Selamat datang di novel terbaruku, mungkin judulnya sudah banyak yang pakai dan juga sudah pasaran. Tapi aku jamin, alur ceritanya sangat berbeda dengan yang lainnya, karena kisah ini terinspirasi juga dari kisah nyata. Semoga suka ya, dan mohon dukungan like, vote, dan komentar dari kalian semua, love you all.
****
Episode 1 Patah Hati bukanlah Akhir segalanya
Terik mentari terus menyinari sepanjang musim panas ini. Padatnya jalanan kota membuat tubuh semakin terasa penat. Polusi udara ada dimana-mana dan membuat pusing kepala. Di tengah keramaian jalan di jam pulang kerja, Zariya menambah kecepatan motor scoopy merahnya supaya ia cepat sampai pada alamat yang ia tuju setelah membaca pesan dari seseorang yang tidak ia kenal.
pria misterius:
Datanglah ke kafe dekat mall pusat kota, kau akan menemukan pemandangan indah sekaligus menyakitkan di sana
Itu adalah bunyi pesan pertama yang awalnya Zariya acuhkan. Ia tidak mengerti apa maksud di balik pesan tersebut, tapi pesan kedualah yang membuat Zariya terpacu untuk segera menerobos padatnya jalanan di kota untuk membuktikan apakah isi pesan itu benar atau tidak.
pria misterius:
Marvin sedang kencan dengan cewek barunya, romantis banget sih, tapi pasti menyakitkan buatmu, kalau kau tidak percaya, cepatlah kesini dan buktikan sendiri.
Bunyi pesan kedua itulah yang menuntun Zariya sampai di kafe ini. Begitu memasuki pintu masuk, gadis manis itu terpaku melihat orang yang masih berstatus sebagai kekasih bulenya sedang asyik bermesraan dengan wanita seksi. Mereka bahkan saling menyuapi satu sama lain, Marvin terlihat begitu mesra mengelap noda yang ada di mulut wanita seksi itu.
Wanita mana yang tidak sakit hatinya bila melihat kekasihnya duduk berduaan dengan wanita lain dan beromantis ria berdua.
Sakit memang, apalagi itu terjadi tepat di depan mata Zariya sendiri. “Wah, pesan itu benar,” gumam Zariya sambil terus mengamati gerak gerik mereka.
Tut tut ...
Sebuah pesan, masuk ke dalam ponsel Zariya. Gadis itu membuka ponselnya dan tersenyum sinis saat membacanya.
pria misterius:
apa yang akan kau lakukan sekarang?
kau mau menangis?
aku bisa menemanimu
Tiga pesan beruntun itu semakin membuat hati Zariya kesal bukan kepalang. Bukan karena isi pesannya melainkan karena Zariya sama sekali tidak tahu siapa pengirim pesan itu. Tidak ada foto dan setiap kali dia menelepon balik nomer itu selalu saja sudah tidak aktif. Berulang kali Zariya melacak pemilik nomer itu tapi tetap saja hasilnya nihil sehingga membuat Zariya menyerah dan memilih mengabaikannya.
Sampai sekarang Zariya heran, siapa pemilik nomer misterius itu , dan bagaimana bisa ia tahu setiap apa yang terjadi pada dirinya, siapa teman-temanya, dimana dia tinggal, dan bahkan ia tahu apa saja yang dilakukan pacarnya sekarang. Itulah kenapa Zariya mau datang kemari karena ingin membuktikan apakah isi pesan tersebut benar atau tidak.
Dan ternyata, pesan tersebut memang benar. Namun, Zariya tidak berminat untuk mencari tahu siapa pemilik nomer yang mengiriminya pesan itu, karena ada hal yang lebih penting dan harus segera Zariya selesaikan. Bagaimanapun juga, Zariya tetap berterimakasih atas informasi yang sudah nomer misterius itu berikan.
Zariya menatap layar ponselnya. Selama ini, gadis itu tidak pernah membalas setiap pesan yang dikirim oleh nomer misterius ini. Kini, untuk pertama kalinya, Zariya membalas pesan dari pengirim misterius tersebut.
