Perkenalkan namaku Tatsuya Shin. Seorang siswa biasa berumur enam belas tahun yang bersekolah di SMA Hidoshi.
Rambut hitam, perawakan sedang, wajah biasa, bakat tidak banyak, dan juga aku tidak populer di kalangan para gadis adalah ciri-ciri yang mendasariku. Temanku juga sedikit karena aku berpikir terlalu banyak teman itu sedikit menyusahkan.
Keluargaku juga bukan keluarga kaya, ayahku pengusaha properti sementara ibuku hanya ibu rumah tangga biasa, aku juga hanya anak pertama dari keluarga biasa yang mencoba menjalani kehidupan biasa.
Namun tragisnya aku malah meninggal secara tragis disaat keluargaku masih berada di dalam kesulitan. Kematianku membuat mereka semua trauma berat, bahkan ibuku sampai masuk rumah sakit akibat syok.
➖➖➖➖➖
Aku terbangun, berbaring telentang sambil melihat langit yang berawan. Hembusan angin yang diiringi kicauan burung juga menambah ketenangan hatiku.
Aku mencoba mengumpulkan tenagaku untuk duduk, dan setelah berhasil, aku menatap sekeliling hanya untuk menyadari kalau aku sekarang sedang berada di atas awan.
Sejauh mataku memandang, yang aku lihat hanya lautan awan putih. Aku tidak bisa mengutarakan kebingunganku saat menatap lautan awan tersebut, jadi aku memilih untuk diam.
Dan disaat mataku masih tertuju ke awan tersebut, ternyata aku melewatkan sesuatu.
Tepat di depanku, tiba-tiba saja ada seorang kakek tua yang tengah duduk dengan santainya sambil menyeruput teh.
"Apa kamu sudah puas kagetnya?"
Hanya itu yang dia katakan saat menatapku yang baru menyadari keberadaannya.
"Ini dimana?"
Kakek tersebut meletakkan kembali cangkir yang dia pegang, dan menatapku.
"Menurutmu ini dimana?"
"Ehh."
Tunggu-tunggu. Kenapa pertanyaan ku malah dilontarkan kembali.
Melihat kebingunganku membuat kakek itu tertawa. Aku yang melihatnya tertawa hanya dapat diam tanpa merespon.
"Akan aku jelaskan. Tempat kita berada saat ini disebut alam Dewa."
"Alam Dewa?"
Alam Dewa. Jawaban konyol macam apa itu.
"Ini bukan jawaban konyol. Itu memang benar, ini adalah alam para Dewa."
Seakan dia berhasil membaca pikiranku, dengan mudahnya dia membantah dan memperbaiki apa yang sedang aku pikirkan.
"Tunggu. Kalau benar ini alam Dewa, apa artinya aku sudah mati?"
"Hmm. Itu benar."
Aku mencoba untuk membantah perkataan kakek tua tersebut, tapi langkahku dihentikan saat aku melihat tubuhku yang sedikit transparan.
Setelah mendapatkan kebenaran yang tak terduga, aku hanya dapat mempercayai kalau aku saat ini benar-benar sudah meninggal.
"Jadi, siapa kakek dan kenapa aku berada disini?"
"Maaf, sepertinya aku belum memperkenalkan diriku. Perkenalkan aku adalah Dewa Semesta. Dewa yang mengatur sebuah semesta."
"Dewa Semesta ya."
Merasa kalau aku masih belum bisa menerima apapun yang dia katakan, jadi untuk sekarang aku hanya memilih untuk mendengarkannya.
Kakek itu sepertinya juga sudah tahu ekspresi apa yang akan aku keluarkan, jadi dia hanya dapat tersenyum.
"Dan, mengenai alasan kenapa kamu bisa berada disini, itu karena aku. Aku yang membunuhmu, jadi aku merasa bersalah."
"Membunuhku. Apa maksudmu?"
"Kamu mati karena petir dari Dewa yang berada di bawah perintahku saat itu."
"Petir? Tung_"
"Apakah dia manusia yang tidak mati itu?"
Ketika aku akan bertanya kembali. Mendadak saja aku mendengar suara dari kejauhan.
Saat berusaha untuk mencarinya, aku menemukan kalau suara tersebut berasal dari seorang wanita berusia dua puluhan. Dia memakai jubah berwarna ungu dan topi kerucut di kepalanya.
"Iya Dewi Sihir, namanya Tatsuya Shin."
Aku yang masih memikirkan tentang identitas wanita yang baru saja berjalan ke arahku ini langsung kaget setelah mendengar perkataan si kakek.
"Kenapa kamu bisa tahu namaku?"
"Aku sudah mengatakannya bukan, aku adalah Dewa Semesta, Tentu saja aku
tahu semua tentangmu."
Mengetahui kalau aku sudah mati saja sudah membuatku takut, dan sekarang, dia mengetahui semuanya.
Hahh. Selamat tinggal privasi ku.
Dan untuk yang kedua kalinya, kakek tersebut tersenyum lembut. Tapi sekarang aku tahu apa maksud dari senyumannya itu. Dia pasti mengetahui apa yang aku pikirkan atau itulah yang dapat aku asumsikan.
"Perkenalkan, aku adalah Dewi Sihir." Ujarnya dengan anggun.
"Aku Tatsuya Shin. Apa anda ben_"
"Apakah kamu yang bernama Shin. Saat aku mengetahui kalau kamu terbunuh, aku tidak bisa menahan tawa."
