Sebuah bangunan megah terletak di kota Jakarta tinggal seorang anak kolongmerat yang kaya raya. Yang membuat hari" nya penuh kebahagian.
Meski tidak tinggal bersama ayah kandung tetapi hidupnya di penuhi kasih sayang terhadap sang ayah, tuan Haris memberi segala fasilitas yang lengkap agar Emeli bisa hidup bahagia, tidak murung dan kembali ceria. Di balik sikap tegas sang ayah Haris menjadi sosok ayah yang menyanyangi anak perempuan satu"nya meski bukan anak kandung tetapi Emeli sudah di anggap anak kandung sendri.
Emeli keluar kamar dan turun untuk bersiap" ke sekolah dan duduk sarapan bersama sang Daddy. El memanggil ayahnya dari atas tangga dengan teriakan yang lembut.
" Daddy." Sahut emily memanggil ayahnya."
" Yes honey, kenapa kok berteriak seperti itu." Dengan wajah yang berseri" melihat anak gadisnya ceria kembali."
"Daddy,Abang kan bakal pulang dari luar negeri aku mau limid dari kartu kredit, di tambahin lagi yahh aku mau beli sesuatu" Sambil sarapan dan juga merengek kepada sang Daddy dengan mata baby eysnya."
"Buat apa kan kka kamu itu tidak suka di belikan sesuatu, dia lebih senang kamu menjemputnya di bandara"Ucap sang Daddy dengan mengunyah sarapannya.
"Dengan muka masam Emily menghabiskan sarapannya." Ya udah lahh nanti aku jemput Abang di bandra setelah pulang sekolah Daddy." Dengan nada yang memelas dan berlalu meninggalkan sang Daddy di meja makan.
Dengan kesalnya dia pergi tanpa berpamitan sama sang Daddy dan keluar dari rumah, memasuki garasi memilih salah satu mobil mewah miliknya untuk di pakai ke sekolah, dia pun melajukan kendaraannya menuju sekolah. Sesampainya di sekolah mobil mewah yang di kemudikan, terparkir rapi di sekolah terbaik di kota ini."
Dengan sikap dinginnya seseorang dari dalam mobil mewahnya turun, dengan santainya memasuki lorong" sekolah, sedari parkiran hingga menuju kelas wanita yang cantik dan menawan menjadi pusat perhatian siswa siswi yang berada di sekolah. Siapa yang tidak kenal dengannya anak dari pemilik yayasan sekaligus anak terkaya di sekolah ini. Berjalan menelusuri lorong menuju kelasnya, tiba" ada yang memanggilnya dengan sigap El berbalik badan mencari suara itu berasal, dengan senyum yang tak biasa muncul di bibirnya yang manis. Siapa sangka di balik raut wajah yang cuek serta dingin bisa luluh hanya berhadapan dengan teman masa kecilnya."
" El. Teriak sasya dari jauh dengan berlari kecil, mengatur nafas yang tersenggal."
"Apaan pake lari segala sih sya, kan bisa jalan pelan pelan nga ada yang buru juga kan." Jawabnya sambil berjalan meninggalkan sasya yang mengatur nafasnya.
" Gue kira tadi itu hampir telat jadi buru" taunya bru jam segini." Sambil berjalan di samping El."
"Makanya bangunnya jangan kesiangan dong jadinya Luh lari", kek orang gila tau." Sambil tertawa mengejek sasya."
Merekapun berjalan bersamaan masuk kedalam kelas. Tampak bising dan ricuhnya kelas saat melihat El masuk ke dalam kelasnya, dengan wajah yang cuek dan datarnya yang melihatnya jadi diam seketika.
Benar emely salah satu murid yang di kenal cuek dan dingin terhadap teman kelasnya, banyak yang lebih diam ketika dia memasuki kelasnya takut menegur atau pun hanya sekedar menyapa anak pemilik yayasan ini.
" Luhh makan apaan sampai anak" diam begitu." Sasya heran melihat tingkah laku teman kelasnya."
"Nga makan apa" mereka itu segan sama gua kali." Sambil terkekeh dan kembali cuek." Ki
Tidak lama pun guru yang akan mengajar memasuki kelas, yang tadinya ricuh menjadi senyap dan memulai pelajaran dengan aman terkendali.
Sekitar 30 menit berlalu pelajaran pun selesai dan memasuki waktu istirahat, yang membuat kelas yg tadinya senyap menjadi ricuh sembari tertawa dan mengejek satu sama lain. Berbeda dengan El yang memilih keluar dan memakai headset mendengarkan lagu yang di terputar di handphone miliknya. Tanpa sadar meninggalkan sasya yang masih saja mengerjakan tugasnya, tanpa sadar dia menabrak seseorang.
Brukkk
Diia pun menoleh ke arah yang menabraknya, seketika mukanya menjadi masam melihat seseorang yang paling di bencinya bertemu tanpa sengaja.
" Heyy El, tumben Luh sendiri teman luh mana yang kaya babu." Sapa seseorang
yang dengan sengaja menabrak El."
"Dengan muka yang malasnya, untuk meladeni seniornya." Dia di kelas kalo tidak ada urusan lagi gue harus pergi." Dengan pergi berlalu meninggalkan seniornya."
"Dengan kesalnya dia pun tertawa melihat betapa angkuhnya El yang selalu sja bisa membuatnya emosi. Di tariknya tangan El dengan kasar." Urusan kita belum selesai luhh mau kemana." Sambil di pengang erat pergelangan tangan El."
" Dengan mukanya yang dingin menatap tajam orang yang berani cari masalah dengannya, dengan sigap dia menghempas tangan itu sampai terjatuh." Urusan? Sejak kapan kita punya urusan hah." Dengan nada yang menggelegar membuat seisi sekolah menghambur keluar."
" Gue peringatkan sekali lagi jangan sampai batas kesabaran gue habis, mending sekarang Loh pergi dari sini." Lanjutnya sambil meninggalkan Michel."
Benar saja orang yang menabrak El adalah Michel senior nya yang sering membuat onar di sekolahnya, siapa tidak kenal Michel gadis seksi yang di sukai para siswa kaum Adam, dia adalah senior paling cantik dan juga galak di sekolah ini.
