RENCANA LULUS SEKOLAH
Dua Gadis cantik sedang duduk di depan kelasnya merencanakan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus SMK.
"Liani setelah lulus lu mau kemana? pokoknya kita jangan sampe kepisah oke." kata Acha semangat.
"Gue sih pengennya kerja di perusahaan Paman gue, tapi keluarga Paman gue nyuruh gue mondok." kata Liani yang awalnya semangat kemudian menjadi murung setelah mengucapkan 'mondok'.
Acha mengernyitkan alisnya, "Yah gak asik ah, kok mondok?" kata Acha dengan raut manja.
Liani tertunduk sedih, "Gue juga gak tau, lu kan tau gue gak punya siapa-siapa selain Bibi, Paman, Bang Muza sama Naila, dan gue tinggal dirumah Paman, masa gue gak nurutin permintaan mereka, yang itu pun buat kebaikan gue jugaa." kata Liani.
Acha mengusap lembut kepala Liani, "Iya gue juga ngerti kok,"
"Eh tapi kalo lu mondok tar kita pisah dong." kata Acha mencemberutkan manja bibirnya .
Liani sedikit melirik, dan mencubit gemas kedua pipi Acha, "Uh gak ada kata pisah dalam persahabatan kita." kata Liani.
Acha langsung melepaskan tangan Liani dari pipinga, "Aw sakit tauuu." kata Acha yang mengusap usap pipinya.
Kring... bunyi bel masuk, Acha dan Liani pun masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran.
Acha dari tadi memerhatikan gerak-gerik Liani yang duduk sebangku dengannya, "Liani kenapa, tumben amat lu coret-coret buku?" selidik Acha
"Hemh." kaget Liani yang tersadar bahwa Acha sedang berbicara padanya, dan melirik ke arah Acha, kemudian Acha melirik ke arah buku Liani dan mengangkat kedua alisnya sebagai isyarat.
Acha sedikit menyipitkan matanya, "Perasaan nulis ge jarang haha." ejek Acha tertawa renyah.
"Dih enak aja lu, segini gue rajin nya, tuh tuh liat." kesal Liani yang menunjukan buku tulisnya yang sedikit kosong.
Acha memerhatikan lembar perlembar buku Liani, "Iya iya segitu mah rajin lah haha." kata Acha mengejeknya lagi.
Liani melirik kesal, "Yaelah ini anak ngeselin bat, gue sumpahin lu yaa, semoga Ortu lu juga masukin lu ke pondok." kata Liani bercanda dengan raut muka membanggakan diri.
"Dih lu mah gituan, lu juga tau kalo gue gak suka diatur-atur, 'kan setau gue di pondok tuh banyak bat peraturan." kata Acha melas yang memanyunkan manja bibirnya.
"Uh tayang-tayang jangan nangis." kata Liani yang mencubit hidung mancung Acha.
"Ih lu mah kebiasaan, sakit tau." kata Acha.
Allohu Akbar Allohu Akbar, Allohu Akbar Allohu Akbar, adzan Dzuhur pun berkumandang, dan kring… bel menunjukan pukul 12 siang waktunya istirahat ke 2.
Acha langsung memasukkan buku ke dalam tas, "Yok ah kantin." kata Acha.
Liani yang sedang mencari mukena di dalam tasnya, "Kantin? Sholat dulu lah." kata Liani yang memegang mukena.
"Maa syaa Allah seribu kali, lu gak papa kan?" ejek Acha yang sambil memeriksa suhu badan Liani.
"Dih lu ma yah, kalo gue ngajak kantin lu bilang 'emang lu gak bakal shalat?' sekarang gua ngajakin shalat lu ejek gua, aneh lu, gak ngerti gua sama lu." kata Liani sedikit kesal.
"Iya iya gua yang salah, huh." kata Acha mencolek ujung hidung mancung Liani.
Mereka pun keluar kelas dengan membawa mukena dan memakai sandal.
Acha dan Liani memerhatikan lingkungan sekitar luar kelas, "Lah kok pada bawa tas?" kata Acha, Acha dan Liani pun saling tatap heran.
Muncul seorang pria dari arah selatan, Dia Rizki Khairu Abdurahman ketua Murid dikelas Perkantoran 2, Pria tampan berhidung mancung manis imut, Orang yang ngeselin tapi bae, sekaligus sahabat Acha dari kecil, rambut dan bola mata yang berwarna hitam pekat, mata sedikit sipit, alis tebal dan satu yang paling menarik yaitu lesung pipinya.
Terlihat Rizki akan masuk kelas, "Ki abis dimana lu?" kata Liani
Rizki mengernyitkan alisnya, "Liat dong dari arah mana?" jawab Rizki menghampiri Mereka.
