NovelToon NovelToon

Perjodohan Karena Hutang 2

1.Danis Putra Kusuma.

Pagi yang cerah, Risa sudah mengebu-gebu karena jam menunjukkan pukul 7 pagi tapi putranya belum bangun. Padahal Danis harus berangkat ke kantor.

"Pasti anak bandel itu belum bangun, selalu saja buat papanya marah." Risa ngedumel sendiri sambil memasak.

Setelah selesai memasak Risa menyiapkan semua makanan dimeja makan.

Denis sudah duduk dimeja makan, tapi matanya tidak melihat sosok wajah tampan anak laki-lakinya.

"Danis mana ma?" tanya Denis sambil melihat wajah cantik sang istri.

"Belum bangun pa." Jawab Risa.

"Danis selalu bangun terlambat." Batin Risa dalam hatinya.

"Jam berapa sekarang? Dia harus berangkat ke kantor tapi selalu saja terlambat." Denis memasang wajah kesalnya, kali ini dirinya seperti akan menerkam mangsanya.

Risa mengusap punggung suaminya, agar sang suami tidak sampai emosi tapi apalah daya, Denis pasti akan marah karena ini bukan pertama kalinya Danis kesiagaan berangkat ke kantor.

"Panggil Danis!" suruh Denis dan Risa langsung pergi menuju ke kamar anaknya.

"Nak kamu itu ya, pagi-pagi sudah buat masalah." Gumam Risa.

Sesampainya di depan pintu kamar Danis, Risa langsung membukanya karena Risa tahu pasti kamar putranya itu pasti tidak dikunci.

"Ceklek..." suara gagang pintu.

"Masih tidur, untung bukan papamu yang membangunkanmu." Batin Risa dalam hati.

Risa melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar sang anak, ia duduk ditepi ranjang dan megoyang- goyangkan tubuh anaknya dengan pelan.

"Danis bangun nak! Ini sudah jam 7 lewat." Risa terus berusaha membangunkan Danis.

Kalau masalah tidur Danis yang suka ngebo ya tentu saja itu pasti mengikuti sifat sang mama.

Danis hanya bergulat, membuat Risa merasa kesal.

"Dasar anak bandel." Gumam Risa.

"Danis bangun!!" Risa menjewer telinga Danis.

"Ahh ahh... sakit ma sakit." Rintih Danis sambil memegangi telinganya.

"Buka matamu! Cepatlah mandi. Papamu sudah marah-marah menunggumu di meja makan." Risa terus mengomeli sang anak.

"Iya ma iya, aku bangun." Danis tersenyum pada sang mama.

"Aku mandi ma!" Danis langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Hampir setiap pagi Danis bangun kesiangan, ntahlah kapan Danis akan merubah kelakuan buruknya selama ini.

.

.

Risa keluar dari kamar Danis, sedangkan Danis sedang mandi.

Melihat Risa keluar dari kamar anaknya dan hanya sendirian, membuat Denis menatapnya dengan sorot mata tajam.

"Mana anak bandel itu?" tanya Denis.

"Sedang mandi pa, papa makan dulu." Jawab Risa.

Risa mengambilkan nasi dan berbagi macam lauk untuk sang suami.

"Makan dulu, sudah jangan pasang wajah kesal terus nanti ketampananmu luntur suamiku." Risa menggoda Denis agar sang suami tidak kesal pada anak lagi.

"Istriku sekarang bukan waktu yang tepat buat kamu menggoda suamimu," Denis menatap sang istri dengan penuh cinta.

.

.

Danis baru keluar dari kamarnya dengan setelan jas yang begitu rapi.

"Selamat pagi mama, papa." sapa Danis tanpa rasa bersalah.

"Selamat pagi anak mama." Jawab Risa.

"Manjakan saja terus anaknya!" cetus Denis dengan tatapan kesal pada Danis.

Danis menundukkan kepalanya, Danis tahu pasti sang papa sedang kesal pada dirinya apalagi hari ini ia bangun kesiangan lagi.

"Pulang jam berapa kamu semalam?" tanya Denis dengan sorot mata tajam.

"Papa....." lirih Risa.

"Pulang jam 1 malam pa." Jawab Danis.

