NovelToon NovelToon

Tak Seindah MAWAR

Hari paling berat

Malam ini hati Mawar seakan dipenuhi bunga-bunga cinta karena malam ini adalah malam pengantinnya bersama Dika, suaminya.

"Mas mau mandi dulu?" tanya Mawar gugup.

"Iya sayang." Ucap Dika. Lebih tepatnya Dika Dewantara seorang pengusaha paling kaya di kotanya.

Dika melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar pengantin itu.

Sekujur badan Mawar merasakan panas dingin, padahal ia sudah terbiasa bersama Dika 3 tahun lebih.

Kurang lebih 30 menit Dika keluar dari kamar mandinya hanya menggunakan handuk di pinggangnya.

"Ih mas Dika!" rajuk Mawar menutup kedua matanya.

"Kenapa sayang?" balas Dika dengan senyum nakalnya.

"Kenapa gak pake baju, aku malu tahu lihatnya."

"Gak usah malu kan kita udah suami istri." Balas Dika.

"Ah malu pokoknya! cepetan pake baju." Titah Mawar.

"Tanggung sayang, nanti juga dibuka lagi." Goda Dika.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Hallo pak maaf mengganggu, ada klien penting yang mau menemui bapak malam ini." Ucap Fras sekertarisnya.

"Kenapa harus malam ini?" tanya Dika bingung.

"Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan dan tidak bisa ditunda."

"Keterlaluan! bisa-bisanya ada yang mau menemui ku saat malam pengantin seperti ini!" tutur Dika dengan penuh emosi.

"Maaf pak, saya cuma menyampaikan--"

"Katakan, tunggu saya di Cafe Bella." Sela Dika.

"B-baik pak."

Dika penutup telponnya.

"Siapa mas?" tanya Mawar beranjak mendekati suaminya itu.

"Fras, dia bilang ada klien yang mau menemui aku malam ini juga."

"Malam ini juga?"

"Iya sayang, aku harus pergi menemui mereka."

Dalam seketika mood Mawar menjadi hancur, seharusnya malam ini menjadi malam yang panjang bagi ia dan Dika.

"Mas tapi---"

Dika mencium bibir Mawar seraya menghentikan ucapannya itu, Mawar terdiam matanya terbelalak karena ini adalah kali pertama Dika mencium bibirnya selama mereka pacaran 3 tahun.

Mawar menutup kedua matanya merasakan bibir lembut milik suaminya itu.

"Aku harus pergi sayang, nanti kita lanjutkan." Ucap Dika melepaskan ciumannya.

"Yaudah aku siapin baju kamu ya." Ucap Mawar gugup.

***

"Aku pergi dulu sayang." Ucap Dika lalu mencium kening istrinya.

"Hati-hati kamu mas."

"Aku pasti cepat pulang, dan ingin segera menerkam istri cantikku ini."

"Ih mas Dika apa sih!!" pipi Mawar memerah.

Usai berpamitan pada Mawar, Dika melajukan mobilnya menuju Cafe Bella yang ia sebutkan tadi.

Tiba-tiba hujan mengguyur kota itu, Dika sebenarnya sangat kesal karena harus pergi meninggalkan Mawar sendirian dirumah seharusnya ini menjadi malam pengantinnya.

"Shit!" umpatnya.

Dika menarik gasnya dengan cepetan penuh, tiba-tiba sebuah truk dari arah timur masuk dan menghalangi jalannya.

Dika terkejut dengan sekuat tenaga ia menginjak rem tetapi naasnya semua itu terlambat mobil Dika menabrak truk itu.

Mobil hitam milik Dika itu seketika ringsek tak tersisa begitu juga dengan truknya. Kepala Dika terkena benturan hebat, mengucur darah segar dikepala dan dibagian tubuh lainnya yang juga terluka.

Penglihatannya mulai samar. "Mawar?" kalimat itu menjadi kalimat terakhir ia sadar.

Dalam hitungan detik warga mengerumuni mobil dan truk itu.

"Wah parah ini orangnya harus cepet-cepet dibawa kerumah sakit." Tutur salah satu warga.

Pardi salah satu warga disana inisiatif mencari ponsel genggam milik Dika dengan buru-buru ia menghubungi nomor yang diberi nama "Istriku" itu.

"Ha-hallo bu, apa benar ibu istri dari pemilik ponsel ini?" tanya Pardi terbata-bata.