"Hah!?"
Suara lain tiba-tiba saja terdengar oleh telingaku. Tapi sekarang suaranya bukan berasal dari kejauhan, melainkan berasal tepat dari sampingku.
"Kamu siapa?"
"Kaget mu berlebihan. Aku ini bukan hantu. Perkenalkan, Aku adalah Dewi Cinta. Senang bertemu denganmu, Shin."
Umurnya terlihat sama dengan wanita yang menyebut dirinya Dewi Sihir, tapi perbedaan yang mencolok disini adalah warna rambut.
Warna rambut wanita yang muncul tiba-tiba ini agak condong ke merah muda, tetapi Dewi sihir lebih ke ungu.
"Apa maksudmu tertawa setelah mendengar kematian ku. Apa kamu kira lucu saat aku terbunuh oleh petir nyasar."
"Aku tertawa bukan karena kamu terbunuh oleh petir, tapi karena kejadian setelah itu."
Apa maksudmu.
"Saat kamu melamun karena seorang gadis. Sebuah petir tiba-tiba saja menyambar di depanmu. Secara reflek kamu akan menghindar kan?"
"Hmm."
"Ya, memang benar kalau kamu menghindar sih. Tapi setelah menghindar itu yang membuatku tertawa."
"Apa yg terjadi setelah itu?"
Aku semakin tak sabar dengan apa yang dia katakan. Tapi setelah melihat ekspresi kedua Dewa lainnya, itu membuatku sedikit mengetahuinya.
"Kamu tersandung batu dan kepalamu terbentur tembok pagar rumah."
"Tersandung dan terbentur."
Itu sedikit mencurigakan, masa karena terbentur tembok sampai membuatku meninggal.
"Terbentur sesuatu itu memang biasa. Masalahnya adalah setelah terbentur itu, kamu langsung tidak sadarkan diri."
"Apa yang terjadi setelah itu?"
"Orang-orang membawamu ke rumah sakit, tapi nyawamu tidak bisa diselamatkan."
"Tidak mungkin." Ujar ku dengan wajah tegang.
Entah karena akunya yang kaget, atau akunya yang terlalu banyak nonton drama sampai-sampai bisa bereaksi seperti itu.
"Ya. Walaupun itu hanya terbentur. Tapi pada akhirnya malah membuat pendarahan di otakmu."
"Apa-apaan itu."
Aku mundur sedikit setelah mendengar perkataan gadis itu.
Pendarahan karena terbentur tembok. Seberapa keras kepalaku terbentur sih.
Ahhh. Rasanya aku mau mati aja sekali lagi.
Di saat aku masih sedikit kesal setelah mendengar penyebab kematian ku. Kakek yang ada di depanku sepertinya menyadari perasaanku.
"Karena alasan itulah aku berniat memberimu kehidupan yang kedua."
"Aku paham. Terima kasih."
Hmm. Kehidupan kedua ya. Rasanya kayak di dongeng.
Ya, berbicara dengan orang yang menyebut dirinya Dewa semesta saja sudah seperti dongeng buatku.
"Baiklah, karena kamu tidak keberatan. Aku akan menghidupkan mu kembali, dan sebagai bonus. Aku akan mengabulkan sebuah permintaanmu."
"Permintaan. Hmmm. Aku hanya ingin katana yang ada di rumah ku."
Memang benar kalau permintaan yang aku berikan terbilang sangat sederhana. Aku bisa saja meminta kekayaan ataupun kekuatan. Tetapi itu tidak ada gunanya untukku sekarang.
Bagaimanapun katana yang aku inginkan itu merupakan peninggalan dari almarhum ayahku.
"Hanya itu permintaanmu?"
"Benar."
"Baiklah. Aku akan mengabulkannya. Tapi mungkin saja katana mu akan sedikit berubah karena pengaruh sihir."
"Sihir. Apakah itu dunia sihir?"
"Yah. Memang benar kalau itu adalah dunia sihir. Mungkin kamu tidak percaya, tetapi dunia yang ada di semesta ini jauh lebih beragam dari yang kamu kira, nak."
Sihir. Memang, ini sudah sangat mirip dengan dunia fantasi di dalam game ataupun novel.
Bisa saja akan ada Perang Dunia antara senjata dengan sihir kalau sihir tiba-tiba saja ada di bumi.
Mengabaikan ketika aku berpikir, kakek tersebut kembali membuka mulutnya.
"Akan aku tanya Sekali lagi. Apakah kamu bersedia untuk dihidupkan kembali?"
Sekarang pertanyaan seriusnya keluar dari mulut kakek tersebut. Aku hanya dapat memandang ketiga Dewa yang ada di sekitarku sebelum memberikan jawaban.
"Terima kasih atas pengertiannya. Aku bersedia untuk dihidupkan kembali."
"Aku yang seharusnya berterima kasih." Balas kakek tersebut.
"Aku sekarang lumayan tertarik padamu Shin. Aku yakin kamu akan bahagia di dunia barumu."
"Aku juga setuju. Aku merasakan kalau kamu akan memiliki banyak orang yang menyayangimu di sana."
Dewi Sihir dan Dewi Cinta melontarkan pujian kepadaku, itu membuatku senang.
"Oh iya aku lupa, anakku. Aku juga akan memberikanmu sesuatu, tetapi tidak sekarang."
"Apa itu?"
"Hahahah. Jangan terlalu memikirkannya. Nikmati saja hidupmu di sana."
