NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Duda Tampan

Mimpi Buruk

Mimpi buruk itu terus mengejarku di alam mimpi, membuatku seakan merasa tak pernah tenang dan nyaman di setiap tidur malamku. ~Jessica Caroline~

****

Tubuh kaku tertutup kain berada tepat di dekapannya, lantunan ayat suci Al-quran semakin membuat guncangan di tubuh sang gadis. Air matanya luruh tak terbendung dengan bibir yang selalu mengucapkan mama, mama dan mama.

Hari ini menjadi hari paling menyakitkan bagi seorang gadis bernama Jessica Caroline. Mamanya meninggal saat dirinya baru berumur 17 tahun. Meninggalkan dirinya dan papanya saja di dunia ini.

Perasaan kehilangan ini selalu membuat Jessica terguncang hebat. Bahkan gadis itu meraung memeluk mamanya agar kembali ke dunia yang sama dengannya.

Dirinya tak ingin ditinggalkan, dirinya juga selalu ingin memeluk tubuh mamanya yang begitu dia cinta. Pelukan mama dan kasih sayangnya selalu dia dapatkan karena memang mamanya sangat menyayangi dirinya dan papanya.

Semenjak kejadian itu, tidur Jessica menjadi tidak tenang. Jessica selalu bermimpi memeluk mamanya yang sudah terbujur kaku. Seperti malam ini, teriakan itu kembali terdengar dari kamar kos miliknya.

"Mama...mama!" teriak Jessica dengan mata terpejam.

Air mata masih terlihat jelas di kedua matanya yang terpejam. Tangannya sudah bergerak mengayun ke atas dengan keringat membasahi dahi dan seluruh tubuhnya.

"Jangan tinggalin aku ma, jangan!" Seketika tubuh itu langsung terjaga.

Jessica tersadar dari mimpi buruknya. Nafasnya menderu dengan nafas tersenggal karena detak jantungnya yang begitu cepat. Air mata terus saja mengalir.

Dirinya menarik kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya di sela-sela kakinya itu.

"Kenapa mimpi itu selalu mendatangiku, hiks hiks." Bahu Jessica terguncang.

Jessica selalu seperti ini semenjak mamanya meninggal. Tidur tak pernah tenang, dan dirinya akan terjaga dengan memimpikan tubuh mamanya yang tertutupi kain.

Perlahan gadis itu memilih mencuci wajahnya di kamar mandi. Setelah itu, karena waktu masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Maka, Jessica memilih untuk mengistirahatkan dirinya lagi meski harus menggunakan obat tidur.

Kecanduan obat tidur, mulai dia jalani semenjak kejadian itu. Jika dia tak meminum, maka dirinya harus siap bermimpi buruk. Meski kenyataannya, setelah dia meminum obat tidur, terkadang mimpi itu juga masih saja datang.

****

Sinar matahari mulai menembus memasuki celah yang bisa ditembusnya. Suara kicau ayam dan burung terdengar bersahutan. Bahkan, bunyi gesekan sandal dan jalan pun begitu terdengar jelas.

Namun semua itu, tak membuat tidur seorang gadis terbangun. Dirinya masih asyik berkelana jauh di alam bawah sadarnya. Hingga suara berisik dari arah kamar sebelah dan depan kamarnya, membuat matanya bergerak pertanda sang empu mulai terbangun.

“Ya Tuhan, sudah siang!” teriak Jessica saat melihat jarum jam di kamarnya menunjukkan pukul 07.30.

Jessica Caroline adalah gadis cantik berwajah bule yang hidup sendirian di Indonesia. Gadis itu memiliki rambut kecoklatan, dan mata tajam serta warna bola mata coklat. Tak lupa, bulu mata lentik yang membuat mata itu semakin terlihat mempesona dan alis nya yang rapi juga sedikit tebal membuat siapapun yang melihat Jessi akan menampakkan kekaguman.

Jangan lupakan, Jessica memiliki bibir yang sedikit bervolume, dan berwarna merah muda alami. Benda kenyal itu begitu terlihat mempesona, hingga mampu membuat siapapun lelaki yang melihat, pasti ingin membenamkan ciuman di bibir seksinya itu.

