Jangan lupa like dulu sebelum membaca dan tinggalkan jejak di kolom komentar yaa! Gratis kok😉
Selamat Membaca!!!🤗💜
...💜💜💜...
"La, liat tuh doi lu.." ucap Elisa teman akrab Kaila.
Kaila menatap ke arah yang ditunjuk oleh Elisa, dan benar Raffa tengah berdiri disana bersama pacarnya, Celine.
Sudah sejak lama Kaila menyukai Raffa, sejak mereka mengikuti orientasi siswa di SMA ini, saat Raffa membantunya ketika ia kesulitan berjalan ditengah kerumunan siswa lainnya.
Selama ini Kaila selalu berusaha untuk mendapatkan hati Raffa namun usahanya terus gagal, bukan perkara mudah untuk mendapatkan hati Raffa.
Bahkan Kaila saja harus berusaha mati-matian hanya demi mendapatkan nomor ponsel Raffa.
"Biarin aja Sa, gue gak mau berharap jauh lagi ke Raffa, percuma." Ucap Kaila.
Elisa menatap temannya itu dengan perasaan sedih, hampir 3 tahun Kaila menyimpan rasa untuk Raffa namun tak pernah sedikitpun Raffa melirik ke arahnya.
"Lo mau lupain dia La?" Tanya Elisa ragu.
Namun diluar dugaannya, Kaila malah menganggukkan kepalanya, "Gue mau lupain Raffa, percuma juga gue mencintai dia selama ini. Toh Raffa udah bahagia bareng pacarnya kan." Kata Kaila.
Elisa menepuk-nepuk bahu Kaila, "Gue bakal dukung elo La, asal lo terus bahagia okay?"
"Okay."
...💜💜💜...
Kaila masuk kedalam rumahnya dengan perasaan gembira, ia baru saja berhasil mendapatkan nilai seratus di ulangan harian fisika miliknya.
"Bundaaaa!!!!!!!" pekik Kaila kemudian berlari memeluk bundanya.
Devi ibunda Kaila terkejut melihat anaknya yang tiba-tiba saja berlari dan memeluk dirinya seperti ini.
"Kenapa? kayanya seneng banget?" tanya Devi.
"Bunda tau gak? aku dapet seratus!!!!" ucap Kaila sambil menunjukkan selembar kertas bertuliskan angka seratus dengan tinta merah.
Devi melebarkan matanya, "HAH? SERIUSAN?" Ucapnya tak percaya.
Kaila mengangguk, setelah itu mereka berdua langsung berpelukan dan berteriak bahagia.
"Assalamualaikum.." ucap Bram ayah Kaila saat kembali dari kantornya.
"Waalaikumsalam.." jawab Kaila dan juga Devi bersama-sama.
Bram menghampiri anak dan juga istrinya, ia mengatakan kepada Kaila untuk berganti pakaian dan bersih-bersih karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan anaknya itu.
Tanpa bertanya lebih lanjut, Kaila menganggukkan kepalanya dan naik ke kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya.
Saat Kaila turun ke bawah, kedua orang tuanya sudah menunggunya di ruang tamu. Devi tersenyum kepada anaknya itu saat melihat Kaila turun menghampiri mereka.
Kaila merasa ada sesuatu yang aneh saat melihat kedua orang tuanya tersenyum penuh arti kepada dirinya, bukan senyuman yang sering ia lihat selama ini.
Kaila duduk disamping bundanya, ia menatap bunda dan juga ayahnya bergantian, "Ayah ada apa? suasananya jadi awkward gini." tanyanya.
Bram mendekat, ia menatap anaknya dengan mimik wajah serius membuat Kaila bingung setengah mati.
"Begini Kaila, ayah sama bunda ingin menjodohkan kamu." Ucap Bram.
Kaila membulatkan matanya, "A-apa yah? Kaila gak salah denger kan yah?" Tanya Kaila terkejut.
Bram dan juga Devi menggelegkan kepalanya, "Tidak Kaila, kamu tidak salah dengar. Ayah memang akan menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat ayah."
Kaila menggelengkan kepalanya tak percaya, "Tapi yah, Kaila masih sekolah dan Kaila belum siap untuk menikah yah..." Rengeknya.
