NovelToon NovelToon

The Prince & I : Sang Pangeran & Aku Season 1 - 5

Season 1 : "Namaku Joy."

Perkenalkan, namanya sederhana saja, Joy. Umurnya awal dua puluhan, si gadis pemalu berkacamata yang tomboy dan tertutup.

Joy hanyalah seorang gadis biasa seperti cewek tetangga kita, hidup berdua bersama mamanya di kota besar negeri imajiner bernama Evernesia. Matanya ada empat, alias berkacamata tebal minus 8, jadi tak pernah diizinkan belajar nyetir mobil karena orangtuanya khawatir Joy takkan bisa jadi pengemudi yang baik. Ajaibnya, talenta Joy justru memakai mata, bermodal netra. Padahal minusnya tinggi lho, tak pakai kacamata sama dengan tak bisa berbuat apa-apa. Ironis, ya?

Sehari-hari Joy berkuliah di bidang seni rupa, maklum, gak bakat jadi pengusaha seperti almarhum papa. Boro-boro jadi akuntan, lihat angka-angka bertumpuk saja Joy langsung ngap-ngapan. Jadi ya di sanalah Joy mendarat, terdampar di kelas seni bersama teman-teman sekelas yang 80 persen cowok gondrong bersandal jepit, corat-coret di selembar kertas putih atau kanvas, manual atau digital. Sesekali pegang kamera, baik di studio maupun di outdoor, jeprat-jepret keliling museum dan sebagainya.

Seperti gadis-gadis jomblo pejuang cinta pada umumnya, Joy ingin sekali punya pacar. Sering naksir cowok tapi tak berani nembak. Jadi dibiarkannya saja beberapa cinta lama pergi. Gak pede, sih. Berikut ini kisah singkatnya.

Pertama kali Joy suka cowok umur sepuluh tahun. Cakap, tinggi, seperti cowok Jepang di film action hero Kamen Rider alias Ksatria Baja Hitam (waktu itu belum musim drakor atau K-pop). Tapi cowok itu, sebut saja namanya Kyo, memang baik banget, mereka sering main sepeda keliling kompleks, tapi mungkin cuma menganggap Joy teman. Lagian, setelah SMP, penampilan Kyo berubah. Tak seganteng waktu berumur 10-an tahun. Mulai jerawatan sedikit. Mungkin hanya imut waktu dia kecil, seperti Macaulay Culkin di film Home Alone. Sudah besarnya, kok mengecewakan.

Lalu Joy jatuh cinta pada cowok lain lagi di sekolah menengah pertama. Sebut saja namanya Yan. Pintar, jago komputer, juara kelas pula. Yan agak galak, tak begitu suka dekat-dekat cewek, tapi Joy suka tipe seperti itu. Badannya tak setinggi Kyo, tapi senyumnya boleh juga. Cinta monyet pada Yan tak bertahan lama. Setelah SMU, pudar juga. Yan semakin ramah, jadi religius pula, tapi kok jadi membosankan.

Dan satu lagi idola Joy. Saat belajar semacam alat musik klasik di usia belasan, Joy diam-diam suka sama Rick, anak guru di les musik. Orangnya ganteng, mirip Aaron Kwok, bintang film HK. Bila ujian musik sering jadi guru penilai, bikin enggak konsen alias grogi. Sayang, karena sekolah Joy tergolong unggulan national plus dengan guru-guru killer-nya, les musik jadi terbengkalai. Terpaksa Joy berhenti. Dan ia pun tak bisa lagi diam-diam mengintip Rick.

Saat Joy masuk SMU, lain lagi gebetannya. Ken, si cowok seumuran, anggota klub pecinta alam yang terkesan dingin. Dia tidak terlalu tinggi besar, tapi senyumnya cukup manis. Dan tampaknya agak acuh tak acuh alias sama-sama pendiam. Sayangnya, kemudian Ken dekat dengan cewek karateka penyandang sabuk hitam berusia lebih tua dua tahun alias kakak kelas. Buset, sabuk hitam! Joy jadi minder, dan memutuskan untuk mundur.