Selama satu minggu ini, Jessica memulai hidupnya di Negara Agraris. Bermodalkan Sertifikat kuliahnya, akhirnya Jessica mampu mendaftar pekerjaan di Perusahaan Pratama pada bagian Direktur Keuangan.

Kebaikan hidupnya kembali datang, gadis itu mendapatkan surat interview untuk segera hadir hari ini di Perusahaan Pratama.

Jessica segera melompat dari ranjangnya. Dirinya berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hanya butuh waktu 20 menit, akhirnya Jessica sudah rapi dengan pakaian dinasnya.

Dengan mengenakan rok span hitam dan kemeja putih. Tak lupa jas hitam juga melekat di tubuhnya. Menambah kesan wibawa dan anggun pada diri seorang Jessica. Selesai dengan pakaiannya, dia segera mempoles wajahnya dengan make up tipis, dan mengenakan penjepit untuk merapikan anak rambut yang masih terlihat berantakan.

Selesai dengan make upnya, Jessica meraih sepatu pantofel di ranjang sepatunya dan segera menggunakan untuk menutupi kaki cantiknya.

Berlari kecil, Jessica menyambar tas jinjing dan berkas untuk interview yang sudah dia siapkan.

Segera gadis itu mengunci pintu kos dan berjalan sambil memesan ojek online. Karena dirinya telat bangun, akhirnya opsi menggunakan ojek online daripada mobil menjadi pilihan terbaik.

Seharusnya Jessica pukul 8 pagi harus sudah sampai di perusahaan. Tapi, melihat jam sudah semakin bergerak cepat, membuat dia mau tak mau harus menggunakan jasa ojek online. Dirinya juga memanjat doa, agar tak telat datang dihari interviewnya kali ini.

****

Di depan Gedung Perusahaan Pratama.

Selepas turun dari ojek online, Jessica segera melepas helm yang bertengger di kepalanya dan mengembalikan pada drivernya. Dengan tergesa juga, Jessica memberikan upah yang dia ambil dari tas miliknya.

“Kembaliannya, Neng?” tanya lelaki yang kepalanya masih dibalut helm berwarna hitam.

“Tidak usah, Pak,” ucap Jessica.

Gadis itu bersyukur memiliki kemampuan beberapa bahasa dengan baik. Jadi semua itu, sang membantu sekali disaat-saat seperti ini.

Gadis itu juga sedang beradaptasi dengan negara yang memiliki dua musim itu. Mungkin untuk sekarang, gadis itu tak menyukai hujan. Karena menurutnya, basah adalah hal yang begitu memuakkan, pikir Jessica.

Jessica berdiri diam menatap tingginya perusahaan di depannya. Dalam hati, gadis itu hanya tersenyum kecut, saat menyadari jika dirinya harus bekerja pada orang lain.

Dengan percaya diri, gadis itu memasuki gedung tinggi bernama Perusahaan Pratama. Dirinya mencoba melupakan segala masalah yang terjadi di otaknya untuk sementara waktu. Segera Jessica melangkahkan kakinya menuju meja Resepsionis yang berada disana.

“Permisi,” ucap Jessica sopan.

“Ya ada apa?” sahut Resepsionis ber-name tag Lala itu.

“Saya mau melakukan interview hari ini,” ujar Jessica memberitahu.

“Oh baiklah, mari ikut saya!” ajak Lala.

Jessica mengekori Lala dibelakangnya. Mereka segera menaiki lift menuju ke lantai 15. Disana mereka langsung menuju tempat HRD dan ruangan untuk melakukan interview.

Ting.

Pintu lift terbuka.

Masih tetap sama, Jessica mengikuti Lala hingga gadis itu berhenti pada sebuah pintu kayu berwarna coklat.

“Silahkan masuk!” perintah Lala ramah.

“Terima kasih yah,” ucap Jessica tulus sebelum dirinya masuk ke dalam.

“Sama-sama,” sahut Lala sopan.