"Ohhh. Baiklah."
Kalau seperti itu, aku tidak usah memikirkannya sekarang.
"Persiapannya selesai. Sepertinya sekarang sudah waktunya, Shin."
"Untuk apa?"
Saat aku menanyakan apa maksud dari perkataan Kakek tersebut. Tiba-tiba saja, cahaya putih keemasan mulai menyelimuti tubuhku. Aku yang kaget hanya dapat menatap ketiga Dewa dalam diam.
Saat ditatap, ketiga Dewa hanya tersenyum lembut ke arahku. Itu membuatku tersadar kalau arti dari senyumannya itu adalah bahwa aku akan segera dikirim ke dunia baru.
"Terima kasih banyak atas bantuannya. Aku sangat menghargainya, Semoga kita dapat bertemu Lagi Dewa Semesta, Dewi Sihir, Dewi Cinta."
Aku Melambaikan tanganku ke arah mereka dan mereka membalasnya pula dengan lambaian tangan mereka sambil tersenyum ke arahku.
"Iya Shin. Kuharap kita dapat bertemu lagi."
"Sampai jumpa. Aku percaya kamu pasti akan bahagia di sana."
"Cepat atau lambat kita akan bertemu lagi. Nikmati saja hidupmu di sana. Aku akan mengawasi mu dari sini, semoga kamu beruntung, anakku."
Aku tersenyum kearah mereka dan perlahan tubuhku mulai menghilang dari alam Dewa tersebut.
Di sebuah Kerajaan. Ada insiden yang menghebohkan istana Kerajaan, berita tentang penculikan Putri Kedua Kerajaan Allent menggemparkan istana.
Kerajaan Allent adalah sebuah kerajaan kepulauan di timur Benua yang memiliki aturan sendiri atau biasa disebut dengan Kerajaan otonomi.
Kerajaan itu tidak memiliki aturan yang terpaut dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, mereka lebih memilih membuat aturannya sendiri sesuai dengan kepercayaan dan sistem yang mereka anut dari ratusan tahun yang lalu.
"Komandan. Perintahkan seluruh Ksatria untuk mencari putriku, kalau perlu telusuri seluruh Kerajaan!"
Seorang Raja Kerajaan Allent bernama Arthur Urnest Allent memerintahkan Komandan Ordo Kesatrianya untuk mencari Putri keduanya yang bernama Sora Urnest Allent.
"Baik Yang Mulia, aku akan memerintahkan Ksatria untuk mencari tuan Putri."
Komandan Ordo Ksatria Kerajaan Allent yang bernama Galih bergegas berlari keluar ruangan.
"Suamiku, Kenapa kau terlihat panik. Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa aku melihat Ksatria berlarian di luar istana?"
Seorang wanita berambut berwarna kuning berusia sekitar tiga puluhan berlari dari lorong ke arah Raja. Wajahnya terlihat panik setelah melihat Ksatria berlarian di mana-mana.
"Istriku. Aku baru saja mendapatkan sebuah surat ancaman, katanya mereka akan membunuh Putri kita kalau kita tidak menuruti keinginan mereka."
"Hah!? A-apa, Surat ancaman? Putri kita diculik oleh siapa?"
"Disini tertulis Organisasi Golden."
"Hahh. Golden!?"
Setelah mengetahui kebenaran tentang penculikan Putrinya, lutut sang Ratu langsung jatuh ke lantai dalam keadaan lemas.
"Istriku. Apa kamu baik-baik saja?"
"A-Apa yang harus kita lakukan. Apa yang akan terjadi dengan Putriku?" Tanya Ratu dengan air mata yang mulai memenuhi matanya.
"Tenangkan dirimu, aku sudah memerintahkan seluruh Ksatria untuk mencarinya, semoga saja kita mendapat kabar tentang Putri kita secepatnya."
Ratu yang mulai menangis hanya bisa berharap semoga Ksatria Kerajaan dapat menemukan keberadaan Putrinya.
➖➖➖➖➖
Aku membuka mata untuk pertama kalinya. Mencoba mengumpulkan seluruh kekuatan hanya untuk duduk, walaupun awalnya Badanku terasa pegal-pegal, tapi sekarang sudah lebih baik.
Kulihat di sampingku terdapat sebuah
katana, Katana itu adalah pemberian almarhum ayahku. Aku senang saat mengetahui kalau aku bisa membawa Katana kesayanganku ke dunia ini.
Aku juga mulai memperhatikan sekelilingku, dan terlihat hanyalah pepohonan. Ternyata aku dipindahkan ke tengah hutan.
Saat sedang berpikir penyebabnya ku dipindahkan ke tengah hutan, tiba-tiba saja sebuah suara datang menghantam kepalaku.
"Halo-halo. Apakah sudah terhubung?"
"Haahh?"
"Hai Shin. Apakah kamu sudah sampai di dunia barumu, maaf karena aku malah mengirim mu ke tengah hutan."
"Tidak apa-apa."
"Baguslah kalau gitu. Aku juga mengirim salah satu barang yg ada saat kamu mati. Sudah ku setel supaya bisa berguna di sana. Kalau begitu Jaga dirimu baik-baik, aku akan menghubungimu lagi nanti."
"Ya. Sampai jump_"
"Oh ya, satu lagi. Kamu sudah satu bulan disana, Shin."
"Hah!? Ap-apa maks_"
"Kalau begitu, sampai jumpa lagi."
