Happy reading guys!
Perkenalkan nama pemeran utama wanita disini adalah Arti Aurora, berusia 20 tahun dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 45 kg. Dia seorang gadis yatim piatu yang diadopsi oleh Tante dan Omnya karena tidak memiliki anak itulah alasannya padahal ada maksud tersembunyi di balik kebaikan mereka berdua, Arti terpaksa menjadi biduanita karena harus membantu perekonomian keluarganya yang sangat pas-pasan. Sebab latar belakang pendidikannya yang hanya lulusan SLTP tidak memungkinkan untuknya melamar pekerjaan di perusahaan besar, seandainya diterima pun paling cuma jadi office girl, gaji yang diterimanya pasti tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kebetulan Arti Aurora sangat menyukai bidang tarik suara sejak kecil, sehingga membuatnya akhirnya memutuskan untuk menjadi penyanyi dari panggung ke panggung mengikuti saran dari Tante dan Omnya yang memang sengaja memanfaatkannya.
-
Malam ini Arti Aurora bernyanyi di sebuah panggung acara resepsi pernikahan anak seorang pengusaha di ballroom hotel mewah yang ada dikota, menggantikan posisi sahabatnya yang tengah sakit demam berdarah. Seperti biasanya dia mempersembahkan berbagai macam jenis lagu dengan suara merdunya, hingga bisa menghipnotis semua orang yang mendengarnya dan menyaksikan penampilannya.
🌿Biduan🌿 By Rita Sugiarto
Aku seorang biduan
Biduan dari melayu
Tugasku menghibur tuan
Agar gembira selalu
'Tuk menghibur hati tuan
Aku menyanyikan lagu
Jangan tuan salah paham
Bukannya aku merayu
Memang banyak orang tergila-gila
Kepada seroang biduan wanita
Bukan maksud aku
Untuk mengoda
Agar tuan jadi
Tergila gila
Yaa-ya-yaa-ya-yaa-ya
Aku seorang biduan
Biduan dari melayu
Tugasku menghibur tuan
Agar gembira selalu
'Tuk menghibur hati tuan
Aku menyanyikan lagu
Jangan tuan salah paham
Bukannya aku merayu
Memang banyak orang tergila-gila
Kepada seroang biduan wanita
Bukan maksud aku
Untuk mengoda
Agar tuan jadi
Tergila gila
Yaa-ya-yaa-ya-yaa-ya
Aku seorang biduan
Biduan dari melayu
Tugasku menghibur tuan
Bukanya aku merayu
'Tuk menghibur hati tuan
Aku menyanyikan lagu
...*****...
🌿 Akhirnya Ku Menemukanmu 🌿By Naff
Akhirnya ku menemukanmu
Saat hati ini mulai merapuh
Akhirnya ku menemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh
Ku berharap engkau lah
Jawaban sgala risau hatiku
Dan biarkan diriku
Mencintaimu hingga ujung usiaku
Jika nanti ku sanding dirimu
Miliki aku dengan segala kelemahanku
Dan bila nanti engkau di sampingku
Jangan pernah letih tuk mencintaiku
Akhirnya ku menemukanmu
Saat hati ini mulai merapuh
Ku berharap engkau lah
Jawaban sgala risau hatiku
Dan biarkan diriku
Mencintaimu hingga ujung usiaku
Jika nanti ku sanding dirimu (sanding dirimu)
Miliki aku dengan segala kelemahanku
Dan bila nanti engkau di sampingku (di sampingku)
Jangan pernah letih tuk mencintaiku
Jika nanti ku sanding dirimu (sanding dirimu)
Miliki aku dengan segala kelemahanku
Dan bila nanti engkau di sampingku (di sampingku)
Jangan pernah letih tuk mencintaiku
Akhirnya ku menemukanmu....
...*****...
🌿 Surga Dunia 🌿By Elvie Sukaesih
Alangkah nikmatnya dunia kurasa saat ini, saat ini
Karena malam ini malam bahagia
Alangkah nikmatnya dunia kurasa saat ini, saat ini
Karena malam ini malam bahagia
Oh, dunia kurasa bagaikan di Surga
Kudirayunya, kudicumbunya
Aduhay, sungguh mesranya
Kudipeluknya, kudiciumnya
Aduhay, sungguh nikmatnya
Tercapailah segala gelora di jiwa ini
Tercapailah segala gelora di jiwa ini
Angan-anganku melayang-layang tinggi
Bagaikan di alam khayalan mimpi-mimpi yang indah
Alangkah nikmatnya dunia kurasa saat ini, saat ini
Karena malam ini malam bahagia
Oh, dunia kurasa bagaikan di Surga
Kudirayunya, kudicumbunya
Aduhay, sungguh mesranya
Kudipeluknya, kudiciumnya
Aduhay, sungguh nikmatnya
Tercapailah segala gelora di jiwa ini
Tercapailah segala gelora di jiwa ini
Angan-anganku melayang-layang tinggi
Bagaikan di alam khayalan mimpi-mimpi yang indah
Alangkah nikmatnya dunia kurasa saat ini, saat ini
Karena malam ini malam bahagia
Oh, dunia kurasa bagaikan di Surga
Ha-aa
Haaa-aa
...*****...