"Ayah dan sahabat ayah dulu sudah berjanji Kaila, jika kita memiliki anak perempuan dan laki-laki maka ayah dan sahabat ayah akan menjodohkan anak kita." Ucap Bram.
Kaila menggelengkan kepalanya, matanya mulai berkaca-kaca. "Tapi yah.... Kaila belum siap, Kaila masih mau sama ayah dan bunda.." ucapnya.
"Maafin ayah La, tapi ayah harus menjodohkan kalian berdua sekarang karena sahabat ayah meminta untuk menikahkan kalian berdua secepatnya."
"Terima saja ya nak, bunda yakin kamu bisa menjadi sosok istri yang baik untuk suami kamu nantinya." Kata Devi berusaha menenangkan anaknya.
Kaila menatap orang tuanya dengan air mata yang berlinang, cita-citanya, harapannya, impiannya dan segala keinginannya hancur dalam sekejap.
Namun Kaila sadar, membangkang kepada orang tua adalah dosa, dan ia tidak ingin durhaka kepada kedua orang tuanya walaupun permintaan ini sangat menyakitkan untuk dirinya sendiri.
"Apa dengan Kaila setuju, ayah dan juga bunda akan bahagia?" Tanya Kaila.
Devi tersenyum kepada anaknya, "Bunda akan bahagia jika anak bunda juga bahagia." Ucapnya.
Sedangkan Bram hanya bisa tersenyum saja tanpa mengatakan apapun, ia berharap Kaila akan mengerti dan mau menerima perjodohan ini.
Kaila termenung sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk dengan berat hati. "Kaila setuju untuk dijodohkan yah." Ucapnya.
Bram dan juga Devi lansung tersenyum lebar dan memeluk putrinya itu dengan erat berbeda dengan Kaila yang malah meneteskan air matanya kembali.
'Mungkin ini cara untuk membantuku melupakan Raffa.' batin Kaila.
Kaila berharap dengan ini ia bisa melupakan Raffa dan mulai mencintai pria lain yang akan menjadi calonnya yang mungkin juga akan membuka hati dan perasaannya untuk Kaila saja.
"Kalau kamu sudah setuju besok malam kita akan bertemu dengan mereka dan akan membicarakan tentang pernikahan kalian berdua." Ucap Bram.
Kaila hanya bisa menganggukkan kepalanya, secepat ini ia akan dinikahkan dengan pria yang ia belum tahu siapa nama dan wajahnya.
Namun Kaila yakin usia pria yang akan dijodohkan dengannya tidak akan terlalu jauh dengannya. Karena itu ia tidak begitu khawatir akan dijodohkan dengan pria dewasa yang usianya mungkin dua kali lipat dari dirinya.
"Yah, apakah orang yang akan dijodohkan dengan Kaila adalah orang baik?" Tanyanya.
Bram berpikir sejenak, ia sendiri tidak begitu mengenal calon menantunya itu secara pribadi, ia hanya mengenalnya melalui cerita dari sahabatnya.
"Dia orang baik, kamu tenang aja ya nak." Ucap Bram.
Kaila menganggukkan kepalanya, ia tak tau harus berbicara apa lagi sekarang.
...💜💜💜...
Raffa turun dari kamarnya setelah selesai mandi, ia menghampiri kedua orang tuanya yang tengah duduk di meja makan menunggu dirinya.
Saat Raffa datang, Riki papanya dan juga Anin mamanya saling menatap melempar kode. Namun Raffa tak memperhatikan itu, ia hanya fokus mengambil nasi dan juga lauknya dan makan dengan santai.
Sampai tiba-tiba Riki berdehem untuk menetralkan rasa gugupnya sebelum ia mengatakan kepada anaknya.
"Raffa papa mau bicara sama kamu." Ucap Riki.
Raffa mengangguk, "Bicara apa pa?" Tanyanya.
Riki dan juga Anin saling menatap sebelum akhirnya Riki kembali berbicara kepada Raffa.
"Papa akan menjodohkan kamu dengan anak dari teman papa." Ucap Riki.
Byuurrr....
