NovelToon NovelToon

Duda Gunung Es Dan Gadis Kecil Kesayangan

1. Jangan Tinggalkan Aku

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah derasnya hujan yang turun tanpa berhenti sedari sore. Di dalam mobil ada seorang wanita yang sedang marah. Di sampingnya melaju sebuah mobil yang berusaha menghentikannya.

Malam itu Adela mempergoki suaminya, Alkha sedang makan bersama mantan pacarnya. Adela sudah mencurigai tingkah aneh suaminya beberapa minggu terakhir. Pasalnya, Alkha selalu pulang telat, dan tidak pernah makan malam di rumah.

Sementara Alkha selalu berdalih kalau banyak pekerjaan di kantor. Sebagai seorang CEO sebuah perusahaan besar, tentunya Alkha sibuk dengan bisnisnya. Tapi biasanya Alkha tidak pernah makan di luar. Sesibuk apapun dia, semalam apapun dia pulang, Alkha selalu makan di rumah bersama istrinya.

Berbeda dengan beberapa minggu terakhir. Alkha tidak pernah makan malam di rumah. Adela setiap hari harus makan sendirian, karena Alkha selalu pulang tengah malam.

"Sekarang kamu pilih! Kamu pilih aku atau mantan kamu?" teriak Adela tak bisa mengendalikan amarahnya.

"Kamu ngomong apa sih? Aku tentu pilih kamu, kamu istri aku." ucap Alkha sembari meminta maaf atas kekhilafannya.

"Hentikan mobilnya sayank!!" pinta Alkha merasa ngeri dengan cara mengemudi istri yang baru dia nikahi empat bulan yang lalu.

"Aku kurang apa sih? Saat kamu terluka karena Vanya, aku yang ada buat kamu. Tapi kenapa kamu tega?" seru Adela dengan menangis.

"Maafin aku, tapi kamu harus dengerin aku dulu! Awas!!!" seru Alkha ketika mobil istrinya akan menabrak sebuah motor di depannya.

Citttt...

Karena kaget dan panik, saat hendak mengerem tapi Adela justru menginjak gas. Dalam kepanikan Adela membanting stir ke kanan. Naas, dari arah berlawanan melaju sebuah truk dengan kecepatan tinggi pula.

Brakkkk

Tak bisa dihindari tabrakan pun terjadi. Bagian depan mobil Adela hancur, dan membuat tubuh Adela terjepit di dalam mobilnya.

"Adela....." teriak Alkha sekencang-kencangnya ketika tepat di depan matanya, mobil yang ditunggangi istrinya bertabrakan dengan truk.

Alkha keluar dari mobilnya dan berusaha menolong istrinya yang terjepit di dalam mobil. Alkha meminta tolong orang-orang yang ada di sekitar untuk menolong istri. Evakuasi pun berjalan penuh dramatis. Setengah jam kemudian Adela berhasil di keluarkan dari dalam mobil yang sudah hancur bagian depannya.

"Sabar sayank, kita akan segera ke rumah sakit," ucap Alkha sembari menangis melihat kondisi istrinya.

Alkha membawa istrinya ke rumah sakit dengan ambulan dari rumah sakit terdekat. Tanpa melepaskan tangan istrinya, Alkha berdoa memohon supaya Tuhan masih mengizinkan istrinya selamat.

"Kha, aku cinta sama kamu, tapi aku lelah. Jaga.. diri kamu.. Jangan.. pernah berhenti... mencintai aku..." Tangan Adela terlepas dari genggaman Alkha. Dan kata-kata itu adalah kata-kata terakhir dari Adela.

"Bangun sayank!! Kita akan sampai di rumah sakit, kamu harus kuat!" ucap Alkha dengan menangis. Saat itu dia sudah tahu kalau istrinya sudah pergi untuk selama-lamanya. Tapi, hanya saja Alkha tidak bisa menerima kenyataan itu.

Begitu sampai di rumah sakit pun Alkha bersikeras supaya dokter menyelamatkan istrinya. Meskipun dokter sudah mengatakan berkali-kali kalau istrinya sudah pergi.

"Maaf pak, istri bapak sudah tidak ada." ucap dokter.

"Selamatkan istri saya, dok!" ucap Alkha terus-terusan.