Anda:
Lihat apa yang akan aku lakukan dan jangan pernah menghubungiku lagi
Setelah pesan itu terkirim, Zariya melangkah maju menghampiri kekasihnya yang sedang bercumbu ria bersama dengan selingkuhannya.
Kedatangan Zariya, tentu saja membuat kaget Marvin dan pelakor yang ada di depannya. Jika wanita lain yang dikhianati kekasihnya seperti yang dilakukan Marvin pada Zariya, pastilah akan marah, kalap, sedih, dan benci, tapi tidak dengan Zariya sendiri. Gadis itu sangat berbeda dengan wanita-wanita pada umumnya.
Tidak ada kemarahan di wajah Zariya, ia malah selalu menebar senyuman untuk Marvin dan selingkuhannya seolah diantara mereka tidak pernah terjadi apa-apa. Bahkan Zariya berbaik hati memesankan makanan termahal di kafe ini, dan yang lebih mengejutkan lagi adalah, Zariya sanggup memesan Red Wine Henri Jayer Cros Parantous yang diproduksi oleh Vasne Romanee Cris Parantaux yang terkenal sebagai pembuat wine terbaik di Perancis. Tak tanggung-tanggung, harga sebotol wine yang dipesan Zariya di kafe ini mencapai 68 juta. Sangat fantastis.
“Apa yang kau lakukan?” Marvin bingung dengan sikap Zariya yang tiba-tiba saja memesan red wine termahal di kafe ini.
Tanpa ekspresi Zariya menjawab santai pertanyaan kekasihnya yang sudah mengkhianatinya. “Makan malam romantis seperti ini, sangat tidak afdol tanpa red wine termahal, kan? Kamu kan tajir melintir, masa bayar sebotol red wine saja nggak mampu?” sindir Zariya dengan telak, tapi ia tetap bersikap manis seolah tidak terjadi apa-apa diantara dirinya dan Marvin meski dalam hati, ingin rasanya Zariya membunuh cowok ini.
Dasar cowok breengsek! Batin Zariya sambil menatap sinis Marvin.
“Sayang, siapa sih cewek ini?” tanya wanita yang ada di depan Marvin sementara Zariya duduk di tengah-tengah mereka.
“Kenalin, aku pacarnya yang mulai detik ini menjadi mantannya. Dan untuk merayakannya aku pesankan red wine termahal sebagai penutup makan malam kalian, semoga kalian menikmati semua makan malam ini, tentu saja aku ikut bergabung dengan kalian karena aku sendiri juga sudah lapar.” Zariya membungkukkan badannya dengan sangat sopan. Tidak ada kesedihan di wajahnya dan itu semakin membuat suasana hati Marvin menjadi tambah buruk. Apalagi, ia tidak punya uang yang cukup untuk membayar semua pesanan yang dipesan Zariya saat ini.
Seolah tahu masalah apa yang dihadapi Marvin, Zariya hanya tersenyum sinis dan merasa sangat puas sudah membuat puyeng kepala orang yang sudah berani-beraninya membohonginya.
Pelayan datang sambil membawa red wine dan beberapa makanan termahal di kafe ini lalu meletakkannya di atas meja.
“Silahkan, tuan dan nyonya-nyonya,” ucap pelayan itu dan pamit undur diri.
“Terimakasih,” ujar Zariya sambil tersenyum dan mulai membuka red wine nya, lalu menuangkannya di gelas Marvin dan selingkuhannya.
Wanita selingkuhan Marvin benar-benar tidak nyaman dengan keberadaan Zariya di sini. Ini terkesan seperti intimidasi di mana ada bom waktu yang siap meledak jika waktunya tiba. Dengan penuh waspada, wanita yang bernama Rosalie itu terus menatap gerak gerik Zariya dan bersiap-siap jika gadis yang mengaku sebagai pacar Marvin itu menyerangnya.
Namun, sudah sekian menit Zariya berada di sini, gadis itu sama sekali tidak melakukan apa-apa. Ia malah asyik menikmati makanan yang sudah ia pesan, dan terkesan tidak peduli dengan kehadiran dirinya ataupun Marvin disekitarnya.
