Namaku Anabel Putri Cahya : Aku anak dari seorang pengusaha kaya raya dan aku duduk di kelas 3 SMA ternama di Jakarta. Oh ya walaupun statusku masih seorang pelajar. Aku sudah punya restoran sendiri. Jadi sejak 2 tahun yang lalu, aku sudah tidak lagi menerima uang jajan dari mama dan papaku. Aku berusaha memenuhi semua kebutuhanku sendiri. Aku tinggal di Jakarta juga seorang diri karena mama dan papaku ada di Australi. Aku tinggal di rumah yang sangat sangat sederhana. Rumah itu aku beli dari hasil keuntungan yang aku dapat dari restoran.
Sebenarnya mama dan papaku sudah membelikan aku rumah yang sangat besar dah mewah serta beberapa apartemen tapi gak aku pakek karena aku tidak mau hidup serba ada. Aku ingin hidup dari nol. Aku ingin hidup sederhana tanpa harus bergantung kepada kedua orang tua. Asal kalian tau, restoran yang aku dirikan sekarang, itu murni dari hasil jerih payah aku sendiri. Saat aku SMP, setiap pulang sekolah aku bekerja di restoran sebagai karyawan biasa.
Dan uangnya aku tabung setelah merasa cukup barulah aku bikin restoran. Saat aku buka restoran itu aku sudah kelas 1 SMA dan kini restoran itu sudah berjalan 2 tahun. Dan alhamdulillah di Jakarta sendiri sudah ada 3 restoran yang aku buka. Dan rencanannya setelah lulus sekolah nanti, aku mau buka cabang di luar kota seperti Bandung, Surabaya, Malang, Yogyakarta dan kota kota lainnya.
Masalah asmara, jujur sejak 2 tahun lalu aku mencintai seseorang yang bernama Ferdi dian Anggara. Aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama. Aku pernah mengatakan perasaanku padanya tapi ia menolakku. Entah aku tidak tau kenapa. Mungkin karena dia melihat aku adalah orang miskin.
Sejak sekolah di SMA aku belum pernah ganti seragamku tapi walaupun aku gak pernah ganti seragam, seragamku selalu rapi kog karena aku selalu menyetrika bajuku setiap kali aku mau berangkat sekolah hanya saja aku males mau beli lagi. Ngapain beli jika seragamku masih bagus dan masih bisa di pakek. Iya kan? Setiap hari aku selalu melihat Ferdi yang gonta ganti pacar dan pacarnya adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya.
Aku selalu berfikir, jika Ferdi tau siapa aku yang sebenarnya. Apakah dia akan menolakku? Tapi ya sudahlah, aku gak mau membangga banggakan harta orang tuaku. Aku ingin hidup seperti ini, jauh dari kemewahan. JIka aku punya uang lebih, aku selalu menggunakan uang itu sebaik mungkin. Seperti untuk membantu fakir miskin, anak yatim piatu, panti jompo dan untuk pembangunan masjid.
Sisanya aku tabung buat kehidupanku sehari hari dan juga untuk uang kulyahku nanti.
Aku gak suka menghambur hamburkan uang untuk hal hal gak penting bahkan aku pergi ke Mall pun cuma bisa di hitung pakek jari. Aku lebih suka menghabiskan waktuku di rumah buat belajar atau pergi ke restoran sepulang sekolah untuk memantau semua karyawanku dan melihat pemasukan keuangan serta melihat kritikan serta saran agar restoranku semakin maju dan banyak peminatnya.
Untuk sahabat, aku punya satu sahabat yaitu Puput Mustikawati yang sering di panggil dengan sebutan Puput. Tapi selain Puput, aku punya teman namannya Aldi Herdiansyah. Di pindahan dari Bandung. Iya pindah ke sini saat petengahan kelas dua. Hanya mereka berdua siapa aku yang sebenarnya. Karena aku gak bisa menutupi siapa jati diri aku di depan sahabatku dan teman terbaikku.