Baru saat papa dan mamanya tiba di rumah sakit, Alkha berusaha buat menerima kenyataan kalau istrinya sudah meninggal bersama dengan bayi yang berusia dua bulan, dalam perut Adela.

"Kenapa kamu tinggalin aku sayank?" Alkha menangis sejadinya.

"Yang sabar sayank," ucap mamanya Alkha juga tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Keesokan harinya...

Alkha berusaha kuat di depan jasad istrinya. Meskipun sesekali terlihat dia mengusap air matanya. Impian yang dia bangun bersama Adela harus pupus dan hilang bersama dengan perginya Adela untuk selama-lamanya.

Ucapan bela sungkawa juga datang dari para kolega Alkha, dan juga dari karyawannya. Dan yang membuat Alkha semakin merasa terpuruk adalah kehadiran Vanya. Karena ketika melihat Vanya, Alkha teringat tangisan terakhir istrinya. Dan itu membuat Alkha semakin merana.

"Aku turut berduka cita atas kepergian Adela." ucap Vanya mendekati Alkha.

Sedangkan Alkha hanya terdiam tanpa menjawab. Alkha juga tidak mau menyalahkan Vanya sebenarnya. Tapi ketika dia melihat Vanya, Alkha teringat tangisan Adela. Kedekatan Alkha dan Vanya itu hanyalah sebuah pertemanan tidak ada maksud lain, karena Vanya juga sudah berkeluarga.

Alkha ingin menjelaskan kepada Adela apa yang terjadi sebenarnya. Tapi, karena begitu emosi, Adela tidak mau mendengarkan Alkha. Sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi.

"Apa yang sebenarnya terjadi bro?" tanya Reska, sahabat Adela dan juga Alkha.

"Ceritanya panjang bro, gue nggak bisa cerita sekarang." jawab Alkha dengan sedih.

Reska paham apa yang dirasakan sahabatnya saat ini. Reska juga salah satu saksi perjuangan cinta Alkha dengan Adela. Mereka kenal sejak duduk di bangku kuliah. Mereka bertiga berteman, awalnya Adela adalah teman curhat Alkha. Waktu itu Alkha masih pacaran dengan Vanya. Akan tetapi Vanya tak setia kepada Alkha. Dia mengkhianati Alkha dengan kakak tingkat mereka.

Sejak saat itu, Alkha semakin hari semakin dekat dengan Adela. Karena saat Alkha terpuruk, hanya Adela dan Reska yang ada buat Alkha. Maka jatuh cintalah Alkha kepada Adela. Yang ternyata cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Setelah lulus kuliah, Alkha berjanji kepada ayah Adela untuk menjaga Adela. Saat itu ayah Adela sakit parah. Dan waktu ayah Adela meninggal, Alkha-lah yang menjadi pengganti ayahnya. Karena Adela sudah tidak punya siapa-siapa.

Setelah keduanya sudah punya kehidupan yang mapan. Dan Alkha juga berhasil membangun bisnisnya. Alkha dan Adela akhirnya menikah. Sampai kejadian naas itu terjadi.

"Lo harus kuat, lo harus terus jalani hidup lo!" ucap Reska menyemangati Alkha yang begitu terpuruk dengan kepergian istrinya.

"Maafin aku..." Di depan pusara istrinya, Alkha kembali menangis. Antara percaya dan tak percaya, Alkha melihat jenazah istrinya di tutup dengan tanah.

Alkha terlihat sangat terpukul. Selama tujuh tahun mereka berpacaran, sampai akhirnya menikah. Tapi siapa sangka Tuhan akan secepat itu memanggil Adela kembali.

Dan yang paling menyakitkan, Adela meninggal bersama bayi yang ada di dalam perutnya. "Kenapa Engkau begitu kejam, Tuhan?" teriak Alkha mencoba protes dengan takdir hidup yang dia hadapi.

"Sabar sayank!" Hanya kata itu yang bisa mama dan papanya ucapan untuk Alkha. Mereka berdua juga sangat kaget dengan kepergian mendadak menantunya.

"Gimana Alkha bisa menjalani hidup Alkha ma?" ucap Alkha menangis dalam pelukan mamanya.

"Jangan putus semangat sayank, kamu harus terus menjalani hidup kamu. Itu yang tentunya Adela harapkan." ucap mamanya sembari mengelus rambut anaknya.