“Apa pacarmu ini baik-baik, saja?” tanya Rosalie pada Marvin yang terlihat frustasi.
Acara makan malam romantis yang harusnya menjadi momen spesial antara Marvin dan Rosalie kini hancur lebur karena kedatangan Zariya tiba-tiba. Ditambah lagi, gadis itu malah ikutan nimbrung di sini. Semakin rusaklah suasana malam ini.
Marvin sendiri, tidak tahu harus berkata apa. Zariya sama sekali tidak menunjukkan amarahnya. Padahal jika Zariya marah, itu akan mempermudah memutuskan hubungan mereka, tapi yang terjadi malah sebaliknya, Zariya sangat baik sekali dengan membantu memesankan semua makanan ini. Gadis itu bahkan terlihat senang dan menikmati acara makan malam dan itu membuat Marvin semakin stres bahkan hampir gila.
“Aku baik-baik saja, Miss. Kenapa kalian hanya diam saja, makanlah? Ini semua mahal loh, sayang kalau dilewatkan begitu saja. Atau jangan-jangan kalian terganggu dengan kedatanganku, ya? Tenang saja, setelah aku menghabiskan makananku, aku akan segera pergi dari sini. Bersabarlah denganku, Okey!” Zariya terus tersenyum manis. Ia juga melahap makanannya dengan santai.
Dua orang yang sudah kalut antara hati dan pikirannya tidak bisa berbuat apa-apa lagi dengan apa yang dilakukan Zariya saat ini. Mungkin inilah bentuk pembalasan dendam yang dilakukan Zariya atas apa yang sudah Marvin lakukan padanya. Caranya sangat berbeda dengan yang lain, lembut, manis tetapi sadis dan menakutkan.
BERSAMBUNG
****
Terus ikuti kisah Zariya, ya ... ini baru pembukaan. Visual baru aku pasang setelah semua tokohnya keluar. Karena ini masih di awal, jadi aku pending dulu.
Kalau visual cowok sih sudah aku siapkan, sesuai yang ada di cover, tinggal visual ceweknya, boleh kok kalau mau ngasih saran asal nanti sesuai dengan tokoh cowoknya, ya ... nanti jangn protes loh tapi ... kalian bebas berimajinasi visual tokoh yang ada dalam cerita ini sesuai dengan selera kalian masing-masing, pokoknya love you all ...
Semoga kalian suka dengan cerita dan karakter baruku ini.
Jangan lupa dukung like, vote, dan komentarnya ya ..
Di sebuah bangku bar, duduklah seorang laki-laki memakai masker putih sedang memerhatikan Zariya dengan seksama dan gerak gerik orang yang ada disekelilingnya. Laki-laki itu tak bergerak dan hanya memainkan ponselnya.
“Itukah yang sedang dilakukannya? Huh, menarik juga,” gumam laki-laki itu sambil tersenyum.
Tak berapa lama, ponselnya berbunyi karena ada panggilan masuk untuknya.
“Halo, ada apa?” tanya laki-laki itu. “Sudah ku bilang, hari ini aku tidak bisa ... kau tidak perlu tahu aku ada di mana. Aku akan menghubungimu nanti. Jangan telepon aku lagi atau kau akan aku pecat.” Laki-laki itu menutup ponselnya dengan kasar dan kembali memerhatikan Zariya. Tentu saja gadis yang ia perhatikan, tidak tahu siapa laki-laki bermasker putih ini.
Akhirnya, Zariya selesai menghabiskan makanannya dan setengah botol wine yang ia pesan tadi. Gadis itu juga tak sungkan bersendawa di depan Marvin dan selingkuhannya.
“Hah, kenyang sekali!” Zariya mengelus-ngelus perut ratanya sambil melenggak lenggokkan tubuh kurusnya ke kanan dan ke kiri. “Sesuai janjiku, aku akan pergi dari sini, tapi sebelum aku pergi, aku ingin tahu, apa alasan kau mengkhianatiku, Marvin?” ternyata inilah tujuan awal Zariya, ia ingin tahu alasan Marvin menduakannya.