🌿 Menikahimu 🌿By Kahitna
Menantimu hingga saat
Cintaku temukan dirimu
Usai sudah sampai di sini
Berdiri melabuhkan asmara
Menikah denganku
Menempatkan cinta
Melintasi perjalanan usia
Menikah denganmu
Menetapkan jiwa
Bertahtakan kesetiaan cinta
Selamanya
Menantimu (menantimu) hingga saat (hingga saat)
Cintaku (cintaku) temukan dirimu
Usai sudah sampai disini
Berdiri melabuhkan asmara
Menikah denganku
Menempatkan cinta
Melintasi perjalanan usia
Menikah denganmu
Menetapkan jiwa
Bertahtakan kesetiaan cinta
Selamanya (oh)
Menikah denganku (menikah denganku)
Menempatkan cinta (menempatkan cinta)
Melintasi perjalanan usia
Menikah denganmu (menikah denganmu)
Menetapkan jiwa (menetapkan jiwa)
Bertahtakan kesetiaan cinta
Selamanya (oh na na na)
Menikah denganku
Menempatkan cinta
Melintasi perjalanan usia
Menikah denganmu
Menetapkan jiwa
Bertahtakan kesetiaan cinta
Menikah denganku (selamanya)
Menempatkan cinta (menempatkan cinta)
Melintasi perjalanan usia
Menikah denganmu (na na na)
Menetapkan jiwa (na na na)
Bertahtakan (na na na) kesetiaan cinta
Selamanya
...*****...
Laki-laki tampan ini adalah Adriansyah Alrrizzi seorang pengusaha muda yang sukses mengembangkan usaha orang tuanya, yang terdiri dari berbagai negara di belahan dunia ini khususnya properti dan jual beli minuman yang sudah di ekstrak baik dalam bentuk serbuk maupun cairan dalam botol dan kaleng.
Diusianya yang baru 25 tahun ini dia sudah sering di jodohkan oleh kedua orangtuanya dengan anak-anak rekan bisnis mereka, namun Al nama panggilannya selalu berusaha menolaknya dengan berbagai macam alasan karena masih belum move on dengan cinta pertamanya yang sangat membekas di hatinya. Dia berjanji kepada orang tuanya akan membawa calon istrinya sendiri apabila sudah menemukan wanita yang cocok untuknya. Wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, yang bisa menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Malam ini Al menghadiri undangan pesta resepsi pernikahan dari anak rekan bisnis papahnya yang kebetulan diadakan di ballroom hotel miliknya. Dia sangat terpukau menyaksikan penampilan seorang biduanita yang bernyanyi di atas panggung hingga membuatnya terpaku ditempatnya.
Gadis yang mungil dan cantik natural, tanpa polesan make up yang berlebihan. Kalau dia jadi istriku pasti aku bisa selalu dengerin dia nyanyi setiap waktu, untuk menghiburku dikala penat menghadapi semua pekerjaanku."Batin Al seraya tersenyum-senyum sendiri.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengejutkan dan membuyarkan lamunannya dengan menepuk pundaknya cukup keras hingga terhuyung ke depan.
"Hey Bro! Ngapain Lo liatin artis nyanyi sampai segitunya?" Tanya orang yang bernama Rano itu.
Dia adalah sahabat sekaligus asisten pribadinya Adriansyah Alrizzi yang sudah di anggapnya seperti saudaranya sendiri.
"Gue jatuh cinta pada pandangan pertama." Jawabnya seraya tersenyum penuh makna tanpa mengalihkan pandangannya dari Arti Aurora yang sudah selesai bernyanyi lalu menyerahkan mikrofon kepada panitia.
"What! Sejak kapan seorang Adriansyah Alrizzi yang terkenal dingin terhadap para wanita setelah putus dengan cinta pertamanya ini bisa jatuh cinta pada pandangan pertama? Apalagi wanita itu seorang biduanita, penyanyi yang terkenal bisa di boking siapa aja." Ujar Rano menyampaikan pendapatnya yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
🌿Sebab tidak semua biduanita mau menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
🌿 Masih banyak diantara mereka yang Sholehah dan masih menjunjung nilai-nilai, norma-norma sosial budaya ketimuran.
🌿Jadi jangan suka memandang orang lain sebelah mata.
🌿 Karena apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
"Gak usah banyak bacot Lo, cepat cari semua data dan latar belakang pribadinya!" Perintah Al dengan menekankan kata-katanya." Gue tunggu paling lambat besok pagi!" Tegasnya lalu beranjak dari duduknya untuk menghampiri Arti yang tengah sibuk mengambil makanan.
-
Karena belum makan sejak siang tadi Arti tampak sangat bersemangat untuk mengambil berbagai macam jenis makanan, yang tersaji diatas meja prasmanan. Dia memasukkan hampir semua makanan kedalam piringnya, sambil mencicipinya hingga tanpa sadar ulahnya itu menjadi hiburan tersendiri bagi Al yang berdiri di belakangnya.
Sungguh wanita yang unik, bodinya kecil tapi makannya banyak. Gak ada jaim-jaim nya lagi." Batinnya seraya mengulas senyumnya.
Ehemmm...Al berdeham untuk menyapa biduanita yang ada didepannya itu.
"Ternyata gadis mungil sepertimu makannya banyak juga ya." Bisik Al ditelinga Arti dan sengaja meniupnya.
Uhuk...uhuk...Arti yang mendengar dan merasakan hembusan angin hangat di tengkuknya langsung tersedak dibuatnya.
Al segera menyerahkan gelas yang berisi air di tangannya untuk biduanita itu, tanpa berpikir panjang Arti langsung meneguk airnya hingga habis tidak bersisa.
"Terima kasih." Ucapnya lalu meletakkan piringnya yang sudah penuh dengan makanan begitu saja karena sangat malu ditegur seperti itu.
Huhh gak jadi makan banyak dech gue. Dasar pria nyebelin!" Kesalnya sambil berjalan dengan menghentakkan kakinya kelantai.
Arti melangkahkan kakinya dengan sangat cepat menuju toilet, berniat untuk mengganti bajunya yang kotor karena terkena semburan makanannya tadi, kebetulan sebentar lagi waktunya dia pulang ke tempat kos sementara dia manggung di kota itu.
Astaga itukan anggur putih yang kuminum tadi, gimana kalau dia mabuk? Terus ada pria hidung belang yang memanfaatkannya? Gawat!" Batin Al lalu bergegas pergi mencari keberadaan wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama itu.