Siapa pun yang berhadapan dengannya akan di bully habis"an sampai mereka keluar dan mencari sekolah baru, dengan kekuasaan sang ayah membuat dirinya berani menindas murid" yang berada di sekolah ini.
Beda hal dengan El dia selalu sja membuatnya kehabisan akal dan membuatnya emosi tiap kali berhadapan dengannya. El yang cuek dan Michel yang so berkuasa tiap kali El lebih baik diam tanpa menghiraukan perkataan seniornya.
Tapi kesabaran dan juga emosi membuat El harus melawan agar bisa memberi efek jera terhadap orang yang di hadapannya ini, dengan sikap yang cuek setiap kali di bicarakan oleh siswa lain bahwa dirinya sombong dan angkuh. Tapi El cuek dan bodoh amat apa yang ada di dengarnya, sasya satu" teman El yang ada di sekolah ini dia salah satu sahabat El sejak dirinya dan sang adik berpisah, membuat El dan sasya lebih dekat.
" Begitu emosinya yang sudah tidak bisa di tahan Michel pun langsung mengcengkram pergelangan tangan El." Haha beraninya luhh bentak gue mentang" luhh itu anak pemilik yayasan dan juga anak orang tajir, buat gue takut? Hah tidak malah semakin seru jika bisa berhadapan dengan anak terkaya di sekolah ini." Dengan senyum yang meremehkan."
"El yang hanya diam dan semakin emosi melihat kelakuan kak seniornya kepadanya membuatnya kehabisan kesabaranya dengan nafas yang berat." Jadi luhh maunya apa." Suara El yang sudah dirudup emosi."
Tanpa aba" Michel menyerang pertahanan El tanpa henti, dengan sigap dan juga keahlian bela diri El masih kalah jauh dengan bela diri Michel, yang membuat Michel semakin emosi karena El bisa menangkis serangannya. Adengan demi adengan yang membuat siswa siswi di sekolah itu merekam dengan lihainya El bisa membaca gerak gerik pertahanan Michel membuat El bisa melihat titik lemah lawanya, dengan sekali tendagan bagian kaki dan juga perut Michel langsung tersungkur kelantai dan terbentur ke diding sekolah.
El mulai mengatur nafasnya yang membuat detak jantungnya seakan ingin keluar dari tempatnya, dengan santainya berkata." Hah ku ingatkan sekali lagi jangan pernah mencari mslah denganku kalo tdk ingin badan luhh gue patahin jadi satu." El
meninggalkan Michel yang masih duduk menahan malu akibat ulahnya sendiri.
Tanpa sadar adengan tadi membuat seseorang dari jauh menatap lekat wanita yang berani melwan seniornya tanpa jeda, membuat sosok laki" itu menatap kagum terhadap sikap dingin dan cueknya dia yang membuatnya jatuh hati hanya sekali pertemuan yang tanpa sengaja.
El pun masuk kembali kedalam kelas untuk mengikuti pelajaran yang akan di mulai, dengan cueknya memasuki kelasnya tanpa sadar teman sekelasnya membicarakan dirinya, yang membuat seniornya masuk UKS akibat ulah dan perkelahiannya dengan seniornya.
El hanya Cuek tidak menghiraukan perkataan teman kelasnya, El fokus melihat sasya dengan muka yang khawatir terhadap dirinya. El berjalanan menghampiri sasya dengan muka datar dan langsung duduk di bangkunya.
" Sasya yang sedari tadi mengkhawatirkan El langsung berlari menghampiri sahabatnya." El mana yang sakit? Luhh nga papakan." Tanya sasya yang membuat El malah ketawa."
" Luhh kenapa sih kaya Daddy gue tau nga, luhh lupa gue kan ahli bela diri kalo kaya Michael doang mahh kecil buat gue." Dengan angkuhnya di sertai senyum tipis di bibir manisnya."
" Sasya menghela nafas panjang" dan membuangnya dengan kasar." Gue pikir tadi tuhh lo kalah jadi gue khawatir sama luhh El." Dengan nada yang sendu membuat wajah imutnya berkaca kaca."
" El yang melihat sahabatnya itu mengkhawatirkan dirinya langsung memeluknya." Tenang ya gue baik" aja kok tidak ada luka ataupun lecet."dia terkekeh dengan ucapannya sendri."
El tau kalo sasya tipe perempuan yang gampang sedih melihat teman atau orang terdekatnya kenapa", disela" obralan sasya dan El teman kelas El bertnya penuh selidik terhadapnya, dengan tatapan tajam membuat El melihatnya juga memasang mata tajam.
"Pintar juga Luh bela diri, Kirain Luh cuman bisa manja dan menghabiskan harta orang tua luhh doang." Ucap teman sekelas El.
" El yang melihatnya malas hanya berkata sedkit namun penuh penekanan." Mending Luh urusin hidup luhh yang belum beres, dari pada harus urusin hidup orang." Dengan nada yang ketus."
"Dibuat emosi oleh El ingin sekali menghajarnya namun dia berfikir harus berhadapan dengan El." Gue nga ngurusin hidup orang cuman heran aja perempuan sombong kaya luhh masih punya teman juga." Ejek Sely sambil melihat sasya yang ketakutan.
"Melihat sasya ketakutan membuat El naik emosi, tetapi dia harus menahan dan melihat kondisi sasya. Dia tertawa namun ada makna di baliknya." Hahahaaa lagian kalau pun cuman sasya teman gua, nga Maslah kok lagi pun punya banyak teman kaya luhh nga penting, nge habisin tenaga yang tidak ada berfaedah." Ucap El sambil menatap Sely dengan senyum mengejek.
"Sely yang terbawa emosi hampir saja menampar El dengan sigap dia menurunkan tangannya ketika melihat gurunya akan segera masuk dia berbisik kepada El." Kali ini luhh selamat tapi tidak dengan hari esok." Sambil berjalan meninggalkan El dan duduk di bangkunya.
El cuman tertawa melihat sahabatnya itu sangat khawatir hanya mengedipkan, matanya kepada sasya bahwa dirinya, baik" saja tidak usah khawatir batin El sambil melihat sasya.