Sepeninggal Lala, Jessica mulai membenahi penampilannya agar terlihat rapi. Dia berharap banyak pada perusahaan ini untuk menopang hidupnya saat ini. Dirinya mulai mengetuk pintu secara perlahan dan segera masuk kedalam saat terdengar sahutan.

Rasa gugup pun mengalir di tubuhnya. Jantungnya berdetak begitu kencang. Tangannya mulai sedikit bergetar. Namun dalam hati, gadis itu selalu memanjat do'a agar Allah memudahkan urusannya hari ini.

“Silahkan duduk, Nona!” pinta lelaki berjas hitam dan wajahnya berkisar 30 tahunan.

Jessica hanya tersenyum dan mulai duduk dengan sopan. Tak lama, datanglah dua orang lelaki dan perempuan paruh baya berpenampilan rapi. Dalam tebakan Jessica, menurut penglihatannya, dia menilai, orang yang baru saja masuk adalah orang yang akan menginterview dirinya.

Setelah semuanya siap, dimulailah sesi interview itu. Terlihat jelas, jika Jessica menjawab semua pertanyaan dengan tenang bahkan terkesan elegan. Jawaban yang diberikan pun selalu membuat para atasan disana mengangguk dan terpukau akan jawaban Jessica yang didengar.

Tak butuh waktu lama, Jessica menyelesaikan sesi interview secara baik, dan hasilnya ternyata dia langsung diterima oleh Perusahaan Pratama.

Puji syukur selalu Jessica panjatkan pada sang pencipta-NYA. Sepertinya, gadis itu akan mengadakan bagi-bagi makanan pada Panti Asuhan untuk acara selamatan dirinya diterima kerja.

“Selamat bergabung di Perusahaan Pratama, Nona Jessica,” ucap lelaki bername tag Daniel.

“Terimakasih, Tuan Daniel.”

“Mulai besok, anda langsung bisa bekerja dan dibantu oleh Direktur Keuangan yang lama, Nona. Selama masa pelatihan, saya berharap anda belajar dengan baik bersama Direktur Keuangan yang lama,” ucap Daniel kepala HRD di Perusahaan Pratama.

“Baik Tuan Daniel, saya pasti akan bekerja semaksimal mungkin bersama Direktur yang lama.”

~Bersambung~

Hai selamat datang di novel terbaruku, eh novel hiatus aku lanjutin maksutnya dan ku pindah kesini, hehehe.

Jangan lupa beri like dan komen yah. Dukung karya author dengan beri vote poin atau koin. Terima kasih.

Terjebak Masa Lalu

Mungkin diriku masih trauma dengan masa laluku. Tetapi, aku tetap berusaha untuk keluar dari lingkaran masa lalu yang pahit itu. ~Reynaldi Johan Pratama~

****

Mungkin menurut banyak orang, masa lalu adalah kepingan kejadian kita di masa lampau, yang harus kita simpan untuk sebuah pembelajaran hidup. Akan tetapi, tidak untuk sebagian orang. Menurut mereka yang memiliki masa lalu kelam, banyak yang menjadikan dirinya terjebak akan derita dan trauma masa lalu.

Banyak diantara mereka yang tak bisa keluar dari kelamnya masa lalu, entah karena masa lalu mereka terlalu sakit, atau karena penyesalan yang berada di dalam lubuk hatinya.

Begitupun yang dirasakan oleh seorang CEO Perusahaan Pratama Reynaldi Johan Pratama, dia salah satu korban dari traumanya akan masa lalu. Penyesalan ketika istrinya meninggal karena sebuah penyakit, membuat luka menganga di hatinya. Ditambah, dirinya yang tidak bisa bersatu dengan orang yang dia cintai, membuat seorang Rey takut untuk memulai kisah barunya lagi.

****

"Bagaimana, Tuan? Anda setuju, 'kan, untuk kembali ke perusahaan utama?" tanya Bima yang sedang berdiri di depan meja kerja bosnya itu.

Rey masih diam. Tubuh tingginya itu masih berdiri tegap menghadap ke jendela yang dapat menatap indahnya Kota Jakarta dari lantai atas.

