Si kembar
Brian gayanya cool
Wisnu kalem
( Emak sama bapaknya iseng banget ya ngasih nama anak kembar beda jauh ).
tapi keduanya sama sama tampan itu yang penting.
Wisnu
Brian
Ali
Santai dan suka jahil.
Diantara duo kembar, dia merasa paling tampan, padahal sama saja, tapi ya sudahlah.
terserah dia saja, gak ada ruginya juga mengakui kegantengannya.
Memang bang Ali ganteng.
Riella
Fifi
Amira
Ketiga cewek ini bekerja di counter kosmetik.
Mempunyai sifat yang hampir sama, gak ada kalem atau anggunnya jadi cewek kecuali pas bekerja, kalau sudah tertawa suka ngakak.
Yang pasti ketiganya cantik.
Mereka bertiga adik kelas dari ketiga cowok tampan itu.
Tinggal di komplek perumahan yang sama, kadang nongkrong bareng dan yang bikin aneh, cantik tapi kenapa tidak pernah punya pacar ya ?
Gak mungkin kan kalau tidak ada yang naksir ? Mereka saja yang belum mau karena belum sreg di hati.
Brian dan Wisnu serta Ali, masih terbilang saudara jauh karena hubungan darah.
Hubungan persaudaraan karena Kucing peliharaan Ali pacaran dengan kucingnya Brian hingga beranak pinak, makanya mereka bersaudara.
Itu akal akalan Wisnu kalau ada yang tanya hubungan kekerabatan, makanya jangan pernah bertanya.
Ketiganya patungan membuka usaha di bidang desain interior.
Modalnya tentu saja dari menodong ke orang tua mereka yang terpaksa harus menjual warisan nenek moyang yang ada di kampung halaman.
Membeli bangunan tiga lantai.
Lantai satu untuk kantor, lantai dua untuk ruang keluarga, dapur, ruang makan dan balkon. Sedangkan lantai tiga khusus untuk kamar mereka bertiga.
Rencananya kalau menikah mereka akan mengajak istri masing masing untuk tinggal bersama, yang lain bisa bareng bareng yang penting kamar kan masing masing.
Niat banget ya ?
Makanya sampai sekarang belum dapat perempuan yang cocok untuk dijadikan pasangan hidup dengan konsep rumah tangga seperti impian ketiganya.
****
" Eh Jeng, itu anak anak kita sudah mau berusia dua puluh tujuh tahun, tapi tidak pernah membawa pacar atau teman perempuan untuk dikenalkan pada kita ya "
Ibu Ana, mamanya Brian dan Wisnu mulai membuka pembicaraan di sore yang cerah ketika melihat Ibu Wati, mamanya Ali sedang menyiram bunga, yang lagi ngetrend sekarang, itu si Janda bolong.
" Mungkin belum bertemu dengan yang cocok atau tidak ada yang mau "
Ibu Wati menjawab sekenanya.
" Yang benar saja ? Anak kita kan tampan tampan, masa enggak ada yang mau, perkejaan sudah ada, apa yang kurang coba ? "
" Ada ? "
" Apa "
" Kurang menarik bagi lawan jenis "
Ibu Wati terkekeh.
" Jeng, bagaimana kalau anak kita, kita jodohkan, ingat gak dengan teman kita ketika di SMU dulu "
Ibu Ana merasa tidak puas bicara terhalang oleh tembok setinggi satu meter, berjalan kerumah Jeng Wati.
Mereka tinggal di perumahan cluster tanpa pagar, jadi batas antara rumah yang satu dengan yang lainnya hanya di batasi tembok setinggi satu meter.
" Teman kita kan banyak, satu kelas semua teman kita, belum lagi kelas sebelah "
Jeng Wati tetap woles menyiram tanaman tanaman kesayangannya.