"Kanan." kata Liani yang tubuhnya menghadap ke arah Timur.
"Kiri lah Li." kata Acha yang tubuh nya menghadap Barat.
"Liat lah Cha, dari kan..." kata Liani terpotong menunjuk ke arah Rizki.
"Udah-udah masalah kecil dibuat besar, intinya gua itu dari Mushola." kesal Rizki.
"Ouhh widih Pak Ustadz baru nih." kata Acha mengejek.
"Iyaa lah calon, udah lu berdua cepet shalat abis itu pulang." kata Rizki.
"Pulang!" kata Acha dan Liani serempak dengan loncatan bahagia.
Mereka pun balik ke arah kelas tapi di halangi oleh Rizki.
Rizki merentangkan tangan, "Eh heh mau ngapain?" tanya Rizki menghalangi pintu kelas.
Acha menyingkirkan tangan Rizki, "Mau masuk lah ambil tas." kata Acha sedikit kesal.
"Dih heh shalat dzuhur dulu sana." kata Rizki memerintah.
"Yaudah lah Cha, cape-cape batin jiwa dan raga debat sama dia, bakalan kalah ngomong apalagi 'kan ini buat kita juga." kata Liani pasrah.
"Tuh dengerin tuh." kata Rizki mengejek Acha.
"Bodo." kata Acha langsung pergi.
"Huh dasar." kata Rizki yang langsung masuk kelas.
......................
Acha dan Liani pun ke Mushala, setelah selesai Mereka pun kembali ke kelas.
Acha melihat-lihat sekitar meja takut ada buku yang tertinggal, "Alhamdulillah shalat udah, datang ke rumah tinggal rebahan deh." kata Acha sembari membayangkan.
"Yoyoi (iyaa, gaul Acha dan Liani), yuk ah pulang." kata Liani yang sudah menggendong tasnya.
Acha menyipitkan mata, "Ngebut amat kalo soal pulang, ada apanih? dijemput sama si doi yaa?" kata Acha dan kemudian memakai tas gendongnya.
Acha kemudian menyikut pinggang Liani, dan menaik turunkan alisnya.
Liani mengernyitkan alis, "Ih apaan sih orang dari tadi lu yang ngebut pengen pulang haha." kata Liani tertawa dan langsung mendahului Acha.
"Dih tunggu main tinggal-tinggal aja." teriak Acha mengejar Liani yang sudah jauh di depan Acha.
"Cha tunggu." teriak Pria yang tak asing suaranya bagi Acha, dan langkah Acha pun terhenti.
"Rizki!" kata Acha sedikit teriak, Acha langsung memutar balikan tubuhnya.
"Dih biasa aja kali, gak usah teriak gua gak budeg." kata Iki.
"Iya-Iya, kenape? " kata Acha dengan tersenyum.
"Dih so imut lu, lu mau pulang bareng gak?" kata Rizki.
"Yaa emang Gw imut, dari lahir malah haha, eh by the way tumben bae." canda Acha terkekeh.
"Dih apaan, mau gak nih?" kata Rizki Acha.
"Um gimana ya." kata Acha.
"Mauu gak? Yaudah kalo gak mau mah." kaya Rizki yang langsung membalik, karena rumahnya satu komplek dengan Acha, tetangga an malah.
Acha meletakkan jari telunjuknya di dagu, "Em gimana ya." kata Acha melirik kearah Rizki.
"Yaudah deh boleh, tapii.." kata Acha sehingga membuat raut wajah Rizki yang gembira tiba-tiba jadi tegang.
Rizki mengangkat alisnya dan sedikit mengangguk seraya mengisyaratkan agar Acha meneruskan berbicara.
"...tapi gua mau nungguin Liani dulu soalnya dia mau di jemput sama doi nya." lanjut Acha terkekeh.
"Owh itu kirain apa aja, yaudah oke deh bos." kata Rizki sambil menghormat.
......................
Mereka berjalan menuju gerbang mengejar Liani.
"Liani..." teriak Acha dengan riang.
Liani pun berbalik kearahnya, dan Liani melambaikan tangan nya mengisyaratkan agar Acha harus cepat kesana.
......................
Acha pun berlari dengan Rizki.
"Ayoo cepat." kata Acha dengan menarik tangan Rizki yang terhalang oleh kemeja putih panjang.
Disisi lain Rizki yang ditarik Acha hanya melihat ke arah tangan Acha yang memegang tangan nyaa kemudian sambil berlari kecil Rizki selalu memandang kearah Acha yang berada didepan nya dengan senyuman bahagia.
......................
"Huft huft..." Acha dan Rizki mengatur napas setelah berada di samping agak belakang dari posisi Liani.
