..."aku adalah daun kering...
...aku ingin masih bersama pohon...
...tapi angin terlalu kejam kepadaku...
...ia membawaku untuk menjauh...
...tanpa arah tujuan...
...menjadikan ku orang asing sekarang"...
...Rika Putri Wijaya...
Membawa buku dalam setiap waktu menjadi hal yang tidak pernah terlupakan oleh Rika, oleh sebab itu Rika mendapat julukan si kutu buku dari teman-temannya.
"Bruk
"Ah...... " Pekik Rika kesakitan
Tanpa melihat ternyata Rika menabrak seseorang sehingga membuatnya terpental ke lantai.
"Kamu tidak apa-apa? " Tanya seorang laki-laki
Belum sempat Rika berdiri untuk menjawab pertanyaan tadi terlihat kaki melangkah melaluinya tanpa ada kata yang terucap.
"Aku baik-baik saja" Jawab Rika kepada Bagas dengan menoleh kebelakang ke arah orang yang tadi Rika tabrak
"Ya sudah aku nyusul Arman dulu."
"Arman..... Arman.. " Teriak Bagas dengan berlari mengejar sosok Arman yang telah ditabrak oleh Rika
"Rika.... Kamu gak apa-apakan? Gak ada yang lecet kan? " Tanya Ayu sambil mengecek badan Rika untuk mencari apakah ada yang lecet atau tidak.
"Enggak apa-apa yu. " Jawab Rika dengan senyuman
"Awas saja nanti jika ada yang lecet akan ku cincang itu anak". Kata Ayu dengan nada kesal
"Sebelum kamu mencincang my love, kamu dulu yang akan aku cincang yu. " Balas Dita membela
"Cowok seperti Arman saja kamu bela. " Kata Ayu dengan ketus
"Apaan sih kalian ini kayak anak kecil saja. Lebih baik kita ke kantin makan " Ajak Rika untuk mencegah perdebatan temannya.
"Ayo.... '' Rika Ayu dan Dita adalah sahabat dekat mereka selalu bersama dalam keadaan apapun dan mereka saling melengkapi satu sama lainnya.
Dalam setiap langkah Rika, Rika masih mengingat kejadian tadi yang membuatnya merasa bersalah kepada Arman namun belum sempat dirinya meminta maaf, Arman sudah pergi .
"Lo itu gimana sih.. Ada cewek jatuh bukannya nolongin malah ditinggal tanpa pertanggungjawaban. " suara Bagas dengan nafas tak beraturan dan berusaha menyeimbangi langkah Arman
"Bukan gue yang salah. " Jawab Arman datar dengan masih melangkahkan kakinya
"Lo jadi cowok jangan terlalu lempeng-lempeng napa. Kamu tau nggak yang kamu tabrak itu adalah Rika cewek idaman setiap siswa di SMA kita, tapi kamu malah tinggalin aja tanpa ada kata ketika dia menabrak lo. " Jelas Bagas mengikuti langkah Arman
"Nggak ada hubungannya dengan ku,. " ketus Arman
"ketus amat sih jadi cowok" batin Bagas
meskipun begitu ketus, Bagas sangat beruntung karena bisa berteman dengan Arman. bagaimana tidak beruntung setiap pagi Bagas dan Rian sahabatnya yang lain selalu mendapatkan hadiah dari Arman.eh bukan dari Arman sih tapi dari cewek-cewek pengemar Arman. karena setiap pagi ada saja barang atau makanan di atas meja Arman untuk mencuri perhatian Arman, tapi Arman malah dikasihkan ke Bagas dan Rian.
Bagaimana tidak hanya menyebutkan namanya saja sudah membuat kaum hawa histeris. Ganteng, putih, tinggi, mancung ketua OSIS intinya dari luar idaman banget, bukan hanya penampilan dari luar saja soal ekonomi tidak usah ditanyakan lagi . Keluarga Sanjaya memiliki sebuah perusahaan di bidang properti dan juga sebagai donatur terbesar di SMA Bakti Bangsa tempat Arman sekolah saat ini.