Lelaki itu hanya memandang ke arah luar jendela dengan manik mata tajamnya. Alisnya tebal dengan sedikit berkerut dan kedua tangan diselipkan ke saku celananya, menandakan bahwa Rey sedang berpikir.

Lelaki itu menghela nafas lelah, harus sampai kapan dirinya menghindar dari Perusahaan Utamanya itu. Sejujurnya dia pindah ke perusahaan cabangnya karena kenangan bersama almarhum istri dan gadis yang pernah dia cintai begitu banyak di ruangan lamanya itu.

Dia hanya takut bayang-bayang mereka muncul dibenaknya kembali. Meski tak dapat dipungkiri, saat ini dirinya sudah pindah ke perusahaan cabang, namun pikirannya selalu tertuju pada dua gadis itu.

Perlahan, Rey berjalan menuju kursi kebesarannya. Mendaratkan tubuhnya yang kekar disana.

"Baiklah, aku akan kembali ke Perusahaan Utama besok."

Final sudah.

Rey akan menguatkan hati dan pikirannya, agar bisa melakukan semua ini. Lelaki itu juga berusaha agar dirinya tak semakin jatuh ke lembah jurang penyesalan yang semakin tumbuh di hati dan pikirannya.

Bima tersenyum senang, dalam hati dia bersyukur karena bos sekaligus sahabatnya mau untuk kembali ke tempatnya yang benar.

Sejujurnya, ini bukan kali pertama Bima membujuk dan merayu Rey agar mau kembali Ke Perusahaan Utama. Namun dulu, Rey selalu saja menemukan alasan untuk menolak dan memilih berdiam diri disini.

"Saya akan siapkan ruangan anda disana, Tuan," ucap Bima sopan.

"Tolong renovasi semua tata letak yang ada di dalam sana, Bim!" titah Rey.

Bima mengangguk setuju, lelaki itu segera pamit keluar ruangan Rey. Meninggalkan lelaki yang sedang menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Aku akan mengunjungimu nanti sore Sa," gumam Rey dalam hati.

Dia melirik pigura yang Rey letakkan diatas meja kerjanya. Disana, bisa dilihat oleh matanya, foto tiga sosok wanita berbeda umur. Ada Aqila, Rossa dan mamanya.

Perlahan dia mengambil pigura itu dan mengusapnya lembut.

"Apa kamu sudah tenang di atas sana?" ucap Rey pelan dengan telunjuknya mengusap foto Rossa.

Semenjak istrinya meninggal, Rey tak pernah luput untuk mendoakan yang terbaik untuk almarhum Rossa. Bayang-bayang ketika dulu dia selalu cuek dengan gadis itu, bahkan Rey juga tak acuh meski Rossa berada disana dan parahnya, ternyata gadis itu sakit parah, dan dirinya baru tau saat Rossa sudah sekarat.

Setelah mengusap wajah Rossa, dia beralih menatap foto gadis dengan jas putih menandakan dia seorang dokter.

Senyum mengembang terpancar dari wajah gadis itu, tak lupa, hijab putih serta gamis hitam membalut tubuhnya disana. Dia mengusap kaca pigura sampai tak terasa air matanya menetes dari ujung sudut matanya.

"Hy Aqilaku," sapa Rey.

"Bagaimana keadaanmu hari ini?"

"Semoga kamu sehat selalu yah, dan juga kehidupan keluarga kecilmu selalu dilindungi oleh Allah."

Doa itulah yang selalu diulang oleh seorang Reynaldi Johan Pratama. Dia hanya ingin, gadis yang pernah dia sakiti dulu, sekarang hanya dilimpahi kebahagiaan. Rey akan selalu mendoakan kebahagiaan dan kesehatan Aqila sampai dia menutup mata.

Dia sadar, jika dulu dia begitu menyakiti hati Aqila. Memberikan harapan palsu hingga akhirnya dia pergi dan meninggalkan luka menganga padanya.

Diusapnya kedua sudut matanya dan tak lupa ia meletakkan kembali pigura kaca itu di tempatnya semula.

****

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 sore. Seorang pria dengan rahang tegas berjalan dengan langkah tegap keluar dari perusahaan miliknya.