Betapa geramnya Denis, anaknya sungguh bandel dan tidak bisa diatur, bahkan Danis sering pulang malam dan sering menghambur-hamburkan uang tidak jelas.

"Mau sampai kapan kamu terus-terusan seperti ini?" tanya Denis geleng-geleng kepala.

Dengan perasaan marah pada sang anak Denis meninggalkan meja makan begitu saja.

Risa tahu pasti suaminya marah apalagi mendengar Danis semalam pulang jam 1 malam.

"Kamu lanjutkan sarapanmu, mama temui papa dulu!" Risa langsung pergi menyusul sang suami.

.

.

Ditaman belakang rumah Denis duduk dikursi taman, hari ini sungguh Denis merasa telah gagal mendidik sang anak.

"Suamiku." Risa memanggil sang suami dengan penuh hati-hati.

"Aku tahu kamu datang menemuiku, pasti kamu mau membela anak kesayanganmu itukan?" Denis menatap sang istri dengan tatapan penuh arti.

Denis tahu kalau istrinya itu sungguh menyayangi anaknya, bahkan Risa selalu membela sang anak makanya Danis itu selalu bersikap manja pada mamanya.

"Ini masih pagi, ayo lanjutkan sarapanmu dulu aku tahu kamu pasti marah lagi pada Danis, nanti aku akan menasehati dia lagi." Risa duduk disamping suaminya lalu memegang tangan sang suami.

"Aku cuma bingung, bagaimana cara membuat Danis itu sadar dan membuat dia menjadi lebih baik lagi." Denis semakin lesu memikirkan anaknya yang bandel.

Bandelnya Danis itu suka pulang malam, suka banget menghambur-hamburkan uang tidak jelas. Danis juga kadang suka mabuk membuat Denis begitu geram.

Denis sudah sering memarahi anaknya tapi ntahlah anaknya itu selalu mengulangi kesalahan yang sama.

Visual Danis Putra Kusuma.

Dia adalah laki-laki yang berusia 25 tahun, hidup dia selalu penuh dengan kewehan dan membuat ia suka sekali menghambur-hamburkan uangnya tidak jelas.

Wajahnya yang begitu manis, hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih, alisnya yang tebal, membuat ia disukai banyak wanita tapi Danis ini bukan tipe laki-laki yang mau dengan wanita mana saja. Mungkin dia bandel tapi ia tidak pernah bermain dengan wanita sembarangan.

Danis pernah punya kekasih tapi dia sudah pergi ntah kemana? Dan itu membuat ia menutup hatinya sampai saat ini.

.

.

Risa dan Denis kembali ke meja makan, Danis baru saja selesai sarapan.

"Mama, papa, aku berangkat ke kantor dulu ya." Danis beranjak dari tempat duduknya dan langsung mencium punggung tangan mama dan papanya secara bergantian.

"Hati-hati ya nak dijalan!" Risa tersenyum manis pada anaknya.

"Pulanglah tepat waktu!" Cetus Denis kesal.

"Iya pa." Jawab Denis singkat.

Danis berangkat ke kantor sedangkan Risa dan Denis melanjutkan sarapan mereka.

"Aku harus mencari cara, agar anakku sadar dan dia tahu kalau yang dia lakukan itu salah." Batin Denis dalam hatinya.

"Suamiku kenapa diam saja?" Tanya Risa dengan nada lembut.

"Tentu saja memikirkan anakmu." Jawab Denis tanpa ekspresi apa-apa.

.

.

Dikantor...

Danis baru saja sampai dikantor, ia langsung masuk ke dalam ruangannya dan di dalam ruangannya ternyata sudah ada Dafa.

"Dafa..." Denis terkejut melihat Dafa.

"Dia itu tidak pernah terlambat." Batin Danis dalam hatinya.

Dafa bekerja menjadi sekretaris Danis, padahal orang tuanya kaya raya. Tapi Dafa lebih memilih bekerja menjadi sekretaris Danis.

Selain mereka sudah dekat dari dulu, Dafa ini sudah seperti saudara Danis sendiri.

"Terlambat hampir satu jam." Dafa melihat jam tangannya.

"Aku kesiangan, semalam kan kamu tahu aku pulang jam 1 malam." bela Danis dengan senyuman khas miliknya.

