mama mila dan papa alfin pun sampai di sebuah restoran berbintang dimana pertemuan diadakan.

Kemudian mereka masuk dan melangkah ke sebuah meja, senyum mama dan papa putri terbit ketika tahu bahwa disana sudah ada satu keluarga lainnya.

"Maaf ya alexa, kami membuat kalian menunggu," ujar mama mila dengan ekspresi sedihnya.

"Ah tidak masalah kok mil jangan memasang wajah seperti itu," balas mamanya rian yakni Alexa, bahasa non normal yang mereka gunakan berbicara cukup untuk membuat putri yakin bahwa hubungan dua keluarga ini cukup baik.

"Ayo duduk," ajak papa bastian pada mereka yang ditanggapi senyuman oleh putri.

Obrolan akhirnya dimulai.

"Ya ampun anak perempuan mu cantik sekali," ujar mama alexa tertawa ringan. Mata mama alexa terlihat memandang putri dengan kagum.

"Hahahaha, iya btw mana anak mu? Apa dia tidak bisa datang?" tanya mama mila ikut tertawa, yah namanya juga ibu-ibu rempong!

"Dia datang kok tadi dia bilang kalau ada rapat mendadak, ah itu dia!" mama alexa menunjuk ke arah seorang pria yang sedang berjalan dengan muka datarnya.

Putri menatap pria itu dari atas ke bawah sambil berbatin ‘Cih, sok keren.’

Pria itu menghampiri meja mereka.

"Ini mil anak ku namanya adrian, bisa dipanggil rian" ujar mama alexa dengan riangnya.

"Wah ganteng ya," seru mama mila menganggukkan kepalanya pelan.

"Oh ya ini namanya putri," ujar mama mila memperkenalkan Rian pada putri yang terlihat memandang Rian dengan sinis. Kentara sekali bahwa putri tak menginginkan perjodohan seperti ini.

"Kami yakin kalian sudah tau apa tujuan kalian dibawa kemari," ujar papa bastian mengawali pembicaraan topik inti seraya menatap serius pada Rian dan putri.

"Dan kami sudah memutuskan kalian akan bertunangan seminggu lagi, setuju maupun tidak kalian harus menyetujuinya!" sambung papa alfin.

Ucapan itu mampu membuat putri dan adrian terkejut.

"Tapi pa putri masih sekolah," ucap putri menolak keras keputusan papanya.

"Iya tidak papa kalian hanya melaksanakan pertunangan untuk pernikahan akan dilakukan setelah kamu lulus," balas papa Alfin membuat harapan putri pupus seketika.

'sial , rian rian ini kelihatan sangat dingin ' batin putri.

'sifatku dan dia sangat berlawanan astagaa ' imbuh putri lagi di dalam batinannya.

Ya sifat putri itu periang dan ramah kebalikan dari rian yang dingin dan tidak banyak bicara. Jika dilihat sekilas pun putri jelas tidak akan mampu berbicara jika hanya dengan Rian.

"Menantu ku ayo kita makan kamu duduklah," kata mama alexa membuyarkan lamunan putri, memang putri dari tadi hanya berdiri. Sejenak putri terguncang dengan panggilan mama Alexa padanya.

"Emm, iya tan," balas putri kemudian putri pun duduk.

"Eh jangan panggil tante panggil mama aja seperti Rian," sahut mama alexa tersenyum ramah.

"I-iya ma," sahut putri pada akhirnya.

'huh ini benar benar malam yang buruk bagiku' batin putri di dalam hatinya .

Putri pun mencoba mengembang kan senyuman meski sangat terpaksa.

'aku berharap malam ini segera berlalu' batin adrian diam-diam. Karena sejujurnya adrian juga tidak ingin dijodohkan apalagi dengan gadis yang baru saja ia kenal. Walau rian terkenal di kalangan wanita ia tidak pernah dekat dengan seorang wanita.

Di restoran itu, terbagi menjadi dua kelompok orang. Orang yang merasa sangat bahagia yakni mama Alexa, mama Mila, papa Bastian, serta papa Alfin. Namun ada juga yang merasa kesal, yah sebut saja dua calon pasutri, Putri dan Rian.