Kyo, Yan, Rick dan Ken segera berlalu dari daftar idola Joy. Pas kuliah, seorang lagi cowok dunia nyata yang Joy suka. Namanya Tef, dan ia sekelas Joy. Setiap hari bertemu, Joy diam-diam suka Tef. Semula mereka akrab. Sayangnya, walau Joy sering 'ngode', Tef sepertinya kurang respon. Akhirnya karena merasa digantung, Joy pun memilih jadian dengan seorang cowok yang dikenalkan teman. Cuma suka ngobrol dan bercanda saja, seperti kakak-adik.

Selama dua tahun pacaran iseng tanpa rasa cinta, Joy dan cowoknya akhirnya berpisah. Sampai beberapa saat silam, Joy belum juga membuka hati untuk siapa-siapa.

Sepi, sendiri, sering menangis dalam hati. Apalagi sepeninggal papa, Joy merasa begitu hampa. Teman-temannya satu-satu berpasangan, bahkan menikah dan berpisah karena jarak dan waktu. Joy bertahun-tahun masih jomblo saja. Ada gak sih, cowok tertarik sama cewek tomboy bermata empat yang pendiam dan pemalu begini? batin Joy resah.

Tahun 2000-an awal.

Internet mulai booming. Saat itu belum ada Facebook, Friendster, WA juga belum, hanya ada email Hotmail, Yahoo dan MiRC. Dan Joy sering menghabiskan waktu berjam-jam di warnet. Sekedar browsing atau baca-baca berita. Saat itu belum banyak game online, hanya ada Nexia dan beberapa game perang-perangan semacam Counter Strike, begitu pula ponsel android dan video call masih belum dikenal. Ngobrol atau bersurat masih populer lewat SMS dan email. Akibat biasa main di warnet bertarif rata-rata sepuluhribuan per jam, Joy mulai akrab dengan ASL (age, sex, location) dan sapaan singkat lainnya, tanpa tahu wajah si pemilik nama alias. 

Kenalan demi kenalan dilakoni, tak semuanya berlanjut, karena satu dan lain hal, sampai hari itu pun tiba.

Telepon Joy berdering. Beberapa hari silam ada telepon salah sambung yang terus-menerus berulang walau sudah ditolak halus Joy, yang sebenarnya tak begitu suka mengangkat telepon. Jadi agak trauma dan sedikit menakutkan. Orang itu ngotot betul ini nomor yang ia tuju. Joy sudah bilang bukan, masih ditelepon terus!

Kali ini siapa ya, kira-kira?

Angkat, tidak angkat. Saat itu belum ada display nomor telepon atau caller ID. Joy ragu-ragu. Kemarin-kemarin sih, ia pernah bertukar nomor telepon dengan satu cowok yang mengaku bernama Rey di MiRC tapi belum saling menghubungi. Kali ini, dia bukan ya?

"Dia, Rey."

Ragu, agak lama dibiarkan berdering, Joy putuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Halo, selamat siang, ini dengan Joy?" suara cowok di seberang sana.

Suaranya rendah, ramah. Nada khas seorang pria muda.

"Ya, saya Joy, ini dengan siapa?" sahut Joy agak deg-degan. Hampir saja ia semprot si penelepon, karena dikira orang yang sama dengan yang salah sambung bolak-balik kemarin.

"Ini aku, Rey. Kita kemarin kenalan di chat. Salam kenal."

Joy tak langsung menanggapi. Namun nada suara cowok itu, ia suka. Seperti familiar, seperti musik di telinganya, dan ia hanya ingin berlama-lama mendengarkannya.

"Hai Tuan Rey. Iya, ini aku Joy. Salam kenal juga ya."

Dan percakapan pun berlanjut. Mereka saling memperkenalkan diri. Rey kuliah di universitas ternama, jurusan Teknologi Informasi. Ia suka fotografi, dan tinggal sendiri jauh dari orangtua di negeri lain. Singkatnya, Rey terdengar cukup ramah, Joy merasa akrab. "Ups, belum, belum ada perasaan apa-apa. Cuma ingin berteman dahulu saja, tak ada tujuan apa-apa, tak mengapa kan?" batinnya.

