...Cerita ini murni imajinasi dengan inspirasi dari sebuah drama (pernah muncul di beranda yutup sebuah channel yg mengulasnya) dan beberapa cerita. Saya juga mengambil beberapa referensi dari pengalaman yang pernah saya alami selama MOS (SMP-SMA) dan OSPEK, serta pas saya join jadi panitia Ospek selama dua tahun (namanya PKKMB kalo di kampus saya). Saya anak bahasa di sebuah universitas negeri di Kota Pelajar, tapi saya malah lebih tertarik menceritakan soal anak teknik dan fakultas lain haha. Nama universitas yang saya gunakan murni ngarang untuk menghindari menyinggung pihak universitas manapun. Nama univ juga muncul karena dulu pas saya maba, seorang senior, lebih tepatnya koor pemandu, bilang soal rumor(?) nama univ tempat kuliah saya yang dulu, pas awal pembentukan rencananya mau dinamai Universitas Hayam Wuruk :D...
...Dan bagi yang membaca, terutama yang kuliah di Kota Pelajar, pasti tahu referensi universitas mana yang saya ambil hehe.. karena univ tempat saya kuliah, dulunya merupakan bagian dari univ sebelah yang jadi univ nomor satu di Indonesia, selain UI dan ITB :v...
...Dah ketahuan kan......
WARNING! Mohon dibaca sebelum memasuki cerita :)
Agak mainstream mungkin.
Ada beberapa istilah yang mungkin beda atau baru atau bahkan tidak ada sama sekali, karena cerita ini murni fiksi yang beberapa berdasar dari kejadian nyata. (jadi segala bentuk istilah, julukan, tempat, aturan, kejadian, nama organisasi dll itu sebagian besar memang beneran ada di dunia nyata)
Karena cerita ini fiksi jadi harap maklum ya, karena di fiksi apapun bisa terjadi, tapi tetep dalam konteks yang sewajarnya.
Di cerita ini, bakal ada semacam pemilihan duta kampus (iya ini terinspirasi dari cerita yang pernah saya baca) yang mungkin di indonesia itu nggak ada semacam itu. Tapi kalau di univ saya, pas maba (pas masa-masa ospek) pas ospek ada pemilihan buat jadi MCR buat ospek tahun berikutnya, jadi saya pakai itu dengan konsep yang diubah versi saya.
Anggap saja pandemi belum terjadi atau tidak terjadi pas di cerita ini. (semoga bumi segera sembuh, aamiin)
Dan kepada teman-teman FT atau alumni FT yang membaca ini, maafkan kalau ada hal-hal yang berbeda atau salah penyebutan, atau bahkan menyinggung. I'll try my best to write this fiction.
Menerima masukan dan saran yang membangun, dan akan saya pertimbangkan :)
Mungkin nanti bakalan ada pengenalan cast.
Cerita ini bakal slowburn dan cukup kompleks (karena pov). I'm warning you before hand, karena tidak semua orang suka cerita yang bertele-tele. Tapi saya menikmati menulis cerita ini, so bear with me.
Dan tiap cerita tidak harus berfokus pada percintaan sepasang kekasih bukan?
Romance tetap ada, tapi bukan fokus utama.
.
.
.
.
.
.
.
ps. so, i'm writing this to having fun, bcoz i miss the old days when i was a freshman then joining the inauguration committee for two years :(
why i chose engineering instead of my own faculty? to challenge my own self.
inexorable (adj): impossible to stop or prevent
.
.
.
.
.