Sasya pun paham dan tersenyum manis melihat sahabatnya yang kuat dan berani menghadapi orang" yang ingin menjatuhkannya. Mereka pun belajar dengan senyap dan aman.
Dua jam berlalu mata pelajaran yang terakhir pun berlalu kini waktunya pulang pun tiba sasya dan El bersiap" untuk pulang.
Ketika hendak berdiri sasya bertanya dan ingin mengajak El untuk bertemu sepupunya yang akan merayakan ulang tahunnya selepas pulang sekolah. Benar sasya mempunyai sepupu satu sekolah dengannya cuman berbeda kelas saja.
"El mau nga ke acara sepupu gue." Tanya sasya yang sedang merapikan bukunya di atas meja.
" El berfikir sejenak dan melihat sasya penuh harap." Hemm gimana yahh soalnya gua udah janji sama Daddy bilang mau jemput Abang gue di bandara dia bru pulang dari luar negeri." Ucap El sembari sembari menjelaskan agar sahabatnya bisa mengerti."
" Dengan nada kecewa." Ya udalah El gue kira Luh punya waktu luang." Dengan wajah yang cemburut.
" Kan luhh tau sendiri Abang gue itu kek gimana kan." Ujar El sembari memberi pengertian kembali kepada sahabatnya.
" Iya gue ngerti kok gue juga rindu sama Abang key, El gue ikut ya." Dari muka yang cemburut menjadi senang.
" Melihat wajah sahabatnya itu ceria kembali Dia pun menganggukkan kepalanya." Iya Luh boleh ikut." Sambil terkekeh kepada sahabatnya.
" Tanpa pkir panjang sasya pun angguk kepalanya sembari memberi tanda bahwa dia setuju." Ok yukk." Sambil mengandeng sahabatnya ke parkiran dengan senyum sendiri."
Mereka pun berjalan meninggalkan kelasnya menuju parkiran, di tengah perjalanan menuju parkiran El merasa di pantau dari jarak jauh. El pun berbalik badan untuk membuktikan rasa penasarannya, tidak ada orang satu pun yang ada hanya siswa yang sedang latihan eskul. Mungkin cuman perasan gua kali ya batin El. Dan kembali berjalan menghampiri sasya yang sudah sangat jauh.
Sesampainya di parkiran Meraka masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan parkiran sekolah dengan kecepatan rata" . Hampri 30 menit berkendara akhirnya El dan sasya pun sampai di bandara dan mencari keberadaan Abang tersayangnya, melirik kesana kemari namun belum juga terlihat sampai akhirnya El pun melambaikan tangan melihat sosok pria tampan dan juga gagah berjalan menuju dirinya, tanpa sadar sosok laki" itu sudah berada di depannya.
" Tanpa sadar El membuka lebar" matanya melihat sosok di hadapannya ini yang tampan dan juga keren." Abang." Sambil memeluk kak tercintanya tanpa sadar di perhatikan dengan banyak pasang mata.
" Dengan sigap membalas pelukan adiknya yang di rindukan bertahun tahun tidak bertemu." Sudah besar rupanya adik kecil Abang yang selalu ku jaga dan ku sayangangi dengan sepenuh hati." Ucap key yang baru saja melihat sosok yang di rindukannya.
" El pun melepas pelukannya dan menatap lekat wajah tampan dan juga beribawa di hadapannya." Iya lahh bang masa iya mau gitu" aja, harus ada pertumbuhan juga." Timpalnya sambil tertawa kecil."
Tanpa sadar El melupakan sasya sedari tadi asik berbincang dengan sang kak." Ehmm ehmm." Sasya berdeham agar dua bersaudara ini melirik kedirinya."
El langsung tersadar bahwa dia dtang bersama sahabatnya." Oh iya kak kenalin ini sasya teman sekolah sekaligus shbt aku dari kecil, kak masih ingatkan." Sembari memperkenalkan sasya kepada kaknya."
Key berfikir sejenak mengingat sosok wanita imut di hadapannya ini." Ahh ya Kak ingat kamu anak kecil yang selalu menari balet kan." Ucap key kepada sasya yang sedari kecil suka balet."
" Wajah sasya langsung merah merona karna kak sahabatnya masih ingat hobi baletnya." Iya bang ini sasya Abang masih ingat aku kira udah lupa." Ucapnya.
"Masa iya Abang lupa sama sahabat adik Abang yang cantik." Sambil mencubit pipi kedua wanita yang ada di hadapannya ini.
Setelah berbincang mereka menuju parkiran bandara untuk segera pulang. Sasya ikut ke rumah El karna sudah sangat lama dia tidak ke rumah sahabatnya, setalah perjalanan yang begitu memakan waktu akhirnya mereka sampai di rumah yang sangat megah. Yang terletak di perumahan elit dengan penghuni para pejabat dan juga pengusaha kaya, sasya takjub melihat rumah yang begitu lama tidak di jumpai banyak sekali perubahan. Sejak meninggalnya ibu El dari depan rumah sampai belakang di renovasi sesuai ke inginan sang putri tercinta.
Tuan Haris sengaja merenovasi agar terlihat lebih elengan dan nyaman, sesuai kemauan sang putri Haris merenovasi rumahnya menjadi suasana Eropa klasik. Sebagai ayah melihat putrinya bahagia itu sudah cukup baginya meskipun El hanya anak tiri tetapi dia sudah mengganggap El seperti anak kandungnya sendiri. Tak banyak yang tau bahwa El bukanlah anak kandung dari tuan Haris hanya key dan sasya serta para pelayan di rumah ini yang mengetahui pernikahan tuan besarnya dengan ibu El yang menjadi istri kedua setelah meninggalnya mama key untuk selamanya. Key tidak keberatan melihat Daddynya menikah lagi, melihat Daddynya bahagia itu juga cukup buat key. Key juga bisa menerima Emely dan juga ibu sambung key dengan penuh kasih syang.
Setelah melihat perubahan rumah El sasya pun masuk ke rumah El dengan wajah yang sumringah, benar saja perilaku Abang El dan juga Daddy El membuat sasya seperti anak sendiri.