"Hallo iya, ini dengan siapa ya? kenapa ponsel suami saya bisa ada di bapak?" perasaan Mawar sudah tidak karuan.

"Suami ibu kecelakaan bu."

"Apa!!" seketika tubuh Mawar melemas ia jatuh ambruk kehilangan keseimbangannya. Air matanya seketika meluncur begitu saja.

"Saya harap ibu segera kesini beserta keluarga dan segera membawa suami ibu kerumah sakit, kecelakaannya terjadi di Jalan Melati ucap Pardi lalu menutup telponnya.

Jalan itu ternyata tak jauh dari rumahnya.

****

"Mas Dika!!!" teriak histeris Mawar menerobos garis polisi. Tubuh Dika dipenuhi darah, bahkan wajahnya pun sulit dikenali.

Mawar tak kuasa melihat laki-laki yang baru saja menjadi suaminya itu berbaring tak berdaya.

"Kenapa kalian diam saja! kenapa kalian gak bawa suami saya ke rumah sakit!!!" teriak Mawar pada polisi yang berjajar disana.

"Udah nak udah sekarang kita mawa Dika ke rumah sakit." Tutur Rita mertuanya.

"Ayo Arka angkat kakak kamu ke mobil!!" titah Rita penuh emosi pada anak bungsunya itu.

Arka Dewantara adalah kembaran Dika, Arka lahir 7 menit setelah Dika.

Arka membawa Dika kedalam mobil dan meninggalkan kerumunan orang disana.

***

Sesampainya dirumah sakit Dika langsung ditangani oleh dokter. Tangisan Mawar tak henti-henti begitu juga dengan Rita mertuanya.

Rita memeluk Mawar dengan erat. "Sabar, kamu pasti kuat ya Dika pasti selamat."

Mawar hanya mengangguk seraya mengiyakan ucapan mertuanya itu. Disisi lain Arka tampak cemas sekali dengan keadaan Kakaknya itu. Memang tak ada setetes pun air mata yang ia keluarkan tetapi raut wajahnya menunjukan bahwa ia khawatir dan takut kehilangan Dika.

Dika dan Arka memang jarang bersama, Dika adalah seorang yang sangat sibuk bekerja sedangkan Arka hanya bisa menghabiskan uangnya dengan berpoya-poya tanpa bekerja apapun.

..

Dokter keluar dari ruangan Dika. Mawar dengan sigap langsung menghampirinya. "Dok gimana dengan keadaan suami saya?" tanya Mawar.

"Maaf bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi luka disekujur tubuh pasien tepatnya dikepala nya tak memungkinkan pasien selamat, sekarang kita hanya bisa berdoa semoga Allah menurunkan mujizatnya."

"Gak mungkin dok gak mungkin!!!" teriak Mawar, lagi-lagi tubuhnya melemas hingga ambruk dipelukan Arka yang berada disampungnya.

"Sabar Mawar sabar." Ucap Rita menenangkan sebenarnya perasaannya pun sama, hancur perkeping-peting.

"Apa kami boleh masuk dok?" tanya Arka.

"Boleh, kalau begitu saya permisi." Ucap dokter lalu hengkang dari hadapan mereka.

Arka masuk keruangan IGD itu diikuti oleh Mawar dan Rita. Mawar kembali menangis histeris melihat perban disekujur tubuh Dika. Sakit sekali rasanya melihat orang yang ia cintai terluka.

Dika perlahan membuka kedua matanya.

"Mawar sayang..." Lirihnya.

"Iya mas iya ini aku." Ucap Mawar menghapus air matanya.

"Kamu jangan nangis sayang, aku gapapa kok."

"Mas kamu harus kuat mas jangan tinggalin aku." Tutur Mawar, sungguh ia tak kuasa menahan air matanya. Hatinya sakit sekali seperti tersayat pisau.

Dika menoleh ke arah Arka. "Arka?" panggil Dika.

"I-iya mas?" jawab Arka mendekat.

"Mas minta kamu jaga Mawar ya."

"M-maksud mas?"

"Mas mau kamu nikah sama Mawar."

"Mas kamu ngomong apa sih?" tutur Mawar.

"Enggak mas! aku gak mau!" tegas Arka.

"Arka! jangan bicara dengan nada tinggi sama kakak kamu, kamu harus tahu kondisi!" sela Rita.

"Mas minta kamu jalankan perusahaan mas, dan nikah sama Mawar jaga dia sayangi dia."