Nasi yang dimakan oleh Raffa langsung berhamburan, Raffa tersedak dan langsung mencari air minum.
"Raffa..."
"Uhukk.. uhuk.... Ma-maksud papa?" Tanyanya.
"Papa akan menikahkan kamu secepatnya."
Raffa terpaku ditempat, diam tidak tahu harus berkata apa. "Menikah? Tapi kenapa pah? Raffa masih muda bahkan masih sekolah." Tanyanya tak habis pikir dengan jalan pikiran papanya.
Bagaimana bisa ia menikahkan anaknya yang masih sekolah dan belum bekerja ini? Raffa belum bisa menghasilkan uang dengan keringat dan jerih payahnya sendiri namun ia akan segera menikah itu artinya ia harus menghidupi istrinya nanti.
"Papa dan sahabat papa dulu pernah berjanji untuk menikahkan anak kita ketika mereka sudah beranjak dewasa. Dan papa rasa ini waktu yang tepat Raffa." Ucap Riki.
Raffa hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Namun ia juga tidak bisa menerima perjodohan ini dengan mudahnya.
"Tapi pah Raffa belum bekerja, darimana Raffa bakal menghidupi istri Raffa nantinya?" Tanyanya.
Riki tersenyum samar, "Kamu tenang aja, karena papa sudah menyiapkan sebuah cafe yang akan kamu kelola nantinya."
"Cafe?" Tanya Raffa.
"Iya sayang, mama sama papa membuka sebuah cafe untuk kamu sebelum kamu lulus kuliah. Nantinya jika kamu sudah lulus kuliah maka papa akan secara resmi menyerahkan perusahaan untukmu." Ucap mamanya.
Raffa tidak habis pikir, ternyata papa dan juga mamanya telah menyiapkan semuanya yang artinya Raffa hanya bisa menurut saja dengan kemauan mereka.
"Baiklah, lakukanlah pa, ma. Raffa akan mengikuti semuanya." Ucapnya.
"Baguslah kalau begitu, besok malam kita akan bertemu dengan keluarga calon istrimu. Jadi persiapkanlah dirimu." Ucap Riki dan diangguki oleh Raffa.
Raffa pamit naik ke kamarnya, ia ingin beristirahat saja. Raffa memikirkan Celine pacarnya, Celine sangat baik dan setia kepadanya. Entah apa yang harus Raffa katakan kepada Celine nantinya.
Raffa tidak ingin melukai perasaan pacarnya itu.
......Raffa Arsenio......
......Kaila Leteshia......
Kaila mengaduk-aduk bubur ayam miliknya, ia tidak berselera sama sekali untuk mengisi perutnya. Elisa yang sedari tadi memperhatikannya hanya mengernyitkan dahinya bingung.
"Lo kenapa La? kok gak dimakan?" tanya Elisa.
Kaila menggelengkan kepalanya, "Gue gak papa kok."
"Bohong La, pasti ada sesuatu yang ngeganggu pikiran lo kan? coba cerita sama gue." ajak Elisa, ia tidak bisa membiarkan temannya itu terlihat murung seperti ini.
"Sebenernya papa gue mau jodohin gue Sa." ucap Kaila.
Elisa memekik kaget membuat seisi kantin menatap kearah mereka berdua, "Ma-maksud lo La?" tanyanya.
"Ya gue bakalan segera menikah Sa.."
Elisa menutup mulutnya tak percaya, "Tapikan lo masih SMA La, gimana bisa orang tua lo jodohin disaat lo masih muda kaya gini?" tanya Elisa tak percaya.
"Gue juga pusing Sa, gue gak tau harus bilang apa. Nanti malam gue bakalan ketemu sama calon suami gue, dan gue gak tau harus bersikap gimana." ucap Kaila lesu.
Elisa langsung berpindah ke sebelah Kaila, ia memeluk temannya itu dengan erat, "Lo pasti bisa La, jangan sedih okay? lo bisa cerita sama gue.."
Kaila mengangguk, "Thanks ya Sa.."
"Pokoknya lo harus cerita besok pagi ke gue, siapa namanya, orangnya kaya apa supaya gue tau gue bisa nyerahin elo ke dia dengan tenang atau enggak." kata Elisa.