Universitas Hayam Wuruk merupakan salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia. Tidak hanya menjadi favorit di tingkat nasional, tetapi juga di taraf manca negara. Menariknya, dalam lima tahun terakhir ini UHW berhasil naik dan bertahan di ranking 200 besar dari total universitas yang ada di dunia. Ratusan ribu siswa SMA dan SMK bermimpi untuk bisa menjadi bagian dari almamater UHW. Meski dikenal favorit dan banyak anak borjuis berkuliah di sana, UHW juga ramah dan terbuka dengan para calon mahasiswa yang tergolong miskin atau kurang mampu. Banyak kesempatan beasiswa dapat diperoleh. UHW sendiri tidak pandang bulu soal latar belakang calon mahasiswanya, setidaknya asal bisa menjaga nama baik almamater dan bertanggung jawab. Jadi, tidak salah kalau UHW merupakan salah satu kampus idaman semua orang.
Akhir bulan Juli merupakan hari yang cukup sibuk dengan ribuan calon maba melakukan daftar ulang di kampus pilihan mereka. Tidak terkecuali di UHW itu sendiri. Setelah melalui beberapa tahap seleksi nasional dan seleksi mandiri dari pihak universitas bagi calon maba yang tidak lolos seleksi nasional—membuka peluang lagi untuk calon maba yang masih mau menjadi bagian dari UHW, masing-masing fakultas membuka pendaftaran ulang selama tiga hari.
UHW memiliki empat belas fakultas dan beberapa di antaranya adalah fakultas yang paling banyak diminati. Seperti Fakultas Kedokteran yang menghasilkan banyak lulusan terbaik, Fakultas Kedokteran Hewan yang tidak kalah keren dari FK, Fakultas Olahraga yang banyak mencetak atlet-atlet nasional dan internasional, Fakultas Ekonomi dan Bisnis karena banyak pebisnis muda dan influencer lulusan dari sana, Fakultas Hukum karena siapa sih yang tidak tertarik belajar di FH, Fakultas Teknik yang mencetak banyak insinyur ternama dan berhasil, dan Fakultas Bahasa dan Seni yang merupakan kampusnya para seniman, musisi, sastrawan dan karena cukup banyak yang minat belajar bahasa asing dengan alasan yang berbeda-beda.
Tak jauh beda dari fakultas lain, banyak calon maba berlalu lalang untuk melakukan daftar ulang di Fakultas Teknik UHW. Fakultas yang terkenal brutal dan tangguh dan saingannya adalah Fakultas Olahraga di UHW. Fakultas yang dijuluki Fakultas Tukang oleh anak-anak UHW. Salah satu dari calon maba itu ada seorang cowok yang tengah berdiri di depan lobi FT. Cowok itu bernama Kayvan Candra Notokusuma atau akrab disapa Kai, merupakan putra bungsu dari salah satu konglomerat Indonesia. Kai terkenal dengan wajah ganteng dengan senyum menawannya. Selain itu, nilai plus yang membuat banyak orang respect kepadanya adalah Kai itu orang yang humble meski dia anak konglomerat. Bahkan orang-orang tidak akan menyangka kalau Kai itu anak orang kaya kalau saja dia tidak menyebutkan nama lengkapnya atau menunjukkan kartu identitasnya. Penampilannya yang selalu rapi dan tetap terlihat sederhana sering mengecoh banyak orang.
"Sori, Kai, kami telat dari waktu janjian," seorang cowok berlari ke arah Kai diikuti cowok lain di belakangnya. Cowok itu bernama Neo dan merupakan salah satu sahabat Kai sejak SMA.
"Sepeda motor kami tadi kena jebakan batman di tengah jalan, jadi harus mampir dulu ke bengkel," lanjut Neo yang masih terengah-engah.
Kai tersenyum menenangkan ke arah dua sahabat karibnya yang baru saja tiba.
"Santai, Bro. Aku juga baru sampai nggak lama kok. Tadi nebeng mobil Kak Rin soalnya. Motorku masih di servisan," katanya.
"Tempat pendaftaran ulang di mana sih?" tanya cowok bernama Ridwan. Tampangnya yang terkesan angkuh dan datar membuat banyak orang segan untuk berbicara padanya. Ridwan memang dikenal temperamental dan mudah sekali terpancing emosi kalau ada orang yang memprovokasinya. Saat masih SMA, Ridwan pernah terlibat tawuran dan mengakibatkannya harus di skorsing selama seminggu karena ulahnya. Bahkan dirinya menjadi pelanggan setia ruangan BK tiap kali terlibat masalah.