Ucapan Dika seolah pesan terakhir untuk Arka.

"Aku gak bisa mas." Lirih Arka.

Tiba-tiba tubuh Dika mengejang, Arka memanggil dokter.

"Maaf pak, bu pasien sudah tiada." ucap Dokter.

"Mas Dika bangun mas!!" teriak Mawar histeris.

"Sayang bangun nak jangan tinggalin mama!!"

****

Selamat tinggal dan selamat datang

Mawar masih bersimpuh dimakam suaminya itu. Matanya sudah sembab tetapi ia tak berhenti menangis.

"Mawar ayo de." Ajak Mirna kakaknya.

Perempuan berusia 21 tahun itu tak menghiraukan ucapan kakaknya itu, ia terus menangis memeluk makam Dika.

"Kamu harus ikhlaskan Dika, Mawar. Mama tahu ini berat tapi ini sudah jadi takdir kamu dan Dika." Ucap Rita memeluk Mawar.

"Mas Dika kenapa kamu begitu cepat ninggalin aku mas." Lirih Mawar.

"Ma, Arka ke mobil duluan." Ucap pria itu dingin.

"Tunggu Arka." Ucap Rita.

Arka menghentikan langkah kakinya. "Ada apa ma?"

"Kamu harus secepatnya menikah dengan Mawar,"

"T-tapi ma--"

"Karena itu pesan terakhir kakak kamu,"

Arka berdecak kesal lalu pergi dari tempat itu.

Mirna tampak bingung dengan ucapan mertua adiknya itu. "Tunggu ma, maksudnya menikah dengan Mawar?" tanya Mirna.

"Iya Mirna, Dika berpesan kalo Mawar harus menikah dengan Arka."

"Apa kamu mau de?" tanya Mirna pada Mawar yang masih memeluk makam Dika.

Mawar beranjak, lalu menghapus air matanya. "Karena ini pesan terakhir dari mas Dika aku mau kak."

"Iya, kakak minta kamu yang kuat ya. Kamu harus kuat." Ucap Mirna.

Hati Mawar sebenarnya sakit, sangat sakit. Belum sehari suaminya pergi ia sudah harus menjawab tentang pernikahannya dengan Arka, adik iparnya.

****

"Mama mau kamu secepatnya menikah sama Mawar." Ucap Rita pada Arka yang sedang fokus menyetir.

"Mawar lagi Mawar lagi! bisa gak sih ma nanti aja kita bahasnya!" tegas Arka.

"Arka! kamu lupa pesan terakhir kakak kamu, dia minta kamu jagain Mawar dan menikah dengannya!"

"Ma, kuburan mas Dika aja masih basah sekarang mama udah bahas pernikahan aku sama Mawar?"

"Biarin! karena ini amanah dan bukan keinginan mama!"

"Jujur aku tuh gak mau nikah sama Mawar, aku gak cinta ma sama dia!" tegas Arka.

"Arka! mama gak peduli kamu cinta atau enggak sama Mawar yang jelas kamu harus segera menikah!"

"Ma! Arka itu punya pacar dan Arka juga mau menikah!"

"Mama gak peduli!! Mawar itu perempuan baik-baik makannya mama setuju dia nikah sama kakak kamu Arka!"

"Tapi---"

"Kalo kamu menolak menikah sama Mawar jangan harap kamu akan mendapatkan harta warisan Mama, sepeserpun Mama gak akan ngasih kamu. Mama lebih baik sumbangkan semua harta kekayaan Mama ke panti asuhan! karena selama ini juga yang menggantikan papa kamu itu Dika, bukan kamu." Ancam Rita.

"Terus aja terus banding-bandingin Arka sama mas Dika!"

"Memang seperti itu kenyataannya! selama ini kamu cuma tahu minta uang dan uang! mulai sekarang kamu gantikan posisi kakak kamu atau--"

"Iya ma iya, Arka bakalan gantiin posisi mas Dika!"

"Dan?" tanya Rita.

"Dan menikah dengan Mawar." Ucap Arka dengan sedikit ditekan.

"Bagus!" tutur singkat Rita.

"Aku terpaksa ngelakuin ini, kalo aku nolak mama gak akan ngasih aku apa-apa. Bisa-bisa aku jadi gelandangan." Batin Arka.

Disudut lain Mawar baru saja sampai kerumah, rumahnya bersama Dika.