Kaila menganggukkan kepalanya, ia juga sebenarnya penasaran seperti apa orang yang akan dijodohkan dengan dirinya, apa seumuran dengannya atau sudah kuliah sungguh Kaila sangat penasaran apalagi ayah dan bundanya hanya mengatakan kepadanya untuk menunggu nanti malam dan menanyakan semuanya langsung kepada calon suaminya itu.
Sedangkan dimeja lain, Raffa tengah duduk bersama ketiga temannya Aksa, Ravi, dan juga Axel dan yang tidak ketinggalan adalah pacar tersayangnya Celine. Ketiga temannya dan juga Celine dengan lahap memakan makanannya masing-masing, berbeda dengan Raffa yang hanya terlihat mengaduk-aduk makanannya tanpa ada niatan untuk memakannya sama sekali.
Raffa terlihat seperti orang yang tengah sakit, ia terus melamun sepanjang jam pelajaran bahkan saat jam istirahat seperti sekarangpun ia tidak semangat sama sekali. Perbedaan perilaku Raffa sebenarnya sudah mengganggu pikiran Celine sejak tadi, ketiga teman Raffa pun sebenarnya juga penasaran apa yang terjadi dengan temannya.
"Sayang, are you okay?" tanya Celine lembut sambil mengusap pelan bahu Raffa.
Raffa tersentak saat merasakan tangan Celine menyentuhnya, "I'm okay." jawabnya.
"Serius bro lo okay? dari tadi lo ngelamun terus." tanya Ravi tak percaya.
Raffa menganggukkan kepalanya, lebih baik jika ia tidak memperlihatkan atau bahkan memberitahu teman-temannya tentang apa yang terjadi terutama Celine pikirnya.
"Gue gak papa, cuma ada dikit kendala aja dirumah santuy aja lo pada." ucap Raffa.
"Beneran kamu gak papa kan sayang?" tanya Celine memastikan karena ia merasa khawatir dengan Raffa.
Raffa menganggukkan kepalanya, ia menghela nafasnya pelan. Bagaimana caranya ia harus menutupi hal ini dari ketiga temannya dan juga Celine karena Farrel tidak ingin ada satu orangpun yang mengetahui hal ini.
...💜💜💜...
Hause Rooftop And Bar
Kaila duduk dengan gelisah sejak tadi, ia bingung harus bagaimana menyapa calon suami dan juga calon mertuanya nanti. Kaila juga sedikit risih dengan riasan di wajahnya walaupun bundanya meriasnya dengan sangat natural.
Kaila meremat jemarinya di bawah meja menyalurkan rasa gugupnya yang teramat dalam, "Yah, Kaila merasa belum siap untuk ini." ucapnya jujur.
Bram tersenyum menanggapi ucapan anaknya, hanya tersenyum saja.
"Semuanya akan baik-baik saja, mereka orang baik kok kamu tenang aja ya." ucap Devi menenangkan anaknya itu.
Bram menarik nafasnya berat, "Maafkan ayah Kaila, karena janji ayah dengan sahabat ayah dulu kamu harus menikah sekarang."
Kaila tersenyum dengan berat hati, ia juga sangat menyayangkan hal ini sebenarnya namun janji tetaplah janji, orang tuanya selama ini mengajari Kaila untuk selalu menepati janjinya walau sekecil apapun.
Karena janji dalam bentuk apapun itu akan memiliki sebuah arti tersendiri bagi orang yang dijanjikan. Karena itu, siapapun dirimu tepatilah janji yang telah kau buat.
"Tidak masalah Yah, ayah udah janji kan jadi harus ditepatin, ayah sendiri yang ngajarin Kaila untuk jadi orang yang selalu ingat akan janjinya." ucap Kaila dengan suara gemetar.
Bram terenyuh mendengar perkataan putrinya itu, "Putriku sudah dewasa, kamu tumbuh jadi gadis yang bijak La, ayah bangga sama kamu. Ayah jadi tenang untuk melepaskanmu La." ucap ayahnya.
"Bunda juga bangga sama kamu La, bunda harap setelah menikah nanti kamu tetap bisa memegang teguh ajaran yang bunda dan ayah berikan." pesan Devi kepada anaknya itu.