Al melangkahkan kakinya menuju tempat pengawas cctv hotel miliknya itu, supaya bisa secepatnya menemukan keberadaan Arti Aurora.
"Tolong carikan rekaman cctv yang mengarah ke ballroom hotel ini." Pintanya kepada petugas yang mengawasi cctv lewat layar besar didepannya.
"Baik Pak!" Petugas itu langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh pemilik hotel tersebut.
Al berdiri di samping petugas itu sambil menatap layar dengan seksama memperhatikan satu-persatu rekamannya.
"Sorot terus gadis penyanyi yang memakai gaun warna putih itu." Tunjuknya kearah layar yang menampilkan wajah cantik Arti." Cari di mana keberadaannya sekarang!" Perintahnya dengan tegas.
Setelah menelusuri setiap jejak rekaman sosok Arti yang sengaja di zoom, Al akhirnya menemukan keberadaan biduanita itu yang sudah terkulai lemas dalam gendongan seseorang. Laki-laki itu membawanya ke depan salah satu pintu masuk kamar hotel mewah tersebut dengan seringai mesumnya.
"Lepaskan wanita itu, dia adalah istriku!" Seru Al sembari meninggikan intonasi suaranya dengan nafas memburu karena harus berlari menghampiri mereka berdua.
"Benarkah?" Pria itu menaikkan satu alisnya." Mana buktinya?" Tantang pria tersebut seraya tersenyum smirk karena dia tahu wanita yang ada dalam gendongannya adalah seorang biduanita.
"Saya tidak perlu membuktikan apapun kepada Anda. Cepat serahkan dia sekarang!" Tegas Al dengan menekankan kata-katanya.
"Saya tidak perduli siapa Anda, kalau memang ingin bersenang-senang dengan biduanita ini silahkan tunggu giliran Anda!" Ujar Pria tersebut sembari meletakkan cardlock nya didepan gagang pintu.
"Ok! Ternyata Anda tidak bisa di ajak bicara baik-baik ya." Al langsung melayangkan bogem mentah diwajah pria tersebut dengan sekuat tenaganya.
Tubuh Arti terlepas dari tangan pria tersebut hingga hampir jatuh menyentuh lantai namun dengan sigap Al menangkap tubuh mungil gadis malang tersebut lalu menutupi tubuhnya dengan jas mahal yang dipakainya. Tanpa menghiraukan umpatan dari pria itu dan tatapan penuh tanda tanya besar dari para karyawan hotel yang mengenalnya, Al terus menggendong Arti ala bridal style menuju ke parkiran mobil sportnya, lalu mendudukkannya di sampingnya kemudian memakaikan seat belt kepadanya.
Aku harus pergi kemana ya sekarang? Kalau ke rumah utama pasti ditanyain macam-macam sama Mamah dan Papah, sedangkan aku belum siap untuk itu. Ke Apartemen pasti Rano yang mulut ember itu bilang sama orang tuaku. Lebih baik ke Villa aja!" Batinnya sembari memutar kemudinya menuju ke arah villa.
Al memutuskan untuk membawa Arti ke villa yang terletak di desa tempatnya melepas penat ketika ingin beristirahat sejenak dari rutinitas sehari-harinya.
-
Keesokan harinya Arti terbangun dari tidurnya dia membuka matanya perlahan lalu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.
Aku ada dimana? Kamar siapa ini? Kenapa kepalaku sakit banget?" Arti bertanya dalam hatinya sambil memegangi kepalanya.
Ceklek...pintu kamar terbuka seorang wanita paruh baya berjalan mendekat ke arah Arti yang masih terbaring lemah di atas tempat tidurnya, lalu membuka tirai jendela kaca satu-persatu.
"Non sudah bangun ya, cepatlah mandi. Tuan muda sudah menunggu sejak tadi di meja makan." Ujarnya seraya mengulas senyumnya.
"Maaf kepalaku masih sakit banget Bu, tolong sampaikan pada Tuan Muda itu supaya gak usah menungguku." Sahut Arti sembari menatap sendu kearah wanita paruh baya itu.
"Panggil saja saya bi Ani." Ujarnya memperkenalkan dirinya." Baiklah saya akan sampaikan kepada Tuan Muda. Permisi, assalamualaikum." Pamitnya kemudian berlalu pergi dari kamar tersebut.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Arti lalu memejamkan matanya kembali.
-
Setelah bi Ani keluar dari kamar Arti dia langsung menyampaikan laporan kepada Al.
"Maaf Tuan Muda, Nona itu bilang kepalanya masih sakit banget, dia meminta supaya Tuan Muda tidak usah menunggunya." Ujarnya sambil berdiri di samping Al.
"Baiklah kalau begitu tolong siapkan sarapan diatas nampan untuknya, biar aku yang membawanya ke dalam kamar." Ujar Al sembari menatap wajah asisten rumah tangganya itu.
Al segera menghubungi Dokter Raudhatul Jannah sahabatnya yang bertugas di desa tersebut. Sebab klinik kesehatan yang ada disana murni adalah hasil pembangunan dari dana pribadinya sendiri tanpa sepengetahuan orang tuanya untuk membantu warga masyarakat yang ada di sana.
Tut...Tut...Tut... Panggilan suara tersambung setelah Al naik ke atas rumah pohon yang ada dibelakang villa. Maklum disana masih susah sinyal, makanya harus berada di dataran tinggi dulu baru bisa memanggil atau menerima telepon.
📱"Assalamualaikum." Sapa Al dari balik teleponnya.
📲"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Raudha yang kebetulan sedang asyik menikmati keindahan alam di atas bukit belakang klinik sekaligus rumah tempatnya beristirahat tersebut. "Tumben Lo hubungi gue! Pasti ada maunya?" Tebak Raudha dengan sangat tepat.