" Itu Si Ria, dia punya anak gadis ada tiga, usianya cuma beda setahun dari anak anak kita, kita kenalkan saja siapa tahu cocok Jeng buat anak kita "
" Itu anaknya semua atau bareng dengan anak tetangga ? "
Ibu Ana tertawa karena merasa janggal, kok ya ada punya anak perempuan tiga orang dan hanya terpaut usia setahun.
" Barengan dengan anak saudaranya lah Jeng, kita coba kenalkan siapa tahu anak anak kita ada yang cocok ? tinggal bungkus "
Bu, mau cari mantu atau barang ?
Jeng Wati menghentikan kegiatannya menyiram bunga bunganya.
" Idenya mbak Ana oke juga, nah kebetulan itu mereka pulang "
Dua bulan mobil mendekati ke halaman rumah, satu kerumah mbak Ana, yang didalamnya ada Brian dan Wisnu, satu kerumah Jeng Wati, Ali anak semata wayangnya.
" Kalian bertiga kesini ! " Mbak Ana dan Jeng Wati duduk di teras rumah Jeng Wati.
" Ada apa Bu ? "
Wisnu memilih duduk dilantai.
" Begini, usia kalian bertiga itu, sudah tua, apa tidak terpikirkan untuk menikah atau kalian..." Mbak Ana menyipitkan matanya menatap ketiganya secara bergantian.
Yang ditatap bingung.
" Apa kalian tidak tertarik dengan perempuan " Jeng Wati berkata pelan.
" Memangnya ada apa ibuku sayang ? "
Ali si pintar merayu duduk di dekat kaki ibunya.
" Begini, Tante Ana dan ibu bermaksud memperkenalkan kalian bertiga dengan anak teman kami, cuma berkenalan, siapa tahu. .."
" Mau menjodohkan kami bertiga ? Oh tidak perlu, kami sudah mempunyai calon istri, tenang saja ! tidak lama lagi kami akan menikah " Ujar Brian asal.
Langsung mendapat pelototan tajam Wisnu dan Ali.
" Benarkah ? " Mbak Ana terlihat antusias.
Jeng Wati sedikit ragu
" Buktikan ucapan kalian, Minggu depan kalian bawa kerumah untuk diperkenalkan kepada kami "
Jeng Wati membuat ultimatum.
" Siipp " Sahut Brian melangkah santai menuju rumah sebelah.
Rumah mbak Ana, kan tetanggaan mereka.
Wisnu mengikuti dari belakang.
Ali ingin menerjang Brian yang asal bicara tetapi masih ditahannya kuatir bualan Brian barusan akan menjadi ketahuan dan imbasnya, mereka akan di kenalkan dengan anak dari teman ibu ibu mereka
***
" Kau bilang kemarin kita sudah punya calon istri, calon bini dari mana ? dari Hongkong ? "
Ali melemparkan sisa remahan rempeyek yang tersisa di plastik yang dibawanya dari dalam mobil.
Ketiganya sudah duduk di didalam kantor.
Hampir semua karyawan yang berjumlah sepuluh orang sudah datang semua.
Ali paling doyan ngemil sembari menyetir
" Penghilang suntuk " Ucapnya.
Bilang saja kalau doyan Li.
" Memangnya kau mau dijodohkan ? enggak kan ? " Bela Brian santai.
" Iya tetapi kita belum punya pacar ? Kita terus terusan sibuk mencari uang, mana sempat mikirkan perempuan "
Ali memutar mutar kotak tissue yang berada diatas meja.
" Nu, kau punya jalan keluar gak ? "
Ali beralih ke Wisnu yang hanya diam.
Dia terus memainkan ponsel, stalker story teman temannya hingga bibirnya tersenyum melihat salah satu story di akun pertemanan medsosnya.
" Bagaimana kalau ketiga cewek ini yang kita ajak bekerjasama "
Wisnu menunjukkan ponselnya kepada Ali dan Brian
" Gak salah ? " Tanya Ali begitu melihat layar ponsel.