"El melihat sasya yang sedari tadi hanya diam, dia pun menjahili temanya." Sya awas ada ular." Teriak El mengangetkan sasya.
"Sasya yang terkejut langsung lari kesana kemari." Mana ularnya mana." Sambil memengang sapu.
" El tertawa melihat sahabatnya begitu ketakutan." Mana ada ular di rumah megah gue, luhh pikir ini kebun binatang." Sambil terkekeh melihat tingkah sahabatnya.
"Sasya yang sadar bahwa di jahili oleh sahabatnya langsung menggerutu." Dasar kirain ada benaran, masa iya rumah se bagus ini ada ular ngaco luhh." Sambil melempar sapu yang di pengangnya.
Melihat kedatangan anak laki" semata wayangnya membuat tuan Haris sumringah dan menghampiri key. Haris langsung memeluk sang putra yang sudah lama pergi keluar negeri untuk studynya di sana.
"Haris memeluk sang putra dengan hangat." Sudah selesai kan study mu di sana, Daddy harap kamu bisa lanjut kuliah di sini saja." Ucap haris melepaskan pelukannya.
"Key pun melepaskan kerinduan terhadap orang tua satu"nya yang ada di hadapannya sekarang." Iya Daddy key bakal lanjut kuliah Disni aja." Ucap key sembari melepaskan pelukannya.
"Haris mengangguk kepalanya tanda mengerti." Baiklah kamu kamar dan istirahat."ucap sang Daddy yang pergi meninggalkan key ke ruang kerjanya.
Key El dan juga sasya Langsung menuju kamar masing" setelah lama menghabiskan waktu bersama akhirnya sasya pamit, kepada Abang dan juga om Haris untuk segera pulang di antar supir pribadi om Haris.
Di tempat lain di Bandung seorang gadis harus sekolah dan bekerja, untuk hidup dan memberi makan kepada ibu tiri dan juga adik tirinya. Setelah 15 tahun gadis itu hidup menderita dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan ibu dan adik tirinya. Sang ayah yang meninggalkan anak gadisnya untuk di rawat dengan baik, tidak sesuai harapannya. Oliv selalu menangis meratapi hidupnya yang menderita di tinggal sang ayah untuk selamanya.
Setelah berpisah cukup lama dengan kak dan juga ibu Oliv hidup mandiri dan pekerja keras, tidak sedikit orang merasa kasian dan juga benci karena sikap yang polos dan tidak tau apa"nya. Dengan hidup dan kerja tak ayal Oliv juga belajar dengan giat agar bisa terlepas dari rumah bagai neraka baginya.
Oliv menjadi siswa berbakat di sekolah dengan nilai yang sempurna, selalu saja ada yang iri dengan kecerdasan Oliv tidak banyak yang juga memanfaatkan dirinya untuk kepetingan diri sendiri. Sikap polos Oliv selalu menjadi bahan olok"an dan juga bully teman sekelasnya, selama ini Oliv hanya sekolah dan juga kerja tanpa tau harus mencari teman.
Sekian lama Oliv berdiam diri Oliv mulai berbaur dengan teman sekelasnya, ya Oliv selama ini hanya diam dan tidak ingin mencari Masalah. Untung saja Oliv tidak satu sekolah dengan sang adik tiri yang selalu saja membuatnya harus menanggung beban hidup seorang diri.
Cukup lama melamun bahu Oliv di tepuk seseorang untuk membuyarkan lamunannya" Liv kamu nga papakan". Tanya seorang teman Oliv.
"Oliv yang sadar dari lamunannya langsung berbalik melihat temannya." Nga kok aku cuman mikirin kak dan juga ibu yang jauh di kota lain, kadang gua rindu banget sama dia." Sambil menundukkan kepalanya agar butiran air di kelopak matanya tidak di lihat orang lain.
"Milli yang sadar dan melihat Oliv menangis langsung memeluk Oliv." Yang sabar semua akan indah, yang kuat ya aku selalu ada kok buat kamu." Sambil tersenyum ramah.
Mili yang kasihan melihat Oliv seperti ini hanya bisa berdiam diri hanya dia yang begitu peduli terhadapnya meski Oliv tidak begitu mempunyai teman namun Mili dengan senang hati menerimanya sebagai teman, Mili merasa Oliv orang yang baik hati dan juga memilik jiwa yang setia kepada temannya. Milli merasa senang memiliki Oliv yang selalu membantunya menyelesaikan tugas sekolah, tak ayal mili membayar Oliv sebagi guru lesnya agar bisa membatu sahabatnya, namun terkadang Oliv menolak dia hanya membantu tanpa minta imbalan. Oliv merasa membantu teman akan membuatnya bahagia, karna hanya milli yang mau menerima dia sebagai temannya.
"Oliv menghapus buliran air yang mendarat mulus di pipi putihnya sambil tersenyum cantik." Iya makasih atas semua yang kamu lakukan, aku beruntung masih punya kamu sebagai sahabat aku." Sambil tersenyum sendu.
"Milli hanya menganggukan kepalanya ." Ya udah kita kelas sebentar lagi bel berbunyi.
Mereka berjalan meninggalkan halaman belakang sekolah menuju kelasnya, tanpa sengaja dia menabrak seseorang yang terburu" sambil berlari. Al hasil dia terjatuh dari gengaman milli.
Brukk.
"Aww." Rintihan Oliv saat terjatuh.
"Dengan sigap pria yang menabrak Oliv mengulurkan tangannya." Maaf aku buru" sini aku bantuin." Sambil menunduk melihat wajah Oliv.
"Oliv menolak bantuan pria itu yang menabrak dirinya dia berusaha bangkit sendiri." Nga usah makasih, lain kali kalo jalan pake mata dong supaya tidak nabrak orang." Ucapnya sambil menarik tangan milli untuk segera ke kelasnya meninggalkan pria itu tanpa mendengar jawaban dari pria tersebut.
Pria itu hanya menatap punggung itu hingga menghilang, tanpa sadar bel berbunyi menandakan kelas akan segera di mulai. Dia pun berlari menuju kelasnya, cewek tadi songong banget udah minta maaf juga Cuek aja bikin kesel batin Rio Sambil memasuki kelasnya.