"Lo harus datang ke villa gue sekarang juga! Disini ada seorang gadis yang perlu bantuan Lo secepatnya." Ujar Al dengan menekankan kata-katanya.
"Ok."Singkat Raudha lalu mematikan sambungan teleponnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Tunggu saja episode selanjutnya ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya readers melalui tanda cintanya, like yang tiada henti, komen yang selalu membangun, rate bintang lima dan jadikan favorit kalian selalu ya.
Salam sayang selalu dariku Khardha Love.
Mohon maaf ya teman-teman! Visualnya dan nama pemeran utamanya terpaksa aku ganti, karena tidak bisa lulus kontrak akibat nama dan visualnya yang sama dengan aslinya.
Padahal aku juga salah satu fans nya LesLar loh!
Jadi harap maklum ya!
Happy reading guys!
Al segera turun dari rumah pohonnya, lalu masuk ke dalam ruang kerjanya yang terletak di sebelah kamar utamanya yang ditempati Arti.
"Assalamualaikum." Ucapan salam dari seorang wanita terdengar dari luar rumah.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Bi Ani yang menyambutnya." Dokter Raudha mari sini saya antar ke kamar orang yang harus Anda periksa." Bi Ani melangkahkan kakinya menuju kamar tempat Arti terbaring sakit.
"Al nya mana Bi?" Tanya Dokter Raudha sambil berjalan mengikuti langkah bi Ani.
"Tuan muda ada di ruang kerjanya Dokter." Jawab bi Ani sembari membukakan pintu kamar.
"Ini kamar utamanya Al kan Bi?" Dokter Raudha mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu.
"Iya." Singkat bi Ani.
Disana banyak foto-foto yang terpajang diatas dinding, ada foto keluarga Alrizzi dan pemandangan alam sekitarnya yang sangat indah hasil jepretan
Al sendiri. Apalagi langit-langit kamar itu sengaja didesain sedemikian rupa sehingga membuat siapapun pasti kagum melihatnya.
Siapa sebenarnya cewek ini? Apa hubungannya dengan Al? Perasaan sebelumnya dia gak pernah bawa cewek lain ke villa ini selain aku? Apalagi sampai tidur di kamar dan ranjang pribadinya seperti ini?" Batin Dokter Raudha bertanya-tanya dalam hatinya.
Ehemmm... Al berdeham mengejutkan Dokter Raudha yang menatap wajah Arti dengan sangat intens.
"Masya Allah!" Dokter Raudha terlonjak kaget sambil memegangi dadanya ketika melihat orang yang ada di belakangnya.
Tampak seorang laki-laki yang sangat cupu dengan tompel di pipinya, memakai kacamata minus tebal dan gigi tonggos berpakaian seperti Jojon pelawak zaman dulu.
"Gak usah kaget gitu!" Ketus Al dengan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.
Dokter Raudha menghela nafasnya ketika mendengar suara laki-laki yang sangat dikenalnya.
"Gue kira siapa? Kenapa style Lo kayak gini sekarang?" Tanyanya sambil menatap Al dari atas ke bawah seraya mengulum senyumnya.
"Gue lagi menyamar supaya tuh cewek gak tau siapa gue sebenarnya." Bisik Al supaya Arti tidak terbangun dari tidurnya.
"Loh kok gitu?" Dokter Raudha mengangkat satu alisnya sambil memicingkan matanya.
"Supaya gue tau dia tulus apa gak bila gue deketin." Jujur Al menjelaskan.
Tiba-tiba Arti membuka matanya lalu mengerutkan keningnya menatap wajah kedua orang yang ada didepannya karena sangat asing baginya.
"Kalian berdua siapa?" Tanya Arti dengan nada serak khas bangun tidur.
"Perkenalkan namaku Adri dan ini Dokter Raudha." Al memperkenalkan dirinya sebagai Adri sesuai dengan nama depannya Adriansyah dan sahabatnya yang cantik tapi tomboi itu.
"Namaku Arti." Lirihnya sambil berusaha bangkit dengan susah payah.
Al segera membantunya dengan menumpuk bantal dibelakangnya, hingga posisinya sangat dekat dengan wajah Arti.
Deg...deg...deg... Al merasakan jantungnya berdegup kencang, ada getaran yang tidak biasa dirasakannya ketika berada dalam posisi seperti itu.
"Maaf bisa lebih cepat dan tolong lepaskan tanganmu dari bahuku." Pinta Arti karena dia merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Al.
Namun Al seakan berada di dunia lain dan tidak mendengar suara biduanita itu, dia terus menatap lekat wajah cantik Arti tanpa berkedip sedikitpun. Tanpa sadar Al terus memangkas jarak antara mereka berdua, hingga akhirnya Dokter Raudha mengeluarkan suaranya untuk menyadarkan sahabatnya yang terpesona menatap wajah cantik wanita dihadapannya.
"Lebih baik aku periksa sekarang saja!" Dokter Raudha meninggikan intonasi suaranya karena kesal menyaksikan itu semua.
Sebenarnya Dokter Raudhatul Jannah sudah lama memendam perasaannya kepada Al, makanya dia rela melakukan apa saja yang diperintahkan oleh sahabat sekaligus pujaan hatinya itu. Namun sayangnya Al hanya menganggapnya sebagai best friend forever yang sudah di anggapnya seperti saudaranya sendiri.
-
"Kamu habis minum ya tadi malam? Mulutmu bau alkohol yang sangat menyengat." Dokter Raudha langsung mengambil masker dari dalam tasnya lalu memakainya kemudian melanjutkan tugasnya untuk memeriksa kondisi Arti secara keseluruhan.
"Aku gak pernah minum-minuman keras." Jujur Arti dengan menggelengkan kepalanya.
"Jangan bahas itu lagi, dia gak sengaja meminumnya!" Bisik Al dengan menekankan kata-katanya.