Memang benar di dunia ini tidak ada yang sempurna termasuk Arman meskipun semuanya terlihat lebih kepadanya Arman juga memiliki kekurangan yaitu sifat cuek .
Mungkin bagi kaum hawa menyebutnya cool tapi bagi yang tidak suka kepadanya mereka menganggap Arman seorang yang sombong
****
Di rumah Wijaya
"Apa yah..menikah? " Tanya Rika dengan kaget seolah dunia berhenti saat itu juga.
"Iya, kamu harus menikah dengan anaknya Sanjaya untuk melunasi hutangku padanya. " Jelas Wijaya dengan nada tegas
"Tapi.... " Belum selesai Rika berbicara Ayahnya sudah memotongnya
"Ayah mempunyai banyak hutang kepada Sanjaya dan sebagai pengganti hutangnya dia meminta dirimu untuk menjadi istri anaknya. " Jawab Ayah dengan nada tegas
"Bukankah kehidupanmu akan lebih terjamin dengan menjadi istri dari keluarga Sanjaya. " Kata ibu dengan nada dibuat-buat
"Bu, aku masih ingin sekolah menggapai cita-cita ku" Jawab Rika dengan air mata jatuh saat itu juga karena sudah tidak bisa menahannya
"Setiap orang cita-citanya ingin menjadi kaya dan kamu tanpa melakukan apapun kamu sudah menjadi kaya dengan menikahi anak Sanjaya. "ketus ibu
"Tidak semua mengenai harta bu, tapi cinta juga sangat penting untuk membina rumah tangga sedangkan Rika tidak mengetahui sosok anak Sanjaya sama sekali"jelas Rika
" Jangan sok tahu kamu mengenai rumah tangga. Aku yang bertahun-tahun membangun rumah tangga yang terpenting adalah harta gak ada yang lain. "Jawab Mirna semakin kesal dengan semua ocehan Rika
"Cukup Rika.. Sebelumnya Ayah tidak pernah meminta apapun darimu dan sekarang Ayah meminta kamu menikah dengan Anak Sanjaya itu saja. " Tegas Wijaya
Rika tidak bisa menjawab lagi dengan orang tuanya bagaimanapun dia menjawab intinya dia akan menikah juga dengan anak Sanjaya
"Oh iya pernikahannya dilaksanakan setelah kamu lulus. " Lanjut Wijaya
Hati Rika hancur saat itu juga karena kelulusannya tinggal menghitung hari dan bersamaan dengan itu dirinya akan menikah juga dengan anak Sanjaya.
"Setahu ku Arman adalah anak dari Sanjaya.
apakah mungkin aku akan menikah dengan Arman Sanjaya? atau Sanjaya memiliki anak lain. " batin Rika menebak-nebak siapa sosok yang akan menjadi suaminya
perdebatan di rumah Wijaya sama halnya yang terjadi di rumah Sanjaya
"Papah pasti tahu jawabannya jadi jangan mengulang lagi pertanyaannya pa. " Wajahnya merah padam menjawab pertanyaan Sanjaya
"Lalu bagaimana dengan masa depanmu? Masih bisakah kau melakukan sendiri tanpa campur tangan ku? " Tanya Sanjaya seolah ingin menyudutkan anaknya.
Tanpa menjawab lagi Dimas pergi meninggalkan orang tuanya karena dirinya tidak mampu menjawabnya.
"Pa, apakah tidak berlebihan melakukan ini semua? " Tanya Sinta yang duduk di sofa dari tadi.
"Semua demi kebaikannya dan nazarku yang harus dipenuhi. " Jawab Sanjaya
"Aku harap dia mau memikirkan semua ini dan menuruti perkataan kita" Lanjut Sanjaya
Dilain tempat Arman mendengarkan semua yang terjadi dengan wajah datarnya tanpa ekspresi seolah bingung dengan perdebatan yang terjadi kepada keluarganya.
..."kita punya pilihan dan Tuhan yang punya jawabannya"...
...Arman Sanjaya...