Malam itu Putri terus-menerus meruntuk kesal dalam batinnya karena ia tidak suka dijodohkan seperti ini. Ia terlalu terobsesi tentang cerita cinta yang manis antara kedua orang yang saling mencintai.

Yah membaca dongeng dengan berlebihan juga tidak baik.

Setelah makan malam, Putri dan keluarganya pulang, wajah putri sangat lesu. Benar saja saat ia berada di kamarnya Putri langsung tidur, mengejutkannya di tengah mimpi yang ia alami tiba-tiba ia terkejut dan terbangun.

"Huh bahkan sekarang aku mimpi buruk, dasar Rian s*alan!" lirih putri dengan nada yang kesal. Karena hari ini ia sudah mendapat dua kesialan sekaligus.

Dan itu benar-benar sangat menjengkelkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BAB.2 Kau menyebalkan! (Revisi)

Malam pun berganti pagi, putri akhirnya bangun jam lima pagi lalu ia pergi ke dapur untuk membantu pelayan dan mamanya memasak, ini sudah menjadi rutinitas hariannya.

Sekitar jam setengah enam pagi ia sudah siap, merapikan penampilannya sebentar, Putri pun mengulas senyum dan beranjak untuk segera berangkat agar tidak telat. Putri juga sudah berpamitan pada papa Alfin dan mama Mila.

Sampai di gerbang, ternyata Adrian sudah menunggunya dengan wajah datar yang sama sekali tak menunjukkan emosi.

"Kau lagi? Kenapa kau ada disini?" tanya Putri dengan ekspresi tak sukanya.

"Apa? Menurutmu apa yang terjadi? biar aku jabarkan, aku hanya disuruh mamaku mengantarmu, lagi pula apa saja yang kau lakukan kenapa sangat lama?" jawab Rian datar, ia jelas tak mau kalah dengan Putri.

Heh, memangnya Putri itu siapa hingga Rian akan mengalah padanya? Adrian memang pribadi yang tenang, namun ia tak akan tenang saat ada orang yang menentang atau bahkan mengajaknya berdebat.

"Apa sih maksud perkataan mu itu hah? Memang harusnya gitu kan aku perempuan jika kau lupa," sahut Putri membela dirinya.

"Jadi kesimpulannya semua wanita memang menjengkelkan," balas Rian dengan suara dingin.

"Baiklah jika aku menjengkelkan maka kau menyebalkan," kata Putri.

"Ahhh minggir! Aku bisa telat nanti!" seru putri. Kemudian Putri pun langsung masuk ke mobil Rian tanpa menunggu Rian yang menawarinya.

'dasar perempuan aneh' batin Rian yang kemudian akhirnya masuk ke mobilnya, ia dan Putri berada di belakang sedangkan yang menyetir adalah Fahri.

"Fahri," panggil Rian dengan menepuk kan tangannya. Ia memberi isyarat untuk segera melaju.

Dan tentu saja di perjalanan ada-ada saja pertengkaran kecil diantara Rian dan Putri. Ah, lebih tepatnya Putri sebab Rian hanya diam dan membalas singkat. Sedangkan fahri pura-pura tidak mendengarnya sebab itu urusan sang tuan dan nonanya.

Saat sudah sampai di kampus, Putri melihat Tiara yang sedang menunggunya. Dengan sesegera mungkin Putri keluar dari mobil dan memeluk Tiara.

Rian melirik interaksi Putri dan Tiara dengan raut wajah datar. Dia menyadarinya, Putri juga tak menginginkan perjodohan ini, itu semua sudah terlihat jelas mengingat perbedaan sikapnya saat berinteraksi dengan orang lain dan saat berinteraksi dengan dirinya.

Setelah Putri keluar, Fahri segera melajukan mobil pergi ke perusahaan pratama. Fahri menghela nafas lelah saat menyadari bahwa Putri dan Rian bahkan tak mengucapkan salam perpisahan.