"Maksud Lo?" Dokter Raudha benar-benar bingung dibuatnya.
"Nanti gue jelasin." Al kembali berbisik.
"Kenapa kalian harus bisik-bisik?" Arti merasa curiga dengan apa yang dilakukan kedua orang itu.
"Gak papa kok Arti, kamu tenang aja ya." Jawab Al seraya mengulas senyumnya.
Arti menganggukkan kepalanya lalu mengulurkan kakinya untuk turun dari tempat tidur yang sangat nyaman itu.
"Kamu mau kemana?" Tanya Al ketika Arti mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dengan tertatih.
"Aku mau ke kamar mandi." Jawab Arti sambil memegangi kepalanya yang masih sakit.
"Kamar mandinya ada didalam kamar ini juga, jadi kamu gak usah repot-repot keluar." Al menuntun Arti menuju pintu kamar mandinya yang terletak di balik tirai warna biru.
"Kenapa kamar mandinya tembus pandang kayak gini?" Arti merasa heran dengan sekat pembatas kamar mandi yang terbuat dari kaca transparan tersebut.
"Sudahlah masuk saja, aku gak akan mengintipmu." Al mengulum senyumnya lalu pergi meninggalkan Arti setelah menutup tirainya.
Untuk sekarang aku akan berusaha menjaga pandanganku padamu, tapi kalau kita sudah menikah nanti aku gak akan menahan diriku lagi." Batinnya seraya tersenyum penuh makna.
"Ngapain Lo senyum-senyum? Habis liat aurat tuh cewek!" Ketus Dokter Raudha dengan melipat kedua tangannya di atas dada.
"Ya enggak lah!" Sahut Al tidak kalah ketusnya.
"Yaudah gue balik dulu! Nich obat buat dia, assalamualaikum." Pamit Dokter Raudha lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar tuan muda itu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Al sambil mengikuti langkah Raudha untuk mengantarkannya sampai ke depan villanya.
"Oh ya, tadi Lo bilang tuh cewek gak sengaja minum. Gimana ceritanya tuh?" Tanya Dokter Raudha karena masih penasaran dengan cerita Al yang terpotong.
"Gue gak sengaja ngasih dia minuman yang ada ditangan gue, ketika dia tersedak makanan di acara resepsi pernikahan anak rekan bisnis Papa kemarin malam." Jujur Al lalu menceritakan semua kejadiannya dari awal hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawa Arti ke villa nya itu.
Setelah selesai mendengarkan cerita Al sambil berjalan menuju ke tempat motornya yang terparkir di halaman villa, Dokter Raudha segera menyalakan mesin motor matic nya itu. Dia kemudian berlalu pergi dari sana dengan perasaan yang sulit untuk diartikan dengan kata-kata. Ada rasa cemburu menggelitik hatinya karena Al begitu perhatian dan memperlakukan wanita yang baru dikenalnya dengan sangat romantis.
-
Al kembali masuk ke dalam villa nya lalu mencari asisten rumah tangganya yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri itu.
"Bi Ani." Panggilnya sambil berjalan mendekati wanita paruh baya itu.
Karena bunyi air kran Bi Ani yang sedang sibuk mencuci peralatan bekas memasaknya, tidak mendengar panggilan tuan muda Adriansyah Alrizzi itu.
"Bi Ani." Sebutnya mengulangi panggilannya sembari menepuk pundak asisten rumah tangganya itu dengan lembut.
"Iya Tuan Muda, ada yang bisa saya bantu?" Bi Ani dengan membalikkan badannya.
"Tolong buatin sarapan buat Arti dan taruh di atas nampan sekarang ya, biar aku yang akan membawanya kekamar." Pintanya sambil mendudukkan dirinya di kursi meja makan.
"Baik Tuan Muda." Bi Ani menganggukkan kepalanya lalu melakukan apa yang di pinta oleh majikannya itu." Tuan Muda mau sekalian saya buatkan makanan juga?" Tawar Bi Ani sembari menata makanan diatas nampan.
Sebab tadi Al tidak jadi memakan sarapannya ketika mendengar laporan bahwa Arti dalam keadaan sakit, entah mengapa tiba-tiba selera makannya langsung hilang karena mengkhawatirkan kondisi biduanita itu.
"Gak usah Bi, aku mau memastikannya dia makan dan minum obatnya terlebih dulu, baru aku bisa makan dengan tenang." Tolaknya dengan halus.
"Siapa sebenarnya cewek yang ada dikamar Tuan Muda? Ada hubungan apa dengan Anda? Sebelumnya Anda tidak pernah mengajak wanita manapun masuk ke kamar pribadi Anda." Bi Ani mengerutkan keningnya menatap wajah Al yang masih terlihat tampan walaupun sedang menyamar sebagai cowok cupu.
"Dia wanita yang istimewa bagiku Bi, sebab dia sudah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama setelah sekian lama aku terluka karena cinta pertamaku, aku mau menjadikannya sebagai calon istriku." Jujur Al menjelaskan alasannya.
"Tapi kenapa harus menyamar seperti ini?" Bi Ani kembali bertanya.
"Karena aku mau dia menerimaku apa adanya bukan ada apanya." Jawab Al seraya tersenyum penuh makna.
"Ohh." Bi Ani mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menyerahkan nampan berisi makanan kepada Al.
Tuan muda Adriansyah Alrizzi itu segera beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya. Dia langsung masuk karena pintu kamar masih terbuka lebar lalu meletakkan nampan berisi makanan itu di atas meja sofa yang ada dalam kamar tersebut.
Kenapa dia lama banget dikamar mandi? Jangan-jangan dia pingsan lagi?" Batinnya sembari mendekati tirai pembatas.
"Arti kamu sudah selesai mandinya?" Al mendekatkan telinganya di balik tirai.