Kaila menatap bunda dan ayahnya bergantian, matanya hampir saja meneteskan cairan bening jika saja orang yang mereka tunggu belum hadir dihadapan mereka sekarang. Kaila dan kedua orang tuanya berdiri menyambut calon besan mereka.
Bram dan Riki berjabat tangan dan berbicara dengan santai. "Bagaimana kabarmu Rik?" tanya Bram basa basi.
Riki terkekeh,"Seperti yang kau lihat Bram, aku sangat sehat apalagi saat tahu akan segera berbesanan denganmu." ucapnya.
Anin dan juga Devi berpelukan, mereka sudah sangat lama tidak bercengkrama.Dulu Anin dan juga Devi sering bertemu dan berbincang bersama karena kedua suami mereka bersahabat maka mereka berdua pun turut berteman dengan baik.
"Silahkan duduk.." ucap Bram mempersilahkan Riki dan istrinya untuk duduk.
Kaila menatap bingung, kenapa hanya ada calon mertuanya saja disini? dimana calon suaminya itu? batinnya.
"Ah dimana anakmu Rik? kenapa dia tidak ada disini?" tanya Bram saat tak melihat calon menantunya itu.
"Oh anakku tadi pamit ke toilet sebentar, mungkin ia akan segera kesini nanti." jawab Riki membuat kebingungan diantara Kaila dan juga kedua orang tuanya terjawab.
"Ini calon menantuku Bram?" tanya Riki dan diangguki oleh Bram.
Kaila langsung menundukkan badannya memberi hormat dan menyalimi tangan Riki dan Anin. ia tersenyum kepada dua orang di depannya ini.
Kaila mengernyitkan dahinya saat merasa wajah dari calon ayah mertuanya itu sangat mirip dengan seseorang yang ia kenal, tapi Kaila berusaha menghilangkan segala pemikirannya karena tidak mungkin calon ayah mertuanya ini ada keterikatan dengan orang yang dikenalnya.
"Kau tumbuh menjadi sangat cantik Kaila, dulu waktu kau masih kecil kau terlihat sangat imut dan menggemaskan." puji Riki.
"Benar sayang, dulu tante sering bermain dengan dirimu bahkan tante masih ingat dengan jelas bagaimana tawamu saat dirimu masih kecil." timpal Anin.
Kaila yang dipuji hanya bisa tersenyum dan menundukkan wajahnya malu, ia tak tau harus berkata apa. Sampai sebuah suara membuatnya mengangkat wajahnya tegap dan membeku.
"Maaf saya terlambat." ucap Raffa sambil membungkukkan badannya.
Kaila diam terpaku ditempat saat melihat pria yang ada dihadapannya, apakah Kaila tengah berada di alam mimpi sekarang? atau ini hanya ilusi semata?
Raffa duduk dikursinya yang berhadapan dengan Kaila, ia menatap ke depan dan sangat terkejut saat mengenali gadis di depannya ini. "Kaila?" panggilnya.
Orang tua mereka menatap bungung kepada keduannya, "Kalian saling mengenal?" tanya Bram.
Karena sebelumnya Kaila dan juga Raffa tak pernah bertemu bahkan saat mereka kanak-kanak karena Bram dan keluarga dulunya tinggal dikota lain dan Raffa sering bersama neneknya.
"Iya om, saya dan Kaila satu sekolah." ucap Raffa.
Terlihat sebuah senyum terpantri diwajah keempat orang tua yang duduk disana, mereka sangat bersyukur ternyata kedua anaknya sudah saling mengenal dekat.
"Benar Kaila?" tanya Bram memastikan kepada anaknya dan Kaila menganggukkan kepalanya.
"I-iya Yah, Kaila kenal dengan Raffa, kita juga satu sekolah." jawab Kaila.
Namun hanya ke empat orang tua mereka yang sepertinya terlihat senang karena Raffa masih terlihat terkejut saat mengetahui orang yang akan dijodohkan dengan dirinya adalah Kaila gadis pendiam di sekolahnya yang sering mengajaknya bicara dulu.