Selain mereka, gak ada orang yang tau kalau aku anak kaya. Mereka menganggap aku adalah orang miskin dan jikapun aku bisa sekolah di SMA ternama ini. Itu karena aku mendapatkan beasiswa. Memang sih, aku sekolah di sini karena dapat beasiswa tapi aku bukan orang miskin seperti yang mereka kira tapi ya sudahlah ya. Gak perlu di bahas.
Oh ya dari kecil aku selalu mendapatkan rangking satu loh. Itu karena aku rajin belajar dan tidak pernah bolos sekolah. Setiap di kelas, aku gak suka ngobrol jika guru sedang menerangkan pelajaran. Dan sebanyak apapaun tugas dari sekolah, aku selalu mengerjakannya. Jadi wajar dong jika aku selalu mendapatkan nilai 100 dan selalu dapat rangking satu.
Oke, cukup perkenalanku untuk hari ini. Jika ada yang kurang bisa komen di bawah ya........
"Anabel!" Teriak seseorang. Anabelpun mencari suara seseorang yang memanggil namanya. Saat menoleh ke belakang, ia melihat Puput yang lari mengejarnya. Anabel hanya tersenyum melihat sahabatnya yang lari tergopoh gopoh.
"Kenapa Put? Kog lari lari gitu?" tanya Anabel ketika Puput sudah ada di sampignya. Puput terlihat narik nafas sebelum menjawab pertanyaan dari Anabel.
"Aku dari tadi manggil manggil nama kamu. Tapi kamunya gak denger. Aku sampek lari lari ngejar kamu. Capek tau."
"Lah, siapa suruh ngejar aku. Lagian aku kan gak denger kamu manggil manggil namaku. Emang ada apa sih manggil namaku?"
"Ya gak ada sih, cuma pengen manggil aja." Jawab Puput dengan polosnya lalu ia senyam senyum gak jelas.
"Ih Gj banget deh." Ucap Anabel lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas. (Gj singkatan dari Gak Jelas)
"Bel, kamu udah ngerjain pr bahasa inggris, belum?" tanya Puput.
"Udah dong. Kenapa, mau nyontek?" tanya Anabel yang seakan akan tau apa yang ada dalam fikiran Puput. Dua tahun lebih bersahabat dengannya membuat Anabel tau betul bagaimana watak sahabatnya itu.
"Ih, kog tau banget sih." Jawab Puput yang masih cengar cengir layaknya kuda empeng hehe.
"Yaiyalah, siapa yang gak tau sama otakmu yang tumpul itu."
"Ih..jangan kayak gitu juga dong. Bagaimanapun juga, aku ini satu satunya sahabat terbaikmu loh."
"Iya iya. Cerewet banget." ucap Anabel. Tak terasa mereka sudah sampai di kelas. Anabelpun membuka tasnya dan mengabil buku bahasa inggris dan memberikannya kepada Puput.
"Nih, bukunya. Lain kali jangan nyontek terus ya. Usahakan kerjakan sendiri, jika gak ada yang tau. Kamu boleh nanya ke aku. Kalau kayak gini terus, kapan pinternya."
"Iya iya, tadi malem aku sudah niat mau mengerjakan tugas ini cuma gak tau kenapa aku lupa."
"Masak tiap hari lupa melulu Put."
"Ya kan kamu tau sendiri, otakku ini tumpul jadi gampang lupa."
"Iya sudah, mulai nanti malem. Aku akan ingetin kamu deh kalau ada Pr. Awas aja kalo masih bilang lupa lagi."
"Oke oke." ucap Puput, ia pun segera menyalin tugas Anabel ke bukunya. Hanya dalam waktu 15 menit, Puput sudah selesai copy paste milik Anabel.
"Nie, aku udah selesai. Makasih ya."
"Iya sama sama."
"Oh ya kog Aldi belum datang juga sih padahal udah jam tujuh kurang 10 menit loh." ucap Puput sambil melirik jam yang terpampang di dinding.
"Enggak taulah, mungkin gak masuk kali."
"Mana mungkin gak masuk, dia kan yang paling rajin di kelas ini. Kalau dia gak masuk, pasti dia WA kamu deh."
"Iya juga sih, mungkin dia telat."