"Iya tapi aku gak punya baju ganti." Jawab Arti dengan hanya memakai handuk yang melilit di dadanya dari balik tirai pembatas.
"Sebentar ya aku carikan bajuku yang bisa kamu pakai." Al kemudian berjalan menuju lemari pakaiannya.
Dia memilih satu steel baju olahraga lengan panjang dan celana panjangnya, lalu menyerahkan kepada Arti sambil menutup matanya.
Lima menit kemudian Arti keluar dari balik tirai dengan baju olahraga milik Al yang kebesaran ditubuh mungilnya.
"Maaf jika bajuku kurang nyaman untukmu." Ucap Al sembari menatap Arti dari atas ke bawah.
"Gak papa kok, daripada aku gak pakai baju." Jawab Arti sambil menundukkan kepalanya karena salah tingkah akibat ulah Al yang terus menatapnya tanpa berkedip.
"Ya udah kalau begitu kamu makan dulu ya, makanannya sudah ada di atas meja." Al meraih tangan Arti lalu mendudukkannya di sofa panjang yang ada dalam kamarnya itu.
"Terima kasih atas semuanya Adri." Arti menatap wajah Al yang ada di sampingnya.
" Iya sama-sama, gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri." Balas Al seraya mengulas senyumnya." Cepatlah makan! Aku gak mau liat kamu sakit lagi, atau mau aku suapin?" Tawarnya sembari meraih sendok yang ada di atas nampan karena Arti tidak merespon apa yang dikatakannya.
Cowok ini jelek tapi baik hatinya." Batin Arti sembari menatap lekat ke arah Al yang duduk di sampingnya.
"Gak usah aku bisa sendiri!" Tolak Arti lalu merebut sendok yang ada di tangan Al." Kamu sendiri sudah makan, apa belum?" Tanyanya sambil menolehkan kepalanya ke arah Al yang tengah sibuk memainkan handphonenya.
"Nanti setelah kamu makan." Jawab Al tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya.
Sebab dia baru saja membuka email dari Rano tentang biodata Arti Aurora yang sebenarnya.
"Kenapa harus nungguin aku? Nanti kalau kamu sakit juga gimana?" Arti memperhatikan Al yang tampak sangat serius menatap layar handphonenya.
Karena tidak ada respon dari Al, Arti memberanikan dirinya untuk menyuapi makanan ke mulut laki-laki yang baru dikenalnya itu.
"Lebih baik kita makan sama-sama aja ya." Arti langsung menyodorkan sendok berisi makanan kedepan mulut Al yang sedikit terbuka.
Al sangat terkejut dibuatnya, karena sebelumnya tidak ada siapapun yang berani memperlakukannya seperti itu, apabila melihatnya sedang sibuk dan serius dengan apa yang dikerjakannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Al menatap tajam ke arah Arti sambil mengunyah makanan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya.
"Aku cuma mau kamu juga ikut makan." Arti berkata dengan entengnya, tanpa rasa takut sedikitpun membalas tatapan mata yang sangat tajam bagaikan elang.
Cewek yang berani, aku semakin menyukainya." Batinnya seraya tersenyum smirk.
"Apa kamu gak takut sedikitpun denganku?" Al mendekatkan wajahnya ke wajah Arti hingga tinggal beberapa centi saja lagi.
Arti menelan salivanya dengan susah payah karena merasa terintimidasi. Al memperlihatkan sifat aslinya yang sangat dingin terhadap semua orang, dia lupa bahwa sedang melakukan penyamarannya.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Tunggu episode-episode yang akan datang ya!
Bersambung...
See you next time!
Jangan pernah bosan untuk memberikan dukungan kalian melalui tanda cintanya, setangkai bunga mawar merahnya, like yang tiada henti, komen yang sesuai dengan alur cerita, rate bintang lima dan jadikan favorit kalian selalu ya.
Salam sayang selalu dariku Khardha Love.
Happy reading guys!
Arti mendorong tubuh Al dengan kuat hingga terjungkal ke belakang.
"Siapa juga yang takut sama cowok cupu kayak Lo!" Arti kembali melanjutkan makan pagi menjelang siangnya tanpa menghiraukan tatapan Al yang terus mengintimidasinya.
Al akhirnya melongo dibuatnya, dia akhirnya sadar bahwa sedang melakukan penyamaran. Al berusaha menyembunyikan kecanggungan nya dengan menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.
Dasar cewek bar-bar tapi aku suka banget dengan gayamu ini, kamu sangat pintar menyembunyikan penderitaanmu sendiri. Sebab aku sudah mengetahui siapa sebenarnya dirimu Arti, aku akan selalu berusaha membuatmu bahagia setelah ini. Aku juga akan memberikan pelajaran kepada semua orang yang memanfaatkanmu, supaya mereka menyesal nantinya." Batin Al sembari menatap ke arah Arti.
-
Siang harinya setelah menunaikan sholat zuhur Arti berkeliling di sekitar villa bersama Al, yang sengaja mengajaknya menaiki rumah pohon miliknya. Sambil melihat pemandangan yang sangat indah dipandang mata, dengan nuansa pegunungan dan perkebunan buah-buahan segar milik keluarga Alrizzi.
"Pemandangannya indah banget ya, tapi sayang aku gak bisa lama-lama di sini." Arti menundukkan wajahnya karena sedih harus kembali bergelut dengan dunianya yang membuatnya sangat lelah.
"Kamu bisa sering kesini kok buat nemenin aku." Al menatap Arti seraya mengulas senyumnya.
"Adri kamu sebenarnya siapa sich? Aku kok gak liat ada foto kamu didalam villa?" Arti mengerutkan keningnya menatap wajah Al yang terlihat cupu dihadapannya.
"Aku cuma anak pembantu disini jadi wajar aja kan gak ada fotoku yang terpajang di dinding." Jawab Al berusaha menyembunyikan identitas aslinya.