"Mas kenapa secepat itu kamu pergi, kamu bohong mas katanya kamu mau bawa aku ke Amerika buat bulan madu? katanya kamu mau punya anak sama aku, tapi sekarang kenapa kamu malah pergi?" Mawar terus berbicara sendirian dirumah itu.

Mirna tidak bisa menemaninya karena suaminya malam ini akan pulang dari luar negeri setelah urusan bisnisnya selesai.

Nasib Mirna dan Mawar memang baik, sama-sama dinikahi pria yang bergelimang harta, orang tua mereka sudah tiada sejak mereka kecil. Sejak kecil Mirna lah yang merawat Mawar, meskipun semuanya serba kekurangan.

******

"Saya terima nikahnya Mawar Melati binti Barjo dengan uang 50 juta dan seperangkat alat solat dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi sah?"

"SAAHHHH!!"

"ALHAMDULILAH."

Hari ini Arka dan Mawar sudah sah menjadi suami istri secara agama dan negara, tak ada kebahagiaan baik di mata Mawar dan Arka.

Tepat setelah 7 hari kepergian Dika, Arka dan Mawar menjalankan amanahnya.

"Arka cium kening Mawar." Bisik Rita ditelinganya.

"Ah ngapain sih ma?"

"Arka!" mata Rita melotot.

Dengan terpaksa Arka mencium kening Mawar. Beberapa wartawan mengabadikan pernikahan Arka dan Mawar ini bukan karena mereka artis tetapi karena mereka adalah keluarga besar Dewantara, orang terkaya di kota itu. Apalagi berita kematian Dika sudah mulai mencuat di koran lalu tiba-tiba adiknya menikah dengan istrinya, pasti akan menjadi berita yang menarik.

..

Mawar dan Arka berdiri berdampingan menyalami para tamu yang berdatangan.

"Selamat ya mas." Ucap seorang perempuan lalu memeluk Arka dengan erat dan dibalas olehnya.

Serly, perempuan itu bersama Serly. Serly adalah pacar Arka. Mereka berencana akan menikah tahun ini tetapi takdir berkata lain, Arka malah menikah dengan Mawar. Perempuan yang sama sekali tidak ia cintai.

"Terimakasih sayang." Bisik Arka ditelinga Serly.

Serly melepaskan pelukannya lalu berlanjut menyalami Mawar.

"Selamat ya." Ucap Serly.

Mawar hanya tersenyum tipis ke arah Serly tanpa membalas ucapannya.

"Jagain pacarku baik-baik ya." Bisik Serly lalu pergi.

Mawar hanya diam tanpa membalas ucapan perempuan yang berpenampilan seksi itu.

"Jadi mas Arka punya pacar? terserahlah aku gak peduli." Batin Mawar.

Sejak ijab kobul tadi, tak ada yang memulai percakapan diantara Arka dan Mawar. Mereka hanya diam satu sama lain.

Arka beranjak pergi dari pelaminan, matanya mengelilingi setiap sudut tempat itu.

"Kemana Serly?" batinnya.

"Kamu cari aku mas?" ucap seorang perempuan di belakangnya.

"Serly?" ucap Arka.

Arka menarik tangan Serly ketempat yang sepi lalu memeluknya dengan erat. "Aku kangen banget sama kamu,"

"Aku juga mas." Balas Serly.

"Kamu gapapa kan? kamu sehat kan?" Arka melepaskan pelukannya, tangannya mengulur mengusap kedua pipi Serly.

Arka semakin mendekatkan bibirnya pada bibir Serly tetapi Serly menahannya.

"Jangan sekarang mas, nanti ada yang lihat." Ujarnya.

Arka langsung menjauhkan dirinya dari Serly. "Kamu bener sayang aku harus segera kembali kepelaminan pasti mama nyariin aku."

Serly mengangguk lalu membiarkan Arka pergi.

"Kamu dari mana sih Arka?" tanya Rita pada Arka yang baru saja kembali.

"A-arka abis dari toilet ma, iya toilet." Ucap Arka gugup.

"Yaudah sekarang kamu temenin Mawar lagi jangan keluyuran!" tegas Rita.

"Iya Ma." Jawab Arka malas. Arka pun berjalan ke pelaminan.

Mawar hanya diam tanpa bertanya apa-apa pada Arka yang sekarang sudah sah menjadi suaminya itu.

"Gak pegel berdiri terus?" sindir Arka.