Ujian sekolah sudah selesai semuanya dan hasilnya pun sudah keluar
"Happy graduation baby. " Ucap Dita dengan menggunakan baju kebaya warna biru muda sama dengan Ayu dan Rika kenakan
"Happy graduation. " Balas Ayu dan Rika yang membuat mereka bertiga berpelukkan.
Susana sangat ramai hari ini karena bagi mereka ini adalah awal menuju masa depan mereka dan harus berpisah dengan teman-temannya.
"Rik.. Ternyata kamu disini? Gue cari lo ke mana-mana. " Tanya Ayu yang melihat Rika menyendiri di taman sedangkan teman-temannya yang lain pada berfoto ria untuk mengabadikan momen-momen terakhir mereka jadi siswa SMA
"Em.. Iya" Jawab Rika singkat
"Lo kenapa? Ada masalah ya? " Tanya Ayu memastikan dengan melihat wajah Rika lekat
"Enggak kok" Jawab Rika dengan menggelengkan kepalanya
"Aku melihat di matamu ada masalah. Cerita lah! " Pinta ayu
"Aku tidak punya masalah kok hanya merasa sedih karena akan berpisah dengan kalian saja. '' jawab Rika dengan wajah memandang ke depan untuk menutupi kebohongannya
" Kenapa jauh? Bukannya kita sepakat untuk kuliah di Universitas yang sama? Apa keputusanmu berubah? Kamu mau kuliah dimana? " Tanya Ayu bertubi-tubi dilayangkan karena Ayu penasaran dengan maksud Rika yang akan berpisah dengannya padahal mereka sudah memutuskan untuk kuliah ditempat yang sama.
"Aku belum tahu apakah aku akan kuliah atau tidak. " Seketika air matanya jatuh saat itu juga.
"Kenapa? Bukankah kamu juga sudah dapat beasiswa?" Rika belum menceritakan rencana pernikahan kepada sahabatnya karena di merasa tidak ada alasan untuk menceritakan kepada sahabatnya.
" Iya yu. Tapi orang tuaku tidak mengijinkan untuk kuliah dan aku tidak bisa membantahnya yu. " Balas Rika
"jangan bilang orang tuamu tidak setuju karena masalah ekonomi? ''
" iya. "
"Jadi lo tega rik ninggalin kita? " Tanya Ayu dengan memeluk Rita yang sedang menangis.
Bahwasannya Rika menangis bukan hanya sedih karena harus berpisah dengan sahabatnya tapi dia sedih karena memikirkan pernikahannya yang akan terjadi besok dengan Arman Sanjaya. Meskipun belum pernah melihat wajah calon suaminya karena beberapa alasan Rika masih yakin bahwa yang akan dinikahinya adalah Arman Sanjaya
***
Di hotel Lu minor
Gaun putih dan riasan di wajah Rika membuat dirinya terlihat sempurna bagi orang yang menatapnya.
"Cantik" Kata Mirna sambil senyum melihat Rika yang sudah menggunakan gaun pengantinnya
"Ayo.. Turunlah semua sudah menunggu dibawah. " Lanjutnya
Rika mengikuti semua perkataan Ibunya dengan menggandeng tangan Mirna Rika menuruni anak tangga. Semua mata tertuju kepadanya dan dengan samar Rita mendengar pujian untuknya yang terlihat cantik saat ini. Namun ketika Rika mengangkat wajahnya
Deg.
"Arman" Batin Rika melihat seorang laki-laki yang duduk didepan penghulu dan juga Ayahnya
Semua berjalan lancar mulai ijab kabul sampai dengan acara resepsi yang hanya dihadiri keluarga inti saja.
"Tidak salah aku memilih mu menjadi menantuku. Kamu sangat cantik. " Kata Sinta kepada Rika yang sedang memandangi nya
"Terimakasih tante. " Balas Rika dengan menunduk
"Mama.. Sekarang kamu panggil aku mama. " Kata Sinta dan dibalas dengan anggukan oleh Rika
"Istirahatlah pasti kamu capek" Lanjut Sinta
"Iya ma"
Sinta menggandeng Rika menuju kamar 11 yang telah dipesan untuk pengantin
"Masuklah! " Perintah Sinta dan dibalas anggukan Rika
Dengan hati-hati Rita membuka kamar hotelnya
Deg!