" Enggak, hanya mereka bertiga yang bisa menolong kita untuk saat ini, kita perkenalkan mereka sebagai pacar kita, agar ibu ibu kita mengurungkan niatnya untuk menjodohkan kita "
" Boleh juga, ketiganya teman kita dan cantik juga he he he "
Brian terkekeh.
" Masalahnya apa mereka mau ? "
Wisnu tidak yakin.
" Kita belum mencoba dan membicarakannya, kelihatannya mereka juga belum punya cowok " Ali mengelus dagunya.
" Makan siang kita ke tempat mereka bekerja, Li kau buhungi salah satunya "
Brian memberikan perintah seperti Bos.
Ali segera membuat panggilan, mengucapkan beberapa kata dan entah siapa yang dihubungi hanya dia yang tahu.
Aku saja enggak tahu lho hahaha
****
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Seperti yang sudah di sepakati via telepon tadi pagi, keenamnya memilih makan siang di salah satu food court di Mal tempat Riella, Fifi dan Amira bekerja sebagai SPG kosmetik merk tertentu.
Wisnu menceritakan keinginan ibu mereka bertiga yang hendak menjodohkan mereka bertiga dengan anak temannya.
Ali menambahkan dengan mengutarakan rencana mereka untuk menjadikan ketiga gadis yang merupakan teman sekaligus tetangga satu komplek perumahan sebagai calon istri yang akan diperkenalkan kepada orang tua mereka masing-masing.
Ketiga gadis saling menatap satu sama lain.
" Hanya sandiwara kan ? Ntar kalau ketahuan bisa berabe lho "
Riella memberi tatapan memperingatkan pada ketiga pria.
" Selama inikan orang tua kita tahunya kita cuma berteman, tidak ada hubungan apapun "
Fifi merasa ide Brian cs tidak masuk di akal.
" Memang kita berteman, teman spesial, TTM " Sahut Ali.
" TTM ? Teman tapi mesra ? "
Amira menjawab.
" Pinter, itu yang akan kita jawab "
Wisnu memberi pujian ala kadarnya.
" Iya, gampang lah itu, mau TTM, ATM ,TMII, intinya kita cuma bersandiwara kan ? " Riella kembali bertanya.
" Ya enggak Rie, kami bertiga menawarkan benaran, bukan sekedar sandiwara, kalian kan belum punya pacar, kami juga, apa salahnya jika kita kita yang yang menjadi pasangan kalian ? " Ali berucap santai.
" Betul "
Brian sekedar nyeletuk.
" Kalian gila ? Kalian pikir menawarkan kerjasama untuk penyatuhan sebuah usaha ? yang benar saja "
Sembur Fifi sewot.
" Memang kerjasama kan ? Kerjasama dalam membina rumah tangga "
Wisnu menjawab konyol lalu terkekeh.
" Rumah tangga gundul mu " Amira melempar Wisnu dengan gumpalan tissue bekas.
" Benar kata Wisnu, rumah tangga adalah juga bentuk kerjasama, coba pikirkan baik baik, kita semua kelak akan menikah, berkenalan dulu, mencoba memahami karakter masing masing, lalu jatuh cinta, punya anak, tua, kalau panjang umur, begitu terus lingkaran hidup.
Dan kita juga harus mengenal pasangan kita seperti apa, karakter orangnya bagaimana, belum lagi keluarga calon pasangan kita, aduh....Repot dan menghabiskan waktu "
Brian angkat bicara.
" Kalau kalian yang menjadi pasangan hidup kami, kalian dapat makan dan minum gratis, uang bedak dan handbody, dapat uang bulanan, kalian masih boleh bekerja juga " Ali memberikan penawaran seperti pada calon karyawannya.
" Tapi kita gak tidur bareng kan ? "
Amira bertanya mulai berpikir panjang.
Dia tidak bisa membayangkan punya suami teman mereka sendiri.