"Cepatlah kita ada mittinng jam jam 9 pagi ini." Dafa geleng-geleng kepala, karena sang bosnya ini hobby sekali terlambat.

Danis mendaratkan pantatnya disebelah Dafa, membuat Dafa menatapnya dengan tatapan kesal.

"Dafa, ntar malam temenin aku lagi ya kita bersenang-senang!" Danis memasang wajah memohon pada Dafa.

Dafa mendengus dengan kesal lalu melihat kearah Danis.

"Aku tidak mau!" Jawab Dafa.

Dafa dan Danis ini jauh berbeda, Danis suka mabuk-mabukan tapi Dafa tidak suka. Jadi setiap kali Dafa mengikuti apa mau bos sekaligus sahabatnya itu pasti Dafa akan menjadi satpam untuk menjaga Danis.

"Dafa, plisss." Danis memasang wajah paling imutnya, membuat Dafa lagi tidak bisa menolak apa mau sahabatnya ini.

"Baiklah, memangnya kita mau kemana?" tanya Dafa tentu saja dengan wajah pasrah.

"Kita mau...."

BERSAMBUNG 🙏

Terimakasih para pembaca setia 😊

2.Bandelnya Danis.

"Dafa, plisss." Danis memasang wajah paling imutnya, membuat Dafa lagi tidak bisa menolak apa mau sahabatnya ini.

"Baiklah, memangnya kita mau kemana?" tanya Dafa tentu saja dengan wajah pasrah.

"Kita mau...." Danis senyum-senyum.

Dafa hanya menggelengkan kepalanya, Dafa tahu pasti sahabatnya ini akan mengajaknya ke club malam lagi, seperti malam-malam biasanya.

"Danis, apa tidak ada tempat lain selain ke club malam?" Tanya Dafa dengan nada datar.

"Tidak ada, kalau disana kan kita bisa bersenang-senang." Jawab Danis yang lagi-lagi memasang wajah imutnya.

"Baiklah terserah kamu saja! Aku mau melanjutkan pekerjaanku dulu," Dafa beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi menuju ke ruangannya.

Setelah Dafa pergi dari ruangannya. Danis juga segera melanjutkan pekerjaannya.

.

.

Dirumah.

Denis dan Risa sedang duduk sambil mengobrol, hari ini mereka membicarakan masalah anaknya yang semakin bandel dan sering pulang malam.

"Istriku, jika kita terus membiarkan Danis maka Danis akan terus bersikap semau dia. Dia juga akan terus menghambur-hamburkan uang tidak jelas, dia akan terus mabuk-mabukan, dan ntah apalagi yang akan dia lakukan selanjutnya." Denis melihat sang istri dengan tatapan penuh kesal.

"Aku tahu suamiku, aku sudah sering menasehati dia tapi dia tetap tidak mau berubah." Jawab Risa dengan nada lembut.

Denis menarik Risa ke dalam pelukannya, lalu mengusap rambut panjang Risa dengan penuh kasih sayang.

"Jika akan menghukum Danis apa kamu akan marah padaku?" Tanya Denis disela-sela pelukannya.

Risa melepaskan dirinya dari pelukan sang suami. ia menatap suaminya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Hukuman apa yang akan Denis berikan buat Danis?" Batin Risa dalam hatinya.

"Tunggu, hukuman apa? Aku sangat menyayanginya, aku tidak mau anakku sampai kenapa-kenapa suamiku." Risa terus menggelengkan kepalanya.

Denis memegang kedua pipi Risa dengan tangannya. Lalu kembali memeluk sang istri.

"Sayang, ini bukan hukuman yang berat, aku hanya anak kita bisa menghargai hidupnya dan aku ingin anak kita menjadi anak yang lebih baik lagi." Denis berusaha memberikan pengertian pada istrinya.

"Tapi kamu harus berjanji padaku, kamu tidak boleh menyakitinya!" Risa menangis dipelukan suaminya.

Dalam hati Denis, sebenarnya apa yang dipikirkan oleh istriku ini? Apa dia berpikir aku akan menghajar anak kesayangannya?

"Tentu saja tidak." Jawab Denis.