"Nah kalau telat, mungkin iya." Ucap Anabel. Dan tak lama kemudian Aldi datang dengan keringat yang sudah mengalir dari dahinya.
"Lah tuh orangnya datang." Imbuh Aldi melihat Aldi yang menghampiri dirinya.
"Napa kamu, pagi pagi udah keringetan gitu?" tanya Puput.
"Ban sepeda motorku bocor, terpaksa deh aku taruh di bengkel. Terus aku ke sini lari lari. Soalnya mau naik taxi atau angkot nanggung. Soalnya jaraknya udah gak jauh."
"Terus sepeda motormu masih di sana?" tanya Anabel.
"Iyalah bel, kalau aku nunggu sampai sepeda motorku selesai. Bisa bisa aku telat masuk sekolah." Jawab Aldi lalu duduk dikursi belakang Anabel. Yah mereka bertiga memang duduk berkumpul. Puput duduk di samping Anabel dan Aldi sendiri duduk di belakang Anabel sedangkan bangku di sebelah Aldi, tempatnya Ferdi.
"Terus kapan mau di ambil?" tanya Puput.
"Nantilah pas pulang sekolah." Jawab Aldi.
"Kamu udah ngerjakan Pr belum?" tanya Puput.
"Pr apa?"
"Bahasa Inggris." Jawab Puput.
"Oh bahasa inggris, udah dong." Ucap Aldi tersenyum, mana mungkin Aldi lupa sama tugas sekolah. Walaupun ia gak pintar, tapi ia rajin ngerjakan tugas walaupun kadang nilainya kurang memuaskan.
"Nah, lihat tuh Aldi. Dia cowok tapi gak pernah lupa tuh ngerjakan tugasnya. Lah kamu perempuan males banget di suruh ngerjakan tugas, alasannya lupa mulu. Biasanya di mana mana cowok yang males, lah ini malah kebalikannya." Sindir Anabel, yang di sindir malah senyam senyum gak mau ambil pusing. Baginya yang penting dapat contekan, masalah di sindir atau di marahin ma Anabel itu gak masalah. Puput emang selalu berfikir simpel.
"Iya ya, kan aku udah minta maaf, udah deh gak usah di ungkit ungkit mulu. Jadi sebel sendiri aku." Puput pura pura sedih dan kesel, bibirnya sudah monyong ke depan, pipinya tembem kayak bakpau. Anabel yang lihat perubahan wajah Puput langsung ketawa.
"Napa wajahmu, cemberut sih cemberut tapi jangan kayak badut juga kali." Ucap anabel.
"Kamu tuh ya. Punya sahabat satu, kog nyebeli banget." Ucap Puput yang langsung memalingkan wajahnya.
"Sudah sudah jangan ribut." Ucap Aldi.
"Ngapain sih ribut ribut hal yang gak penting. Lagian ini masih pagi, masa iya udah mau ribut. Nunggu siang dikit napa biar seru...." Imbuh Aldi lalu ketawa. Anabel dan Puput pun cuma menatap Aldi yang di tatap langsung menunduk takut di keroyok oleh mereka berdua.
Saat mereka lagi asyik ngobrol, Ferdi datang. Mereka bertiga pun langsung diam karena mereka tau kalau Ferdi gak suka keributan. Dari pada kena bentak, mending diam. Betul tidak?
Anabel lihat jam tujuh lebih dua menit. Tapi pak Siswanto belum juga datang.
"Tumben tuh guru telat?" tanya Anabel dalam hati. Ia pun membuka LKS bahasa Inggris dan saat ia menikmati belajarnya. Pak Siswanto pun datang, tak lupa ia meminta maaf atas keterlambatannya dalam mengajar dan semua murid pun hanya mengangguk mengiyakan permintaan maafnya.
Pelajaran bahasa inggris lumayan menarik apalagi buat Anabel yang memang suka mencintai semua mata pelajaran terutama bahasa inggris. Baginya bahasa inggris itu penting agar bisa berkomunikasi sama orang luar. Beda dengan Puput, yang otaknya gak nyantol.