Rika terpaku ketika melihat ada lelaki duduk di sofa dengan mata terpejam. Ya, itu Adalah Arman lelaki yang sekarang menjadi suaminya. Rika pun memberanikan diri dengan melangkahkan kaki melewati Arman yang masih memejamkan matanya.
Rika memutuskan untuk mengganti baju pengantinnya untuk membersihkan dirinya tapi Rika kesulitan membuka resleting bajunya.
"Susah banget" Batin Rika dengan tangan mencoba membuka resleting
Dilain sisi Arman membuka matanya karena terusik dengan Rika yang sedari tadi mencoba membuka resleting tapi tidak bisa.
Tubuh Rika membeku seketika karena tangan Arman membuka resleting bajunya. Rasa canggung yang saat ini Rika rasakan sehingga dia memutuskan untuk cepat-cepat masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Arman mengambil bantal dan kembali ke sofa untuk tidur di sana. Namun pikirannya masih terngiang dengan kejadian sebelum dirinya menikah dengan Rika Putri Wijaya
"Pa, Dimas tidak ada di kamarnya. " Ucap Sinta dengan air mata yang jatuh dari pipinya
"Apa? Bagaimana mungkin dia tidak ada di kamarnya. Mungkin dia ada dikamar mandi atau sedang keluar mencari angin ma. " Kata Sanjaya yang menampilkan wajah bingung
"Tidak pa tidak. Dimas sudah pergi sekarang dan dia meninggalkan ini pada kita."Menunjukkan selembar kertas dari kamar Dimas
"Teruntuk Papa dan Mama,
Penenang jiwaku, inspirasiku…
Papa dan Mama yang aku sayangi, semoga keberkahan selalu teriring di setiap langkahmu. Semoga Allah juga selalu melindungi kalian dengan sebaik-baik perlindungan-Nya.
Papa….Mama, ini hanyalah sebuah surat yang tersirat. Ungkapan dari hati anakmu yang sedari dulu disimpannya rapat-rapat, terkunci dalam serangkaian memori yang tersekat waktu. Maaf jika aku tak pernah bisa mengutarakannya, sungguh aku tak mungkin kuat menahan air mata yang mungkin menetes terlebih dulu, jika harus aku mengutarakan langsung kepada engkau
wahai dua pahlawanku.
Papa,mama… yang aku sayangi, sejujurnya aku tak tahu bagaimana aku harus mengawali surat ini. Rasanya waktu benar-benar cepat berlalu ya? Masih sangat jelas dibenak ku, ketika mamah menginginkan aku menjadi seorang dokter dan entah mengapa itu menjadi cita-cita ku saat ini, Dimas ingin cita-citanya tercapai untuk itu Dimas harus rela meninggalkan mama sama papa dan tidak bisa menuruti apa kemauan kalian. Dimas belum siap untuk menikah pa ,ma. Dimas harap mama sama papa bisa memaafkan apa yang Dimas lakukan saat ini. Dimas akan jaga diri baik-baik untuk itu papa dan mama juga diri baik-baik jangan pikirkan Dimas. sekali lagi Dimas minta maaf untuk semuanya.
Wassalamu'alaikum. " Tulis Dimas didalam suratnya
"Pa .. Kita harus bagaimana sekarang? Tidak mungkinkan kita membatalkan pernikahan ini, sedangkan Papa juga bernazar untuk ini. " Tanya Sinta semakin bingung
"Kenapa Dimas melakukan ini padahal dia bisa kuliah kembali setelah menikah. " Kata Sanjaya dengan wajah merah padam
"Kita tidak ada pilihan lain selain tetap melanjutkan pernikahan ini. " Lanjut Sanjaya
"Kesini lah nak. " Panggil Sanjaya ke Arman
Dengan wajah datarnya memenuhi panggilan Papanya yang memang sedari tadi dia perhatikan gerak-geriknya.