"Kamu harus tetap semangat, kamu masih muda, masa depan kamu masih panjang!" ucap papanya dengan logat Korea, tempat asalnya. Meskipun sudah lama tinggal di Indonesia, tapi logat Korea papanya Alkha masih terdengar kental.

2. Pertemuan Pertama

Sebulan berlalu meninggalnya Adela. Tapi Alkha masih belum semangat menjalani hidupnya. Ketika dia pulang dari kantor, seolah dia melihat Adela yang suka manja, persis seperti waktu masih ada dulu.

"Aku kangen sayank.." gumam Alkha ketika merebahkan tubuh lelahnya diatas kasur, sembari memandang foto pernikahan yang tergantung di kamarnya.

Masih teringat jelas dalam pikirannya, awal pertemuan dengan Adela hingga sama-sama saling jatuh cinta. Air mata kembali mengalir membasahi pipinya. Andai saja waktu itu dia jujur kepada istrinya tentang apa yang terjadi antara dia dengan Vanya. Mungkin tidak akan membuat istrinya salah paham, dan mungkin saja, dia masih hidup.

Tok tok tok

"Den, dicari mas Reska,," suara bibi mengagetkan Alkha.

"Ya, suruh nunggu bentar!" ucapnya dengan malas-malasan. Dia mengusap air matanya sebelum keluar dari kamar.

"Napa lo kesini?" tanya Alkha saat melihat Reska ada di ruang tamu rumahnya.

"Ke Club yuk!" ajak Reska.

"Males gue.." jawab Alkha.

"Ayolah, lo juga harus nikmati hidup lo.. Jangan terus-terusan bersedih!" bujuk Reska. Padahal Reska tahu, sebulan belakangan ini Alkha selalu minum minuman keras di rumah.

"Hidup ini indah bro.." imbuh Reska.

"Ya udah, gue ganti baju dulu!" Akhirnya Alkha mau diajak Reska buat senang-senang di Club malam. Reska tak tega melihat kesedihan terus menerus dari sabahat yang sudah dia anggap sebagai saudara sendiri.

Di tempat lain...

Arabella Putri Jovanka yang lebih akrab di panggil Ara, merayakan ulang tahun temannya di sebuah Club malam. "Ayo kita joget!" ucapnya menarik tangan Cintya salah satu sahabatnya.

Kedua gadis yang baru lulus kuliah itu bergabung dengan yang lainnya di tengah untuk berjoget. Mereka dengan bahagia mengikuti irama musik. Lampu disco semakin membuat kedua remaja itu bersemangat berjoget.

Lagi asyik berjoget tiba-tiba mendekat beberapa lelaki yang memaksa mereka berkenalan. Tapi karena Ara dan Cintya tahu lelaki seperti apa mereka. Ara dan Cintya menolak berkenalan dengan mereka. Maka marahlah beberapa lelaki itu.

"Lo jangan sok deh jadi cewek. Nggak ada seorang pun yang menolak gue ajak kenalan." ucap salah satu dari pemuda itu, yang sepertinya adalah yang paling kaya dari yang lainnya. Terlihat dari pakaian yang dia kenakan.

Karena tidak mau membuat gaduh, akhirnya Ara dan Cintya kembali ke tempat duduk mereka. Tapi belum sampai ke tempat duduk. Ara dan Cintya sudah dicegat oleh beberapa pemuda tadi.

"Kalau kalian mau kita lepas, kalian harus kasih tahu nama kalian dulu!" ancam salah seorang dari mereka.

"Na..na.ma a..ku A..ra.." Ara berpura-pura menjadi seseorang yang gagu.

"Buset, cantik-cantik gagu.." olok salah satu dari para pemuda itu. Maka tertawalah pemuda yang lain.

Karena tentunya para pemuda itu tidak mau dengan seseorang yang cacat, maka pergilah mereka meninggalkan Ara dan Cintya. Begitu mereka pergi, Ara dan Cintya bisa menghela nafas leganya.

"Pinter juga lo.." puji Cintya terbahak ketika melihat ekspresi para pemuda itu, sewaktu Ara berpura-pura menjadi orang gagu.

"Biar tahu rasa mereka, sok-sok'an mau jadi f*ck boy." Ara tertawa karena idenya berhasil.

Saat dia berjalan kembali ke tempat duduk mereka, saat itu Alkha dan Reska tiba di Club malam itu. Sewaktu berjalan berlawanan, Alkha sempat terkejut karena melihat Ara yang mirip dengan Adela, istrinya.