Dia juga heran kenapa dia bisa masuk di SMA favorit ini dan bisa selalu naik kelas padahal otaknya tidak secerdas yang lainnya. Tapi sejak dia berteman dengan Anabel, Anabel sering membantu dirinya untuk bisa memahami setiap mata pelajaran. Makanya Puput sangat bersyukur punya teman sebaik Anabel dan sejak kenal Anabel pula, Puput sedikit demi sedikit mulai belajar menjadi wanita yang sederhana walaupun dia anak orang kaya.
Rata rata hampir semua murid yang sekolah di SMA favorit ini adalah anak dari pengusaha kaya raya karena SPP nya aja bisa bayar setahun jika sekolah di SMA swasta dan ada sekitar 30 orang yang sekolah di SMA favorit ini berkat beasiswa.
Saat guru menyuruh mengumpulkan tugasnya ternyata Ferdi tidak mengerjakan tugas bahasa inggris. Mau gak mau Anabel harus mengganti namanya sendiri menjadi namanya Ferdi Dian anggara, ia tidak akan membiarkan Ferdi menerima hukuman dari Pak Siswanto biarlah dirinya yang di hukum asal jangan Ferdi.
Dan saat semua sudah selesai mengumpulkan tugasnya, pak Siswanto memanggil nama Anabel.
"Anabel, kamu gak ngerjakan tugas dari bapak?" Tanya Anabel, yang di tanya hanya bisa diam dan menunduk. Dia gak punya alasan untuk menjawabnya.
"Kenapa diam? Kamu gak denger bapak lagi bertanya atau kamu gak punya jawaban atas pertanyaa bapak?" Ucap pak Siswanto dengan nada tinggi membuat Anabel sedikit takut akan bentakannya. Ah, kalau bukan karena Ferdi. Dia gak mungkin sampai dapat bentakan seperti ini di jam pertama pula.
"Baiklah, jika kamu gak bisa menjawabnya. Silahkan kamu keluar dari ruangan bapak sekarang juga." Bentak pak Siswanto. Anabel hanya diam lalu ia pun keluar dari kelas sedangkan Puput tak habis fikir dengan sikap sahabatnya itu. Kenapa ia selalu saja membela Ferdi yang jelas jelas selalu saja menyakiti hatinya.
Jujur, Puput gak terima Anabel keluar dari kelas karena ia gak salah. Ia sudah mengerjakan tugasnya dengan benar bahkan ia sudah mengumpulkan tugas itu hanya saja namanya di ganti dengan nama Ferdi. Puput menatap Aldi berharap Aldi mau membantunya. Ia gak mungkin tega membiarkan Anabel di luar kelas sendirian. Paling tidak harus ada yang menemani.
"Al, kita harus gimana?" tanya Puput sambil menoleh ke arah Aldi sekilas. Aldi tampak berfikir sebentar dan akhirnya ia mempunyai ide.
"Kamu tenang saja. Aku yang urus." Jawab Aldi dengan santainya.
"Pak." Panggil Aldi sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.
"Iya, ada apa?" tanya Pak Siswanto yang sering di panggil dengan sebutan pak Siswo.
"Bolehkah saya ke Toilet. Saya lagi sakit perut." ucap Aldi sambil memegang perutnya. Sebenarnya ia gak mau berbohong tapi ia melakukan semua ini demi Anabel.
"Iya udah sana, jangan lama lama." Ucap Pak Siswo tegas. Aldi hanya mengangguk mengiyakan lalu segera keluar kelas mencari Anabel. Aldi mencari di kantin, tapi gak ada. Ia cari di taman tapi gak ada juga bahkan ia sampek cari di toilet putri tapi nihil. Aldipun pergi ke perpus dan tenyata benar, Anabel ada di sana sedang belajar ekonomi.
"Bel?" panggil Aldi sambil menghampiri Anabel. Lalu duduk di dekatnya.
"Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Anabel heran."
"Karena aku ingin nemenin kamu." Jawab Aldi santai.
"Ha! ngapain kamu nemenin aku? Emang gak di marahin pak Siswo?"
"Enggaklah. Ngapain di marahin."