Bertukar nomor ponsel, sesekali Joy dan Rey mulai SMS-an. Dan minggu itu, hampir setiap malam mereka berkomunikasi tanpa tahu wajah masing-masing. Percakapan semakin intens, hingga mereka mulai tahu sifat dan kesukaan masing-masing walau hanya lewat pertukaran kata-kata.

Mereka semakin akrab, merasa semakin nyaman. Joy jadi banyak tertawa, dan senyum-senyum sendiri karena Rey banyak bercanda dan mengisahkan jokes lucu. Seperti dua sahabat yang sudah bertahun-tahun kenal.

Teringat pesan mamanya. "Joy, hati-hati. Jangan sembarangan kenal-kenalan di dunia maya. Apalagi kamu hampir lulus kuliah. Jangan pacaran dahulu. Konsentrasi pada skripsimu."

Ah, kan bukan pacaran ini. 'Tuan' Rey atau 'Pak' Rey, demikian Joy memanggil kenalan barunya, sepertinya pria yang sopan. Ia suka diam-diam membayangkan, seperti apa wajahnya, perawakannya. Tak ingin berharap macam-macam dahulu, berkenalan tak masalah kan, asal hati-hati. Bila si Tuan Rey macam-macam, tolak saja.

Sempat terngiang di telinga Joy masalah yang salah satu temannya ceritakan. Berkenalan dengan cowok, mulai suka, akhirnya mereka bertemu dan jadian. Tetapi kemudian ia terpaksa memutuskan hubungan, karena sang cowok suami orang.

"Bagaimana kalau Tuan Rey juga suami orang?" batin Joy ketakutan.

Waduh, gawat. Belum lagi kalau ia ternyata seorang penipu. Mencari gadis-gadis muda di internet yang mudah dimangsa. Apalagi ia betul-betul acak alias random, entah betulan mahasiswa atau bukan, betulan tinggal di mana atau bukan.

Joy, walau pendiam, tapi bukan gadis pengecut. Sebelum menduga apa-apa, ia meminta alamat Rey, dengan alasan ingin bertukar foto dan surat. Pada masa itu, walau sudah bisa komunikasi lewat email, namun masih nge-trend juga kirim-kiriman lewat pos biasa, dan perangko masih menjadi hal lazim. Rey setuju, dan Joy pun berhasil mengantongi alamat yang disebutkan Rey.

"Akan kuselidiki nanti." tekadnya dalam hati. Tentu tanpa sepengetahuan siapa-siapa. "Mama juga, ia takkan setuju begitu saja kalau aku kenalan dengan cowok, di dunia maya pula."

Alamat rumah yang disebutkan Rey juga tak jauh. Jadi, berangkatlah Joy seorang diri, diam-diam, ke sana.

Alamat Rey betul ada! Dan sebuah kendaraan terparkir di halamannya.

Ternyata Rey punya sepeda motor gede yang sudah agak tua. "Hmm. Cowok motor toh, bukan cowok mobil. Tapi gapapa, kan enak dipeluk saat pergi kencan. Ups, kok berpikir seperti itu ya?" Joy jadi pusing sendiri.

Dalam isengnya, ia duduk di atas motor itu. "Gedubrak !!!"

"Ups. Aww." Tanpa sengaja Joy jatuh dari motor. Suara seorang pria bernada agak tinggi pun menyusul dari dalam rumah. "Siapa itu?"

Joy buru-buru ngumpet di balik tembok rumah. Seorang pria muda keluar dari rumah dan memeriksa motor yang jatuh. "Pasti anak-anak jalanan iseng lagi." keluhnya, setelah memeriksa sejenak ia pun masuk kembali ke dalam rumah.

"Fiuhh." Saking gugupnya, Joy tak sempat melihat wajahnya, tapi suaranya memang suara Rey. "Jadi orangnya betul-betul ada, dan ia tinggal di sini."

Entah mengapa, ia jadi gemas sendiri. Dan tambah penasaran saja! "Aku harus minta fotonya! Minta foto Tuan Rey!"

Dan akhirnya malam hari pun tiba. Joy dan Rey mengobrol asyik seperti biasa, hingga tiba-tiba Rey berkata, "Tadi motorku diisengi anak-anak nakal lagi. Untung tidak rusak. Aku cuma punya kendaraan itu."