"Kenapa sih bro?" tanya Reska sewaktu Alkha terus-terusan menatap ke belakang.

"Lo lihat wanita tadi nggak? Mirip kayak Adela." ucap Alkha. Reska pun menoleh menatap wanita yang ditunjuk oleh Alkha barusan.

"Mana nggak ada? Mungkin lo cuma kangen aja sama Adela." ucap Reska yang tidak melihat apa-apa seperti Alkha.

Alkha kembali menoleh tapi pada saat itu wanita itu sudah tidak dapat dia temukan. Lalu kemudian Alkha berpikir sama seperti Reska. Mungkin karena efek kangen sama Adela, jadi dia sering berhalusinasi.

Di Club malam pun, Alkha hanya minum dan berdiam diri. Berbeda dengan Reska yang sibuk dengan beberapa wanita pekerja Club itu. Reska sudah cukup terkenal di kalangan dunia malam. Maka dari itu tak heran jika banyak wanita malam yang kenal dengan dirinya.

"Mas minumannya satu.." ucap Ara yang datang langsung ke bar untuk memesan minuman. Hari ini pikirannya sangat kacau. Dia sudah melamar kerja kemana-mana, tapi belum juga mendapatkan panggilan. Sementara papanya mengancam, kalau sampai sebulan dia belum juga dapat pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Dia akan dipaksa menjalankan bisnis papanya.

"Nambah lagi mas!!" Dengan sekali teguk minuman di gelas itu habis di tenggak oleh Ara.

Di sampingnya Alkha memperhatikannya dengan seksama. Menurut Alkha, wanita yang ada di sampingnya itu mirip dengan almarhumah istrinya. Dari wajahnya, hidup serta bibirnya, juga dari bentuk tubuhnya juga sedikit mirip.

Setelah menenggak gelas kelima, Ara mulai merasakan pusing. Dia lalu kembali ke tempat duduk bersama teman-temannya. Tapi karena jalan sempoyongan, tanpa sengaja Ara menabrak seorang lelaki paruh baya, berumur kisaran 40 tahun.

"Maaf.." ucap Ara masih dengan sempoyongan.

"Enak aja maaf," lelaki itu dengan kasar mendorong Ara hingga hampir terjatuh.

Alkha yang memperhatikan sedari tadi, berusaha menangkap Ara yang hampir jatuh karena dorongan lelaki itu. Ara jatuh tepat di pelukan Alkha.

Lelaki paruh baya itu juga memarahi Alkha karena tidak bisa menjaga kekasihnya. Dia berpikir Alkha adalah kekasih Ara. Makanya, lelaki paruh baya itu meminta Alkha untuk minta maaf, mewakili Ara.

"Bukannya dia tadi udah minta maaf ya?" ucap Alkha muak dengan kesombongan lelaki itu. Sementara Ara sudah mulai kehilangan kesadarannya.

Merasa tidak terima, lelaki paruh baya itu mulai mengayunkan tinjunya tapi dengan mudah Alkha bisa menghindari pukulan itu. Mungkin lelaki paruh baya itu juga sudah mulai mabuk.

Melihat Alkha berkelahi, Reska bergegas mendekat dan hendak menolong sahabatnya. "Kebetulan, lo urus mereka! Gue bawa cewek ini keluar." ucap Alkha lalu menuntun Ara keluar dari Club malam.

Akan tetapi belum sampai di parkiran, Ara yang sudah tidak tahan lagi, muntah di baju Alkha. Dan itu membuat Alkha menjadi kesal. "Udah ditolongin, masih nggak tahu diri!!" gumam Alkha dengan kesal.

Beruntung, Club malam itu dekat dengan hotel. Mau tak mau, Alkha membawa Ara yang sudah mabuk ke hotel. Sementara dia juga perlu membersihkan dirinya dari muntahan Ara.

Alkha meminta pelayan perempuan untuk memandikan dan mengganti baju kotor Ara. Sementara dirinya sendiri mandi. Di dalam kamar mandi, Alkha masih bertanya-tanya kenapa juga dia membantu wanita yang tak di kenal.

"Apa karena dia mirip sama Adela?" gumamnya pada dirinya sendiri.

3. Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Malam itu terpaksa Alkha bermalam bersama gadis itu di hotel, karena gadis itu tidak mau melepaskan Alkha. Karena mabuk, Ara jadi tidak sadar kalau dia menahan seorang lelaki bersamanya semalaman.