Setelah kejadian tadi di sekolah Rio selalu memikirkan gadis Cuek yang bikin hatinya kesel setengah mati." Siapa sih dia kenapa baru liat ya? Atau gua aja yang baru liat." Sambil berbaring di kasurnya yang empuk memikirkan Oliv.
Di sisi lain Oliv hanya Cuek dan pulang ke rumahnya setelah kejadian tadi siang. Sampainya di rumah Oliv di tunggu oleh ibu dan juga adik tirinya. Dengan perasaan takut dan juga gemetaran melihat wajah ibu dan adiknya yang sedang marah melihatnya.
Dengan langkah yang terbata" Oliv memasuki rumahnya." Bu ada apa kok liatin Oliv sampai segitunya, emang Oliv ada salah." Dengan nada yang pelan dan gemetaran.
Ibu Oliv menatap tajam anak tirinya ini Dengan kesalnya." Uang mingguan mana kok belum setor ke ibu, kamu kan pasti sudah gajian kan kemarin." Sambil mengulurkan tangannya.
"Soal itu Oliv minta maaf Bu uangnya sudah Oliv pake untuk bayar uang SPP soalnya udah di tagih." Ucapnya yang semakin pucat.
Plakkk satu tamparan melesat di pipi mulus Oliv membuat Oliv menangis tersedu sedu dengan sikap ibunya. Ibunya melihat air mata Oliv menetes tanpa rasa iba ibu Oliv malah memaki dan menghujat banyak pernyataan." Harusnya uang itu untuk ibu untuk makan dan bayar uang sekolah adek kamu, bukan untuk kepetingan pribadi kamu." Bentak ibunya kepada Oliv karena emosi.
"Oliv dengan memengang pipinya yang terasa perih dan panas akibat tamparan ibunya." Maaf bu soalnya semester kemarin Oliv juga nunggak, tidak mungkin Oliv nunggak lagi soal biaya kita sehari" Oliv masih ada tapi kalo untuk uang sekolah adek saya belum punya Bu." Ucap Oliv sambil menangis.
"Ibunya menghirup nafas panjangnya membuang berat nafasnya dan melihat tajam mata Oliv." Sini uangnya ibu mau makan di luar sama adek kamu, kamu masak sendiri saja." Sambil meminta uang kepada Oliv.
Oliv langsung memberinya sisa uang saku Oliv kepada ibunya, namun ibunya langsung mengambil paksa semua uangnya tanpa sisa. Adik berserta ibunya langsung keluar rumah untuk makan di luar meninggalkan Oliv sendiri sambil meratapi hidupnya.
Oliv langsung tersungkur akibat kaki lemasnya menghadapi ibu dan juga adik tiri yang kejam, Oliv melihat foto ayah dan kaknya dia menangis sejadi jadinya meluapkan segala rindu kepada mereka yang meninggalkanya sendri.
Dengan kaki yang berat untuk melangkah Oliv memasuki kamarnya, menangis tersedu" melihat kondisinya sekarang. Oliv baring di kasurnya dan sambil menangis dan memengang bingkai foto ayah dan kaknya. Tanpa sadar dia pun tertidur pulas karena lelah dan menangis seharian.
Hari demi hari di jalani El dengan baik, namun belakangan ini dirinya selalu bermimpi melihat sosok dirinya yang hidup menderita. Beberapa hari El selalu mendapat mimpi buruk, seseorang yang di dalam mimpinya seakan meminta dirinya untuk menolongnya.
Dengan gelisah dan ragu dia melihat sosok itu dengan jelas dan memanggilnya." Oliv. Ucap El kepada sosok yang di hadapannya.
Sosok itu melihat dengan lekat wajah yang sama di hadapannya ini sambil mengeluarkan air bening dari kelopak matanya." Iya kak ini Oliv." Sambil menangis tersedu".
El terkejut melihat adik kembarnya dengan wajah lesuh dan tidak punya semangat hidup." Liv muka kamu kok pucat, kamu nga papakan."tanya El kepada Oliv.
Oliv yang tersenyum dan senang bisa bertemu dengan sang kak sekian lamanya langsung memeluknya." Kak Oliv kangen sama kak, Oliv hidup menderita setelah kalian pergi meninggalkan ku sendiri bersama ayah kak." Menangis sejadi jadinya.
El yang merasa kasian kepada saudara kembarnya pun membalas pelukannya." Kamu jangan khawatir aku akan membantu mu dan membawa mu keluar dari rumah itu." Sambil mengusap lembut rambut sang adik.
Dengan rasa senang dan bahagia bisa bertemu kaknya oliv tersenyum melihat El bisa bahagia." Aku senang bisa melihat kak sekarang, aku bisa pergi dengan tenang menyusul ayah dan ibu ke surga." Ucap Oliv melepas pelukannya.
El yang merasa aneh dengan ucapan sang adik heran mengapa adiknya bisa berkata seperti itu." Liv kamu jangan ngomong seperti itu, aku takut aku janji akan membawa mu sekarang dari rumah itu."sambil menarik tangan sang adik.
Namun Oliv menolak ajakan sang kak karena merasa lelah dengan hidup yang di alaminya sekarang." Kak nga usah repot" melihat kak bahagia sekarang pun Oliv juga bahagia meskipun selama ini hidup Oliv selalu menderita, tapi sisi lain kak yang aku sayangi bisa bahagia dengan keluarga kak sekarang." Sambil melepas tangan sang kak dan berjalan meninggalkan El yang terdiam dengan ucapan adiknya.
El tersadar dan mencari keberadaan Oliv namun tidak di temukan, El berteriak berlari ke sana kemari mencari sosok sang adik. Tanpa sadar El mendengar suara yang tidak asing baginya, memangil namanya dengan keras El pun mencari sumber suara dan tersadar dari mimpinya.
El membuka secara perlahan matanya mengedarkan penglihatanya, menangkap
sosok laki" tampan dengan muka yang khawatir. Iya sang kak key melihat adiknya tidur pulas namun mendengar mengigau tidak jelas, dengan hati" membangunkan El dengan menepuk pipinya." El kamu kenapa, kamu sakit honey kita ke rumah sakit sekarang." Ucap key yang khawatir.