Tak jauh berbeda, Kaila juga masih sibuk dengan pemikirannya sendiri, ia menyanggupi janji ayahnya dulu yang akan menjodohkan dirinya dengan maksud agar dirinya bisa semakin mudah melupakan Raffa dan mulai mencintai hati yang lain.
Namun, ternyata ini yang dinamakan dengan takdir, Kaila atau siapapun itu tidak pernah tahu takdir seperti apa yang akan mereka jalani. Kaila juga tidak menyangka bahwa perjodohan ini malah akan semakin membuatnya jatuh semakin dalam kepada Raffa.
Acara pertemuan kedua keluarga itu berjalan dengan lancar, tak henti-hentinya senyuman terpantri cerah diwajah kedua orang tua mereka, sesekali Kaila maupun Raffa menimpali perkataan orang tua mereka tanpa berniat membuat suasana semakin canggung diantara keduanya.
"Jadi bagaimana jika kita percepat saja pernikahan mereka?" tanya Riki, ia tak sabar untuk segera memiliki menantu.
Bram dan juga Devi menganggukkan kepalanya setuju, "Lebih cepat lebih baik, toh mereka berdua juga sudah saling mengenal sebelumnya." ucap Bram.
"Bagaimana jika kita adakan minggu depan?" tanya Riki.
Kaila dan juga Raffa terperenjat mendengar kata seminggu, kata yang memiliki makna sangat lama saat mereka menunda mengerjakan tugas namun hari ini kata itu berubah memiliki makna sangat cepat. Kaila dan juga Raffa merasa belum siap untuk ini semua.
"Ayah.. apa tidak terlalu terburu-buru?" tanya Kaila.
"Benar pah, Raffa dan juga Kaila belum siap menikah secepat ini." timpal Raffa.
Riki dan juga Bram tersenyum, "Menurut kami ini tidak terlalu cepat, bukankah lebih cepat lebih baik?" tanya Riki.
Bram menganggukkan kepalanya,"Benar sekali, lebih cepat lebih baik jadi mari kita laksanakan pernikahan ini minggu depan." ucap Bram.
Kaila masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan lesu, ia duduk dilantai bersandar pada ranjangnya. Kaila tidak tahu ia harus bersikap seperti apa saat ini, ia harus merasa senang karena akan menikah dengan Raffa atau merasa sedih karena gagal untuk melupakan Raffa.
"Dia punya pacar, apa yang harus kulakukan?" gumam Kaila bingung.
Kaila tahu Raffa sangat mencintai Celine, mereka saling mencintai satu sama lain dan itulah yang membuat Kaila bingung mengapa Raffa mau menerima pernikahan ini sedangkan ia memiliki Celine disisinya.
Tanpa sadar air mata turun dari matanya, Kaila merasakan sesak didadanya saat memikirkannya, kehidupan seperti apa yang tengah ia jalani saat ini. Namun tiba-tiba saja sebuah pesan masuk di ponselnya.
Kaila mengambil ponselnya yang masih ada di dalam tas, ia membelalakkan matanya tak percaya saat mengetahui siapa yang mengiriminya pesan malam-malam begini, nomor yang ia simpan sejak lama namun tak berani untuk ia kirimin pesan barang sekalipun.
"Raffa?" gumamnya lirih.
Kaila membaca pesan tersebut, ia kembali membelalakkan matanya tak percaya.
'Kaila bisakah kita berbicara berdua besok? ada yang harus kubicarakan denganmu'
Dengan cepat Kaila membalas pesan tersebut, 'Tentu, dimana kita harus bertemu?' tanyanya.
'Akan aku beritahu besok, selamat malam.' ucap Raffa singkat.
'Selamat malam.' balas Kaila.
Tanpa memikirkan apapun lagi Kaila langsung tertidur, begitu pula dengan Raffa yang langsung merebahkan tubuhnya dikasur miliknya. Malam itu mereka berdua beristirahat dengan harapan akan menemukan jalan terbaik untuk kehidupan mereka.
...💜💜💜...
Elisa menatap Kaila yang baru saja masuk ke kelas dengan wajah penasaran penuh pertanyaan, saat Kaila duduk dibangkunya dengan cepat Elisa mendekatkan dirinya kepada Kaila.