Sementara Cintya berusaha mencari Ara tapi tidak ketemu, ponsel Ara juga mati. Dan karena keributan besar di Club malam itu, dia memutuskan untuk pulang bersama teman-temannya yang lain. Cintya berpikir kalau Ara pasti juga sudah pulang, karena dia tidak melihat batang hidung Ara lagi.

Keesokan harinya Ara terbangun dan terkejut melihat seorang lelaki bersamanya dalam satu ranjang. Ara memeriksa tubuhnya, ternyata pakaiannya masih lengkap, hanya saja yang dia kenakan bukanlah pakaiannya semalam.

Ara kembali menatap lelaki yang terlelap di sampingnya. Wajah putih, bibir merah dan tipis, bertindik, benar-benar idaman Ara. "Ganteng banget sih," gumamnya.

"Lo siapa?" tanya Ara sembari menggoyang-goyangkan tubuh Alkha.

"Udah bangun?" tanya Alkha masih dengan mata yang mengantuk.

"Lo siapa? Kenapa kita bisa satu ranjang? Lo nggak macem-macem kan?" tanya Ara lagi ketika Alkha mulai bangun.

"Kamu lupa sama penolong kamu?" tanya Alkha santai.

"Penolong?" Ara mengingat lagi apa yang terjadi tadi malam.

"Gue semalam mabuk," gumam Ara teringat.

"Terus kenapa kita ada di hotel sekarang? Lo manfaatin kesempatan ya?" Ara mulai memarahi Alkha, dia juga melempar Alkha dengan bantal.

"Cih, kalau bukan karena kamu yang nahan aku semalaman, aku juga nggak mau kali tidur sama kamu, orang nggak di kenal." Alkha mulai bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

"Gue nahan dia? Semalaman?" Ara sudah mulai memerah wajahnya. Dia masih tidak percaya dia akan menahan seorang lelaki bersamanya, semalam dan hotel juga.

"Nggak mungkin! Nggak mungkin.." Ara menepuk-nepuk pipinya, menolak fakta yang baru saja dia dengar.

Beberapa menit kemudian, Alkha keluar dari kamar mandi, dan juga sudah berganti pakaian. Ara tak bisa berhenti menatap lelaki bertubuh sehat itu. Dia sangat suka dengan tipe lelaki seperti Alkha.

"Kenapa masih mandangin aku mulu? Aku ganteng ya? Buruan mandi terus kita cari sarapan sebelum aku antar kamu pulang." ucap Alkha dengan narsis di depan kaca, saat itu dia sedang menyisir rambutnya.

"Hais,, narsis.." ucap Ara lalu dia menuju kamar mandi.

Sambil menunggu Ara mandi, Alkha melihat ponselnya. Banyak sekali panggilan tak terjawab dari Reska. Juga beberapa pesan yang isinya umpatan semua kepada Alkha.

Alkha juga teringat betapa manjanya Ara semalam, yang membuatnya tidak tega untuk meninggalkan Ara. Tapi lamunan itu hanya sesaat, karena dia kembali teringat dengan mendiang istrinya yang belum lama meninggal.

"Hatiku udah hilang bersama Adela," gumamnya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa istrinya sudah meninggal dunia. Dan kembali meneteskan air matanya.

Byurr byurrr suara air dari kamar mandi mengagetkan dia. Alkha lalu buru-buru mengusap air matanya.

Beberapa menit kemudian Ara keluar dari kamar, dan harus kembali mendengar ocehan Alkha. "Lama banget mandi doang aja." ucap Alkha.

"Namanya juga cewek, ya harus bersihlah mandinya." jawab Ara sedikit kesal dengan ucapan Alkha.

Setelah bersiap-siap, Alkha membawa Ara ke restoran yang ada di hotel itu juga. Akan tetapi Ara menolak, dia lalu mengajak Alkha untuk sarapan di street food saja. Awalnya Alkha menolak, karena dia tidak terbiasa makan makanan jalanan.

"Please!" Ara mengeluarkan jurus imutnya dan akhirnya berhasil membuat Alkha setuju, untuk sarapan di pinggir jalan.

"Kamu aneh, biasanya orang-orang akan lebih suka makan di restoran mahal, tapi kamu malah ngajak makan di pinggir jalan." ucap Alkha sedikit protes sebenarnya.