Saat yang ditunggu-tunggu Marvin telah tiba. “Kau, kau itu sangat menjijikkan. Lusuh, jelek, dan kuper. Lihat penampilanmu? Kau sama sekali bukan tipeku. Sangat berbeda dengan Rosalie. Sejujurnya, aku malu jalan dengan wanita miskin sepertimu. Kau merasa bahwa kau itu cinderella? Huh, kau bukan dia, karena dia itu sangat cantik, sedangkan kau?” Marvin membuang mukanya dan mengejek habis-habisan Zariya. “Kau sok membanggakan dirimu menjadi kekasihku? Asal kau tahu! Aku memintamu menjadi pacarku, karena aku taruhan dengan teman-temanku.
Dan berhasil, aku menang taruhan. Sebulan sudah kita jadian dan aku baru mendapatkan uang hasil taruhanku. Makanya, hasil kemenanganku, kini ku gunakan untuk bersenang-senang dengan wanita yang aku cintai, Rosalie. Sekarang kau sudah tahu kebenarannya dan pergilah dari sini. Jangan pernah ganggu kami lagi! Aku hanya heran satu hal, bagaimana bisa wanita biasa sepertimu tahu red wine termahal di kafe ini.” Marvin tertawa sinis menatap Zariya.
Mendengar penjelasan dari Marvin yang kasar dan sangat menjengkelkan, Zariya hanya tersenyum simpul. Ia sama sekali tidak sakit hati seolah sudah terbiasa menerima segala macam hinaan dan hujatan. Wanita lain mungkin sudah menangis atau marah dan bahkan akan menggampar wajah orang yang sudah menyakiti hatinya sampai seperti ini. Namun, tidak dengan Zariya, gadis manis itu kini malah tertawa tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Sikap Zariya ini malah terlihat menakutkan, ia seperti wanita tidak normal. Rosalie malah bergidik ngeri. Setelah tawanya mereda, Zariya memanggil waiter untuk datang ke mejanya. “Berikan tagihannya,” pinta Zariya setelah pelayan itu berdiri di sampingnya.
Waiter itu mengambil sebuah kertas dan memberikannya pada Zariya. Setelah membaca berapa jumlah tagihan yang harus di bayar, Zariya hanya tersenyum lalu memberikan tagihan itu kepada Marvin.
Wajah Marvin langsung melongo melihat jumlah yang harus dibayar. “120 juta? Gila? Apa ini tidak salah?” teriaknya begitu juga dengan Rosalie yang juga ikut terkejut.
“Kenapa? Kau tak sanggup bayar?” tanya Zariya santai. “Bukankah tadi kau bilang, kau baru saja dapat uang taruhan? Makanya kau mengajak orang yang kau cintai ini datang kemari? Berapa yang kau dapatkan? 500 juta? Satu milyar? Harusnya tidak masalah kan jika hanya mengeluarkan uang 120 juta untuk merayakan kemenanganmu di sini?” sarkasme yang tajam.
Wajah Marvin merah padam sementara Rosalie tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Wanita itu khawatir kalau ia juga dimintai iuran untuk membayar makan malam menyebalkan ini. Dalam hati, ia sangat kesal dengan Marvin tapi juga benci melihat Zariya yang berhasil merusak suasana romatis mereka.
“Akan aku beritahu satu hal padamu!” Zariya mulai menunjukkan wajah seriusnya. “Untunglah aku belum benar-benar mencintaimu. Jadi, aku tidak akan sakit hati dengan apa yang sudah kau lakukan padaku. Oleh karena itu, aku akan memberimu bonus sebagai tanda perpisahan kita. Jangan pernah kau menampakkan wajahmu di depanku lagi, jika tidak, aku akan menghabisimu tanpa ampun.” Zariya mengeluarkan sebuah kartu hitam unlimited yang hanya dimiliki oleh para anak sultan dan konglomerat lainnya.
Mata Marvin terbelalak tak percaya, seorang Zariya yang ia tahu hanyalah gadis miskin biasa dan bermimpi menjadi cinderella. Tidak di sangka ternyata Zariya juga punya kartu hitam layaknya putri raja.