Apa-apaan orang tua itu.
Setelah suara yang tiba-tiba muncul di kepalaku menghilang, aku mengambil smartphone yang ada di saku baju sekolahku dan melihat kontak yang tertera di sana dengan nama Dewa Semesta, aku hanya dapat menghela nafas saat memikirkannya.
Melihat seluruh badanku yg masih bersih tanpa ada gores sedikitpun membuatku ragu tentang berapa lama aku sudah berada disini. Tapi itu tidak perlu dipikirkan.
Karena masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada hidupku, aku menghabiskan satu minggu untuk berkeliling di hutan. Disaat mental ku sudah siap untuk pergi ke kota, aku mengeluarkan smartphone dari saku dan membuka map.
Kota terdekat itu bernama Yashu, ibukota Kerajaan Allent.
"Yoss. Ayo kita mulai perjalanan pertama di dunia baru."
➖➖➖➖➖
Tidak terasa ternyata aku sudah berjalan selama empat puluh menit. Aku yang kelelahan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon Rindang yang ada di tepi jalan.
Jelas tertulis di peta kalau ini adalah jalan utama, tapi sangat sedikit orang yang lalu-lalang disini.
Apa yang terjadi di Kerajaan ini.
Saat aku masih merenungkan tentang keanehan itu, tiba-tiba saja aku mendengar suara teriakan.
"To-tolong, siapa saja tolong aku."
"Diam Nona. Kalau kau masih ingin hidup, kau harus diam, kalau tidak kau nanti akan terluka."
"Apa mau mu?"
"Hahaha. Mau kami? Yang kami inginkan hanyalah uang yang banyak dan hidup yang mewah. Atau."
Tatapan pemimpin gerombolan itu padanya membuat tubuh nona itu merinding.
"Dasar bajingan!"
"Diam kau. Nona."
Aku yang mendengar suara teriakan minta tolong langsung berlari, walaupun aku berlari seperti biasa. Tapi kekuatan fisik yg kuat membuat badanku terasa ringan.
Setelah berlari sebentar, aku akhirnya menemukan dua kereta kuda menjauh dari ibukota.
"Siapa di sana. Siapa tadi yang minta tolong?"
"To-tolong aku."
Saat mendengar dan mengetahui di mana sumber suara itu berasal, aku mengangkat kedua tanganku dan merapalkan sebuah mantra.
~Arrow of Light~
Sebuah panah cahaya datang di langit dan langsung meluncur lurus ke arah kereta itu, mengenai samping kereta kuda dan meledak.
"Ghaugh."
"Sa-sakit."
"Apa yang terjadi barusan, kenapa tiba-tiba keretanya meledak. Huh, kemana perginya nona tadi?"
Sesaat sebelum panah cahaya itu meluncur ke arah kereta, aku juga merapalkan [Paralyze] untuk melumpuhkan beberapa dari mereka dan memakai kekuatan fisik yg kuat untuk berlari dengan cepat ke dalam kereta, menggendong nona itu dan kembali lagi ke tempat semula.
Saat pertama kali menggunakannya, rasanya seakan seluruh organ perutku mau keluar karena dorongan yang sangat kuat. Hasilnya, aku malah mual-mual di tempat.
"Kamu baik-baik saja. Apakah terjadi sesuatu padamu?"
Aku hanya mempelajari dasarnya di hutan, tapi tidak menyangkan akan sekuat ini.
Semua orang yang ada di dua kereta itu langsung jatuh ke tanah dan pingsan.
"Aku tidak apa-apa, sepertinya aku masih belum terbiasa dengan mantra sihir."
Aku yang masih merasa mual sambil memegangi perutku berusaha berdiri untuk menjawab pertanyaan dari nona itu.
"Oh ya. Apa yang terjadi padamu, kenapa kamu diculik? Dimana kamu tinggal?"
"Aku tinggal di ibukota."
Kebetulan.
"Boleh aku bertanya?"
"Hmm. Ya boleh. Apa yang mau kamu tanyakan?" Jawabku.
"Dari mana kamu berasal? Aku belum pernah melihat pakaian seperti ini sebelumnya. Pakaiannya juga sedikit sobek"
*Oh ya. Aku lupa seragam sekolahku.
Gara-gara terlalu lama di hutan, bajuku jadi tidak terawat*.
"Aku hanya seorang pengembara yang sedang mampir ke sini, jadi jangan khawatir tentang itu."
"Baiklah."
Gadis itu sesekali menatap ke arah Shin dengan pipi merah.
Entah apa yang dipikirkan gadis itu saat dia menatapku.
"Kalau tidak keberatan, aku akan mengantarkan mu ke ibukota."
"Serius? Apakah kamu tidak keberatan mengantarkan ku ke ibukota?"
"Y- yah, aku tidak keberatan."
Hey nona. Kamu seharusnya tidak boleh percaya semudah itu.
"Oh iya aku lupa. Sebelum itu perkenalkan namaku Tatsuya Shin, Shin adalah namaku, kalau kamu?"
Gadis yang masih melamun dengan pipi dan telinga yang memerah langsung tersadar oleh pertanyaan ku yang mendadak dan dengan cepat menjawab.
"Nama ku adalah Sora Urnest Allent. Putri kedua Kerajaan Allent. Senang bertemu denganmu Tatsuya Shin."