"Gue bosen makan makanan restoran mulu, gue lebih suka makan makanan pinggir jalan." jawab Ara. Tentu saja Alkha tahu dari penampilan Ara. Kalau Ara anak orang kaya. Tapi Alkha nggak menyangka, masih ada gadis yang seperti Ara. Apa adanya.

Alkha kemudian kembali teringat mendiang istrinya. Adela sama persis kayak Ara, meskipun sudah jadi istri seorang pengusaha kaya, tapi Adela tidak pernah lupa darimana dia berasal. Adela selalu tampil apa adanya, padahal dia juga seorang wanita karier.

"Tapi kan nggak higeinis?"

"Sapa bilang? Nggak semua makanan pinggir jalan itu nggak bersih ya, ada kok yang mengutamakan kebersihan. Kalau nggak percaya, ntar di depan situ ada warung soto enak, tempatnya juga bersih." sanggah Ara.

Tak lama kemudian mereka sampai di warung makan tenda dengan menu soto ayam favorit Ara. Awalnya Alkha tidak mau turun, tapi setelah Ara paksa dan tarik-tarik, akhirnya Alkha mau turun juga.

"Mukanya biasa aja!" omel Ara ketika melihat Alkha yang seperti risi.

"Buk, biasa ya !!" seru Ara kepada pemilik warung.

"Kamu sering makan disini?" tanya Alkha masih belum terbiasa. Ara hanya menganggukan kepalanya sembari menyomot gorengan yang ada di depannya.

Meskipun istrinya dulu jarang mau diajak makan di restoran, tapi Adela selalu memasak sendiri di rumah. Jadi Alkha masih belum terbiasa makan makanan dipinggir jalan.

"Woi,, buset lo semalam kemana aja? Gue cariin lo," tiba-tiba datang Cintya teman Ara, dengan membawa segelas es jeruk kesukaan Ara.

"Gue..." Ara jadi gagap seketika. Nggak mungkinkan dia bilang kalau dia nginep di hotel sama Alkha, lelaki yang belum dia kenal.

Cintya semakin penasaran, apalagi saat melihat seorang lelaki tampan di samping Ara. "Buset ganteng banget, kayak oppa korea." ucap Cintya.

"Pacar baru lo?" tanya Cintya lagi.

"Bukan.. Dia.. e e kakak sepupu gue." jawab Ara asal. Tapi memang hanya itu yang dapat dia pikirkan.

"Hallo kak, aku Cintya temennya Ara." Cintya memperkenalkan dirinya.

"Oh, iya. Aku sepupunya dia." jawab Alkha sedikit gagap.

Alkha belum pesan makanan apapun, dia hanya memperhatikan Ara makan dengan lahap. Tentu saja itu membuat cacing dalam perut Alkha berjoget minta jatah makan.

Kruyukk perut Alkha berkali-kali bunyi. Pastinya dia juga laper, karena dari semalam dia belum makan apapun.

"Lo benaran nggak mau makan? Enak loh,," tanya Ara, tapi Alkha hanya menggelengkan kepalanya. Padahal cacing dalam perutnya sudah semakin berjoget-joget.

"Cobain deh!" Ara menyodorkan makanan ke mulut Alkha.

"Nggak!" jawab Alkha cepat.

"Ah ya udah gue makan sendiri aja." Ara hendak memasukan makanan itu ke dalam mulutnya. Tapi kemudian ditarik oleh Alkha.

Bodo ah, daripada mati kelaperan, batin Alkha.

Tanpa sengaja Ara dan Alkha saling berpandangan. Ara yang sudah suka sama Alkha dari pertama melihat Alkha, hatinya menjadi berdebar. Apalagi Alkha menyentuh tangannya, dan menuntun tangan Ara untuk menyuapinya.

"Pesenin satu buat aku!" perintah Alkha mengagetkan lamunan Ara.

"Makanya jangan sok jadi orang!" omel Ara tapi nurut juga dengan perintah Alkha, karena Alkha bilang lambungnya bermasalah.

Ara kembali tersenyum ketika teringat mata jernih Alkha. Baru kali ini Ara merasakan hal yang aneh dalam hatinya, dan dia meyakinkan kalau dia sudah jatuh cinta dengan Alkha. Cinta pada pandangan pertama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!