"Terus mobil mewah yang terparkir di halaman villa itu milik siapa?" Arti kembali bertanya.
"Itu milik majikanku, yang sengaja di tinggalkannya disini supaya aku bisa mengantarkanmu pulang." Al berusaha berkilah lagi.
"Memangnya kamu bisa menyetir mobil?" Arti mengangkat satu alisnya.
"Tentu saja aku kan sopir pribadinya Tuan Muda." Al mengulas senyumnya hingga menampakkan barisan giginya.
Hahaha..." Kamu pede banget sich memperlihatkan gigimu yang mancung itu." Arti merasa geli melihat gigi palsu milik Al.
"Jangan menghina orang dari fisiknya, sebab kamu belum tau siapa dia sebenarnya!" Kesal Al sembari melipat kedua tangannya di atas dada." Semua apa yang terlihat belum tentu sesuai faktanya." Ujarnya lagi dengan menekankan kata-katanya.
"Ishh serius banget sich, aku kan cuma bercanda!" Arti menepuk pundak Al cukup keras hingga terhuyung ke depan.
Untung saja Al sempat berpegangan didahan yang ada disampingnya.
"Kamu jadi cewek bar-bar banget sich!" Kesal Al dengan mendelik tajam ke arah Arti.
"Maaf ya Adri aku gak bermaksud kurang ajar sama kamu." Arti menangkup kedua tangannya.
Al menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
Kamu benar-benar membuatku kesal, jengkel sekaligus nyaman ada di dekatmu Arti." Batinnya sembari menatap wajah cantik natural Arti yang tidak dipoles dengan make up sedikitpun.
"Baiklah permintaan maafmu kuterima, tapi lain kali jangan diulangi lagi ya." Ujarnya dengan menekankan kata-katanya.
"Maksud kamu apa? Kok ada kata lain kali? Memangnya kita akan bertemu lagi setelah ini?" Arti mengerutkan keningnya dengan sempurna.
"Tentu saja, kamu kan seorang penyanyi. Jadi kapanpun dan di manapun kita bisa saja bertemu. Iya kan?" Al mengulas senyumnya.
"Iya juga sich, tapi aku gak bisa janji bisa dekat denganmu lagi seperti sekarang ini." Arti melirik ke arah Al yang duduk di sampingnya.
Al menatap sendu kearah Arti, dia sudah tahu bagaimana perjuangan wanita yang ada disampingnya itu selama ini, dalam melewati hari-hari nya sejak berusia 10 tahun sudah harus bernyanyi dari panggung ke panggung untuk menghidupi keluarganya, sampai sekarang umurnya 20 tahun. Arti tidak pernah bisa menikmati masa remajanya seperti anak-anak remaja kebanyakan, itu yang membuatnya menjadi dewasa sebelum waktunya.
Arti mungkinkah setelah kita bertemu kembali dilain waktu kamu bisa mengenaliku lagi? Karena aku gak mungkin berpenampilan seperti ini terus bila sudah berada di duniaku sebenarnya. Maafkan aku yang telah menipumu dengan penyamaranku ini." Batinnya sembari menatap lekat ke arah Arti yang selalu bisa menyembunyikan kesedihannya dibalik senyumnya.
"Adri aku mau pulang ke rumah Om dan Tante ku. Bisakah kamu mengantarku?" Arti ikut menatap ke arah Al yang hanya berjarak beberapa jengkal dengannya.
Tatapan mereka saling bertemu, kali ini jantung keduanya kembali berdegup kencang seperti lari maraton. Al semakin memangkas jarak antara mereka, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Arti karena sangat tergoda dengan bibir mungil nan ranum bagaikan ceri itu. Sambil
memejamkan matanya Al memajukan bibirnya, namun tiba-tiba handphonenya berdering terus-menerus hingga menyadarkannya dari fantasi liarnya itu.
"Apa yang ingin kamu lakukan? Apa kamu mau menciumku?" Arti menatap tajam ke arah Al.
"Maaf." Ucap Al lalu beranjak dari duduknya untuk menerima panggilan suara dari Rano asisten pribadinya.
Dasar cowok nyebelin! Dia cuma bilang maaf! padahal dia hampir saja melecehkanku!" Batin Arti sambil mengepalkan tangannya dibelakang Al.
📲"Assalamualaikum. Ada apa?" Tanya Al tanpa basa-basi.
📱"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Lo ada di mana sekarang? Banyak berkas-berkas yang harus Lo tandatangani." Jawab Rano dari balik teleponnya.
"Gue ada di villa, sebentar lagi pulang. Lo antarkan semua berkas-berkas itu ke rumah." Perintah Al sembari memasukkan tangannya ke saku celananya.
"Ok." Singkat Rano lalu menutup panggilan suaranya.
-
"Arti kamu masih mau disini atau pulang sekarang?" Al menatap Arti dengan mengangkat satu alisnya.
"Gue mau pulang sekarang!" Jawab Arti lalu turun dari rumah pohon itu dengan perasaan kesalnya.
Al segera menyusul Arti lalu masuk ke dalam villa nya untuk berganti baju, setelah berpamitan dengan Bi Ani dan Mang Dadang suaminya. Arti dan Al langsung masuk ke dalam mobil lalu melakukan perjalanan menuju ibukota provinsi. Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam tanpa ada yang mau membuka suara. Arti lebih memilih menatap ke arah jendela kaca mobil yang ada disampingnya untuk menghindari bertatapan langsung dengan Al yang sudah membuatnya badmood.
"Arti kamu marah sama aku?" Al akhirnya memecah keheningan yang tercipta diantara mereka berdua.
"Enggak!" Jawab Arti dengan menekuk wajahnya.
"Kalau enggak kenapa mukanya ditekuk gitu?" Al melirik ke arah Arti sambil terus fokus dengan jalanan yang ada di depannya.