Saat memperkenalkan dirinya, gadis itu yang tak lain adalah Putri Kerajaan Allent membungkukkan badannya sambil mengangkat sedikit roknya dengan sopan seperti bangsawan terhormat.
"Apa!? Putri kedua?"
Putri kedua yang diculik.
Sepertinya Putri itu membaca pikiranku melalui wajahku yang tak menentu, dan dengan sedikit senyuman, dia berkata.
"Tidak perlu bersikap formal kepadaku, karena kamu juga sudah menyelamatkan nyawaku, Izinkan juga aku untuk menyambut mu di istana Kerajaan sebagai ucapan terima kasih."
Disaat pikiranku yang masih gelisah memikirkan untuk bersikap formal kepadanya atau tidak, aku malah ditembak lagi oleh pernyataannya yang tiba-tiba keluar dari mulutnya.
"Aku berkunjung ke istana? Ahh, tidak-tidak, aku tidak mau merepotkan mu, jadi tidak usah repot-repot."
Bukannya aku tidak mau pergi ke istana. Tapi aku merasa kalau tempat itu denganku bagaikan Bumi dan langit, terlalu jauh untuk orang sepertiku bisa berada di tempat seperti itu.
"A-apakah kamu tidak mau pergi ke istana bersamaku?" Sambil mengeluarkan suara lembut, dia menatapku dengan tatapan memohon.
*Aahhh. Tatapan itu. Dari dulu aku sangat benci tatapan itu, setiap kali aku melihat tatapan itu, aku selalu saja tidak bisa menolak permintaannya.
Bahkan setelah aku matipun, kenapa aku masih harus melihat tatapan itu lagi di dunia baru ini*.
"Baiklah, aku akan pergi ke istana bersamamu."
Wajah memohon tadi seketika berubah menjadi wajah yang sangat gembira. Itu membuat perasaanku sedikit campur aduk antara kesal dan bahagia.
Kami beristirahat di bawah pohon sambil menunggu Ksatria yang akan datang dari ibukota untuk menangkap penjahat dan menjemput Putri Sora, Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya rombongan Ksatria yang terdiri dari dua puluh ksatria berkuda dan sebuah kereta kuda datang menghampiri kami.
Setelah mereka berhenti didepan kami. Seluruh Ksatria itu langsung turun dan membuat barisan, mereka juga membukakan pintu kereta kuda tersebut untuk Putri.
Awalnya mereka tidak membiarkanku masuk, tapi setelah Putri menahan mereka dan mengatakan kalau aku yang telah menyelamatkan dia dari penjahat, Ksatria itu meminta maaf kepadaku.
Kami semua menuju ke ibukota, tepatnya istana Kerajaan Allent dengan rombongan yang sangat besar.
➖➖➖➖➖
Setelah beberapa menit perjalanan. Kami Akhirnya sampai di pintu masuk ibukota Kerajaan Allent, Yashu.
Sepertinya rombongan besar kami sedikit menarik perhatian warga ibukota, karena sepanjang jalan aku melihat setiap orang di jalan bersorak ke arah kami dengan wajah yang sangat bahagia.
Aku berpikir itu mungkin karena Putri mereka akhirnya pulang dalam keadaan selamat.
Kota ini sangat indah. Aku yakin Raja nya pasti orang yang sangat baik, aku bisa melihat senyuman dari setiap orang di sini, mereka sepertinya hidup aman dan makmur.
Aku juga melihat beberapa orang yang melambai ke arah kami dan juga anak-anak yang berlari mengikuti kereta kuda kami dengan gembira.
Aku bersyukur bisa datang ke sini.
"Sepertinya penduduk Kerajaan ini hidup dengan makmur ya, aku bisa melihat senyuman dari setiap orang di sini."
"Hmm. Y-Yah. Tapi."
Wajah Putri itu langsung berubah dari senyuman manisnya menjadi suram, dia menundukkan kepalanya sambil terus memegangi kedua tangannya.
Apa terjadi sesuatu.
Aku menatap wajah Putri itu dan tersenyum kepadanya sambil berkata.
"Tidak apa-apa Putri, kalau anda tidak mau memberitahukannya."
"Terima kasih Tuan Shin atas pengertian nya. Dan juga jangan terus-terusan memanggilku Putri, panggil saja aku Sora."
Bukannya terlalu aneh untuk orang biasa sepertiku memanggil dia menggunakan nama panggilan tanpa gelar kehormatan.
Aku merasa buruk di dalam pikiranku, tetapi aku membuang pikiran itu jauh-jauh dan mengangguk canggung ke arah Putri.
"Ba-baiklah kalau itu yang kamu inginkan, aku akan memanggilmu Sora mulai sekarang."
Putri Sora hanya tersenyum saat mendengar jawabanku.
Baru saja aku tiba disini, sekarang malah harus berurusan dengan bangsawan.
Sambil memikirkan hal itu, Aku menghela nafas dalam-dalam dan kembali melihat ke luar jendela.
➖➖➖➖➖
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, kami akhirnya tiba di depan istana Kerajaan Allent.
Baru saja menginjakkan kaki di depan istana, mataku langsung tertuju pada keindahan istana tersebut.
Di depan pintu, kami disambut oleh seorang laki-laki berotot, dengan mengenakan pakaian itu saja aku sudah tahu siapa dia.
"Silakan ikuti saya Tuan Putri, dan Tuan Shin. Raja sudah mengunggu kalian berdua di dalam."
Kami dituntun memasuki istana oleh Komandan Ordo Ksatria Kerajaan Allent.