"Akhirnya kau datang put!" ujar Tiara memeluk sahabatnya.

"Aku menunggumu dari tadi! Tapi siapa yang mengantarmu tadi?" tanya Tiara penasaran, Tiara jelas tau bahwa mobil yang baru saja mengantar Putri bukan mobil yang ada di kediaman Wijaya.

Oh ya, ia dan Putri memang tidak memakai bahasa toxic seperti anak zaman sekarang.

Sebab, ia dan putri bersekolah di kampus elite yang harus menjaga sopan santun dan keramahan.

"Maksudmu dia? Ketahuilah bahwa dia adalah orang yang sangat ku benci," jawab Putri kesal.

Tiara pun berfikir sampai-sampai keningnya berkerut.

"Apakah dia orang yang dijodohkan denganmu?" tanya Tiara dengan nada keponya.

"Tuh itu sudah tau! Kalau kau bisa menyimpulkan maka kenapa kau bertanya padaku?" sahut Putri dengan ketus.

"Huh baiklah nona muda ayo masuk nanti kita terlambat," ajak Tiara dengan menarik tangan Putri.

"Ayo," balas putri dengan tidak bersemangat.

Hari ini mata kuliah pertamanya adalah kimia, itu adalah mata kuliah yang paling tidak putri sukai bukan hanya karena pelajarannya yang susah dan sulit menyangkut di pikirannya namun juga karena dosennya yang terkenal killer.

'apa salahku kenapa kesialan selalu menimpaku' batin putri.

Beberapa jam kemudian...

TING TONG TENG

Bel tanda istirahat berbunyi, memang di kampus ini terdapat banyak prodi yang berbeda namun khusus tentang istirahat semua prodi akan mendapatkan jam yang sama.

“Put, ke kantin yuk!” Putri menoleh kepada Tiara seraya menganggukkan kepalanya pelan.

“Ayo!”

“Eh by the way, kamu tau tidak put?” tanya Tiara menoleh pada Putri dengan omongan yang sengaja ia gantung.

“Kena— eh ar awas!”

BRUAK

Baru saja Putri memperingatkan, Tiara sudah mengecup dinding kampus dengan keras.

“Pft, hahahahah.”

Bukannya menolong, Putri malah menertawakan Tiara terlebih dahulu. Yah, hari yang ia kira berat ternyata tak seberat itu berkat sahabatnya yang memang bergenre hidup komedi.

Di perusahaan pratama...

"Tuan apa yang anda fikirkan?" tanya fahri dengan sangat sopan.

"Bagaimana dia bisa menarik hati mama?" gumam Rian singkat.

"Apa tuan?" Fahri bertanya lagi, ia sungguh tak mendengar gumaman sang tuan muda.

“Tidak. Selesaikan saja tugasmu," balas Rian memandang tajam Fahri.

"Baik tuan," balas fahri patuh dengan gemetaran, hanya ditatap saja begini lantas bagaimana jika Fahri melihat tindakan kejam tuannya suatu saat nanti?

***

Di belahan dunia yang lain...

Putri memandang Tiara yang sudah pergi bersama gebetannya. Putri bahkan terkesima dengan kisah cinta sahabatnya itu. Hal itu membuatnya semakin kesal saat mengingat sang tuan muda yang baru saja dijodohkan dengannya.

Pasti si kulkas itu tak akan memiliki inisiatif untuk menjemputnya seperti gebetan sahabatnya tadi, kan?

Bodyguard yang ada di belakang Putri bahkan sempat mengerutkan keningnya saat mengamati ekspresi nona mudanya. Bukannya apa, namun ekspresi sang nona sudah sangat terlihat buruk.

Ia akan terkena masalah jika tak mengetahui penyebab mood sang nona buruk.

Putri melirik mobil yang baru saja berhenti di hadapannya, seorang bodyguard keluar dan membukakan pintu untuk Putri.

“Silahkan, nona.”

Putri mengangguk lalu masuk kedalam mobilnya dengan anggun, kemudian bodyguard yang ada di belakangnya tadi segera masuk ke mobil lain yang ada di belakang mobil yang ditumpangi Putri.