Meski sering terlibat banyak masalah, Ridwan tidak pernah membuat nilai mata pelajarannya di bawah rata-rata yang bisa saja membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Kai dan Neo selalu membantu Ridwan untuk belajar sebisa mereka.
"Di dalam lobi, nanti ada meja panitia di sana," jawab Kai.
"Hei, Wan, kau serius milih Teknik Otomotif? Nggak mau Teknik Industri sepertiku sama Kai?" tanya Neo. Berbeda dengan Ridwan yang terkenal keras kepala, Neo itu agak penakut bahkan sering diejek oleh Ridwan dengan sebutan cemen. Neo itu paling anti buat terlibat masalah. Tidak suka cari gara-gara padahal bisa sahabatan sama Ridwan yang seorang troublemaker.
Namun, perbedaan itu membuat kita belajar menerima dan melengkapi 'kan?
Mereka bertiga lalu berjalan memasuki lobi Fakultas Teknik.
"Heh, impianku itu masuk jurusan Otomotif di sini," kata Ridwan. "Aku bahkan udah bela-belain belajar keras biar bisa masuk sini."
[...]
beginning (noun): the point in time or space at which something starts
.
.
.
Bulan Agustus adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh para maba yang berhasil bergabung di almamater Universitas Hayam Wuruk. Pada minggu pertama seperti hari ini, semua fakultas yang ada di UHW mengadakan technical meeting atau TM selama tiga hari untuk pengenalan panitia, kumpul gugus atau kelompok dengan pemandunya atau bonding, pengenalan ormawa fakultas, latihan koreo dan yel-yel, serta penjelasan tentang gambaran umum acara untuk persiapan Ospek.
UHW memiliki istilah tersendiri dalam menyebut Ospek sejak enam tahun yang lalu, "ISIMAJA" atau Inaugurasi Majapahit. Apalagi mulai tahun kemarin, pemerintah Indonesia menghapus istilah Ospek dalam kampus karena banyaknya kasus perpeloncoan yang diluar kendali sampai menimbulkan korban.
Tidak jauh beda dengan fakultas lain, Fakultas Teknik sejak selepas subuh sudah disibukkan dengan aktivitas persiapan yang dilakukan panitia untuk menyambut para maba.
Pukul enam pagi, gerbang fakultas dibuka oleh beberapa Tim Penegak Kedisiplinan atau TPK yang sudah berjaga. Beberapa maba yang sudah datang berjalan masuk dengan menuntun sepeda motor mereka sampai depan pintu parkir yang juga di jaga oleh beberapa TPK. Di FT, siapapun maba yang membawa motor harus menuntun motor mereka dari gerbang sampai depan parkiran motor. Yang punya mobil tidak boleh dibawa selama serangkaian acara TM dan Isimaja berlangsung.
Pukul tujuh, mayoritas maba FT sudah di lapangan depan gedung aula besar. Tiga puluh menit lagi acara TM akan segera di mulai. Mereka yang sudah mengetahui kelompok atau gugus yang sudah dibagi langsung mencari tempat dengan melihat plang-plang yang dibawa oleh pemandu di setiap posisi yang sudah ditentukan.
Sungguh beruntung ketiga sahabat, Kai, Neo, dan Ridwan berada dalam gugus yang sama. Tiga sekawan yang datangnya barengan—mereka bertiga sama-sama tinggal di asrama kampus, hanya saja Kai berbeda gedung dengan Ridwan dan Neo, dan memutuskan untuk berangkat bersama dengan jalan kaki—segera mencari tempat gugus mereka berada.