"Gimana La? lo udah ketemu sama calon suami lo kan?" tanya Elisa.
Kaila melotot tajam kepada Elisa, ia membekap mulu temannya itu dengan tangannya, "Sttt... lo mau sekelas tau tentang ini Sa?" tanya Kaila.
Elisa tersenyum, terlihat deretan giginya yang tersusun rapi. "Sorry La, gue terlalu antusias tadi hehe."
"Jadi gimana? buruan gue kepo nih La." lanjut Elisa.
Kaila menghela nafasnya, "Orang yang mau dijodohin sama gue itu Raffa Sa." ucap Kaila.
"HAA? LO SERIUS LA?" Pekik Elisa membuat teman sekelas yang ada dikelas menatap sinis kepada mereka.
"Sorry sorry, gue gak nyangka La, lo gak ngibulin gue kan?" tanya Elisa.
Kaila menggelengkan kepalanya, untuk apa ia berbohong kepada Elisa tentang hal ini, ia sama sekali tak berniat untuk membohongi Elisa mengenai hal ini. "Gue gak bohong Sa, gue serius." ucap Kaila.
Elisa menatap Kaila dengan tatapan tak percaya, "Trus dia juga nerima perjodohan ini La?" tanya Elisa dan Kaila mengangguk membuat Elisa semakin tak percaya dengan ini semua.
"Jadi lo bakal gimana setelah ini La? lo tau sendiri kalo Raffa udah punya pacar." tanya Elisa.
Kaila menghela nafasnya pelan, "Gue juga bingung La, gue gak tau harus gimana sekarang." ucapnya.
"Lo udah bicara berdua sama Raffa tentang hal ini?" tanya Elisa dan Kaila menggelengkan kepalanya.
"Belum Sa, tapi Raffa udah ngajak gue buat bicara nanti." ucapnya.
"Bagus deh La kalo gitu, lo emang harus bicarain sama dia apalagi tentang hubungannya dengan Celine"
Kaila hanya diam tak menjawab perkataan Elisa, namun Elisa tetaplah Elisa ia gadis yang sangat-sangat kepo dengan segala sesuatu hal apalagi hal yang berhubungan dengan Kaila seperti sekarang.
"Oh iya La, jadi kapan pernikahan lo sama Raffa?" tanya Elisa, hal utama yang seharusnya ia tanyakan setelah mengetahui siapa calon pendamping teman baiknya ini.
"Minggu depan Sa."
"HAH!!!" Lagi-lagi Elisa terpekik kaget saat mendengar penuturan dari Kaila.
"Lo yakin La? minggu depan bukannya itu terlalu terburu-buru ya La?" tanya Elisa tak yakin dengan keputusan ini.
"Orang tua kita yang mutusin untuk nikahin kita secepatnya Sa, gue dan Raffa gak bisa bilang apapun."
Kaila menghela nafasnya pelan begitu pula dengan Elisa yang terdengar jauh lebih sedih dengan hal ini. Namun sebisa mungkin Elisa memberikan semangat untuk Kaila, ia tak ingin menjadi teman yang tidak berguna karena hanya menanyai masalahnya dan ikut bersedih tanpa memberikannya semangat.
...💜💜💜...
'Cafe xxx pulang sekolah'
Begitulah pesan yang dikirimkan oleh Raffa saat jam istirahat tadi, dan sekarang Kaila tengah berada di depan cafe yang diberitahu oleh Raffa. Kaila menaiki ojek online menuju ke cafe ini, jaraknya dengan sekolah juga cukup jauh entah alasan apa yang membuat Raffa mengajaknya bertemu disini.
Tingg...
Bunyi bel saat pintu didorong oleh Kaila, ia mengedarkan pandangannya dan terpaku saat melihat Raffa tengah duduk di salah satu meja seorang diri sambil memainkan ponselnya.
Kaila menarik nafas sejenak lalu berjalan mendekati Raffa, saat ia berada tepat dihadapan Raffa, Kaila hanya berdiam diri berdiri tanpa mengatakan apapun. Raffa melirik ke arahnya sejenak lalu mematikan ponselnya dan meletakkannya diatas meja.
"Duduk La."