"Acie gak salah liat nih, Tom and Jerry lagi akur." kata Liani mengejek.
"Huft..." hembusan panjang nafas Acha dan Rizki.
Mereka yang sedang membungkuk langsung berdiri tegap.
"Apaan sih." kata Acha dan Rizki serentak.
"Acie barengan." ejek Liani dengan mencubit hidung Acha.
Acha dan Rizki saling pandang dan saling memberikan senyuman.
Tanpa mereka sadari ada pengendara motor yang lewat dan memerhatikan kearah mereka berdua dan berhenti tepat di depan liani.
...****************...
Pov Rizki
"Ayo cepat." kata Acha dengan menarik tanganku membuat hatiku tak karuan.
Liani mengejek kami tapi tidak apa, karena Acha menunjukan lukisan senyum dibibirnya yang sedikit belah.
"Maa syaa Allah, sungguh lukisan senyum yang indah terbentuk dibibir mungilnya, bak Bidadari nan indah membuat hatiku gemetar tapi mata ini tak ingin berpaling, Astaghfirulloh Ki.. Ki.." batinku sambil membalas senyuman Acha.
"Woy! " kata Liani yang mengagetkan ku karena suaranya seperti toa.
"Duh ni anak ganggu suasana aja." batinku.
"Li udah ada doi nya?" kata Acha sedikit mengejek, emang kebiasaan Acha soal ejek mengejek mah.
"Ada dong." kata Liani terkekeh sembari menggeserkan tubuhnya.
Aku pun melihat Pria yang duduk dimotor bersarung dan berkoko memakai peci, yang wajahnya menurutku saja maa syaa Allah banget apalagi kata Akhwat, hidung mancung alis tebal bibir tipis bola mata coklat mata sedikit sipit bagaikan orang Arab.
"Wih hebat deh lu Liani, dapet doi nya ganteng bersarung lagi." kataku, dan aku tersenyum karena pria itu melihat ke arahku.
"Lah bukan nya itu mah Sepupu lu Li?" kata Acha.
"Haha iyaa, lagian mana ada doi." kata Liani tertawa, dan kami pun tertawa.
Di tengah tawa, "Yaudah lah gua duluan, makasih loh ya udah nungguin." kata Liani yang masih tertawa dan berjalan mundur.
"Eh Ki jagain Acha ya, sahabat tersayang gua tuh, awas kalo besok sekolah si Acha ada luka." kata Liani sambil menunjukan kepalan tangannya.
Liani pun melambai kemudian berbalik arah dan berlari ke Pria yang berada di motor.
...****************...
Pov Liani.
Aku menunggu Acha, yang perasaan tadi di belakangku sekarang gak ada.
"Kemana ngilangnya tuh anak." gumamku khawatir.
"Liani..." teriak seseorang yang tak lain adalah Acha sahabat terbaik ku udah cantik bibir mungil belah, hidung mancung, bola mata coklat dan bulu mata yang lentik, alis sedikit tebal dan yang unik banget gingsul dan dagu belah nya.
"Nah itu suaranya." gumam ku berbalik dan melambaikan tangan mengisyaratkan agar Mereka segera menghampiriku.
Acha pun lari dengan menarik tangan Iki.
"Dih Tom and Jerry akur wk." gumamku tersenyum dari kejauhan.
......................
"Huft huft." Acha dan Iki yang baru datang mengatur nafas.
"Acie gak salah liat nih? Tom and Jerry lagi akur." ejek ku yang memang belum pernah melihat mereka akur seperti itu, biasanya mereka tuh hal kecil pun dijadikan perdebatan.
"Apaan sih." kata Acha dan Iki serentak.
"Acie barengan." ejek ku dengan mencubit hidung Acha.
Aku pun langsung berbalik karena menyadari motor beat hitam terlihat.
"Nah ini dia sampe juga." kataku dan mencium tangan nya.
"Bang Muzaa lama amat huh." ucapku manja.
Bang Muza hanya tersenyum dan sedikit menggeleng.
"Tar yaa Bang, Lili mau pamit dulu, sama temen-temen seperjuangan oke." kata ku dan langsung menghampiri Acha dan Rizki, setelah Bang Muza mengijinkan.
"Woy! " kataku dengan menepuk bahu Acha, dan Rizki terkaget.
"Li udah ada doinya?" kata Acha mengejek.
"Ada dong." kataku sembari menggeserkan sedikit tubuhku untuk menunjukan seseorang yang sedang duduk dimotor.
"Wih hebat deh lu Liani dapet doinya ganteng bersarung lagi." kata Rizki yang kemudian Acha.
Rizki tersenyum ke Bang Muza karena Bang Muza melihat ke arah kami.
"Lah itu mah bukan nya Sepupu lu Li?" kata Acha.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!