"Kau gantikan kakak mu Dimas untuk menjadi pengantinnya. " Ucap Sanjaya tanpa basa-basi
Saat itu juga Sinta dan Arman kaget dengan perkataan Sanjaya
"Pa, apa tidak ada solusi lain?. " Tanya Sinta
"Tidak ada ma. Kamu mau kan Arman? ".
" Kenapa tidak dibatalkan saja pa? Bukankah ini tidak ada pengaruhnya untuk kita? Karena yang punya utang itu keluarga Wijaya bukan kita jadi untuk apa kita memaksa untuk pernikahan ini terjadi? " Ucap Arman membuka suaranya
"Bukan, tapi kita yang punya utang kepadanya, untuk itu papa ingin bagaimanapun pernikahan ini harus tetap terjadi".
" Dan papa minta kamu untuk menjadi pengantinnya. Bersiaplah !" Perintah Sanjaya
Arman tidak tahu maksud perkataan papanya mengenai hutang keluarganya padahal setahu Arman keluarga Wijaya lah yang mempunyai hutang ke keluarganya.
"Sayang.. Mama minta kamu turuti apa kata papa ya. Mama percaya ini pasti yang terbaik untukmu" Ucap Sinta dengan menangis
Arman tidak ada pilihan lain selain menuruti Papanya dengan menggantikan kakaknya menjadi seorang pengantin meskipun Arman tidak mengenal siapa yang akan menikah dengannya.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 Rika membuka matanya. Saat nyawanya yang belum sepenuhnya kembali Rika melihat ke seluruh tempat untuk mencari keberadaan Arman yang tidak ada dikamar saat ini . Kemudian dia memutuskan untuk mandi dan sholat subuh. Setelah sholat subuh Rika membaca ayat-ayat Allah sebagai pembuka hari Rika sebelum melaksanakan aktivitas.
Bersamaan dengan itu Arman masuk ke kamar mendengar suara merdu Rika membaca surah Al-Quran seketika hati Arman menjadi damai.
"Sadaqallah hull adzim". Rika menyelesaikan bacaannya
" Jangan mengharapkan banyak untuk pernikahan kita". Arman membuka pembicaraan setelah mendudukkan dirinya di sofa kamar
Rika hanya diam tanpa menjawab ucapan Arman karena ucapan Arman membuat hatinya hancur. Mungkin pernikahan ini terjadi karena paksaan tapi bagi Rika pernikahan adalah suci tidak baik jika pernikahan digunakan untuk permainan.
"Aku melakukan ini karena terpaksa dan aku tahu kamu juga terpaksa dalam pernikahan ini jadi tidak ada yang diharapkan dalam pernikahan ini. Kamu bisa melakukan apa yang kamu inginkan dan aku akan melakukan apa yang aku inginkan. " Lanjut Arman tanpa memandang Rika
"Sekarang bersiaplah kita akan pulang. " Arman kembali berbicara namun tidak dijawab oleh Rika.
***
Rumah Sanjaya
"Eh.. Anak mama sudah pulang. " Ucap Sinta langsung memeluk menantunya
"Iya ma" Balas Rika mencium tangan Sinta
"Ya sudah kita sarapan dulu ya sayang. " Lanjut Sinta
Semua sudah ada diruang makan untuk melakukan sarapan
"Gimana ar, mau bulan madu? " Ucap Sanjaya menghilangkan keheningan yang tercipta
"Aku sibuk untuk mengurus pendaftaran kuliahku pa. " Jawab singkat Arman
"Oh... Sekalian juga kalau begitu urus kuliah untuk Rika. " Ucap Sanjaya sambil mengunyah makanannya
"Ide bagus tuh pa. Kamu mau kan sayang melanjutkan kuliah? " Tanya Sinta kepada Rika yang hanya diam tanpa bicara
"Aku terserah papa sama mama saja. " Balas Rika dengan senyum kikuk
Namun batinnya sangat bahagia ketika mertuanya ingin dirinya kuliah karena dirinya bisa mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter.