"Emang kamu alasan apa tadi?"
"Pergi ke toilet karena sakit perut."
"Kamu berbohong?" tanya Anabel.
"Yup."
"Kenapa?"
"Karena aku gak tega sama kamu."
"Lain kali jangan seperti ini lagi. Aku gak suka."
"Kenapa? bukankah kamu yang bikin aku jadi seperti ini. Kenapa kamu mengganti nama tugas kamu menjadi nama Ferdi? Kenapa An? Kenapa kamu selalu saja membelanya, memasang badan untuknya dan selalu saja membantunya. Padahal ia sering kali membuatmu menangis, seringkali menyakiti hatimu dengan mulut sampahnya itu. Tapi kamu tetap saja membelanya bahkan kamu rela di hukum demi dia sedangkan dia enak enakan di kelas tanpa mau memikirkan bagaimana perasaan kamu. Kadang aku benar benar tidak mengerti sama jalan fikiran kamu." ucap Aldi, baru kali ini ia bisa mengungkapkan semua perasaanya Selama ini dia hanya bisa diam gak berani buka suara.
"Karena aku mencintainya. Aku gak mau dia di hukum. Aku gak mau dia terluka. Aku gak mau dia kenapa napa. Aku akan berusaha menjaganya. Tidak peduli bagaimana sikap dia selama ini ke aku. Aku gak meminta dia membalas perasaanku. Seperti ini rasanya sudah cukup."
"Kamu terlalu baik untuk dia Anabel." ucap Aldi, ia benar benar frustasi. Karna sejujurnya, jauh di dalam lubuk hatinya. Ia menyimpan rasa untuk Anabel hanya saja Anabel sudah di butakan oleh cintanya. Ia hanya fokus sama Ferdi doang hingga ia gak sadar kalau ada orang yang sangat mencintainya melebihi rasa cinta dia kepada Ferdi. Tapi apalah daya, Aldi gak bisa berbuat apa apa. Yang bisa ia lakukan saat ini adalah berusaha untuk ada di samping Anabel dan menghiburnya jika ia sedang bersedih serta memberikan semangat ketika Anabel lagi terpuruk.
"Sudahlah, jangan di bahas lagi Aldi. Aku males jika bahas ini terus."
"Baiklah." Akhirnya Aldipun mau gak mau harus mengalah lagi karena ia gak mau berdebat sama Anabel.
Mereka sama sama diam, sibuk dengan fikiran mereka masing masing. Anabel tidak lagi fokus dengan buku yang ia pegang yang ada di fikirannya hanyalah Ferdi, Ferdi dan Ferdi.
"Kamu sudah makan?" tanya Aldi memecahkan keheningan.
"Belum." Jawabnya singkat. Anabel lagi males untuk ngomong.
"Gimana kalau kita ke kantin?" tanya Aldi.
"Aku males mau ke kantin. Kalau kamu mau ke sana, iya udah ke sana aja. Aku mau di sini dulu."
"Gak ah, gak enak log sendirian. Mending sama kamu aja di sini."
"Emang kamu gak laper?" tanya Anabel.
"Laper sih tapi mau gimana lagi. Kamu gak mau di ajak ke kantin. Masak ia aku mau makan sendiri. Ini kan masih jam pelajaran. Mana ada orang di kantin kecuali Mbok min." Ucap Aldi malas. Mbok min itu adalah orang yang punya kantin. Ia di beri izin oleh kepala sekolah untuk jualan di lingkungan sekolah lebih tepatnya di belakang sekolah.
"Iya sudah ayo. Aku mau nemenin kamu." Ucap Anabel. Bagaimanapun ia gak mungkin membiarkan Aldi kelaparan karena dirinya gak mau di ajak makan. Toh Anabel juga belum sarapan pagi kan jadi apa salahkan makan bareng Aldi. Hitung hitung karena Aldi selama ini selalu baik untuknya dan selalu ada untuknya.
"Beneran kamu mau?" tanya Aldi senang.
"Iya."
"Iya sudah, ayo." merekapun segera pergi ke kantin dan memesan makanan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!