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Marvin pada Zariya yang sudah berdiri tegak setelah membayar lunas semua tagihannya.
“Kau tidak perlu tahu siapa aku, ingat apa yang sudah aku katakan tadi, jangan pernah menampakkan wajahmu di depanku lagi. Karena kalau tidak, kau akan tanggung sendiri akibatnya. Ah, satu lagi, kau bilang apa tadi? Menjijikkan? Lusuh? Jelek? Kuper? Memang iya, itulah aku. Dan aku bangga jadi diriku sendiri daripada harus menjadi cantik seperti orang yang kau cintai itu tetapi semua kecantikan itu ... palsu!
Kini aku tahu seperti apa seleramu. Huh, ternyata seleramu rendah sekali. Terimakasih atas pujianmu tadi, Selamat tinggal Marvin, dan juga kau Rosalie, semoga hubungan kalian langgeng. Kalian berdua adalah pasangan yang sangat menyedihkan.” Zariya berlalu pergi meninggalkan meja tempat Marvin dan pelakor itu duduk.
Apa yang sudah dilakukan Zariya, sukses membuat Marvin dan Rosalie benar-benar merasa buruk. Sedangkan Zariya sendiri juga puas memberi mereka pelajaran dengan merusak acara makan malam romantis mereka. Gadis itu berjalan keluar meski sebenarnya ia juga menahan kesal yang amat sangat. Ia memasukkan kembali kartu hitamnya secara buru-buru dan tanpa sengaja, Zariya menjatuhkan dompetnya tepat di depan laki-laki bermasker saat melintas dihadapannya.
Zariya sama sekali tidak sadar kalau dompetnya jatuh, ia terus saja pergi keluar tanpa mau mendengar panggilan seorang laki-laki yang mamanggilnya. Gadis itu langsung menaiki motor scoopy merahnya dan melesat jauh pulang ke rumah Citra, seseorang yang sudah Zariya anggap seperti kakak kandungnya sendiri, karena saat ini hanya Citralah yang dia punya.
Siapa Citra? Wanita berusia 31 tahun yang kini berprofesi sebagai desainer terkenal adalah satu-satunya wanita yang membuat Zariya bangkit kembali dari keterpurukan dan bisa menjadi wanita tangguh seperti ini.
Ada banyak hal yang dimiliki Zariya tapi tidak diketahui oleh Citra. Namun, Zariya tetap menjadi Zariya yang dikenal Citra sebagai gadis manis biasa yang sederhana apa adanya. Baik sekarang ataupun nanti, seandainya Citra mengetahui siapa dia sebenarnya. Zariya berjanji, tetap akan menjadi Zariya yang sekarang ini dan tidak akan pernah berubah sampai kapanpun.
5 km lagi, Zariya sampai di rumah Citra, sejak tadi kakaknya itu sudah meneleponnya karena di suruh cepat-cepat pulang. Namun sepertinya, hari ini adalah hari yang sangat sial bagi Zariya, karena ia kehabisan bensin. Mana pom bensin di lokasi ini masih sangat jauh pula. Akibatnya, Zariya terpaksa menuntun motornya yang tiba-tiba mati di tengah jalan menelusuri jalan dan mencari pom bensin terdekat.
Ponsel Zariya pun juga mati karena baterainya habis. “Nah loh komplit sudah sialku hari ini, udah diselingkuhi pacar, di hina, dompetku hilang, kehabisan bensin dan sekarang baterai habis pula! Mudah-mudahan aja nggak ketemu penjahat,” gerutu Zariya sambil ngos-ngosan kerena menuntun motor scoopynya.
Belum juga selesai ia bicara, tiba-tiba saja gadis itu dihadang oleh beberapa orang yang memakai masker dan berpakaian serba hitam. Sepertinya, mereka berniat tidak baik pada Zariya.
“Huh, baru juga ngomong, eh sudah muncul. Benar juga kata orang-orang, ucapan adalah doa.” Zariya menghela napas panjang menatap sekumpulan penyamun itu.