"Aku benci sama kamu! Ternyata kamu sama saja dengan para laki-laki hidung belang yang ingin menyentuhku!" Pekik Arti mengeluarkan unek-unek nya.
"Heyy aku gak bermaksud seperti itu!" Tegas Al dengan menekankan kata-katanya.
"Buktinya tadi kamu hendak menciumku, sewaktu kita berada di rumah pohon!" Kesal Arti dengan mendelik tajam ke arah Al.
"Aku minta maaf Arti, aku cuma terbawa suasana." Jujur Al lalu meraih tangan Arti supaya bisa menggenggamnya.
"Hampir semua laki-laki itu sama, mereka selalu memikirkan kepala atas dan juga bawahnya saja! Bahkan ada diantara mereka yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Termasuk kamu!" Tunjuk Arti dengan geramnya sambil menepis tangan Al.
"Kamu gak boleh menilai orang seenaknya! Sebab aku gak pernah melakukan apa yang kamu tuduhkan!" Al menaikkan intonasi suaranya karena tidak terima dengan tudingan Arti.
"Sudahlah lupakan saja, anggap ini pertemuan pertama dan terakhir kita! Terima kasih atas semuanya!" Arti membanting pintu mobil ketika Al berhenti di lampu merah.
Padahal rumah Om dan Tantenya masih sangat jauh dari sana.
"Arti tunggu!" Teriak Al dengan menyembulkan kepalanya di jendela mobilnya.
Arti tidak menghiraukannya, dia berlari melewati kerumunan orang-orang yang ada disekitarnya, hingga hilang dari pandangan Al.
Tin...tin...tin... Bunyi klakson saling bersahutan karena lampu sudah berubah hijau. Al terpaksa melajukan kembali mobilnya melewati lampu merah lalu menepikan kendaraan roda empatnya itu di pinggir jalan yang agak sepi.
"Ohh shitt!" Al memukul kemudinya dengan keras.
Dia melepaskan kacamata minus tebalnya dan gigi palsunya, lalu menghubungi Rano dengan headset bluetoothnya.
Tut...Tut...Tut... Panggilan suara tersambung.
📱"Assalamualaikum No. Siapkan bodyguard bayangan untuk mencari dan memantau keberadaan Arti. Sekarang juga!" Perintahnya dengan tegasnya.
📲"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ok!" Jawab Rano yang sudah tahu apa yang harus dilakukannya bila Al menginginkan sesuatu yang harus didapatkannya.
Setelah memerintahkan anak buahnya supaya mencari keberadaan Arti dan memantau setiap gerak-gerik wanita yang telah mengobrak-abrik perasaannya itu, Al kembali
melajukan mobil sportnya itu dengan kecepatan diatas rata-rata. Hingga banyak orang yang mengumpatnya, karena Al selalu menyalipnya tanpa memperdulikan pengendara lain yang menggunakan jalan yang sama maupun berlawanan arah dengannya.
-
Arti terus melangkahkan kakinya menuju rumah Om dan Tantenya yang berjarak puluhan kilometer lagi sejak dia keluar dari mobil Al tadi, kakinya yang tidak menggunakan alas kaki mulai lecet-lecet. Sehingga membuatnya meringis menahan sakitnya, Al yang sudah mengetahui keberadaan Arti setelah Rano menyebar anak buahnya dimana-mana mengikutinya dari belakang secara diam-diam. Dengan menggunakan pakaian serba hitam dengan hoodie yang menutupi kepalanya dia mengendap-endap mengikuti langkah biduanita itu.
Arti yang merasa diikuti menolehkan kepalanya ke belakang lalu menengok ke kiri dan ke kanan, namun dia tidak menemukan siapa-siapa selain bunyi kendaraan yang berlalu lalang, karena Al pandai bersembunyi dibalik pohon maupun dinding rumah-rumah warga yang ada disekitarnya.
Arti mempercepat langkahnya meskipun kakinya semakin terasa sakit karena harus menapaki jalanan yang dipenuhi batu-batu kerikil. Hari sudah mulai gelap menjelang malam, sebentar lagi azan Maghrib berkumandang. Arti berjalan tanpa memperhatikan jalanan yang ada didepannya karena sudah tidak sabar lagi untuk sampai ke tempat tujuannya yaitu rumah Om dan Tantenya yang terletak di ujung gang sempit itu. Saking cepatnya dia berjalan hingga akhirnya Arti tersandung batu yang cukup besar lalu terjerembab ke depan, wajahnya mencium batu kerikil tajam itu dengan mulusnya, darah mengalir deras dari kening dan hidungnya. Arti berusaha bangun namun pandangannya mulai gelap tertutup darah yang menutupi indera penglihatannya, akhirnya dia tidak sadarkan diri karena benturan yang cukup keras itu.
Dasar wanita keras kepala, aku tadi sudah berbaik hati hendak mengantarmu pulang ke rumah, tapi kamu justru lari dariku." Batinnya lalu menghampiri Arti.
Al segera menggendongnya ala bridal style menuju mobilnya yang dikemudikan oleh Rano atas perintahnya untuk mengikutinya dari belakang. Rano memang selalu bisa diandalkan untuk membantunya dalam keadaan apapun, dia juga selalu standby menunggu perintah dari Al, baik untuk urusan pribadi maupun urusan kantor. Setelah mengabari Om dan Tantenya Arti mereka secepatnya membawanya ke rumah sakit terdekat milik keluarga Alrizzi.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Bersambung...
Hai para readers semuanya jangan lupa untuk memberikan dukungan kalian selalu melalui tanda cintanya, setangkai bunga mawar merahnya, like yang tiada henti, komen yang selalu membangun sesuai alur ceritanya, rate bintang lima dan jadikan favorit kalian selalu ya.
Salam sayang selalu dariku Khardha Love.
See you next time!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!