Maba yang berdatangan semakin sedikit karena hampir semua sudah berkumpul. Di setiap sudut para senior TPK dan tim medis berjaga. Atribut para TPK sangat khas dan mencolok, pakaian serba hitam serta memasang ekspresi datar dan tatapan tajam mengintimidasi. Tidak lupa sebuah handbadge berwarna merah melingkar di lengan kiri mereka.
Pukul 07.30 tepat. Beberapa maba yang kurang beruntung karena terlambat harus berurusan dengan TPK sebelum diizinkan bergabung dengan gugus mereka masing-masing.
Seorang laki-laki tinggi tegap dengan badan yang kekar berjalan ke atas panggung. Semua mata para maba tertuju padanya. Cowok berpotongan cepak yang terlihat seperti habis ikut latihan militer itu berdiri di tengah panggung. Tatapan tajamnya menyapu semua maba FT.
"Selamat pagi!" cowok bersepatu bot itu bersuara dengan lantang dan tegas. Jaket korsa lengan pendek berwarna merah marun yang merupakan identitas dan warna Fakultas Teknik terpasang dengan bangga di tubuhnya. Sebuah handbadge berwarna biru dongker seperti warna jas almamater UHW melingkar di lengan kirinya.
[...]
"Neo. Dari Teknik Industri juga," Neo menimpali.
Mereka lalu makan siang bersama sambil berbincang-bincang. Ternyata Teo satu asrama dengan Kai. Hanya saja Teo berada di lantai empat dan Kai berada di lantai tiga. Sementara Ojan satu asrama dengan Ridwan dan Neo. Kamar Ojan berada di satu lantai yang sama dengan Neo. Bahkan keduanya kini mulai membicarakan tentang games. Meski Kai juga seorang gamers, dia lebih memilih mengobrol dengan Ridwan dan Teo.
"Adik-adik semua, sudah selesai makan siangnya?" salah seorang pemandu gugus, Haya, bertanya.
"Sudah, kak..." para maba gugus menjawab serempak.
"Jangan lupa bekas kotak makannya di taruh di trashbag ya?" kata Haya lagi.
"Oh ya, karena kita masih punya waktu sepuluh menit lagi. Kita jadikan buat diskusi bentar ya? Kita diskusikan siapa yang bakalan jadi perwakilan gugus buat ikut seleksi jadi duta kampus. Kalian sudah baca info yang dikirim Kak Widi tadi malam 'kan?"
"Sudah Kak!"
Isi informasi yang dikirimkan adalah tentang pemilihan duta kampus dari masing-masing fakultas. Siapa nanti yang terpilih untuk menjadi duta fakultas akan maju ke pemilihan duta universitas bersaing dengan fakultas-fakultas lain. Tugas duta kampus itu sendiri adalah untuk merepresentasikan fakultas dan universitas, semacam jadi wajahnya kampus. Itulah sebabnya tidak hanya modal tampang, tetapi menjadi duta kampus harus memiliki wawasan yang luas terkait fakultas atau universitas itu sendiri. Mereka juga akan bekerja sama dengan BEM dalam menjalankan tugas.
Lalu kenapa malah tahun pertama yang dipilih? Alasannya adalah sebagai bentuk latihan dan sebagai contoh untuk teman-teman seangkatan mereka yang baru menjajaki dunia perkuliahan. Para duta kampus baru yang terpilih juga akan dibimbing oleh duta kampus sebelumnya selama menjalankan tugas. Dalam menjalankan tugas resminya sebagai duta kampus hanya selama setahun. Selebihnya mereka akan membimbing para duta kampus baru lainnya.
"Ada yang punya usulan nama?" kali ini Widi yang bertanya.
Kai dan teman-temannya berada di gugus sembilan belas dari total dua puluh lima gugus. Masing-masing gugus terdiri dari kurang lebih lima puluh maba dan empat sampai lima pemandu.
"Hei, Kai, kau saja yang jadi kandidat duta kampus," kata Ojan kepada Kai.