" Itu nanti bisa kita bicarakan lagi, kalau yang itu tergantung keadaan "
Brian senyum senyum.
" Maksudnya ? "
Riella curiga dengan jawaban Brian.
" Sekarang, kalian mau tidak ? Dari pada kalian nanti dibohongi oleh pria lain ? Ngakunya saja masih jomblo tidak tahunya anaknya sudah tiga, mendingan kita ? Sudah jelas dan transparan "
Ujar Wisnu percaya diri.
" Biar kami pikirkan baik baik "
Fifi menengahi.
" Waktunya tiga hari "
Brian memberikan.
" Malam Minggu kami akan membawa kalian kerumah "
Ali berdiri dari duduknya.
" Kami sholat istikharah dulu, biar tidak salah mengambil keputusan "
Amira menyakinkan.
" Oke " Jawab Brian, Wisnu dan Ali kompak.
*****
Sembari menunggu pelanggan, Ketiga gadis cantik itu mulai memikirkan tawaran ketiga pria saat makan siang tadi
" Bagaimana menurut kalian "
Riella membuka pembicaraan
Sejujurnya ia mulai tertarik dan setuju dengan pendapat Wisnu CS.
Memilih salah satu dari mereka bukan hal yang buruk, keluarga ? Bukan sesuatu yang asing dan mereka semua saling kenal.
Pekerjaan ? Mereka punya usaha patungan, tidak perlu juga memikirkan harus hidup mewah, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa harus banting tulang peras keringat saja sudah patut di syukuri.
" Sepertinya tidak buruk, kalau kita menjadi istri mereka, kita perlu capek kaya' gini, muka setiap hari sudah seperti memakai topeng "
Bibir Fifi mengerucut.
" Betisku sudah seperti padi bunting, lihat nich ! Setiap hari pakai hak tinggi, berdiri berjam jam "
Amira memperlihatkan kakinya.
" Memang kalau kita menikahi mereka, kita tidak berkerja lagi ? "
Riella menatap ke arah Fifi dan Amira.
" Tergantung, mungkin kita bisa membantu mereka mengecat rumah ? Lalu kita meminta upah " Fifi tergelak.
" Mata duitan "
Ejek Riella.
" Eh, terus siapa pilih siapa nich ceritanya ? Adakah diantara kalian menyukai satu dari ketiganya ? "
Amira terlihat berpikir lalu mencibir, dia tidak menaruh perhatian spesial pada salah satunya.
Riella dan Fifi juga menggeleng
" Cabut undian saja ! "
Usul Amira.
Itu memilih pasangan hidup atau memilih pasangan untuk kerja kelompok ya ?
Ternyata bukan para gadis saja yang siapa harus memilih siapa, para pria juga tidak ada bedanya.
Masing-masing mencoba menghadirkan di dalam pikiran mereka, bayangan siapa yang bisa hadir dalam khayalan mereka.
Semuanya nihil, tidak ada satupun.
Belum sampai tiga hari dari waktu yang telah disepakati, para wanita menyetujui ajakan dari ketiganya.
Ketiganya terpaksa mencabut undian, nomor siapa yang sama itulah pasangan mereka.
Sepulang dari berkerja, para gadis menyambangi mereka ke kantor ketiga pria.
" Kalau ibuku tahu aku memilih jodoh dengan cara mengundi seperti ini, bisa di cekik aku "
Riella mengomel sebelum mengambil nomor yang terlipat dua diatas meja agar tiap orang tidak mengetahui nomor berapa yang tertulis didalam kertas.
" Apa lagi aku ? Anaknya yang cantik ini seakan tidak laku saja melakukan hal yang memalukan begini "
Amira mengambil kertas dengan mengutuk.
" Kalau kalian mengkhianati kami, kami racun kalian ! " Fifi memberikan tatapan mengancam.
Wisnu, Brian dan Ali Terkekeh.
