The Ruby Wicth: Me And The Princess
Jati diri mencapai langit
Di rumahku, pada malam hari, aku berbicara dengan Ibuku.
The ruby witch (Nana)
Ibu.
Ibu (Emily)
Iya, ada apa sayang?
The ruby witch (Nana)
Ibu, apakah aku bisa menjadi penyihir seperti yang lain?
Tapi Ibuku menangis dan memelukku.
Ibu (Emily)
Maafkan Ibu, Nak, untuk sekarang ini Ibu memenuhi membiayai mu sekolah, tapi Ibu janji Ibu akan membiayai mu sekolah sampai kamu lulus.
The ruby witch (Nana)
Ibu, sudahlah jangan menangis walaupun aku tidak bisa seperti yang lain, tapi aku tidak apa-apa kalo aku tidak menjadi penyihir aku masih bisa jadi yang lain.
Ibu (Emily)
Tidak, Nak, itu adalah jati dirimu, Ibu tahu kalo kamu sangat ingin menjadi penyihir.
The ruby witch (Nana)
Kalau begitu aku akan membantu Ibu agar aku bisa menjadi penyihir.
Ibu (Emily)
Tidak, Nak, nanti Ayahmu akan marah mendengar hal ini.
The ruby witch (Nana)
lalu aku harus melakukan apa?
Ibu (Emily)
Belajarlah dengan buku-buku yang Ayah berikan kepadamu.
The ruby witch (Nana)
Aku sudah baca semua buku itu beberapa kali Ibu, bahkan aku sudah menghafalkan setiap kata-kata di buku itu.
Lalu Ibuku menghaluskan kepalaku.
Ibu (Emily)
Ibu sangat bangga kepadamu.
The ruby witch (Nana)
Aku juga sayang kepada Ibu.
Ibu (Emily)
Ini sudah malam sebaiknya kau tidur.
The ruby witch (Nana)
Baik Ibu.
Aku pun masuk ke kamarku dan aku pun tertidur.
Keesokan harinya aku membantu Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Setelah itu, Ibuku ingin pergi ke gerbang utama untuk memberi bekal kepada Ayahku.
Ibu (Emily)
Nana, Ibu pergi ke gerbang utama untuk memberi bekal kepada Ayahmu, kau jaga rumah, ya?
The ruby witch (Nana)
Baik, Bu.
Ibuku pun pergi ke gerbang utama istana.
Beberapa menit kemudian, Ibuku bertemu Ayahku.
Ibu (Emily)
Suamiku ini bekal untuk hari ini.
Ayah (Wilson)
Ah, terimakasih, hm ... aromanya enak sekali, pasti makanan istriku nomor 1.
Ibu (Emily)
Ah, kau bisa saja.
Ayah (Wilson)
Oiya, di mana Nana?
Ibu (Emily)
Dia ada di rumah sendirian.
Ayah (Wilson)
Beritahukan kepada Nana, Ayah akan pulang malam ini. Ayah akan membawa buku baru lagi untuk dibaca olehnya.
Ibu (Emily)
Nana pasti sangat senang.
Ayah (Wilson)
Iya, apa lagi Nana adalah anak kita satu-satunya.
Ibu (Emily)
Iya, dia sangat ingin menjadi penyihir, tapi aku masih belum bisa memenuhi jati dirinya.
Ayah (Wilson)
Bersabarlah Istriku, Ayah janji akan membiayai sekolah anak kita.
Teman Ayah (George)
Hei! Wilson, bisa ke sini sebentar? Ada para pendatang, nih.
Ayah (Wilson)
Iya sebentar, Ibu sebaiknya pulang dan beri kabar ini ke Nana.
Ibu (Emily)
Baiklah suamiku.
Ayahku pergi untuk berkerja lagi dan Ibuku juga pergi ke rumah.
Hari sudah sore, Ibuku sudah sampai di rumah.
Ibu (Emily)
Tuk-tuk-tuk, (suara ketukan pintu) Nana, apakah kau di dalam!?
The ruby witch (Nana)
Iya tunggu sebentar.
Aku pun membukakan pintu.
The ruby witch (Nana)
Selamat datang Ibu, apakah Ibu ingin minum?
Ibu (Emily)
Hm ... boleh saja jika kau tidak keberatan.
The ruby witch (Nana)
Aku ambilkan air dan gelasnya tunggu sebentar, ya?
Ibu (Emily)
Iya hati-hati membawa gelas dan airnya.
Lalu aku pergi ke dapur dan kembali lagi ke ruang tamu.
The ruby witch (Nana)
Ini air dan gelasnya Ibu.
Ibu (Emily)
Iya terima kasih, Nak.
Dan Ibuku meminum air yang kuberikan.
The ruby witch (Nana)
Ibu, Ibu bagaimana keadaan Ayah?
Ibu (Emily)
Ayahmu baik-baik saja dan, oiya, Ayahmu nanti akan pulang malam ini.
The ruby witch (Nana)
Benarkah Ibu, serius?
Ibu (Emily)
Iya, kapan Ibu pernah berbohong padamu?
The ruby witch (Nana)
Iye ... (senang) apakah Ayah memberikan buku baru lagi?
Ibu (Emily)
Iya, Nak, Ayahmu sering membawa buku baru kepadamu saat pulang kerja.
The ruby witch (Nana)
Iye ... (senang) aku akan menunggu Ayah pulang.
Hari pun sudah semakin malam, dan Ayahku masih belum pulang.
The ruby witch (Nana)
Hm ... (mengeluh) Ibu, kapan Ayah pulang?