"Tapi kamu setujukan kalau aku memberikan hukuman buat Danis, ini semua demi kebaikan Danis." Tanya Denis untuk kesian kalinya.

"Boleh, tapi jika kamu sampai memukul anakku maka aku akan menyuruhmu, tidur diteras depan rumah." Jawab Risa yang membuat Denis ingin sekali tertawa.

"Risa-Risa, kamu itu begitu menggemaskan. Masa iya aku memberikan hukuman buat Danis seperti itu, Danis sudah bukan anak SD istriku." Batin Denis dalam hatinya.

Ntahlah hukuman apa yang akan diberikan oleh Denis pada sang anak semata wayangnya.

.

.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, tapi Danis belum pulang dari kantor juga.

Risa sedang duduk diruang tengah sambil menonton televisi, Denis yang baru saja keluar dari kamarnya mencari sosok sang anak yang belum keliatan.

"Apa sih bandel itu belum pulang lagi." Batin Denis dalam hatinya.

Denis selalu menyebut anaknya dengan sebutan anak bandel, karena susah diatur.

"Anak kesayanganmu belum pulang ma?" Denis mendaratkan pantatnya disebelah Risa duduk.

"Mungkin dia lembur pa." Jawab Risa yang terus fokus, menatap televisi.

"Iya lembur di club malam, pasti nanti pulang dia di antara oleh Dafa dan pasti anak itu akan mabuk-mabukan lagi." Denis bicara tanpa menunjukkan ekspresinya.

Hampir setiap malam Dafa mengantar Danis pulang dengan keadaan mabuk. Kadang Denis berharap punya anak seperti Dafa yang penurut dan tidak bandel. Tapi ini semua adalah takdir disini Denis sebagai orang tua hanya ingin memberikan pelajaran pada sang anak agar bisa menghargai hidupnya.

Risa yang sedang menonton televisi, akhirnya melihat kearah sang suami yang duduk di sebelahnya.

"Suamiku bisa tidak sih jangan selalu berprasangka buruk pada anak kita." Risa menatap Denis dengan tatapan penuh arti.

"Berburuk sangka! Itu kerjaan anakmu dan hampir tiap malam anakmu seperti itu, kamu tahu aku cek ATM dia, pengeluarannya begitu banyak. Padahal jelas-jelas semuanya sudah aku kasih tapi ntah dia menggunakan semua uang itu untuk apa?" Denis menatap Risa dengan sorot mata tajam.

"Mungkin dia seperti papanya dulu, hobby belanjain barang branded untuk pacarnya." Jawab Risa yang merasa sudah sangat kesal pada suaminya.

"Clarissa...!!" Denis menarik nafasnya agar tidak sampai marah pada istrinya.

"Apa mungkin Danis, sama seperti aku dulu?" Batin Denis dalam hatinya.

Mengingat Denis juga sering belanjaain barang branded untuk sang pacar, jadi Denis berpikir kalau anaknya menuruni sifatnya yang jelek itu.

Gara-gara Danis akhirnya kedua orang tuanya kembali bertengkar.

.

.

Danis dan Dafa.

Setelah pulang kantor mereka tidak langsung pulang, lagi-lagi Danis mengajak Dafa ke club malam.

Dafa sudah sangat jenuh karena sudah menemani sahabatnya lebih dari 2 jam, rasanya sudah ingin pulang dan bertemu dengan kasur.

"Danis, ayo pulang nanti Om Denis sama Tante Risa pasti kawatir padamu." Ajak Dafa dengan suara keras, musik yang begitu kencang membuat telinga Dafa rasanya sakit.

"Apasih senangnya ke tempat seperti ini? Mana isinya gadis-gadis berpakaian kurang bahan semua lagi buat mata sakit saja. Coba ada Aqila pasti dia paling cantik diantara mereka." Batin Dafa dalam hatinya.

"Sebentar lagi Daf, ini sedang seru! Kamu minumlah sedikit nikmati malam ini, kita bersenang-senang malam ini." Jawab Denis yang sudah sedikit mabuk.

"Danis, kamu sudah mabuk jangan minum lagi!" Dafa menahan tangan Danis agar tidak meminum lagi.