" Akhirnya calon istri kita sudah ready "
Ali tersenyum lucu.
Riella mendengkus sebal
Kertas sudah berada di tangan masing masing, saatnya membuka.
Mereka saling menatap lalu tergelak, merasa lucu.
Bagaimana bisa menentukan pasangan hidup dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya sangat konyol.
Riella memiliki nomor yang sama dengan milik Ali.
Fifi berpasangan dengan Wisnu.
Dan Amira tentu saja dengan Brian.
Brian, Wisnu dan Ali menatap secara intens ke gadis yang mempunyai nomor yang sama dengan mereka, mencoba membangun chemistry, yang ada justru merasa lucu
" Jangan sok sok an menatap natap mesra gitu, yang ada menakutkan tau ? "
Riella menegur Ali yang sedang menatapnya sembari tersenyum.
" Belajar Rie, agar saat bertemu ibuku, kita tidak ketahuan "
Ali berjalan mendekati Riella.
Fifi duduk mendekati Wisnu, membahas hal yang aneh aneh.
Begitu juga dengan Brian, dia mengajak Amira menyamakan jawaban jika ibunya bertanya secara terpisah.
" Nu, kita tidur tidak sekamar kan ? "
Fifi berbisik takut kedengaran oleh yang lain.
" Jauh sekali mikirnya Fi ? Sandiwara saja belum dimulai, kau sudah mikir kesitu, apa kamu sudah kepengen ? "
Bentuknya saja Wisnu kalem, tetapi sama saja tengil ketiganya.
Fifi mencubit pinggang Wisnu, Wisnu menjerit jerit.
Melihat kedekatan Fifi dan Wisnu yang tidak seperti biasanya, keempat pasang mata menatap mereka melongo.
" Beuh, sudah mesra saja kalian berdua, atau jangan jangan ..."
Brian menyipitkan matanya menatap kembarannya.
" Apa ? "
Tantang Wisnu.
" Kalian berdua ? "
Ali terkekeh.
" Kami berdua sedang merencanakan punya anak berapa, iya kan sayang "
Wisnu ngakak, kembali mendapat cubitan dari Fifi, lalu Fifi cuek menanggapi ketengilan Wisnu.
" Kami justru mau menyicilnya dari sekarang "
Ali mencoba meraih tangan Riella, Riella menepisnya dan memutar bola matanya jengah
" Ayo kita pulang, sebentar lagi petang "
Amira berdiri dari duduknya.
Brian mengikutinya dari belakang.
Sudah seperti suami sungguhan saja melihat Brian dan Amira.
*
*
*
🌼🌼🌼🌼🌼
Jeng Wati menatap tidak percaya pada Ali, berbeda dengan suaminya pak Wendi.
Dia terlihat santai walaupun dia sudah curiga jika Ali dan Riella bersandiwara.
Seperti waktu yang sudah ditentukan oleh ibunya dan ibu Wisnu atau Brian, malam akhir pekan Wisnu, Brian dan Ali harus membawa calon istri untuk diperkenalkan ke ibu mereka.
" Kalian beneran punya hubungan spesial ? " Kali ini bukan hanya menatap Ali saja, tetapi juga pada Riella yang sedikit salah tingkah.
Mencoba bersikap senormal mungkin, tetapi tetap tidak bisa.
" Iya ibuku, masa enggak percaya sama anak sendiri "
" Benarkan sayang ? " Ali mengedipkan matanya kearah Riella, yang mendapat kerlingan melotot sesaat dan itu ditangkap oleh penglihatan pak Wendi.
" Begini saja, katakan pada orang tuamu Rie, kapan kami boleh datang kerumah untuk meminangmu "
Pak Wendi membuat siasat, jika mereka berdua bersandiwara, pasti baik Ali mau pun Riella akan mengutarakan seribu alasan untuk menunda.
" Nanti saya akan mengabari lewat Ali kapan bisa Om "
Jawaban yang pas.