BERSAMBUNG
****
jangan lupa like, vote dan komentarnya, ya ...
Para penyamun yang terdiri dari 3 orang, nampak berdiri tegak menghalangi langkah Zariya. Dari gelagat mereka, sepertinya mereka semua tidak berniat baik padanya. Namun, para penyamun ini salah sasaran. Meski ditempat gelap dan sepi, Zariya tidak takut dengan apapun. Dia bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik selama ini, karena dia sangat berbeda dengan para wanita yang lainnya.
“Minggir!” cetus Zariya tanpa merasa takut sedikitpun.
“Berani juga kau rupanya, ha? Asyeek nih,” ucap salah satu penyamun itu. Mereka semua memakai masker hitam dan berpakaian serba hitam, jadi mereka semua terlihat kembar.
“Apa yang kalian mau?” Zariya terlihat santai. Sesekali ia melemaskan otot-otot kakinya.
“Serahkan semua uang yang kau punya,” todong penyamun itu dengan belati kecil terarah padanya.
“Aku tidak punya apa-apa? Aku baru saja kehilangan dompet.” Zariya menjawab jujur, ia memerhatikan belati yang ada di tangan penyamun itu.
“Berikan ponselmu!” penyamun itu masih saja membuat Zariya kesal
Zariya hanya menghela napas menahan emosi. “Kenapa kalian tidak cari pekerjaan yang halal saja? Kalian semua masih muda? Kenapa malah jadi penyamun?”
“Bacot banget sih, lo? Serahin nggak?” bentak penyamun itu dengan emosi.
Zariya memarkir motor scoppynya dan melangkah maju ke depan. Ia berpura-pura menyerahkan ponselnya pada penyamun yang nyolot tadi. Begitu tangan penyamun itu terulur, tangan kiri Zariya langsung menarik tangan penyamun tersebut dengan kuat lalu membanting tubuh laki-laki itu dengan keras hingga membentur aspal jalan. Laki-laki yang berprofesi sebagai penyamun itu mengerang kesakitan.
Kedua penyamun lainnya yang tadinya shock melihat temannya terkapar langsung ikut menyerang Zariya bersamaan.
Dua pukulan dilayangkan ke arah Zariya tapi gadis itu langsung menampik keduanya. Dengan cepat Zariya menendang ulu hati kedua penyamun itu sampai mereka berdua terhuyung ke belakang. Secara bergantian, Zariya memukul tengkuk perampok itu hingga keduanya jatuh tertelungkup. Sedangkan penyamun yang tadi dibanting Zariya, mulai mengeluarkan sebuah belati kecil dan siap menusuk Zariya dari belakang ketika gadis itu sedang sibuk menghajar teman-teman penyamunnya.
Namun, belum sempat penyamun yang membawa belati itu menyerang Zariya, tiba-tiba ada sebuah tendangan keras tepat mengenai wajah penyamun tersebut hingga membuatnya terpental jauh ketepian. Kepalanya pun tak sengaja membentur trotoar dan ia pun pingsan seketika.
Zariya tersentak ketika melihat ada orang berjaket hitam tiba-tiba saja membantunya. Gadis itu memerhatikan sosok orang yang memakai masker wajah warna putih. “Kau? Sepertinya tadi kita pernah ketemu di ...,”
“Kafe,” jawab laki-laki bermasker putih itu.
Secepat kilat, laki-laki itu berlari ke arah Zariya sehingga membuat Zariya heran. Ia pikir pria bermasker itu hendak menyerangnya, tapi ternyata orang itu malah melompat dan menendang wajah penyamun yang berdiri di belakang Zariya karena hendak menyerang gadis itu. Berkat tendangan pria bermasker tersebut, penyamun itu pun tumbang dan pingsan sampai mengucurkan darah yang keluar dari hidungnya akibat tendangan tadi.
“Wuah, daebak. Terimakasih sudah menolongku.” Zariya menatap wajah pria asing yang entah siapa namanya ini.
“Sama-sama.”
“Sekarang bagaimana? Mereka semua pingsan.” Zariya mengamati para penyamun yang terkapar tak berdaya.