Yah, Putri adalah satu-satunya keturunan Wijaya. Sudah jelas jika pengawasan seperti ini sangat lumrah didapatkannya.

Putri mengamati pemandangan yang ada di luar sana, ia lalu berkata lirih.

"Kak, kira-kira kapan aku bisa berkeliaran bebas seperti remaja-remaja itu ya?" bodyguard yang tengah menyetir itu melirik ke arah nonanya.

"Maaf nona, tetapi nona tau jawaban saya. Tetapi, nona tetap bisa berkeliling bersama kami."

Putri menghela nafasnya susah. Bersama mereka, itu artinya tidak ada kebebasan.

Beberapa saat pun berlalu..

"Non, nona sudah pulang?" tanya salah seorang pelayan mansion Wijaya.

"Iya bi," jawab Putri melangkahkan kakinya dengan senyuman.

"Bi, aku ke kamar dulu ya," ujar Putri yang diangguki oleh pelayan kediamannya itu.

"Iya non silahkan," sahutnya.

"Oh ya non makan siangnya sudah kami siapkan di kamar nona, segera dimakan ya non."

"Eh iya bi makasih," ucap Putri seraya memberikan senyuman terbaiknya.

"Tidak masalah non, ini memang tugas saya," balas pelayan tersebut seraya tersenyum.

Beberapa detik kemudian putri sudah sampai di kamarnya, Putri melihat sebuah piring berisi makanan yang telah disiapkan pelayan tadi.

Ia melewatinya dan memutuskan untuk mengganti bajunya terlebih dahulu setelahnya ia baru duduk dan menikmati makanannya.

Setelah menghabiskannya putri membawa piring itu di dapur dan mencucinya. Walau beberapa pelayan melarangnya namun Putri adalah Putri, keinginannya harus selalu terwujud.

Oh, ada satu yang tidak terwujud. Pembatalan perjodohan bersama Adrian Pratama.

Kemudian, Putri kembali ke kamarnya, Putri pun merebahkan dirinya di tempat tidurnya dan pada akhirnya Putri tertidur dengan lelap.

Baru beberapa menit Putri tidur, ia terganggu dengan suara berisik yang ia dengar di ruang tamu karena kamarnya memang kamarnya lumayan dekat dengan ruang tamu.

Putri memang tak berada di lantai dua maupun lantai tiga mansionnya, bukan karena mama papanya tak mau memberi Putri kamar dengan pemandangan indah dari atas sana.

Namun, Putri sendiri yang ingin kamarnya ada di lantai bawah. Putri sungguh tidak suka ketinggian, oleh karenanya meskipun hari larut, para pengawal dan bodyguard pribadi Putri tak akan meninggalkan area mansion Wijaya.

Sebab, kamar Putri memang berada dalam posisi rawan bahaya.

Sepersekian detik setelah mendengar keributan, Putri pun terbangun, ia mengucek mata dengan kesal kemudian melangkah ke ruang tamu ternyata mama, papa nya sedang berbicara kepada orang tua Rian.

'aih kenapa ada orang tua rian ' batin putri sambil berjalan.

"Oh itu dia calon menantuku," ujar mama Alexa sambil menunjuk putri.

"Eh iya itu putri anak kesayanganku," lanjut mama Mila riang gembira.

"Sayang, kemarilah!" ajak papa Alfin membuat putri nyaris berdecih karena sebal.

"Iya pa," jawab putri terpaksa, amatt terpaksa.

"Kenapa pa kok manggil Putri?" tanya Putri ketika ia sudah sampai di dekat sang papa.

"Begini rencananya kan kalian tunangan minggu depan, kami memajukan pertunangan nya jadi dua hari lagi, lagipula semuanya sudah siap," ucap papa Bastian yang diangguki oleh para tetua lain.

'aelah aku aja kalo tunangan minggu depan gak siap, kok malah dimaju in dua hari sih, aarrghh' batin putri dengan kesal.