"Oh." Joy berlagak prihatin. "Aku suka cowok bermotor. Kan bisa dipeluk pas kencan. Ups." ia tak tahu mengapa tiba-tiba bicara seperti itu. Rey tertawa. "Kau belum punya pacar? Aku juga."

Lalu topik pun berganti. Mereka saling menceritakan kehidupan asmara masing-masing. Rey pernah pacaran satu kali dengan gadis sedikit lebih muda. Tapi ceweknya suka foya-foya, pergi ke disko dan semacamnya. Rey kurang suka, akhirnya ia memutuskan hubungannya secara baik-baik.

"Aku juga sekali. Tapi aku tak sedih, karena pacaran tanpa cinta itu susah," jujur Joy.

"Kita belum saling lihat." suara Rey tiba-tiba bersemangat. "Yuk kita surat-suratan dan mengirim foto serta satu hadiah kecil saja."

"Astaga. Setelah melihatku, akankah Rey masih tertarik untuk mengenalku?" ragu Joy dalam hati.

Joy mulai diliputi kegalauan lagi. Merasa dirinya minder, tidak menarik, tomboy. Tapi ia merasa, ada hal menarik dalam diri Tuan Rey. Ia harus bertemu, ups, mengenal Tuan Rey lebih dalam lagi!

Mereka jadi saling mengirim surat, dan Joy deg-degan setengah mati menunggu reaksi Tuan Rey. Makan waktu beberapa hari sih, bukan kilat khusus. Lebih mendebarkan, bukan?

Sayangnya, sebentar lagi Joy akan mengikuti Tugas Akhir, sidang skripsi. Mama Joy tak ingin bulan terakhir kuliahnya ini terganggu lantaran ponsel. Maka ia pun mengalami hal malang ini. Mama menyita ponselnya dan terpaksa ia tak menghubungi Tuan Rey untuk sementara waktu. Telepon biasa sih memang ada, namun dalam pengawasan mamanya.

"Aduh, bagaimana caraku menghubungi Tuan Rey?"

"Nanti bila surat dan fotonya tiba, dikiranya aku tak berminat berteman dengannya." galau Joy.

Awal Rasa Itu

Dan, memang aneh bagi Rey, selama beberapa hari Joy yang biasanya cerewet di telepon, sama sekali tak menjawab SMS atau mengangkat ponselnya. Tapi pemuda itu sudah tahu Joy sedang sibuk mempersiapkan sidang tugas akhir skripsinya, dan menganggap biasa hal tersebut.

Sepi memang, tapi Rey terus menunggu dengan sabar.

Hingga akhirnya, tibalah saat surat dan foto mereka sampai ke alamat tujuan masing-masing. Joy yang sedang galau, menerima sepucuk surat yang berisikan hadiah dari Rey. Dengan tangan gemetar dibukanya amplop yang agak tebal tersebut, berisikan sebuah CD lagu rekaman dan tulisan tangan seseorang.

"Untuk Joy. Lagu-lagu kesukaanku. Dari Rey."

Dan Joy lebih deg-degan lagi saat melihat foto wajah Rey untuk pertama kalinya. "Wow. Tuan Rey. Pria yang sedikit lebih muda dariku. Ia tidak sedang tersenyum, tapi wajahnya sungguh innocent, baby face, muda, agak manis. Sepertinya pernah kulihat. Tapi dimana ya?" - batin Joy.

Tapi ia membayangkan, bila Rey tersenyum dalam pose itu, pasti imut sekali. Matanya memang agak sipit, tetapi teduh. "Tipe kesukaanku." Joy mendadak deg-degan. Cakap, ia merasa gemas sendiri. "Aku suka.  Aduh, bagaimana dengan dia di sana ya?"

"Mendadak Joy rindu ingin dengar suaranya."

Sementara itu surat Joy pasti sudah tiba juga. Yang Joy berikan foto dirinya di antara banyak teman. "Biar Rey yang tebak, yang mana aku!" pikir Joy sedikit licik. "Dan sedikit kurang pede juga, bila ketahuan aku yang bermata empat itu, yang tomboy itu." demikian pikirnya waktu itu.