Sepanjang lorong, mataku sama sekali tidak mau berhenti memperhatikan bentuk dan ornamen dari istana itu.
Sepertinya Raja merupakan tipe orang yang cukup teliti ya, itu dapat kulihat dari interior istananya yang dibuat sangat kompleks.
➖➖➖➖➖
Berjalan beberapa saat, kami tiba di ruang audiens, kami berdua juga di sambut oleh seorang lelaki berusia sekitar tiga puluhan.
Tapi ada sesuatu yang membuatku sedikit merinding, itu karena pria tersebut mulai berlarian ke arah kami dengan mata merah dan wajah yang kacau. Seorang wanita yang seumuran dengan pria kacau itu juga mengikutinya dari belakang.
"Putriku, syukurlah kamu selamat."
"Syukurlah Sora."
Ratu dan Raja menangis terharu saat memeluk Putri kesayangan mereka.
"Ayah, ibu. Tolong berhenti, ini memalukan, kita juga sedang berada di depan Shin saat ini."
"Aku tidak keberatan sama sekali dengan itu."
Aku berusaha membantah perkataan Putri supaya tidak merusak suasana haru ini, tapi Putri malah melototi ku.
Apa aku mengatakan sesuatu yang salah.
Raja yang akhirnya sadar akan keberadaan ku disini mulai melepaskan pelukan dari anaknya dan malah mengarahkannya kepadaku.
Ini buruk. Tunggu.
Serangan pelukan pria tua itu tidak bisa aku hindari sama sekali, dia memelukku dengan sangat erat dan tanpa ampun.
"Terima kasih karena telah menyelamatkan nyawa Putri kami." Ujarnya.
"Itu bukan masalah. Tapi, bisakah anda melepasnya, aku tidak bisa bernafas."
Leher sampai ke wajahku sudah mulai berubah warna sebelum dia akhirnya melepaskan pelukannya.
"Huh huh huh."
"Maaf, sepertinya aku terlalu bersemangat."
"Y-ya. T-tidak apa-apa."
Apa-apaan kekuatannya itu.
➖➖➖➖➖
Satu jam setelah kejadian yang menyesakkan dada itu, aku, Raja, Ratu, Pangeran Mahkota, dan Putri Sora berkumpul di taman istana sambil menyantap makanan yang telah disediakan koki istana.
Sambil makan, tidak lupa juga aku memperhatikan Putra Mahkota, dia seperti berusia sekitar dua puluh tahun, dengan rambut berwarna kuning dan watak yang terlihat baik.
Saat aku bertanya tentang keberadaan Putri pertama, Raja menghentikan sendok nya dan menundukkan kepalanya.
"Putriku sudah terbaring sakit dari satu tahun yang lalu."
Satu tahun yang lalu. Emang ini dongeng Putri tidur, hah.
"Maafkan, aku tidak tahu itu."
"Ahh. Tidak apa-apa. Aku juga sudah berusaha untuk mencari obat ataupun pemilik sihir spesial terbaik di seluruh Kerajaan ataupun Kerajaan lain, tetapi Aku tidak pernah menemukannya. Sekarang Aku hanya bisa pasrah dengan nasib yang Putriku."
Dari penjelasan yang diberikannya, sepertinya Raja selama ini sedang mencari pemilik sihir [Recovery] tetapi pemilik terakhir dari sihir spesial itu telah meninggal lima tahun yang lalu.
Bukannya sihir itu ada padaku sekarang. Bahkan dari namanya, sepertinya mantra ku lebih kuat dari yang dia cari.
Namun saat aku sedang berpikir hal itu, tiba-tiba saja.
"Hahh!?"
"Ada apa Shin?"
Suaraku yang tiba-tiba meledak di tengah meja makan membuat semua orang yang berada di sana terkejut.
Bahkan seekor kucing yang sedang tidur di atas pohon kejedot dahan yang ada di atasnya dan akhirnya jatuh ke bawah dan berlari entah kemana.
Wah-wah. Kucing yang malang.
"Ehh. Hmm Y-yah. Maaf semuanya, sepertinya suaraku membuat kalian terkejut. Aku baik-baik saja, sungguh."
Dengan wajah yang dipaksakan, semua orang mulai kembali duduk dan melanjutkan makan mereka.
Sebenarnya yang membuatku kaget itu adalah adanya sebuah suara yang tiba-tiba terngiang di kepalaku. Entah kenapa suara itu mengatakan " Apa ini berfungsi."
Aku berpikir dan menarik kesimpulan bahwa itu merupakan suara dari Dewi Cinta, karena hanya dia yang bisa berbicara dengan telepati denganku.
Dewi sialan.
"Shin."
Disaat pikiranku sedang campur aduk, tiba-tiba sebuah suara menyadarkan ku, aku dengan cepat mencari sumber suara itu, dan ternyata yang sedang berbicara kepadaku adalah sang Raja itu sendiri.
"Apakah ada sesuatu yang kamu inginkan. Saya pasti akan mengabulkannya?"
"Tidak-tidak, aku sama sekali tidak mengharapkan hadiah apapun."
"Hmmm." Raja hanya mengangguk dengan wajah ragu-ragu akan perkataan ku.
➖➖➖➖➖
Setelah kami semua selesai makan, Raja memandu ku untuk berpindah ke taman istana untuk jamuan teh.
Di tengah-tengah jamuan itu, aku mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada Raja yang sedang mengobrol dengan Putra Mahkotanya.