"Sebenarnya saya dapat beasiswa untuk kuliah tapi belum saya terima pa karena aku harus menikah takut nanti tidak diizinkan. " Rika membuka suara kembali
"Kenapa tidak diambil itu kan kesempatan emas buat kamu. Memangnya kamu dapat beasiswa apa? " Tanya Sanjaya
"Beasiswa kedokteran pa." Jawab Rika dengan melihat mertuanya yang masih tampak gagah meskipun sudah berumur
"Itu sangat keren sekali nak. Aku pernah bercita-cita menjadikan anakku menjadi seorang dokter dan kamu akan mengabulkan mimpiku dengan kuliah kedokteran sayang. Ambillah beasiswa mu, kami tidak melarang dan nanti jika kamu membutuhkan sesuatu tinggal katakan kepada kita saja. Ya kan pa? " Ucap Sinta bersemangat
"Hmm" Sanjaya hanya menganggukkan kepalanya
"Arman juga akan kuliah di universitas yang sama jadi kalian bisa kuliah bersama-sama. " Lanjut Sanjaya dengan melirik putranya yang hanya fokus ke makanannya. Setelah mendengar ucapan Sanjaya Arman hanya menatap laki-laki tersebut dengan wajah sulit diartikan
"ih.. mama banga sekali kamu kuliah kedokteran. pasti kamu sangat pintar bukan? sehingga mendapatkan beasiswa kedokteran. tidak semua orang bisa mendapatkan nya lo. " kata Sinta antusias dengan memeluk menantunya yang sangat cantik meski berbalut jilbab
"iya ma sedari dulu aku bercita-cita menjadi seorang dokter karena menurutku itu pekerjaan yang mulia. untuk mewujudkannya aku harus belajar dengan keras sehingga aku bisa mengikuti berbagai perlombaan sebagai langkah untuk menjadi seorang dokter ma. " balas Rika
" Banga sekali aku punya menantu seperti kamu ini. Memang papa gak salah pilih deh. iya kan Arman?"ucap Sinta
Arman hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban mamanya.Karena sebenarnya Arman sedikit kesal dengan perintah papanya untuk satu kampus dengan Rika .
Ini adalah hari pertama Arman dan Rika masuk kuliah. Mereka berangkat bersama dengan menaiki mobil setelah perdebatan panjang mereka dengan orang tuanya.
"Tidak usah ma, biar saya naik taksi saja. " Ucap Rika menolak permintaan Sinta untuk berangkat bersama Arman karena Rika merasakan canggung harus berduaan saja dengan Arman.
"biarkan Arman menjalankan kewajibannya sebagi seorang suami sayang. kamu mau kan? " balas Sinta
Dengan berat hati Rika pun mau memenuhi permintaan orang tuanya.
Tidak bisa dipungkiri Arman dan Rika sudah menjadi suami istri tapi mereka tidak pernah berbicara atau hanya untuk saling sapa selain permintaan Arman untuk tidak mengharapkan pernikahan mereka.
"Aku turun disini saja" Ucap Rika memecahkan keheningan.
Seketika Arman meminggirkan mobilnya untuk memenuhi permintaan Rika. Jarak dari Rika turun mobil ke kampus lumayan jauh tapi karena terlalu lama Rika menunggu taksi tidak ada yang lewat jadi ia putuskan untuk jalan kaki.
"Rika... Rika.. " Teriak Dita dari mobil
"Rika.. Kamu mau kemana? " Tanya Ayu yang baru turun dari mobil
"Eh.. Aku mau ke kampus yu. " Jawabnya dengan memeluk temannya
"Kamu jadi ambil beasiswa nya?? " Tanya Dita
"Alhamdulillah aku dikasih izin untuk kuliah jadi aku ambil beasiswa nya. " Balas Rika
" Asik dong. gimana ceritanya sampai kamu boleh kuliah. " Ucap Dita
"Ya sudah kita terusin nanti ceritanya sekarang kita berangkat dulu deh. " Ajak Ayu menarik tangan Rika untuk masuk ke mobilnya.
" Gue ulanginya lagi pernyataan tadi. Bagaimana cara bokap lo bisa ngizinin lo kuliah? " Ucap Ayu sambil fokus ke depan melihat jalan
"Em... Aku juga tidak tahu tiba-tiba saja aku dikasih ijin". Jawab Rika dengan bimbang karena takut salah ngomong ketika berbohong.