"Sebelum kamu mengatakan sesuatu, mama mau mengatakan kalau kamu tidak boleh menolak sayang, dan keputusan ini sudah bulat dan matang tidak akan bisa dirubah," ujar mama Mila berdiri seraya mengelus puncak rambut anak kesayangannya ini.

"Lagipula kan kamu bentar lagi lulus S1," sahut papa Alfin menarik tangan Putri untuk duduk di sebelahnya, mama Mila pun ikut duduk dan tetap mengelus puncak rambut Putri.

"Huh, baiklah ma pa," ujar Putri dengan menghembuskan nafas kasar, lagi-lagi ia tak bisa menolak ucapan papa mamanya.

"Akhirnya, aku punya calon menantu," ucap Alexa dengan riang.

'aaarrghhh kenapa hidupku sangat siall'

batin putri lagi

"Oh ya ngomong-ngomong Put kau akan di jemput rian nanti malam," ujar mama Mila tersenyum jahil.

"Hah apaa?! Tapi kenapa ma?" tanya Putri kaget bahkan ia nyaris berdiri dengan spontan.

"Iya, udah deh lihat tuh udah sore sana mandi. Nanti juga kamu akan tahu," jawab papa Bastian sembari mengerlingkan matanya.

"Huh, iya pa," balas Putri patuh, ya walau hatinya menggerutu.

Kemudian Putri melangkah kembali ke kamarnya lalu ia menyiapkan pakaian nya, dan ia berjalan ke kamar mandi.

Tiga puluh menit kemudian putri selesai mandi ia pun memakai pakaian nya, lalu ia melihat cermin dan mengingat kembali perkataan mamanya.

"Ahhh kenapa aku terjebak di situasi yang seperti ini!" teriak Putri kesal, namun apa dayanya? Ia terpaksa menuruti kemauan orang tuanya.

flash back on

Setelah Putri mengetahui perjodohan itu

"Apaa! Putri tidak mau! Pokoknya tidak!" teriak Putri keras kepala.

"Ayo lah, sayang turuti mama dan papa sekali saja," balas mama Mila dengan mata memelas.

"Putri sudah papa bilang kamu tidak boleh menolak," sahut papa Alfin melotot. Papa Alfin berusaha sekeras mungkin untuk tidak menuruti keinginan putrinya. Bagi Alfin, Putri dan istrinya, yakni Mila adalah dunianya. Oleh karenanya, begitu sulit baginya untuk menolak keinginan Putri.

"Pokoknya putri tidak mauu ma, pa," rengek putri lagi.

"Put kalau kamu gak menuruti kata mama dan papa, mama dan papa bersumpah untuk mengakhiri nyawa kami berdua!" bentak papa Alfin. Mau tak mau, ia harus mengancam anak kesayangannya. Atau, ia nanti yang akan semakin luluh dengan puppy eyes sang tuan putri Wijaya.

“Jika kamu sebegitu tak sayangnya pada kami maka coba saja!”

"Apa? Jangan ma, pa!"

"Makanya Put kalau tidak mau itu terjadi turutilah kami!" seru mama Mila tak kalah keras dengan papa Alfin.

"Ba-iklah ma pa," balas Putri seraya menatap mama papanya dengan mata berkaca-kaca. Yang untungnya, papa Alfin dan mama Mila masih bisa menahan diri untuk tidak menenangkan tuan putri mereka.

flash back off

"Hiks hiks," Putri mulai menangis mengingat hal itu, di hari itu pertama kalinya ia di bentak oleh orang tuanya. Makanya guys, jangan terlalu memanjakan anak kalian ya!

Kemudian, Putri menegang saat mendengar teriakan sang mama dari ruang tamu.

"Sayang! Rian sudah datang, nak!"

' aih ini masih jam lima kenapa cowok itu datang sekarang' batin putri.

"Sayang!" teriak mama Mila lagi.

"Iya ma putri mau keluar!" teriak Putri dari kamarnya dengan suara yang agak keras agar sang mama mendengarnya.

Kemudian Putri pun berlari kecil, sesampainya putri di ruang tamu ia menganga ia terkejut bukan main.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!