"Mengenai permintaan Yang Mulia berikan padaku tadi."
"Apa ada sesuatu yang kamu inginkan?"
Raja yang sedang mengobrol dengan Putra Mahkotanya menghentikan obrolan saat menanggapi perkataan ku.
Semua orang yang merespon perkataan dari Raja mulai memandangiku dengan rasa ingin tahu besar tentang hadiah apa yang aku inginkan.
Hei semua. Kenapa kalian memandangiku seperti orang mencurigakan.
"Ya. Kalau tidak keberatan, apakah aku boleh bertemu dengan Putri pertama?"
"Hahh, Putri pertama!?"
Woi-woi. Aku tahu Kalian berempat itu keluarga yang harmonis, tapi aku tidak menyangka kalau kalian akan begitu kompak saat menanggapi pertanyaan ku.
Aku ingin mengatakan isi pikiranku itu, tapi pada akhirnya aku memutuskan untuk menahannya dalam-dalam daripada menambah masalah lagi.
"Apa tidak boleh?" Tanyaku.
"Ehh. Boleh, tapi untuk apa kamu menemuinya?"
Saat Raja mengatakan itu, ketiga orang lainnya juga mengangguk, seakan mereka juga ingin bertanya itu kepadaku.
"Yah. Sepertinya aku bisa menyembuhkan Putri pertama."
Setelah mendengar penjelasan ku, mata Raja mulai memancarkan cahaya harapan, mereka dengan semangat mulai menuntunku ke kamar Putri pertama Kerajaan Allent.
➖➖➖➖➖
Setelah lorong demi lorong, belokan demi belokan kami lalui, kami akhirnya tiba di sebuah pintu besar.
Dengan tangan gemetar, Raja mulai membuka pintu tersebut. Dan disaat pintu itu terbuka, suasana kamar gadis pun terlihat olehku.
Dinding berwarna putih bersih, aroma ruangan yang sangat khas dengan aroma gadis membuatku sedikit melamun.
Di tengah kamar itu ada sebuah tempat tidur berwarna putih dengan tirai yang menutupi sekelilingnya.
Aku membuka tirai itu dan melihat seorang gadis yang kupikir usianya sama denganku, wajahnya cantik dengan rambut kuning terurai khas keluarganya.
Aku menatap Raja yang berdiri di belakangku, dia menangis saat meratapi Putrinya yang terbaring lemah di tempat tidur, tidak hanya dia tetapi Ratu, Pangeran Mahkota dan Putri Sora pun juga menangis.
Mengabaikan ekspresi orang dibelakang ku, aku pun mencoba menyalurkan sedikit sihir ku ke tubuh Putri pertama, dan seketika saja aliran mananya bergerak seakan ada gangguan yang merespon sihir ku.
Sihir lain merespon. Jadi penyakit ini disebabkan oleh sihir ya. Pantas saja ini susah disembuhkan.
"Apa kondisinya selalu seperti ini selama satu tahun belakangan?"
Ratu mengangguk menanggapi pertanyaan ku.
"Aku akan mencoba menyembuhkannya."
Ruangan yang tadi dipenuhi suara tangisan seketika menjadi hening. Putri Sora dengan cepat tersadar akan situasi dan memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Apakah kamu benar-benar bisa menyembuhkan kakakku, Shin?"
"Mungkin. Sebenarnya aku tidak tahu pasti, tapi aku akan tetap berusaha."
Wajah mereka mulai berubah ketika melihat kepercayaan diriku saat mengatakan itu. Mungkin mereka merasa kalau masih ada harapan untuk keselamatan salah satu anggota keluarga mereka.
"Kalau begitu. Shin, tolong sembuhkan Putriku, saya mohon."
Ratu yang awalnya berniat untuk bersujud dihadapanbnku membuatku sedikit panik, dengan cepat aku langsung memegangi bahunya dan memintanya untuk berdiri kembali.
Bruukk.
Di waktu yang bersamaan, beberapa orang memaksa masuk ke dalam kamar Putri.
Ternyata suara tangisan keluarga itu mengundang kecurigaan orang-orang di sekitarnya. Dengan sedikit paksaan, Komandan Ksatria Galih dengan beberapa Ksatria, Kepala Pelayan dan Penyihir Kerajaan mendatangi kami.
Saat mereka memaksa masuk, alangkah terkejutnya mereka semua saat melihat Ratu yang terlihat akan bersujud di hadapanku.
Komandan yang merasakan kalau ada sesuatu yang salah mulai mengeluarkan pedangnya, tapi tindakannya itu dihentikan oleh Putra Mahkota.
Perintah dari Pangeran sudah cukup untuk membuat Komandan itu memasukkan pedangnya kembali.
"Aku akan mencoba untuk menyembuhkannya, apa itu tidak apa-apa?"
Mereka berempat secara serentak menganggukkan kepala mereka atas pertanyaan serius ku.
Komandan Ksatria, Kepala Pelayan dan Penyihir Kerajaan memandangiku dengan ekspresi bingung akan apa yang terjadi.
Tapi dari mereka semua, yang berani bertanya tentang apa yang terjadi hanyalah Penyihir Kerajaan.
"Yang Mulia. Maaf kalau saya lancang, tapi apa yang sebenarnya terjadi Disini. Kenapa Yang Mulia dan Yang Mulia Ratu mencoba memohon kepada orang itu?"