Ibu (Emily)
Tunggu sebentar ya, Nak.
Ayah (Wilson)
Tuk-tuk-tuk, (suara ketukan pintu) Nana, Ayah pulang.
The ruby witch (Nana)
Ayah pulang, Ayah pulang.
Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung membuka pintu sambil, terbirit kegirangan. "Itu sudah biasa bagiku."
Maaf jika ada kesalahan dalam mengetik huruf.
Awal jati diriku
Ayah (Wilson)
Eh, anak Ayah sudah besar.
The ruby witch (Nana)
Ayah, Ayah kata Ibu Ayah akan membawa buku baru lagi kepadaku.
Ayah (Wilson)
Iya, Nak, ini dia pegang kuat-kuat, ya.
Aku pun memegang buku ternyata bukunya besar dan sangat berat.
The ruby witch (Nana)
Eh, ini berat sekali, Ayah apakah Ayah bisa membantu ku?
Ayah (Wilson)
Iya Ayah akan membawanya ke kamarmu, ya.
The ruby witch (Nana)
Iye ... (senang) baik Ayah aku akan membaca buku di kamarku.
Ayah (Wilson)
Baiklah, Nak, selamat membaca.
Setelah aku masuk ke kamarku, Ayahku ingin bicara empat mata kepada Ibuku.
Ayah (Wilson)
Ibu ada yang harus kita bicarakan.
Aku yang sedang membaca di kamarku, aku sampai bingung karena banyak sekali yang ku tidak ku ketahui tentang buku ini.
The ruby witch (Nana)
Wah, buku ini sama sekali aku ketahui banyak sekali tentang sejarah, dan cara menggunakan sihir.
Lalu tenggorokan ku pun terasa haus.
The ruby witch (Nana)
Em-em, tenggorokan ku terasa kering, sebaiknya aku ingin ambil air dulu.
Aku pun ingin ke dapur, untuk mengambil air untuk minum, tapi baru saja membuka pintu kamarku, aku mendengar pembicaraan Ibu dan Ayahku.
Ayah (Wilson)
Istriku, aku sudah mampu untuk membiayai sekolah anak kita untuk menjadi penyihir.
Ibu (Emily)
Benarkah yang ku dengar ini?
Ayah (Wilson)
Iya istriku aku akan membiayai sekolah anak kita.
Ibu (Emily)
Oh, syukurlah ... akhirnya kita bisa memenuhi jati diri anak kita.
Ayah (Wilson)
Aku juga ingin begitu, tapi tunggu beberapa minggu lagi untuk masa pelajaran baru.
Ibu (Emily)
Iya Ayah, Nana pasti sangat senang.
Lalu aku tidak jadi ke dapur dan aku pun tidur sambil memikirkan betapa senangnya aku.
The ruby witch (Nana)
Akhirnya aku bisa meraih jati diriku, tinggal beberapa minggu lagi. Sebaiknya aku tidur dan membaca sampai selesai buku yang Ayah berikan.
Segitu dulu, ya, nanti bikin lagi.
Berlatih sihir
Aku pun tidur. Seminggu kemudian aku ingin berjalan jalan ke hutan untuk berlatih sihir walaupun aku masih pemula.
The ruby witch (Nana)
Ibu, bolehkan aku pergi ke hutan?
Ibu (Emily)
Hah? (terkejut) untuk apa kau ingin pergi ke hutan?
The ruby witch (Nana)
Aku ingin berlatih sihir, walaupun aku tidak mempunyai tongkat sihir.
Ibu (Emily)
Kenapa kau tidak berlatih di taman belakang saja?
The ruby witch (Nana)
Hm ... aku takut kalo ilmu sihir ku tidak bisa di kendalikan jadi aku memutuskan untuk pergi ke hutan bolehkah Ibu?
Ibu (Emily)
Hm ... baiklah Ibu izinkan, tetapi jika kau bertemu suatu yang berbahaya larilah dan berhati-hatilah di hutan sana.
The ruby witch (Nana)
Baiklah Ibu, aku akan berhati-hati.
Aku pun bersiap-siap untuk pergi ke hutan.
The ruby witch (Nana)
Ibu aku pergi dulu, ya?
Ibu (Emily)
Baiklah tidak ada barang yang ketinggalan, 'kan?
The ruby witch (Nana)
Hm ... coba aku lihat, hm ... tidak, tidak yang ketinggalan Ibu.
Ibu (Emily)
Baiklah Nana ingat pesan Ibu, ya?
The ruby witch (Nana)
Baiklah Ibu.
Lalu aku pun pergi ke hutan.
Sampainya aku berada di hutan, aku pun langsung berlatih sihir.
The ruby witch (Nana)
Bola air! (membaca mantra).
Mantra (bola air) ku pun, mengenai batang pohon.
The ruby witch (Nana)
Huh, aku memang bisa menggunakan sihir, tetapi belum cukup kuat, aku harus bisa.
The ruby witch (Nana)
Bola air! (membaca mantra).
Sekali lagi, mantra (bola air) ku pun mengenai batang pohon yang lain dan kali ini pohon itu pun roboh dan aku pun terkejut.
The ruby witch (Nana)
Wah, (senang) aku berhasil! Aku berhasil! Aku bisa menggunakan sihir tanpa mempelajari di sekolah sihir.
Tiba-tiba ... aku pun mendengar suara raum man Monster dan suara seseorang sedang bertarung.
The ruby witch (Nana)
Hm? (terkejut dan takut) suara apa itu? padahal tempat ini bebas dari monster?
Lalu aku mencari sumber suara itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!