El tersenyum melihat key yang gelisah dan mengkhawatirkan dirinya terlalu berlebihan." Hey kak aku nga papa kok, cuman mimpi buruk aja." Sambil duduk di sandaran tempat tidurnya.
Mimpi buruk? Sejak kapan kamu mengalami mimpi buruk El ? Kamu kok tidak pernah cerita sama Kaka." Ucap key dengan banyak pertanyaan.
El tertawa melihat tingkah laku kakanya." Kak aku mimpi saudara kembar El kak." Dengan nada sendu dan mata berkaca kaca.
Melihat adiknya sedih key mencoba menenangkan El dengan cara memeluknya." El jangan sedih coba cerita sma kak apa isi mimpi kamu, sampai" kamu keringat seperti ini." Ucap key sambil melihat sekujur tubuh El yang basah.
El tidak menyadari bahwa bajunya basah akibat keringatnya berlebihan, sambil di usap agar kering." El mimpi adik aku pergi ninggalin aku untuk selamanya, dia juga bilang kalo semasa hidupnya itu menderita bang." Tanpa di minta buliran air bening lolos membasahi pipinya.
Key mengerti bagaimana perasaan sang adik kecilnya ini berusaha menenangkan adiknya." Honey semua mimpi belum tentu akan terjadi sebagian mimpi hanya ilusi dan bunga tidur kita sayang." Sembari melepaskan pelukannya dari sang adik.
El merasa tenang jika di peluk dan di nasihati oleh sang kak meski pun dia bukan Kaka kandung El, namun El merasa bahagia bisa berada di tengah keluarga yang begitu mencintainya. El tersenyum menandakan bahwa dirinya baik" saja, key pun berlalu meninggalkan kamar El menuju kamar pribadinya.
El meraba nakas dan mencari telfon gengamnya dan menekan tombol dan mencari nomor seseorang, untuk menghubungi dan mencari tahu informasi seseorang.
El pun mencoba menelfon informannya untuk mencari informasi tentang adiknya yang berada di Bandung. Ya El tau Oliv berada di Bandung tinggal bersama ayah dan ibu tirinya, beberapa tahun yang lalu El mencoba kesna namun ternyata mereka sudah menjual rumah peninggalan ibunya satu"nya. Sejak itu El tidak tahu di mana adik kembarnya berada.
Setelah tersambung Tut Tut ." Ya halo ."ucap seseorang di sebrang teflon.
Tanpa basa basi El menceritakan semua kisahnya dan meminta bantuannya untuk mencarinya segera." Gue mau luhh cari tau orang yang gue ceritain ciri"nya serta fotonya luhh cari tau gua mau informasi itu secepatnya paham." Ucap El kepada orang itu.
Baik saya akan menemukan dan mencari tau di mana keberadaan mereka saya akan mengabari bos secepatnya." Ucap anak buah El.
Telfon pun terputus El berusaha menjernihkan fikiranya dengan mandi di kamar mandi miliknya. Dengan fasilitas hotel bintang lima El merasa nyaman mandi berlama lama.
Di sisi lain Oliv merasa tidak enak badan untuk berangkat sekolah, karna hari ini ujian untuk ke lulusannya Oliv berusaha memberanikan diri untuk bersekolah. Meski pun dengan jalan yang sempoyongan Oliv pun tiba di kelas dengan muka pucat pasif, seakan tidak ada aliran darah dalam tubuhnya.
Melihat Oliv seperti itu milli berlari menghampiri sahabatnya dan membantunya masuk ke dalam kelas." Liv kamu sakit? Kalo sakit kita ke UKS sekarang yahh." Ucap Mili kepada sahabatnya.
Oliv hanya tersenyum." Aku nga papa kok kecapean aja mungkin, karena semalam lembur dan aku belajar sampai lupa makan dan tidur yang cukup." Ucapnya sembari menjelaskan bahwa dirinya baik" saja.
Namun rasa kasian melihat sahabatnya menderita dan hidup dengan bekerja keras membuat Mili ingin menangis." Liv gua kasian melihat kamu seperti ini, harus kerja keras agar bisa bertahan hidup." Dengan nada sendu dan mata berkaca-kaca.
Melihat Mili menangis Oliv merasa dirinya hanya di kasihani orang lain dengan erat menggenggam tangan Mili." Mil aku nga papa kok jangan nangis ya, udah yuk masuk kelas sebentar lagi bakal ujian." Mengalihkan pikiran Mili.
Mereka pun memasuki kelas dengan membantu Oliv berjalan dan duduk di bangkunya. Tak lama kemudian guru yang akan mengawasi ujian akhirnya masuk dan memulai membagikan selembar kertas ujian.
30 menit berlalu semua siswa selesai dengan kertas ujian masing", merasa kepala dan perutnya sakit Oliv berusaha berdiri namun matanya berkunang-kunang dan jatuh seketika tidak sadarkan diri. Teman" Oliv yang melihatnya langsung membawanya ke UKS sekolah, Mili yang begitu khawatir dengan sahabatnya belum sadar juga selama satu jam. Akhirnya di bawa ke rumah sakit untuk di periksa lebih lanjut dengan langkah yang terbata" Mili menemani dan membawa Oliv ke rumah sakit tempat ayahnya bekerja.
Ayah Mili yang melihat putrinya berada di sini segera menghampiri putrinya." Mil." Ucap ayahnya.
Mili yang kaget karena keberadaan ayahnya yang tiba" langsung berlari memeluk ayahnya." Ayah Oliv masuk rumah sakit, aku khawatir dengan kondisinya sekarang." Memberi tahu ayahnya bahwa sahabatnya dengan kondisi yang tidak baik" saja.
Ayah Mili yang melihat putrinya bisa memiliki rasa kasian terhadap orang lain merasa bangga dengan putrinya, ayah Mili pun ikut sedih." Sayang Oliv nga bakal kenapa" kok yahh kamu tenang kita tunggu dokter itu keluar yah." Sembari memberikan kekuatan sang putri.
Sudah tiga puluh menit lamanya Oliv berada di dalam tak henti hentinya Mili berdoa agar kesembuhan Oliv cepat pulih. Setelah tiga puluh menit berlalu akhirnya dokter yang memeriksa Oliv keluar dengan muka yang sendu.