"Hanya sedikit Daf." Denis meronta, tapi dengan cepat Dafa merebut gelas yang ada ditangannya Danis dan menaruhnya di atas meja.

"Kita pulang sekarang!" Dafa menarik tangan Danis dengan kasar.

Dafa mengajak Danis keluar dari tempat maksiat tersebut dengan kasar, Dafa tidak perduli Danis terus meronta-ronta bahkan teriak-teriak tidak jelas.

"Danisss diamlah!!" Dafa menutup mulut Danis dengan tangannya.

Sesampainya dimobil, dengan kasar Dafa menyuruh Danis masuk ke dalam mobil.

"Kamu ini selalu menyusahkanku." Gumam Dafa yang merasa sangat kesal.

Setelah Danis masuk ke dalam mobil, Dafa juga langsung masuk ke dalam mobil untuk menyetir. Dafa menyalakan mesin mobilnya dan segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Danis.

.

.

Sesampainya dirumah Danis, Dafa memapah Danis menuju kerumahnya.

"Tok...tok... Om Denis, Tante Risa!!" Panggil Dafa sambil mengetuk pintu rumah Danis.

"Dafa aku belum mabuk," Kata Danis yang sudah terpengaruh oleh alkohol.

"Diamlah kau!" Sentak Dafa agar Danis tidak terus bicara.

Risa dan Denis yang masih duduk diruang tengah, mendengar suara Dafa mengentuk pintu langsung menuju pintu depan secara bersamaan.

"Itu pasti anak bandel itu pulang." Denis menggelengang kepalanya.

"Sudah pa, ayo kita keluar!" Risa menarik tangan sang suami.

"Ceklek." suara gagang pintu.

Denis langsung membuka pintu rumahnya, Dan ternyata benar anak bandelnya ini lagi-lagi pulang dengan keadaan mabuk.

"Om Denis, Tante Risa, aku mengantar Danis pulang." Kata Dafa dengan sopan.

Denis geleng-geleng kepala, sungguh anaknya ini benar-benar sudah keterlaluan.

Dafa memberikan Danis pada pada papanya dan Dafa langsung berpamitan dengan Risa dan Denis untuk langsung pulang.

"Om,Tante, Dafa pulang ya." Pamit Dafa dengan sopan.

"Terimakasih ya nak, salam buat mama dan papa dirumah." Jawab Risa sambil tersenyum pada Dafa.

Dafa berlalu pergi dari hadapan Risa dan Denis.

Setelah Dafa pulang, Denis memapah Danis masuk ke dalam kamarnya.

"Dasar anak bandel," Denis membaringkan Danis dengan kasar diatas ranjang tempat tidurnya.

"Sayang pelan-pelan!" Lirih Risa.

"Ini karena kamu selalu memanjakan anakmu, hasilnya ini." Denis marah-marah pada Risa.

Risa tahu Risa salah, Risa selalu menuruti apa yang anaknya mau. Bahkan kalau Denis sedang memarahi Danis pasti Risa selalu membelanya.

.

.

Keesokan harinya, seperti pagi biasanya lagi-lagi Danis terlambat bangun.

"Danisss.....!!" Teriak Denis dari luar pintu kamar Danis.

Ntah apa yang akan terjadi?

BERSAMBUNG 🙏

Terimakasih para pembaca setia 😊

Mudah-mudahan suka ya dengan kelanjutan ceritanya 🙏😊

3.Rencana Papa Denis.

Keesokan harinya, seperti pagi biasanya lagi-lagi Danis terlambat bangun.

"Danisss.....!!" Teriak Denis dari luar pintu kamar Danis.

Ntah apa yang akan terjadi?

Danis yang masih tidur nyenyak di dalam selimut tebal, langsung bangun dengan cepat mendengar suara khas papanya.

"Aish papa." Gumam Danis.

"Iya pa, Danis sudah bangun!" Danis mengubah posisinya menjadi duduk.

"Ceklek." Denis membuka pintu kamar anaknya.

"Papa..?" Danis tersenyum, tapi sang papa menatapnya dengan tatapan garang seperti singa yang akan menerkam mangsanya.

"Jam berapa sekarang?" sentak Denis dengan raut wajah penuh amarah.

"Jam 7 lewat, maaf pa Danis terlambat lagi bangunnya." Danis sudah berdiri dan tidak berani menatap wajah garang papanya.