"Oiko. Shin mengatakan kalau dia bisa menyembuhkan kakak." Ujar Sora dengan nada semangat bercampur di dalam suaranya.
"A-apa. Itu tidak mungkin? Bukannya penyakit Tuan Putri hanya bisa disembuhkan oleh sihir spesial [Recovery] dan pemilik sihir itu sudah lama meninggal.
"Mustahil orang seperti dia bisa menyembuhkan penyakitnya Tuan Putri. Jangan berbohong dasar rakyat jelata, kau hanya ingin memanfaatkan keluarga Kerajaan bukan. Jangan sombong dengan mengatakan bahwa kau bisa menyembuhkan penya_"
"[paralyze]"
"Ghaugh....."
Tubuh Oiko, Penyihir Kerajaan Allent terhempas dengan sangat keras ke lantai, dia sangat kesakitan tapi aku tidak mempedulikannya.
"Apa yang baru saja terjadi. Apa yang kamu lakukan pada Oiko, Shin. Dia terlihat kesakitan, tolong lepaskan dia, Shin."
"Aku mengerti perasaanmu Putri Sora, tetapi aku tidak bisa melakukan itu."
"Apa maksudmu?"
Pangeran Mahkota bertanya kepadaku dengan ekspresi campur aduk.
"Dia adalah dalang dari penyakit yang di derita Putri pertama selama ini."
"Hahh!?"
Mereka semua tidak bisa menyembunyikan rasa tidak percaya mereka. Itu wajar, karena Oiko sudah menjadi penyihir Kerajaan sejak tiga tahun yang lalu.
"Apa maksudmu kalau dia adalah dalangnya?"
"Saat aku menyalurkan sedikit sihir ku ke tubuh Putri, aku merasakan ada aura hitam yang merespons sihir ku, aura itu keluar dan melayang-layang di udara, tapi setelah Oiko tiba disini, aura itu langsung masuk ke dalam kalung yang dipakainya."
Setelah mendengar penjelasan nya, semua orang mulai menatap kalung yang dipakai Oiko.
Oiko yang merasa kalau kalung terus diperhatikan dengan cepat menutup kalung itu dengan kedua tangannya dan melototi ku dengan tajam.
"Dia berbohong, Yang Mulia. Bagaimana mungkin aku yang telah menjadi penyihir Kerajaan selama tiga tahun akan melakukan hal sekotor itu."
Masih mencoba berbohong di hadapanku lagi.
"Komandan Ksatria. Aku minta tolong, tolong hancurkan kalung yang dipakai penyihir itu!"
Komandan Galih yang masih tidak mengerti harus berbuat apa memilih untuk diam ditempat, tapi setelah melihat tatapan Rajanya, dia dengan cepat menarik kalung itu dengan paksa dari leher Oiko.
Tepat dihadapan semua orang, dia meletakkan kalungnya di lantai dan menghancurkannya menggunakan pedang yang dia bawa
Disaat kalung itu hancur berkeping-keping. Putri pertama yang masih terbaring di tempat tidur mulai berteriak, dan dari tubuhnya keluar aura hitam yang menyerupai sesosok iblis, iblis itu berteriak kesakitan tapi perlahan menghilang di udara.
"Ya, begitulah yang terjadi." Ujarku ke arah Oiko dengan nada menyindir.
Karena sudah tidak bisa lagi berbohong, dia dengan wajah pasrah mulai mengatakan kebenarannya.
"Bajingan kau. Kau tidak akan pernah bisa menghilangkan penyakit itu selamanya, karena itu adalah kutukan iblis."
"Tidak mungkin."
Mendengar kalimat itu membuat Raja, Ratu, Putra Mahkota dan Putri Sora langsung syok sampai-sampai mereka jatuh lemas ke lantai.
"Tidak bisa disembuhkan, itu hanya pikiranmu saja."
"Apa maksudmu?"
"Diam dan lihat sendiri kalau kamu tidak percaya." Ujar ku dengan percaya diri.
Aku duduk di samping Putri Pertama yang terlihat semakin lemah, sambil memegangi tangannya yang hangat, aku mulai merapalkan mantra.
~Absolute Recovery~
Sebuah cahaya berwarna putih muncul di sekujur tubuh Putri pertama, menutupinya selama beberapa detik dan akhirnya cahaya itu memudar dengan sendirinya.
Perlahan tapi pasti Putri mulai membuka matanya dan menatap kesekitar.
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanyaku padanya.
Gadis itu hanya mengangguk dengan lembut atas pertanyaan ku.
"Miku. Akhirnya kamu bangun juga sayang."
Dengan air mata yang mulai menetes, seluruh keluarga itu langsung memeluk Putri pertama yang terakhir kali membuka matanya sekitar satu tahun yang lalu.
Aku yang ingin membiarkan reuni keluarga itu berlangsung sedikit lebih lama berjalan mendekati sang Penyihir.
"Sudah kubilang kalau aku bisa menyembuhkannya, kamu adalah manusia tapi kamu merendahkan manusia dan malah meninggikan iblis, orang sepertimu tidak bisa dimaafkan."
"M-mustahil kutukan iblis bisa dipatahkan semudah itu. Siapa kau sebenarnya?"
"Aku? Aku Tatsuya Shin, seorang manusia biasa."
Raja yang mulai tenang memerintahkan Komandan Galih untuk menangkap Penyihir itu dan memenjarakannya di penjara bawah tanah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!