NovelToon NovelToon

Gadis Jahat Insyaf

3.1

Di sebuah kamar mewah yang di dominan berwarna hijau muda terlihat seorang gadis terbaring lemah dengan segala alat medis yang menempel pada tubuhnya.

Di sampingnya terlihat wanita paruh baya yang masih cantik menggenggam erat tangan gadis lemah tersebut. Matanya sembab kemungkinan akibat terlalu lama menangis.

"Geby sadarlah nak, apakah kau tega melihat mama ini selalu menangisi mu?" ucap wanita paruh baya tersebut. Yang merupakan mamanya.

Nama gadis yang terbaring lemah penuh alat medis itu adalah Geby Pradita, anak perempuan dari pasangan Danu Pradita serta Hana Pradita dan adik dari Yoga Pradita (Putra pertama) dan Farel Pradita (Putra kedua).

Keluarga Pradita merupakan keluarga terkaya pada tingkat ke 3 di dunia yang sekarang akan menjadi tempat tinggal Nova.

"Kapan kau akan bangun sayang? Apakah kau tak mau bangun dan memberikan kesempatan untuk mamamu ini menebus segala kesalahan? Mama sangat menyesal, selama ini terus sibuk bekerja dan tak ada waktu untuk menemanimu. Jadi sekarang bangunlah, mama janji akan sering menghabiskan waktu bersamamu," lanjut Hana.

Seseorang terdengar memanggil Hana dari luar "Nyonya, tuan besar dan tuan muda pertama dan kedua sudah menunggu anda untuk makan malam," ucap yang di sebut bibi tersebut. Beliau merupakan pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja dengan keluarga Pradita. Beliau juga yang mengasuh ketiga anak dari keluarga Pradita.

"Baiklah bi, saya akan ," sahut Hana.

"Baik nyonya saya permisi,"

Hana tak menyahut, dia lebih ingin berbicara dengan putrinya tersebut "Geb mama keluar dulu ya, nanti mama akan kesini lagi," setelah kecupan di kening mendarat Hana pun keluar kamar yang di dominasi berwarna hijau muda tersebut.

Di ruang makan

Di sana seperti yang disampaikan pelayan tadi, sudah ada Danu, Yoga, dan Farel menunggu.

"Maaf membuat kalian menunggu," Hana.

"Tak apa. Bagaimana keadaan Geby?" tanya Danu datar.

Memang Geby dengan seluruh keluarganya tak dekat, karena kedua orang tuanya hanya fokus bekerja, sedangkan kedua kakaknya sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Geby merupakan anak yang kurang kasih sayang, itu membuatnya mencari kesenangan dengan cara yang salah. Dengan cara mem-bully ke club malam dan sebagainya. Tapi tenang dia bukan j***ng yang, jadi dia masih lah perawan.

"Tak ada perkembangan," jawab Hana sedih.

Setelah percakapan singkat itu suasana kembali hening, tak ada satu orang pun yang membuka suara. Kedua kakak Geby juga seperti tak perduli dengan keadaan adik mereka itu.

Bukannya apa, mereka itu tak suka dengan Geby akibat perilaku Geby yang selalu membuat masalah. Mereka tak sadar jika semua itu karena mereka juga yang tak pernah memperhatikannya.

Kembali ke kamar

Perlahan jari-jari dan kelopak mata sang gadis bergerak. Matanya perlahan terbuka menampakkan mata indah nan menatap tajam ke depan.

"Ugh, selalu seperti ini," keluhnya seraya memegang kepalanya yang berdenyut. Saat melihat seluruh ruangan dan kondisinya saat ini betapa kesalnya dia.

"Ahhh s*alan kau Sin, tak bisa apa membiarkanku istirahat lebih lama? Dan ini juga, kenapa saat aku memasuki tubuh dari jiwa penyesalan selalu berakhir membuat badan ku sakit, sampai separah ini lagi," gerutu Nova dalam hati sambil melihat alat-alat medis yang menempel pada tubuhnya.

"Ahh peran ke tiga ku ini sangat-sangat luar biasa menyusahkan, bagaimana tidak...

Sebelum memasuki tubuh

"Lihatlah kehidupan tubuh yang akan kau masuki nanti," Sin.

"Eh? Kenapa sekarang?" Nova.

"Kau sudah istirahat dalam waktu yang cukup lama," Sin.

"Kau bilang 2 hari itu lama? Ck memang kau tidak, yang hanya menyuruh bisa merasakan apa?" Nova.

"Sudahlah, cepat tempelkan tanganmu ke gelembungnya dan kau akan masuk ke tubuhnya dan selama prosesnya ingatan pemilik tubuh itu akan masuk ke ingatanmu," Sin.

"Ya ya ya," Nova pun menempelkan kedua tangannya ke gelembung itu dan badannya tersedot kedalam dan kesadarannya mulai menghilang di gantikan dengan potongan-potongan ingatan pemilik tubuh selama dia hidup.

*Ingatan*

Di dalam ingatan itu terlihat seorang gadis kecil berusia 10 tahun duduk sendiri di balkon kamarnya yang berada di lantai dua. Dia kelihatan sangat kesepian.

Berpindah tempat, tepatnya di sekolahan. Di sana gadis kecil berusia 10 tahun tadi sekarang sudah berumur 15 tahun, dia sekarang sudah kelas 3 SMP. Dia dengan dua temannya sedang mem-bully seorang gadis.

Beralih lagi, sekarang tempatnya berada di club malam, dia terlihat sedang memaki seorang pelayan club yang tak sengaja menumpahkan minuman ke pakaiannya.