Mendengar sindiran dari Arka akhirnya Mawar duduk tanpa menjawab sepatah kata pun.

"Mas kamu yang tenang ya disana, aku udah turutin keinginan kamu buat nikah sama adik kamu. Meskipun sejujurnya aku gak mau dan sama sekali gak cinta sama dia, aku juga tahu mas Arka pun terpaksa menikah sama aku gara-gara kamu." Batin Mawar.

Satu atap berdua

"Jadi rumah sebesar ini cuma ada 2 kamar?" tanya Arka heran. Ia sekarang sudah berpindah kerumah Dika sesuai permintaan Rita.

"Iya, itu juga sama kamar ART mas." Balas Mawar dingin.

"Apaan sih mas Dika norak banget punya rumah kaya gini," desis Arka.

"Yaudah sini aku beresin baju kamu,"

"Gak perlu! aku bisa sendiri!" tegas Arka.

Arka dengan telaten menyimpan pakaiannya ke dalam lemari. Mawar yang sedang duduk ditepi ranjang terus menatap punggungnya.

"Postur tubuh dan wajah mas Arka bener-bener mirip sama mas Dika," batinnya.

"Ngapain kamu mandang aku kaya gitu?" ketus Arka.

"E-enggak mas gapapa,"

"Mas dika gak pernah bentak aku kaya gitu," batin Mawar lagi.

Meskipun Mawar sama sekali tidak mencintai Arka tetapi ia ingin berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Arka.

"Mas mau makam apa biar aku siapin,"

"Gak perlu, aku mau makan diluar." Ucap Arka.

"T-tapi mas--"

"Aku bilang aku gak mau! kamu denger gak!" bentak Arka.

Hancur seketika, perempuan yang biasanya diperlakukan layaknya ratu sekarang harus mendengar suara dengan nada keras.

"Mas bisa gak bicaranya baik-baik?" ucap Mawar.

"Gak! karena kamu itu gak penting!" tutur Arka lalu pergi keluar dari kamar mereka entah kemana.

Air mata Mawar berjatuhan, sakit sekali rasanya mengingat perlakukan Arka yang jauh berbeda dengan Dika.

"Mas aku mau kamu kembali mas, aku mohon." Tutur Mawar menatap foto-fotonya bersama Dika di dinding kamar.

***

"Hai sayang udah nunggu lama?" tanya Arka pada perempuan cantik yang sedari tadi menunggu kehadirannya.

"Ih kamu lama banget sih pasti abis mesra-mesraan sama Mawar ya?" tanya Serly.

"Idih gak sudi aku mesra-mesraan sama cewe kampungan kaya gitu, lagian nih ya selera mas Dika itu rendahan banget."

"Aku sakit hati tahu, lihat kamu nikah sama cewe lain! aku aja yang 2 tahun pacaran sama kamu gak dinikahin eh ini cewe yang asing sama kamu tiba-tiba nikah."

"Sayang kamu jangan ngomong gitu dong kan aku udah jelasin sama kamu," rayu pria 27 tahun itu.

"Iya sayang aku ngerti kok," tutur Serly memeluk hangat tubuh Arka.

"Yaudah kamu mau makan apa?" tanya Arka melepaskan pelukannya."

"Hm, apa aja."

"Baiklah cantik," goda Arka.

"Mas aku mau tanya,"

"Apa sayang?" Arka membelai rambut Serly.

"Gimana kalo suatu hari kamu cinta sama Mawar?"

"Hahaha," Arka terkekeh. "Mawar itu cuma cewe kampungan aku gak mungkin suka sama dia sayang."

"Kamu yakin mas?"

"Yakin sayang aku sangat yakin, aku itu cuma cinta sama kamu."

Serly sangat senang dengan ucapan Arka tadi.

****

Arka memarkiran mobilnya di garasi, semalam ini ia baru pulang. Walau begitu, Mawar tidak begitu peduli karena ia juga tak mencintai Arka.

Arka membuka pintu kamar, ia melihat Mawar yang sudah tertidur lelap. Sejenak ia memandangi wajah cantik Mawar. "Dia cantik tapi sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintainya." Batinnya.

Arka membaringkan tubuhnya di sofa."Aku gak sudi tidur seranjang sama cewe bekas kakakku sendiri," tegasnya.