"Bagaimana tidak terlambat, setiap malam kamu keluyuran, kamu mabuk-mabukan dan kamu selalu pulang malam. Kamu mau jadi apa papa tanya!!" Denis mengatakan semuanya dengan begitu lantang.

Risa yang tidak sengaja ingin ke kamar anaknya, karena mau membangunkan anaknya ternyata sudah keduluan dengan suaminya.

"Denis pasti sedang marah-marah, Danis juga kenapa sih nak kamu susah sekali diatur." Batin Risa dalam hatinya.

Danis terus menundukkan kepalanya, karena takut melihat wajah garang papanya.

"Danis mau jadi anak papa." Jawab Danis dengan suara lirih.

"Anak papa, papa tidak mau punya anak bandel seperti kamu." Jawab Denis geleng-geleng kepala.

"Papa maafkan Danis, Danis tahu Danis salah pa." Danis memasang wajah memelas di hadapan sang papa.

"Anak mama." Risa hendak berjalan menuju ke tempat anaknya berdiri, tapi dengan cepat Denis menarik tangan Risa.

"Tetaplah diam! Jangan membela anak bandel ini!" kata Denis dengan begitu tegas.

Risa diam saja dan kali ini Risa berada dibelakang Denis.

"Mama." Panggil Danis dengan manja.

Risa ingin sekali berjalan menuju ke tempat anaknya berdiri, tapi suaminya menahan tangannya dengan kuat.

"Apa? kamu itu harus papa kasih pelajaran biar kamu itu sadar," sentak Denis dengan nada lantang.

Denis terus marah-marah pada sang anak, tapi Risa terus berusaha menenangkan suaminya agar amarahnya redah.

"Suamiku, biarkan anak kita mandi dulu nanti baru dibicarakan baik-baik ya!" Risa memegang tangan sang suami.

"Danis, kamu mandilah terus temui papa diruang keluarga!" pinta Risa dan langsung mengajak suaminya keluar dari kamar anaknya.

Dalam hal ini Risa kudu benar-benar sabar, anaknya yang begitu manja suaminya yang begitu gampang marah gara-gara ulah sang anak.

"Dasar tidak bisa diatur, kita nikahan saja dia ma biarkan istrinya yang mengurusnya papa capek tiap hari harus marah-marah pada itu anak." Denis terus mengebu-gebu.

"Suamiku, sudahlah nanti kita bicarakan ini semua pada anak kita baik-baik! Kamu juga jangan marah-marah terus, anak juga perlu kamu lembutin biar dia itu nurut." Risa berusaha menenangkan suaminya.

.

.

Setelah beberapa lama akhirnya Danis keluar dari kamarnya, dengan setelan jas rapi tapi papanya melihat Danis masih dengan tatapan penuh amarah.

Danis duduk dihadapan kedua orang tuanya, ia sadar kalau pagi ini papanya pasti akan menyidangkannya seperti pagi-pagi biasanya.

"Marahnya papa sebentar, aku iyain, aku minta maaf tapi nanti aku ulangin lagi." Danis senyum-senyum dalam hatinya.

Danis menjadi bandel seperti ini, itu karena dulu dia pernah dikuliahkan diluar negeri oleh Denis. Tapi disana dia malah mengikuti teman-temannya yang bandel suka mabuk-mabukan.

Akhirnya Denis memindahkan kuliah Danis ke kota kelahirannya, tapi mungkin karena rasa kecanduan itu Danis hampir tiap malam minum dan suka sekali pergi ke club malam.

"Papa, Danis minta maaf." Danis memasang wajah memelasnya.

"Papa maafkan." Jawab Denis dengan cuek.

"Lihat saja nanti, papa tidak akan tinggal diam saja. Maafnya kamu itu cuma dihadapan papa dan pasti kamu akan mengulangi kebandelanmu itu lagi." Batin Denis dalam hatinya.

Tentu saja sebagai orang tua, Denis juga memikirkan cara untuk menyadarkan anaknya yang bandel dan suka menghambur-hamburkan uang tidak jelas.

"Papa paling baik deh." Danis berjalan menuju papanya lalu memeluknya.