Ali senyum senyum.
Jeng Wati masih terlihat tidak percaya.
Ia segera menarik suaminya masuk ke dalam ruangan tengah, sengaja meninggalkan Ali dan Riella di ruang tamu.
Jika keduanya memang berpacaran pasti akan ada bisik bisik mesra tapi jika tidak akan kelihatan.
" Kedua orang tuaku mengintip, kita bisa bersandiwara mesra " Bisik Ali.
Mengangkat tangannya, lalu menyelipkan beberapa surai yang menutupi tulang pipi Riella ke belakang telinga Riella.
Riella merasa sangat geli, seluruh permukaan kulitnya meremang.
" Li, aku geli, hentikan ! "
Riella menggeram pelan dengan merapatkan giginya.
" Baru begini saja sudah geli, apa lagi yang lain " Ali terkekeh usil.
Segera Ali mendapatkan cubitan di pinggangnya, lumayan panas tetapi Ali menahannya.
Serasa di cubit pacar beneran ya bang Ali.
Saat Riella ingin melirik keruang tengah, apakah benar kedua orang tua Ali mengintip.
Ali segera mencegahnya.
" Jangan melirik ! nanti katahuan "
Ali menggenggam tangan Riella, mengusap pelan punggung tangan Riella.
Dengan terpaksa Riella membiarkan apa yang dilakukan Ali, melihat Riella yang diam menunduk, Ali menjadi gemas sendiri.
Entah ada dorongan dari mana, ingin sekali Ali mengecup pipi temannya itu.
Jangan Li ! bisa kena gampar ntar.
Hatinya memperingatkan.
" Ekhem "
Pak Wendi dan Jeng Wati keluar lagi, penyelidikan sepertinya sudah usai.
" Baiklah ibu percaya jika kalian memang benar berpacaran, jangan lupa Rie, beritahukan orang tuamu segera ! Tante ingin kalian segera menikah dan beri kami cucu "
Jeng Wati tiba tiba merasa bahagia.
Riella menelan salivanya, ini sudah diluar prediksinya.
" Sabar Bu ! Nikah saja belum kok sudah minta cucu "
Ali menjawab santai.
Pak Wendi menyeringai.
Ali segera mengantarkan Riella pulang yang rumahnya hanya berada di jalan sebelahnya.
" Li, Bagaimana ngomong dengan ibu ? " Riella menghentikan langkah kakinya didepan rumah.
" Kau mau aku yang bicara kepada kedua orang tuamu ? "
Ali memiringkan kepalanya menatap Riella yang terlihat berpikir.
Aish Aish, kenapa aku baru menyadari kalau dia lebih cantik dari kemarin kemarin ? atau aku yang tidak terlalu memperhatikan.
" Ali " Riella sedikit berteriak.
" Ops, apa sayang ? Jangan berteriak ! "
Ali terkekeh sendiri, kenapa bibirnya jadi fasih betul mengucapkan kata ' sayang '
Riella juga tidak protes.
" Kau saja yang mengatakan pada orang tuaku, terserah mau ngomong apa, kan kalian yang punya masalah "
Riella lalu meninggalkan Ali begitu saja di depan rumah.
*****
Beda lagi dengan Fifi dan Wisnu, mereka lebih memilih bertemu dengan ibu dan ayahnya diluar rumah, tepatnya pas makan siang.
Mbak Ana melotot tidak percaya melihat siapa yang dibawa oleh Wisnu.
" Ini kan Fifi, anak jalan sebelah ? Yang ibu suruh bawah calon istri Nu, bukan teman ? Aduh.....Kamu ini mengerti gak bahasa Ibu "
Mbak Ana berdecak sebal.
Pak Adi suaminya hanya mengelus punggung istrinya pelan.
" Ini calon istriku Bu, benarkan Fi sayang ? "
Cek, gak Wisnu...Gak Ali....Lentur sekali bibirnya mengucap kata sayang.