Diluar sana, sudah ada sebuah mobil Buggati Veyron berwarna hitam kebiruan sedang menunggunya. Jangan ditanyakan, mobil yang termasuk sport car itu, terlihat begitu menggugah selera kaum adam adalah salah satu mobil kesayangan Reynaldi Johan Pratama.

Dengan begitu sopan, Bima membukakan pintu mobil belakang untuk bosnya itu.

Rey segera memasuki mobil dan mendudukkan dirinya dengan nyaman di kursi belakang.

"Kita kemana, Tuan?" Tanya Bima sambil menghidupkan mesin mobil.

"Makam Nyonya."

Jika sudah mengatakan itu, Bima tak perlu bertanya lagi. Dia sudah tahu siapa yang dimaksud Nyonya oleh bosnya itu.

Mobil Rey mulai memasuki jalan raya yang terlihat ramai. Wajar saja, para pengemudi motor atau mobil saling menyalip karena mereka ingin segera pulang kerumah.

Rasa lelah dan penat pasti dibawa oleh setiap tubuh manusia yang baru saja pulang dari mencari nafkah. Rey menatap banyak mobil dan motor yang saling menyalip dari balik kaca mobil miliknya.

Tak terasa, mobil yang dikendarai Bima mulai melewati jalan kecil menuju pemakaman umum.

Bima dengan mahir menghentikan mobil Buggati itu dengan mulus. Mencari lahan parkir yang tidak begitu jauh dari makam Nyonyanya itu.

Rey segera menginjakkan kakinya keluar dari mobil. Tak lupa membawa se buket bunga mawar merah, yang tadi dia beli di jalan sebelum ke pemakaman.

****

Rey menekuk lututnya dan duduk berjongkok di samping gundukan tanah yang begitu bersih. Dia meletakkan se buket bunga itu dengan pelan di atas gundukan makam dengan nisan nama Rossa.

Hatinya kembali bergetar, memandang gundukan tanah yang bersih itu dengan air mata menetes.

Hatinya memang selalu lemah ketika datang kemari. Diusapnya nisan almarhum istrinya itu dengan lembut.

"Assalamu'alaykum Rossa," sapa Rey pelan sambil mengusap air matanya.

"Kamu sudah bahagia disana kan?"

"Aku selalu berharap disina kamu selalu bahagia."

"Maafkan aku yang selalu menyakitimu dulu, mengacuhkanmu bahkan tak mencoba untuk membuka hatiku untukmu."

Isak tangis Rey perlahan terdengar. Bahunya berguncang menandakan lelaki itu begitu terpukul. Dia memang seperti ini, Rey tak pernah sanggup untuk datang kesini.

Dia usap lagi nisan itu penuh kasih.

"Mulai besok aku akan kembali ke perusahaan utama," Rey menjeda, "doakan aku yah, semoga bayang-bayang kamu dan sahabatmu tak tampak di kedua mataku lagi."

Matanya kembali meneteskan air mata. Nafasnya naik turun. Emosinya selalu terombang ambing jika sudah berkaitan dengan masa lalunya.

"Do'akan aku ya Sa, aku ingin bahagia. Aku ingin dicintai dan mencintai juga. Sudikah kamu mendo'akan aku di sana? Mendo'akan lelaki jahat yang sudah menyakitimu ini?"

~Bersambung~

Jangan Lupa Like, Komen dan Vote Yah!

First Meet

Pertemuan adalah takdir, dan setiap pertemuan selalu membawa kita ke takdir yang lain. ~Jessica Caroline~

****

Matahari mulai menyinari bumi dengan sinar indahnya. Ketika sinar itu tak sengaja tersentuh dengan kulit manusia, maka akan terasa kehangatan di tubuh kita. Awan di atas sana sangat cerah. Tumbuhan-tumbuhan hijau pun tampak segar dan hijau karena terkena cahaya matahari.

Jalanan di hari kerja pun mulai terlihat memadat. Banyak kendaraan roda dua dan roda empat yang mulai saling menerobos untuk menuju tempat yang mereka tuju. Para pelajar, mahasiswa dan pekerja mulai bergegas untuk melaksanakan kegiatan rutinnya.