Dokter melihat Mili dan ayahnya dengan wajah yang khawatir." Anda temanya yahh." Ucap dokter sambil melihat Mili, Mili hanya menganggukkan kepalanya.
Jadi teman saya kenapa dokter dia tidak sakit parah kan." Ucap dengan nada khawatir.
Teman kamu nga papa dia cuman kurang tidur dan juga tidak menjaga stamina tubuh makanya dia seperti ini." Sembari menjelaskan kondisi oliv.
Mili menghela napas panjangnya." Syukur lah kalo Oliv nga kenapa", oh iya saya boleh masuk kan dokter." Ucap Mili untuk masuk.
Dokter itu tersenyum dan menganggukan kepalanya." Boleh dia juga sudah sadar sebaiknya kamu jaga dan beri dia istirahat yang cukup." Ucap dokter dan pergi meninggalkan Mili dan ayahnya.
Dengan rasa yang begitu khawatir Mili masuk ke ruangan dan melihat kondisi Sahabatnya, Mili merasa kasihan dengan Oliv harus menanggung beban hidup yang berat. Melihat kondisi oliv baik" saja Mili langsung memeluk sahabatnya dengan sangat erat.
Sampai" oliv tidak bernapas." Ehmm mil gue nga bisa napas nihh." Suara serak yang kehabisan nafas.
Menyadari pelukannya melukai temannya dengan sigap Mili melepaskan pelukannya." Maaf Liv gua senang banget kamu nga papa" maaf ya." Ucap Mili sambil terkekeh.
Oliv merasa senang karena masih memiliki Mili yang mengkhawatirkan dirinya saat ini, tiba" saja air mata itu lolos begitu saja di pipi cantik Oliv. Oliv segera menyeka air matanya." Makasih kamu sudah mau membantu aku, aku sedih cuman kamu yang peduli sama gua." Sambil menangis.
Liv selama masih ada aku kamu nga usah khawatir aku akan selalu ada untuk kamu." Ucap Mili sambil menggenggam tangan Oliv.
Tanpa sadar kedua sahabat ini melupakan sosok dokter yang sedari tadi memerhatikan sikap Meraka. Ehm ehm ucap seseorang.
Dengan sadar Mili berbalik melihat suara itu dan tertawa kecil." Maaf yahh sampai lupa oh iya Liv ini ayah aku dia juga bekerja di rumah sakit ini, makanya tadi aku langsung bawa kamu ke sini aja." Ucap sembari memperkenalkan ayahnya.
Dengan sopan dan santun Oliv meyalami tangan ayah Mili." Halo om saya Oliv teman sekelas Mili, kita udah bertemu sekali mungkin om sudah lupa." Dengan senyum yang manisnya.
Mana mungkin om lupa kamu siswa terbaik di sekolah oh iya makasih berkat kamu Mili bisa belajar dengan baik." Ucap ayah Mili sambil tersenyum ramah ke Oliv.
Oliv merasa senang kok om kalo bisa mengajar Mili dengan baik." Dengan nada yang sopan.
Kamu hebat Liv masih muda tapi punya jiwa yang luar biasa om salut dengan ke gigihan kamu untuk bekerja keras untuk menggapai cita-cita kamu." Sahut ayah Mili yang merasa terharu melihat ke gigihan Oliv dalam belajar.
Berselang lama obrolan mereka akhirnya Mili dan ayahnya pamit, untuk meninggalkan Oliv untuk pulang ke rumahnya. Oliv merasa iba dengan hidupnya sendiri karena hanya orang lain yang begitu peduli. Setelah larut malam akhirnya Oliv tertidur pulas di ranjang rumah sakit, tanpa memberi tahu ibunya bahwa dia berada di rumah sakit.
Di sisi lain di rumah Oliv ibu Rani menunggu Oliv hingga larut malam belum juga pulang, emosi meluap dan ke sabaran yang habis membuat ibu Rani, ibu tiri Oliv ingin mengusir Oliv ketika pulang nanti.
Rahel." Ucap ibu tiri Oliv.
Rahel yang terbangun dan keluar kamar melihat ibunya begitu emosi berjalan menuju ruang tamunya." Ibu kenapa Rahel mau tidur nihh besok ada ujian gimana sih." Protes Rahel kepada ibunya yang membangunkannya tengah malam.
Kamu ini bagaimana Oliv ini ke mana, jam begini belum pulang juga kamu teflon temannya sekelasnya barangkali dia tahu." Sambil celinguk celinguk di depan pintu.
Rahel merasa heran menaikan sebelah alisnya." Bu aku sama Oliv kan beda sekolah bagaimana caranya mau nlfn teman sekolahnya, kadang ibu ini ribet ahh aku mau tidur besok sekolah." Berjalan menuju kamarnya meninggalkan ibunya di depan pintu rumah.
Dasar anak tidak tahu di untung liat aja besok kalo pulang semua barang" ronsokannya sudah ada di luar."umpatnya sembari memasuki kamar tidurnya.
Esok hari Oliv sudah bisa pulang dengan senang hati Mili menemani sahabatnya, untuk mengantarkannya pulang ke rumah Oliv. Mili membantu Oliv berjalan menuju tempat parkir mobilnya, Oliv yang sempoyongan berjalan berusaha menahan dirinya agar tidak jatuh. Namun apa daya berat badan dan berat badan Mili tidak mampu membuatnya bertahan lama sampai depan pintu rumah sakit Mili melepaskan tangannya tanpa sadar Oliv terjatuh.
Tiba" tubuh Oliv yang terjatuh dari genggaman Mili langsung di tangkap oleh sosok lelaki tampan yang tak jauh dari tempat mereka, Oliv terkejut melihat sosok laki" tampan yang mempesona di hadapannya , tanpa sadar laki laki tersebut berdehm. Ehm ehm.
Membuyarkan lamunan Oliv dengan sigap Mili membantu Oliv kembali dan menatap wajah tampan tersebut." Maaf kak saya tidak sengaja melepaskan genggaman tangan saya kepada teman saya." Ucap Mili sembari meminta maaf.