Fifi hanya memberikan senyum terindahnya sebagai jawaban
" Benar kamu pacarnya Wisnu ? Sejak kapan ? "
Keempatnya ngobrol sembari makan.
" Iya Tante, sejaknya tidak tahu kapan, kami jalan begitu saja " Jawab Fifi menatap sekilas ke arah ibunya Wisnu, agar tidak tahu kebohongan dari mata Fifi.
Bukankah mata adalah jendela jiwa ?
" Kenapa Tante tidak pernah melihat kalian jalan bareng ? "
Mbak Ana masih terus menginterogasi.
" Ibu, memangnya kalau kami pacaran harus membuat pengumuman ? Enggak kan ? "
Wisnu ikut meyakinkan.
Segala macam di tanya oleh Mbak Ana, Fifi yang sudah kompakan sebelumnya dengan Wisnu, sukses membuat mbak Ana tidak curiga.
Makan siang yang berjalan dengan lancar.
Sama dengan yang terjadi pada pasangan Riella dan Ali.
Ibunya Wisnu minta mereka segera menikah.
Brian berencana memperkenalkan Amira malam harinya agar tidak bentrok dengan Wisnu.
Mbak Ana masih berharap jika calon istri yang akan di bawa Brian dari orang luar bukan sekompleks juga.
Karena kalau sekompleks juga, tidak ada perkembangan hubungan kekeluargaan.
Muter saja disitu seperti gasing.
Sebelum makan malam, Mbak Ana jalan hilir mudik di ruang tamu tidak sabar menunggu kedatangan Brian.
" Assalamualaikum "
Salam Brian ceria
" Waalaikumussalam "
Sahut mbak Ana dan Pak Adi berbarengan.
Amira bersembunyi di belakang punggung Brian.
" Keluarlah Beb ! calon mertuamu tidak menggigit "
Brian menaik tangan Amira agar keluar dari persembunyiannya.
Mata mbak Ana melotot.
Pak Adi apa lagi.
Kedua orang tua Brian merasa ada yang tidak beres, kenapa kedua anak kembarnya mempunyai calon istri tinggalnya berdekatan.
" Kita ikuti permainan anak-anak " Bisik Pak Adi pada istrinya.
Sedikit tersamar mbak Ana mengangguk agar tidak terlihat oleh Brian maupun Amira.
" Sepertinya Ibu dan Ayah tidak percaya jika Amira kekasih ku ? Apa karena dia dan orang tuanya tinggal di sini ?
Bu, cinta kan tidak mengenal tempat dan siapa, aku mencintai temanku sendiri apa salah ? "
Amira melongo mendengar apa yang diucapkan Brian, itu diluar skenario.
Gila....Total sekali dia bersandiwara
Amira berbisik dalam hati.
" Uhuk uhuk uhuk "
Wisnu yang baru datang dari luar sampai terbatuk batuk mendengar perkataan Brian.
" Kau pantas mendapatkan piala Citra, aktingmu sempurna "
Bisik Wisnu di belakang kepala Brian lalu ikut duduk di meja makan.
" Enggak, enggak salah, Ibu dan Ayah hanya kaget saja, tahu kalau kalian berpacaran, tidak perlu kami pusing dan berprasangka yang tidak tidak "
Mbak Ana berusaha berakting juga sebaik baiknya.
Awas kalian ya ! Akan Ibu nikahkan kalian benar benar, biar tahu rasa kalian.
Mbak Ana membuat ancaman di dalam hati.
Sampai acara perkenalan dan makan malam selesai, kedua orang tua Brian tidak banyak bertanya.
Wisnu dan Brian untuk sementara waktu boleh bernapas lega.
Mereka berdua tidak tahu jika jebakan yang sama sudah dirancang oleh kedua orang tua mereka.
*
*
*
🌼🌼🌼🌼🌼
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!