Begitupun dengan Jessica. Gadis cantik itu begitu senang sejak bangun tidur. Hari ini, adalah hari pertama dirinya bekerja. Awal dari segala usaha dan upayanya untuk merubah sifat dan perilakunya selama ini.

Sejak dulu, dia selalu dikekang oleh papa yang begitu menyayanginya. Bahkan, tanpa melakukan apapun, cukup Jessica meminta pasti segera dia dapatkan.

Namun, setelah umurnya beranjak memasuki kepala dua, pikiran kritis Jessica mulai berkembang. Gadis itu semakin ingin keluar dari jeratan kekangan sang papa.

Dia juga menyadari bahwa dirinya juga harus bisa mandiri, apalagi hidup manusia tak ada yang tau. Jessica bisa membayangkan, jika dirinya manja dan sewaktu-waktu papanya diambil oleh Allah. Apa yang akan dia lakukan?

Itulah yang selalu dia khawatirkan. Akhirnya, setelah melakukan banyak pemikiran dan rencana. Jessica bisa lolos dari rumah papanya. Dia memilih mengubah identitasnya dan terbang ke negara yang saat ini dia pijaki.

Dia berharap besar di Negara dua musim ini. Jessica hanya ingin sukses tanpa bantuan sang papa dan bisa merubah semua sikapnya sekaligus mengembangkan hobinya yang begitu suka memasak.

****

Jessica segera keluar dari kamar kosnya dengan cepat. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi. Terlalu asyik dengan membersihkan kamar kosnya, membuat Jessica menjadi lupa waktu.

Gadis itu segera mengendarai mobilnya menuju perusahaan. Pelan dia membawa mobilnya hingga masuk ke jalan raya. Jalanan mulai padat. Wajar saja jika hari ini adalah hari selasa. Hari padat untuk para pekerja dan pelajar.

"Ini kenapa macet begini sih!" keluh Jessica sambil memijat kepalanya pusing.

Dirinya memandang banyaknya kendaraan dari spion mobilnya, ternyata banyak pengendaraan mobil lain memanjang ke belakang dari mobil miliknya.

Jessica membuka kaca mobilnya lalu sedikit melongokkan kepalanya untuk melihat kondisi keluar.

"Pak permisi!" panggil Jessica saat ada seseorang melewati mobilnya.

"Iya, Mbak. Ada apa?"

"Emm di depan ada apa ya, Pak? Kenapa macet begini?" tanya Jessica sopan.

"Oh, di depan ada kecelakaan, Mbak," tutur Bapak dengan kaos berwarna biru.

"Emm, iya, Pak. Makasih yah."

Bapak itu mengangguk lalu melanjutkan langkahnya lagi. Jessica hanya bisa menghela nafas lelah sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Sekitar 30 menit, akhirnya mobil di depan Jessica mulai berjalan melambat. Tentu saja hal itu membuat gadis itu bernafas lega. Dia mulai melajukan mobilnya kembali mengikuti mobil-mobil di depannya.

"Akhirnya," gumam Jessica senang.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jessica takut hari pertamanya bekerja akan terlambat. Sebentar dia menengok jam di tangannya dengan tidak mengurangi kecepatan mobilnya. Setelah itu, Jessica mulai melihat kedepan.

Namun apa yang terjadi?

"Astaga!"

Jessica menekan rem secara mendadak. Dia ketakutan setengah mati. Namun sayang,

Brakkk!

Jessica menabrak bagian belakang mobil di depannya. Dia takut setengah mati, namun kesalahan tak sepenuhnya dari dia. Siapa sangka pengemudi mobil depan berhenti secara mendadak.

Dengan tergesa gadis itu segera keluar dari mobilnya, saat melihat seorang lelaki berpenampilan rapi keluar dari mobil depan.

Sungguh, jika boleh jujur, detak jantung Jessica berdendang dengan kencang. Gadis itu takut dengan ekspresi dingin lelaki yang keluar.