Kaila duduk dihadapan Raffa, Raffa menyodorkan segelas americano yang ia pesan beberapa menit yang lalu untuk Kaila.
"Diminum, gue pesenin buat lo tapi sorry gue gak tau lo sukanya minum apa." kata Raffa.
"It's okay." Kaila meminum americano yang dipesan oleh Raffa walaupun sebenarnya ia tidak begitu bersahabat dengan minuman yang terbuat dari kopi.
"Sebenernya gue cuma mau ngomongin tentang rencana kita kedepannya La setelah menikah." ucap Raffa.
"Gue akan belajar buat mencintai elo nantinya, tapi gue gak bisa janjiin apapun ke elo La karena jujur Celine masih dan selalu ada dihati gue." ucap Raffa.
'Sebenernya apa sih maksud Raffa? dia buat gue melayang waktu bilang akan belajar mencintai gue tapi dia buat gue jatuh waktu bilang kalo dia masih cinta sama Celine.' gumam Kaila.
"Gue tau." ucap Kaila singkat.
"Gue mau lo jangan dulu naruh perasaan sama gue nantinya La, karena gue belum bisa pastiin kalau gue bisa putus sama Celine. Celine orang baik, dan gue gak tega buat nyakitin dia karena itu gue mau kita rahasiakan ini dulu sementara supaya Celine gak tau tentang hal ini." pinta Raffa.
Kaila tersenyum kecut mendengarnya, hatinya terasa teremat sangat sakit. Kaila tidak tahu harus berkata apa kepada Raffa. Tanpa Raffa peringati Kaila sendiri sudah jatuh kedalam pesonanya, mencintai Raffa dengan segenap hatinya selama hampir 3 tahun ini.
"Gimana La? gue bakalan tetep jagain elo dan bakal ngelindungin elo. Gue juga akan berusaha untuk menjadi suami yang baik buat elo nantinya, tapi biarin gue ngejalanin hubungan gue dulu dengan Celine." pinta Raffa.
Kaila menggigit bibir bawahnya gemetar, bukan ini yang Kaila mau.. Kaila tidak ingin terlibat dengan pernikahan konyol dan harus diam saja saat tahu suaminya berhubungan dengan wanita lain nantinya.
"Tapi gue punya permintaan Raf." ucap Kaila.
"Bilang aja La, gue bakal wujudin permintaan lo."
"Gue mau tetap ngejar mimpi-mimpiku selama ini Raf, aku mau kuliah dan kerja."
Raffa tersenyum, "Kalau itu tanpa lo minta gue juga akan izinin lo, gue gak akan ngekang lo La apalagi pernikahan ini bukan karena kemauan kita berdua kan, gue gak akan menghalangi apapun keinginan lo." ucap Raffa.
Kaila menangis dalam hatinya, pernikahan yang bukan karena kemauan mereka berdua katanya dan ini sangat menyiksa bagi Kaila. Kaila meremat jemarinya sendiri di bawah meja menyalurkan rasa sedihnya karena tak bisa menangis sekarang.
"Kita bisa jalanin kehidupan kita masing-masing nanti La, gue gak akan ngekang elo." ucap Raffa lagi.
Berpikir sejenak, Kaila meminum americano miliknya. Bahkan baru dua kali sedotan saja perut Kaila sudah terasa panas sekarang.
"Gue bakal berusaha untuk lupain Celine La tapi gak akan semudah itu karena pernikahan kita juga mendadak, tapi karna gue tau pernikahan suci dan itu sekali seumur hidup. Jadi bantu gue ya La?" Pinta Raffa.
Kaila menatap Raffa tak percaya, namun Kaila hanya menganggukkan kepalanya saja. Biarlah, kita lihat sejauh apa usaha Raffa nantinya untuk melupakan Celine dan belajar mencintai istrinya.
"Aku bakal bantuin kamu kok." Ucap Kaila dan itu membuat Raffa senang.
"Ya udah gue anterin pulang ya La?" Tawar Raffa.
Kaila mengangguk, Raffa mengantarnya pulang hingga ke depan rumahnya membuat Devi yang melihatnya langsung tersenyum senang karena anak dan calon menaantunya ternyata sangat dekat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!