Nga masalah keliatannya kamu juga kesulitan membawa teman kamu ini." Ucap Rio sambil melihat Oliv.
Makasih sudah membantu tapi kami buru" sekali lagi kami minta maaf." Ucap Mili sembari berjalan meninggalkan Rio yang terpaku melihat Oliv.
Akhirnya mereka sampai dalam mobil dan Mili melajukan mobilnya Rio yang menatap mobil tersebut sampai hilang arahnya, dia pun tersadar.
Kok bisa sampai lupa tanya kelasnya di mana." Umpat Rio kesal karna gagal lagi menanyakan kelasnya.
Hampri lima belas menit perjalanan akhirnya mobil Mili memasuki pekarangan rumah Oliv, Mili memarkirkan mobilnya depan rumah Oliv dan segera turun membukakan pintu mobil untuk Oliv. Dia membantu Oliv sampai depan rumahnya, Nampak wajah ibu Oliv yang sangat marah karena Oliv baru saja pulang.
Baru pulang enak tidur di hotelnya." Ucap ibu Oliv dengan nada yang kesal.
Maaf Tante Oliv kemarin masuk rumah sakit jadi baru bisa pulang sekarang." Ucap Mili sembari menjelaskan agar ibunya Oliv tidak salah paham.
Saya nga peduli mau dia masuk rumah sakit atau mati sekalipun bukan urusan saya, dan kamu tidak usah ikut campur urusan keluarga kami." Ucap ibu Oliv dengan nada kesal melihat Mili.
Bu maafin Oliv nga sempat kasih kabar ibu ini semua salah saya kok jangan marahin teman saya, saya mohon Bu." Sambil tertunduk bersimpuh di kaki ibunya.
Mili yang melihatnya langsung mengangkat Oliv untuk berdiri, dan menatap tajam mata ibu Oliv." Ibu nga punya hati atau bagaiman ini Oliv sedang sakit bukan main" Tante." Umpat Mili karena kesal.
Saya nga peduli oh iya bawa teman kamu ini pergi dari rumah saya dan bawa pergi pakaiannya, saya nga peduli dia mau tidur di mana." Sambil melempar tas dan berjalan masuk ke dalam dan membanting pintu dengan kasar.
Oliv langsung melemas dan menangis tersedu-sedu melihat kelakuan ibu dan merasa malu dengan Mili karena dirinya di usir oleh ibu tirinya di hadapan sahabatnya. Mili yang merasa kasian langsung duduk memeluk sahabatnya.
Liv kamu bisa ko tinggal di rumah aku sementara waktu yah." Ucap Mili sembari membantunya berdiri.
Nga usah mil aku ngerepotin kamu Mulu tau nga, aku juga malu sama ayah kamu kalo aku tinggal bareng kalian." Ucap Oliv menyeka air matanya.
Tenang aja ayah aku pasti mengerti kok, lagian kami juga tinggal berdua semenjak ibu meninggal aku sama ayah cuman tinggal berdua, mau ya pliss." Dengan mata sendunya dan memasang mata baby eysnya.
Oliv yang tidak bisa melihat sahabatnya kecewa dengan terpaksa mengikuti keinginan sahabatnya itu." Ya udah kita pergi dari sini sebelum ibu tambah marah lagi." Umpat Oliv agar pergi dari sana.
Tiba" datang sebuah mobil mewah menghampiri kediaman rumah Oliv, dengan angkuhnya Rahel keluar dari mobil sambil membawa barang" mewah yang di belikan oleh pacarnya. Melihat kedatangan Oliv dan temannya membuat Rahel semakin ingin pamer sama saudara tirinya itu.
Luhh di sini kenapa nga usah pulang aja biar nga ada beban." Dengan nada ketus sambil menghampiri Oliv.
Oliv yang berusaha menghindari adiknya ini hanya pergi berlalu dari sana bersama Mili untuk pergi dari sana segera mungkin. Di perjalanan Oliv hanya diam dan menatap jalan lurus Mili yang merasa kasihan hanya bisa diam tanpa ada perbincangan antara mereka. Setalah menempuh perjalanan Lima belas menit Mili sampai di kediaman rumah yang minimalis ini begitu asri dan juga bersih.
Mereka pun turun dan masuk ke dalam rumah Oliv yang sungkan untuk masuk berjalan terbata bata, melihat Oliv seperti maling Mili tertawa." Liv ngapain jalan kek maling." Heran melihat tingkah temanya.
Aku nga enak sama ayah kamu mil." Ucap Oliv sembari melihat".
Aku udah bilang sama ayah kok, malah dia senang kamu bisa tinggal Disni karena bisa nemenin aku." Ucap Mili sambil menarik tangan Oliv.
Ini kamar aku emang nga kebesaran biar di belakang aja." Seketika Oliv ingin keluar.
Mau kemana udah Disni aja ini udah paling kecil nga usah protes tidur dan istirahat ok." Mili berlalu meninggalkan Oliv untuk beristirahat.
Di rumah yang mewah dan glamor El berlatih menembak dan juga silat agar bisa menjaga diri dan orang lain, selama ini El belajar bela diri untuk melindungi orang" sekitarnya yang dalam bahaya, tak ayal dia juga membantu orang" yang di tindas sesama manusia.
Tiba" handphone nya berdering Sembari memberitahu ada kabar yang harus di dengarnya. Dengan keringat yang bercucuran El mengkangkat handphonenya." Halo ada apa." Ucap El
Saya sudah tau di mana adik bos berada dia di bandung kota Bogor, tinggal dengan ibu tiri beserta adiknya bos." Suara dari sebrang sana.
Ok pantau semua gerak gerik mereka laporkan setiap kegiatan adik saya dan ingat jangan sampai ketahuan." El menutup telfonnya dan melanjutkan latihannya
Flash back
Orang suruhan El mengintai rumah Oliv tanpa sadar mereka melihat semua kejadian di rumah itu, semua perlakuan ibu tiri berserta adiknya di pantau dengan baik oleh suruhan El.
Kalian liat saja semua yang kalian lakukan akan saya balas dengan baik." Batin El sambil memukul samsak yang berada di depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!