“Ayo ikut aku!” cowok itu menggandeng tangan Zariya tanpa permisi dulu dan menuntunnya ke motor Kawasaki Ninja 250SL hitam-hijau. “Pakai helm ini dan naiklah!” suruh pria asing itu sambil menyodorkan helm miliknya.
“Kau mau membawaku kemana?” tanya Zariya penuh curiga dan waspada. Walaupun pria ini sudah menolongnya, ia tetap tidak boleh mudah percaya pada orang asing.
“Mengantarmu pulang, cepatlah! Di sini banyak sekali paparazi.” Cowok itu mulai menaiki motornya dan menyalakan mesin. “Ayo!” ajaknya.
“Lalu, bagaimana dengan scoppyku?” Zariya masih ragu dan juga bingung.
“Aku akan mengurusnya nanti, tenanglah. Kalau hilang aku akan membelikannya lagi untukmu! Cepat naik!” kali ini cowok itu sudah tidak bisa bersabar lagi.
“Wuah, kau baik sekali padaku? Kau tidak bohong, kan?”
“Kau bisa membunuhku jika aku berbohong padamu. Cepatlah! Aku tidak suka paparazi,” teriak cowok itu.
Paparazi? Siapa cowok ini? Bagaimana mungkin ada paparazi di tempat sepi seperti ini? Apa dia artis? Huh, mana ada artis bengek kayak dia? Batin Zariya.
Awalnya, Zariya masih saja ragu, tapi hatinya tetap ingin percaya pada pria asing baik hati ini. Gadis itu akhirnya memakai helm yang diberikan pria bermasker tersebut dan naik dijok belakang motornya.
“Pegang yang erat, aku akan ngebut!” ucap pria bermasker itu. Ia benar-benar terlihat sangat keren tanpa menggunakan helm saat membonceng Zariya.
Zariya sendiri memegang jaket pria asing yang memboncengnya, tapi begitu motor melaju kencang, tubuh Zariya terhentak ke depan sehingga refleks tangan gadis itu memeluk pinggang laki-laki yang baru saja ditemuinya. Zariya hendak melepas kembali pelukannya setelah laju motor pria bermasker itu stabil. Namun, tangan pria itu mengenggam erat tangan Zariya seolah melarang melepas pelukannya sampai mereka berdua tiba di depan rumah Zariya.
“Jangan dilepas jika kamu masih sayang nyawamu,” ucap pria bermasker itu.
Setelah 30 menit berlalu, keduanya pun akhirnya sampai di depan pintu gerbang rumah Zariya. Gadis itu turun dan mengembalikan helm pria yang mengantarnya pulang. “Bagaimana kau bisa tahu kalau aku tinggal di sini? Seingatku, aku tidak pernah memberitahumu alamat rumahku? Apa aku mengenalmu?” tanya Zariya bingung.
“Tidak,” jawab pria itu dan memakai helm yang diberikan Zariya. “Kita tidak saling kenal. Masuklah, pasti orang rumah sudah mengkhawatirkanmu. Motormu akan sampai besok pagi. Sampai ketemu lagi, bye.” Pria bermasker itu pun melesat pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Zariya. Padahal, Zariya ingin mengucapkan terimakasih padanya.
“Dasar orang aneh! Tapi, siapa sih dia? Apa dia juga tahu nomer hpku? Apa jangan-jangan dia yang selama ini mengirimiku pesan?” gumam Zariya. Gadis itu yakin pria bermasker itu pasti adalah misterius guest yang selama ini berkirim pesan padanya.
Tidak mau mabil pusing dengan sosok misterius yang baru saja ditemuinya, Zariya memutuskan masuk ke dalam rumah dan langsung terkejut setelah melihat Kakaknya Citra, sedang menangis di hadapan seorang laki-laki yang juga sangat dikenal Zariya. Gadis itu langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menahan napas dalam-dalam.
“Dasar Brengseek! Berani-beraninya dia datang kemari! Mau cari mati, apa!” Zariya mulai tersulut emosi.
BERSAMBUNG
****
jangan lupa dukung like, vote, dan komentarnya ya ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!