Sebenarnya Mawar tahu Arka sudah pulang tetapi ia juga tak bisa melakukan apa-apa untuk suaminya itu karena Arka pasti akan menolak apapun yang Mawar lakukan untuknya.

Keesokan harinya Arka terbangun dan melihat Mawar sudah tidak ada lagi di ranjangnya.

Rupanya Mawar sedang memasak untuk Arka. "Ngapain cape-cape masak aku gak akan pernah makan makanan kamu." Ucap Arka dari belakang.

Mawar mengerutkan dahi nya. "Iya mas aku tahu." Balasnya dingin.

"Aku gak boleh lemah menghadapi sikap mas Arka, kalo dia cuek aku juga harus lebih cuek, kalo dia menyebalkan aku juga bisa! Terserah nanti endingnya seperti apa yang jelas aku gak mau kaya perempuan di luar sana yang lemah dan diam ketika suaminya menyakiti," batin Mawar.

Arka duduk di meja makan memandangi punggung Mawar yang sedang sibuk memasak.

"Kenal di mana sama mas Dika?" celetuk Arka tiba-tiba.

"Di kantor," jawab Mawar dingin.

"Oh, aku bingung aja kenapa pengusaha sekaya mas Dika bisa suka sama perempuan--"

"Perempuan apa? emangnya aku kenapa? ada yang salah?" sela Mawar beruntun.

"Perempuan kampungan seperti kamu Mawar,"

Hati Mawar seolah teriris dengan ucapan Arka itu. Mawar menghela nafasnya dalam-dalam. "Kampungan atau tidak itu kan sesuai selera," tandasnya.

"Tapi aku gak suka sama cewe kampungan," ucap Arka.

Mawar diam tak menjawab hinaan dari Arka itu.

"Kalo cuma mau ganggu aku masak mendingan mas Arka mandi terus berangkat ke kantor, inget sekarang mas itu pengganti mas Dika." Tutur Mawar dingin.

Arka pun beranjak dari duduknya lalu berlari kecil ke lantai atas menuju kamarnya.

Mawar membuang nafasnya dengan kasar, ia harus ekstra sabar menghadapi Arka, ia tak boleh terpancing emosi.

Selesai mandi Arka mencium aroma sedap dari lantai bawah. "Bau apa ini wangi banget bikin laper," ucapnya.

Arka menuruni anak tangga satu persatu, ia sangat menikmati aroma sedap yang masuk kedalam rongga hidungnya.

"Yakin gak mau sarapan mas?" tanya Mawar yang sedari tadi memandangi Arka yang menikmati bau masakannya.

Arka terkejut, ia tak tahu ada Mawar disana.

"Gak! gak mau! males males makan masakan kamu nanti aku di racun lagi," ketus Arka.

Mawar terus memandangi Arka. "Mas Arka mirip banget sama mas Dik kalo lagi pake baju rapi kaya gini," ucapnya dalam hati.

Sadar sedang diperhatikan Arka langsung ngegas. "Ngapain sih lihatin aku kaya gitu?"

"E-enggak mas, yaudah kalo kamu mau berangkat kerja hati-hati ya."

yakin nih Mawar gak mau bujuk aku buat makan padahal aku laper banget.

Dengan perut yang lapar Arka terpaksa harus pergi ke kantor karena ia terlalu gengsi makan masakan Mawar.

Mawar memandangi mobil Arka yang semakin menjauh. "Biasanya mobil itu mas Dika yang bawa," tuturnya.

"Mas Arka cuma wajahnya aja yang sama kaya mas Dika tapi sikapnya jauh berbeda," ujar Mawar.

Mawar masih sangat mencintai Dika, terlebih Arka tak menunjukan sedikitpun sisi baiknya pada Mawar. Bahkan untuk kesedar sarapan pagi bersama saja Arka enggan.

"Kalo malam itu kamu gak pergi mungkin kejadiannya gak akan seperti ini mas, sekarang kita pasti bahagia. Aku gak mungkin harus selalu bersabar setiap dari dengan ucapan-ucapan mas Arka, kenapa kamu harus pergi secepat itu mas, kenapa kamu tinggalin aku?" ucap Mawar, sampai sekarang ia masih belum bisa mengikhlaskan kepergian Dika.

Bagi Mawar hidup ini sama sekali tidak adil untuknya, baru saja ia akan malam pengantin tetapi Dika sudah pergi meninggalkannya. Hanya kecupan pertama dan terakhir yang Dika berikan untuknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!