" Ya pasti ada alasannya lah gak mungkin segampang itu bokap lo kasih ijin karena setau kita kan bokap lo keras kepala banget. " Lanjut Ayu
"Ya sudah la yu yang penting dia sekarang bersama kita lagi. " Potong Dita dan saat itu mobil Ayu masuk ke parkiran.
Mata Rika seketika melihat tiga orang laki-laki yang tidak asing bagi Rika sedang mengobrol. Ayu pun memarkirkan mobilnya disebelah orang tersebut.
.
"Memang dewa keberuntungan selalu ada dengan kita". Ucap Rian dengan tertawa lepas
"Alasan lo apa sih bisa jadi kuliah disini. Waktu itukan rencananya mau ke England". Tanya Bagas
"Papa nyuruh aku kuliah disini. " Balas Arman dengan wajah datarnya
"Sudahlah kamu itu gak bisa jauh-jauh dari kita. Ya gak gas? " Kata Rian
Rian dan Bagas sangat bahagia karena Arman kembali satu universitas dengan mereka. Arman seperti dewa keberuntungan bagi mereka. Bagaimana tidak dengan berteman sama Arman mereka bisa menjadi terkenal meskipun hanya sebagai teman saja. Paling tidak banyak perempuan yang mau dengan mereka karena berteman dengan Arman. Tapi sebenarnya mereka tulus dalam berteman.
"Hai ay. " Sapa Bagas ke Ayu yang baru keluar dari mobilnya
"Hai." Balas Ayu
"Hai Arman". Sapa Dita centil
Setelah sekian lama tanpa ada jawaban.Sesaat Rika melihat ekspresi Arman ketika disapa oleh Dita. Ya tanpa menjawab ataupun menunjukkan ekspresi apapun hanya tetap fokus ke depan. Karena hal tersebut jadi Ayu memutuskan untuk mengajak mereka masuk, namun baru beberapa kali kaki mereka melangkah ada seseorang perempuan datang dan langsung menyapa Arman Bagas dan Rian hanya saja Arman tidak menanggapinya sama seperti Dita.
"Hai". Sapa Mita ke Rian Bagas dan Arman
" Hai. " Jawab Rian dan Bagas
"Arman kamu kuliah disini juga? " Tanya Mita yang hanya dibalas anggukan oleh Arman
"Yeay.. Memang kamu itu jodoh ku". Ucap Mita yang langsung memeluk Arman.
Arman tidak membalas atau menolak pelukan Mita. Sedangkan Rian dan Bagas berulah seakan tidak terima melihat Arman harus dipeluk oleh Mita.
" Hah". Dita kaget ketika melihat kebelakang jadi Rika melihat apa yang membuat Dita kaget. Dan benar saja Arman dipeluk Mita namun Arman tidak membalas atau menolak atas perlakuan Mita.
"Ih.. Jijik banget lihatnya. Dasar gatel sok cantik banget!!" Ucap Dita dengan nada jijik
" Kamu lihat kan Arman tidak sesempurna yang lo katakan, dia itu playboy sama dengan laki-laki lainnya. " Kata Ayu ke Dita
" Ceweknya aja yang gatel. " Balas Dita
"sudahlah kita pergi saja sebelum terlambat" Ajak Rika ke Dita dan Ayu karena merasa canggung melihat adegan Mita dan Arman.
" Gantian dong sekarang gue". Ucap Rian ke Mita yang iri melihat Arman dapat pelukan
"Apaan sih kalau sama kamu itu dosa tau nggak?. " Ucap Mita
"Ya sama sajalah sama Arman juga dosa".balas Rian
" Engga lah kan dia calon suami ku. " Jawabnya dengan tersenyum ke Arman
"Emang Arman mau sama kamu? ".balas Rian
" Ih ya jelas.... " Belum selesai Mita berbicara Arman pergi meninggalkannya.
Rian pun tersenyum penuh kemenangan membuat Mita menjadi kesal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!