Risa menatap mata Denis, Risa tahu dibalikin sikap manis suaminya pagi ini pasti ada niat terselubung yang Risa tidak tahu.

"Apa kamu suka mabuk-mabukan?" tanya Denis disela-sela pelukannya.

"Hanya sedikit pa," jawab Danis dengan manja.

"Baiklah, nanti malam kamu mabuk-mabukan lagi! Kalau perlu semua teman-temanmu kamu bayarin." Kata Denis disela-sela pelukannya.

Ntah mimpi apa Danis semalam, sang papa pagi ini sungguh begitu baik pada dirinya.

"Sungguh pa?" Danis memastikan.

"Sungguh anak papa, kan katanya Danis mau jadi anak papa jadi kamu harus nurut ya nak." Jawab Denis sambil tertawa dalam hatinya.

Danis melepaskan pelukannya dari papanya, lalu duduk disamping mamanya.

"Mama lihat! Papa baik sekali padaku pagi ini." Danis memeluk mama kesayangannya.

Dibelakang Danis, Denis terus senyam-senyum.

"Aku yakin pasti suamiku sedang mengatur suatu rencana." Batin Risa dalam hatinya.

"Iya nak, mungkin papa lagi kesambet kali nak. Ya sudah Danis mau sarapan dulu atau tidak?" tanya Risa dengan penuh kasih sayang.

"Tidak ma, Danis mau langsung berangkat ke kantor, oh iya ma nanti Danis pulang malam ya." Danis tersenyum pada Risa, lalu mencium tangan mamanya.

Dengan perasaan senang dan bahagia Danis langsung berangkat menuju ke kantornya.

Setelah anaknya pergi ke kantor, Denis akhirnya mengeluarkan tawanya membuat Risa menatapnya dengan tatapan agak kesal.

"Apa yang sedang kamu rencanakan?" tanya Risa dengan tatapan garang, Denis tahu pasti istrinya tahu kalau dirinya sedang merencanakan sesuatu.

"Tentu saja memberikan anakmu itu pelajaran istriku." Jawab Denis penuh kemenangan.

"Pelajaran apa? Awas saja kalau kamu sampai membuat anakku terluka." Risa menatap Denis dengan tatapan tajam.

"Aku tidak akan menyakitinya, aku juga tidak akan memukulnya. Kamu tenang saja istriku!" Denis menjulurkan lidahnya pada Risa.

"Aku hanya ingin dia merasakan kehidupan yang sesungguhnya saja sayangku." Batin Denis dalam hatinya.

Sungguh biarpun mereka sudah tua, tapi hubungan mereka masih sangat mesra.

Risa terus ngedumel tidak jelas, tapi Denis langsung menarik Risa masuk ke dalam pelukannya.

"Kamu tidak usah kawatir, aku akan melakukan yang terbaik untuk anak kita." Denis berusaha meyakinkan istrinya, disela-sela pelukannya Denis mencium kening sang istri dengan lembut.

"Aku percaya padamu suamiku, tapi jangan sampai menyakiti anak kita ya!" Lirih Risa disela-sela pelukan sang suami.

"Iya sayang aku janji." Jawab Denis yang tidak mau membuat istrinya terlalu kawatir pada anak kesayangannya.

.

.

Malam menujukan pukul 9 malam, seperti perintah sang papa malam ini Danis sedang bersenang-senang disebuah club malam yang biasa dirinya datangin.

"Kalian semua pesanlah apapun yang kalian mau, malam ini aku yang akan membayar semua pesanan kalian!!" Teriak Danis dengan lantang.

Dafa ternganga mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Apa dia akan membuat masalah lagi," Batin Dafa dalam hatinya.

"Danis, apa kamu mau membuat Om Denis marah lagi?" tanya Dafa dengan nada agak kencang.

"Papa tidak akan marah, karena ini papa yang menyuruhnya." Jawab Danis sambil menikmati minuman yang mengandung alkohol itu.

"Ini semua Om Denis yang menyuruh?" tanya Dafa dengan nada kaget.

"Iya ini papa yang menyuruh!" Jawab Dani.

Ntah apa yang akan terjadi malam ini?

BERSAMBUNG 🙏

Terimakasih para pembaca setia 😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!