Joy di sini pun masih bingung, mencari cara bagaimana menghubungi Rey. Ia menyukai semua lagu-lagu yang Rey kirimkan juga, meski sebagian belum pernah didengarkannya. Dalam rasa rindu, setiap saat diputar dan dinikmatinya setiap rekaman mp3 yang Rey berikan.

Tiba-tiba ia dapat akal. "Bagaimana kalau aku pura-pura sakit?"

Dan itu dijadikannya alasan untuk meminta ponselnya yang sedang dipegang mama. "Sebentar saja Ma, aku ingin telepon dokter mau tanya tentang obat sakit kepala yang cocok. Gapapa kan Ma?"  bujuknya manja.

"Oh oke, baik, tapi jangan lama-lama." Mama Joy mengizinkan, namun tak mau beranjak dari sisinya. Ia malah membaringkan Joy di ranjang dengan kuatir. "Kau yakin, telepon saja cukup, kita tak usah langsung ke dokter?"

"Iya Ma! Cuma sebentar saja kok,"

Joy hampir bersorak kegirangan saat berhasil memegang telepon genggamnya kembali. Diperiksanya notifikasi. Astaga. Misscall dan SMS dari Tuan Rey banyak sekali. Semuanya menanyakan kabar Joy.

"Joy, kamu di sana?"

"Kamu baik-baik saja?"

"Joy, kabari aku."

Gadis itu hampir terbahak sendiri. Namun karena ada mamanya menunggui, ia pun berpura-pura menelepon dokter. Padahal, yang dipencetnya nomor ponsel Rey.

"Halo, Dokter Rey? Ini Joy. Aku sedang sakit kepala. Ada saran obat apa yang cocok untuk kuminum?"

"Joy! Apa? Ups, do... dokter?" nada bicara Rey di ujung sana sedikit terkejut, namun sangat gembira. Hampir seketika ia mengerti kode Joy. "Astaga! Kau baik-baik saja? Aku cemas sekali! Aku ke sana saja, ya Joy!"

"Jangan Tuan, uhh, Dokter Rey! Aku baik-baik saja! Oh, begitu ya, aku minum itu saja ya, terima kasih, sampai jumpa!" Joy buru-buru meletakkan telepon sebelum mamanya sadar ia tak menelepon dokter betulan.

Mendengar suaranya lagi setelah berhari-hari, Joy merasa gembira.

"Kedengarannya Rey juga senang, semoga ia tak kecewa begitu mengetahui yang mana wajahku yang sebenarnya. Dari antara teman-temanku, aku yang paling tak menarik. Tak berdandan, berkacamata pula. Ia tahu itu, sebab pernah kuceritakan. Namun cemas itu tetap ada, sampai kami kelak bertemu di alam nyata."

Rey meletakkan telepon, senyum kecil terbit di wajahnya. Ia paham, mungkin tak mudah untuk menghubungi Joy. Datang ke sana sekarang? Tak mungkin juga, pun sangat konyol karena masih terlalu dini, lebih baik sabar menunggu hingga waktunya tiba. "Aku juga penasaran, tapi aku tahu yang mana Joy. Mungkinkah ia suka padaku?"

Rey menyimpan sebuah rahasia besar. Rahasia yang bukan untuk Joy ketahui saat ini. Namun menilik hubungannya dengan Joy, ia merasa gadis itu bisa dipercaya. "Apakah ia yang bisa kupercayai rahasiaku? Apakah Joy tahu, siapakah diriku sebenarnya?"

Rey memutuskan untuk tetap menunggu. Joy pernah bilang, ulangtahunnya sebentar lagi akan tiba. "Mungkinkah aku bisa ucapkan selamat ulang tahun untuknya hari itu?"

Ditatapnya lagi foto Joy dan teman-temannya di tangannya. Ia tak mencari seseorang yang luar biasa cantik menarik. Ia hanya ingin mengenal sesosok Joy lebih baik lagi. "Sangat banyak gadis di negaraku, Evertonia, yang cantik dan berdarah biru. Bila telah kutemukan di sana, takkan jauh-jauh aku datang kemari."

Rey duduk dalam diam mengenang malam terakhirnya di Evertonia. Beberapa tahun silam...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!