"Aku yakin FT tahun ini akan jadi juaranya dengan kau yang jadi duta kampus. Setuju nggak, bro?"
Neo terlihat berpikir. Dia memperhatikan Kai dari atas ke bawah.
"Hmm... kau emang cocok jadi kandidat duta kampus, Kai," kata Neo.
"Aku setuju sama Neo," timpal Teo.
Ojan, Neo, dan Teo menatap Ridwan yang masih belum mengatakan apa-apa.
"Aku sih setuju aja. Dilihat dari maba cowok di gugus kita, cuman kau yang kelihatan mencolok Kai. Dan aku yakin kau bisa ngalahin kandidat dari gugus lain. Kau kan pernah ikut lomba debat juga tuh," kata Ridwan akhirnya.
"Hei, hei, hei.. kenapa harus aku? Teo juga cocok kok jadi kandidat duta kampus," kata Kai berusaha menyanggah.
"Lagian ya, Wan. Gimana hubungannya aku pernah lomba debat sama pemilihan duta kampus?" lanjutnya.
"Ya.. setidaknya kalau kau ditanya juri kau bisa menjawabnya dengan lugas dan baik," kata Ridwan memberi alasan.
Kai hanya memutar kedua matanya mendengar alasan Ridwan.
Tiba-tiba Ojan mengangkat tangan kanannya.
"Kak, saya mau mengusulkan," katanya.
"Iya, Rozan, silakan," kata Kak Widi.
"Saya mengusulkan Kayvan sebagai wakil dari gugus sembilan belas, Kak!" seru Ojan dengan bersemangat.
"Hei, aku nggak menyetujui ini!" seru Kai tidak terima.
"Iya, Kak. Saya juga mengusulkan Kai sebagai kandidat duta kampus," kali ini giliran Neo. Entah kemana sifat gugupnya ketika berbicara di depan umum. Seolah pergi begitu saja.
"Gimana teman-teman?" tanya Rozan kepada maba lain yang segugus, "Setuju nggak kalau Kayvan jadi perwakilan gugus?"
"Ya, aku setuju!"
"Wah bener! Kayvan 'kan ganteng banget."
"Boleh juga tuh!"
"Kyaa...Kayvan! Pasti FT bakalan menang nih!"
"Ganteng banget!"
"Aduh aduh aduh, dari dekat aja udah cakep bener!"
"Tahun ini bakalan miliknya FT! Aku yakin!"
[...]
Pintu aula besar yang semula ditutup, tiba-tiba dibuka dengan cukup keras. Membuat semua yang ada di dalam aula terdiam. Mata mereka menoleh dan melihat satu persatu Tim Penegak Kedisiplinan berjalan masuk. Beberapa diantara mereka berdiri tegak di atas panggung dengan melipat tangan di dada. Sementara yang lain berdiri dalam satu baris di depan panggung, di depan para maba dengan pose yang serupa pula.
Tatapan mengintimidasi mereka sapukan ke seluruh maba membuat para maba tidak berani bergerak dan berbicara. Bahkan tidak sedikit yang menatap takut ke arah mereka. Para pemandu mereka tentu sudah memberitahu agar tidak membuat masalah kalau tidak mau dihukum oleh TPK.
Salah satu dari TPK yang ada di atas panggung maju beberapa langkah. Seorang senior cewek dengan rambut dikucir ekor kuda. Ekspresi wajahnya terlihat judes dengan tatapan matanya yang tajam. Dia satu-satunya dari pasukan hitam yang mengenakan korsa milik Fakultas Teknik—semua panitia mengenakan korsa kecuali TPK. Sebuah hand-badge berwarna hitam melingkar manis di lengan kirinya.
"Saya Aylin, dari Teknik Industri," senior itu mulai membuka suara. Meski seorang cewek, dia terdengar sangat tegas seperti seorang prajurit wanita yang sedang melaksanakan tugasnya.
JENG
JENG
JENG!
.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!