Dia juga tahu, jika mobil yang dia tabrak adalah mobil mahal yaitu Bugatti. Menelan salivanya secara kasar, gadis itu mendekat ke arah lelaki tinggi dengan wajah dingin itu.

"Apa Nona tidak bisa mengemudi?" tanya lelaki itu dengan tatapan tajam.

"Saya?" tunjuk Jessica pada dirinya sendiri.

"Ya."

"Jika saya tak bisa mengemudi, maka saya tidak akan mendapatkan SIM yang saya punya," seru Jessica kesal.

"Lihatlah Nona! Mobil milik Tuan saya menjadi rusak karena Nona!" Lelaki itu menunjuk bagian mobil yang ringsek.

"Namun itu tak sepenuhnya salah saya!" Jessica geram.

Percekcokan di antara kedua orang yang saling bertentangan, membuat perhatian seorang lelaki di dalam mobil menjadi terusik.

Lelaki dengan setelan jas dan kemeja hitam putih itu keluar dengan langkah gagah. Aura dingin dan wibawanya terasa begitu mencekam. Bahkan Jessica sendiri langsung terdiam ketika melihat seorang lelaki menyusul keluar.

"Bagaimana, Bim?" tanya lelaki itu pada seorang lelaki yang tadi bersitegang dengan Jessica.

"Ringsek, Tuan," sahut Bima sopan.

Lelaki yang tak lain adalah Rey, menengok ke bagian mobilnya. Memang benar, keadaan mobilnya di bagian itu penyok  cukup parah.

Rey menatap tajam dengan muka datar pada Jessica yang masih mematung. Tak ada rasa takut dan gemetaran dalam tubuh Jessica.

Dia terdiam, hanya karena melihat wajah lelaki di depannya begitu tampan. Jika diibaratkan, seperti wajah penyanyi idolanya, Zayn Malik.

Ketampanan mereka 11 12 jika disandingkan. Akan tetapi, keduanya sama-sama memiliki brewok tipis yang begitu menggoda. Rahang tegasnya begitu memuja jika seorang wanita menatapnya.

Ingin rasanya dia jatuh ke pelukan lelaki itu, namun sesaat lamunannya tersentak ketika suara dingin mengejutkannya.

"Nona!"

"Ah iya." Jessica gugup.

Gadis itu mengusap tengkuknya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Ganti bagian mobil saya yang sudah anda tabrak!" ucap Rey dengan nada tegas.

Jessica membulatkan matanya. Apa telinganya tidak salah mendengar, semua ini juga buka kesalahan dirinya sepenuhnya.

"Saya tidak mau," sahut Jessica tak kalah tegas.

"Ganteng sih, tapi dingin banget," gumam Jessica dalam hati.

"Ini karena ulah anda, dan anda tak mau menggantinya?"

"Bukan kesalahan saya sepenuhnya, siapa suruh kalian berhenti mendadak?" seru Jessica tak mau kalah.

"Tapi kami berhenti juga, karena ada kendaraan di depan yang tiba-tiba memutus jalan kami," sahut Bima yang sudah kesal dengan tingkah gadis di depannya.

"Berarti itu kesalahan motor tadi, minta aja ganti rugi dengan dia!"

"Nona tapi…."

Jessica mengangkatnya tangan kanannya, agar lelaki di depannya diam.

"Saya bilang tidak ya tidak, karena ini bukan kesalahan saya seutuhnya."

Setelah mengatakan itu, Jessica segera berbalik dan masuk ke dalam mobilnya. Mulutnya tak henti menggerutu dengan tangan dan kaki yang langsung mengemudikan mobilnya. Meninggalkan dua lelaki yang masih berdiri ditempat yang sama, sambil menatap kepergian mobilnya

"Ya Tuhan, mimpi apa aku hari ini!"

"Lihatlah, sudah jam 8 pagi lewat. Mati aku jika ketemu dengan Tuan Daniel seperti ini."

Segera gadis itu mengendarai mobilnya cepat dengan mood yang sudah buruk. Dia berusaha tak mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, dan berdo'a semoga tak dipertemukan dengan kedua lelaki itu lagi.

~Bersambung~

Jangan Lupa Like, Komen dan Vote yah!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!