Dan terakhir saat dia berada di sekolahnya yang sekarang sudah kelas 2 SMA. Dia terlihat memaki seorang siswi yang sebelumnya sedang berbincang dengan seorang siswa yang merupakan tunangannya.

Dia adalah Kenan Smith dari keluarga Smith, keluarga pengusaha sekaligus orang terkaya tingkat kedua di dunia.

Kebetulan saat itu mereka berada di atap gedung kesenian sekolah yang memiliki dua lantai.

Geby terlihat mendorong-dorong si gadis yang di ketahui bernama Keyza Taylor dari keluarga Taylor orang terkaya tingkat ke 6. Dia merupakan sahabat Kenan, tapi melihat kedekatan Kenan dengan Keyza Geby tak terima, pasalnya dia selalu diacuhkan Kenan, sedangkan Keyza selalu dibela dan di perhatikan.

Kenan sudah muak dan tak terima sahabatnya di dorong-dorong tak sengaja mendorong Geby dan membuat Geby hilang keseimbangan dan kesandung kakinya, entah kesandung apa, lalu jatuh melewati pagar pembatas yang hanya setinggi bawah pinggang.

Entah apa yang kedua orang tua Geby lakukan mengingat anak gadis mereka mengalami kecelakaan akibat tunangannya sendiri.

Ingatan berhenti bertepatan saat Nova bangun di tubuh Geby.

Off.

Sepulunh tingkatan orang terkaya

Keluarga Williams

Keluarga Smith

Keluarga Pradita

Keluarga Johnson

Keluarga Lee

Keluarga Taylor

Keluarga Laurent

Keluarga Richard

Keluarga Robert

Keluarga Dekker

Kembali kepada Nova yang sekarang kita panggil Geby.

"Hah, ini tugas yang sulit, mengingat semua perbuatan jahat Geby membuatnya banyak di benci, keluarganya pun membencinya. Mana aku gak punya kekuatan lagi, seperti kehidupan ketiga menjadi Yu Xia, ah ini bakalan sulit. Oh ya apa aku membuat organisasi saja ya, mafia kali gitu. Dulukan aku agents tapi sekarang aku sudah tak percaya dengan menjadi suruhan, aku sekarang mau menjadi bosnya. Ya ya ya seperti itu saja, lagian keluarga ini juga kaya kan, gak kekurangan uang juga, jadi akan mudah bagiku untuk melakukannya," Geby.

Dia merasa tak nyaman dengan semua alat-alat medis yang berada di tubuhnya. "Ih ini sangat tidak nyaman," ucap Geby melirik semua alat medis yang menempel pada tubuhnya. "Bagaimana kalau aku lepas? Tapi bagaimana kalau ada yang melihat? Pasalnya kalau seseorang jatuh dari ketinggian 10 meter dari atas, kemungkinan orang tersebut akan mati atau remuk pada semua tulangnya bukan?" lanjutnya.

.........

Happy Reading

3.2

Tapi tidak, karena jiwa yang memasukinya ini bukanlah seorang Geby dari dunia ini, tapi Nova si penjelajah dan penolong bagi jiwa-jiwa yang memiliki penyesalan.

Karena sebelum memasuki tubuh yang harus ditempatinya, dia pasti akan meminta kepada Sin untuk 'Jangan pernah kau emberikan tubuh yang cacat padaku, kalau aku tidak bisa menyembuhkannya, jika bisa sih tak masalah', karena dunia ini tak ada namanya kekuatan, ilmu dan lainnya yang dihasilkan dari mana maupun Qi. Jadi Sin menyetujui permintaan Nova.

Saat sibuk melamun dengan apa yang harus di lakukan nya, pintu kamar terbuka, tapi Geby tak menoleh pasalnya seluruh tubuhnya kan mengalami cedera parah (patah tulang).

"Oh syukurlah Geby kau sadar, mama akan memanggilkan dokter," dia adalah Hana, mama Geby. Saking senangnya melihat putrinya bangun dia langsung bergegas menelpon dokter, setelah selesai dia keluar dan "Tin panggil tuan dan lainnya katakan jika Geby sudah sadar," ucapnya pada seorang pelayan yang kebetulan lewat.

"Baik nyonya," jawab Tina.

Dia kembali masuk dan duduk di samping kasur Geby memegang tangan Geby dengan lembut sambil meneteskan air mata.

"Terimakasih sudah sadar, mama janji akan selalu memberikan perhatian padamu," ucap Hana seraya mengecup tangan Geby.

Geby hanya diam menatap lurus keatas "Ah leherku terasa sangat kaku, apakah aku harus menggerakkannya? Tapi kan leherku dalam keadaan hampir patah tulang," batin Geby.

Tak lama satu orang pria paruh baya tetapi masih terlihat gagah bersama dua pemuda tampan dan tak lupa seorang wanita muda cantik memakai pakaian khas seorang dokter memasuki kamar Geby.

"Dokter Diana cepat periksa anak saya," Hana.

"Baik nyonya," ucap yang di sebut dokter Diana.

Dokter Diana pun memeriksa Geby, beberapa saat kemudian "Syukurlah keadaan nona Geby sekarang telah stabil. Tulang-tulangnya juga perlahan memulih, ini sangat menakjubkan mengingat dia jatuh dari ketinggian. Untuk hasil yang lebih meyakinkan lebih baik dilakukan pemeriksaan X-Ray," jelas Dokter Diana.

"Baik Dok, kami akan melakukan pemeriksaan itu," Hana.

Mereka pun membawa Geby ke rumah sakit milik keluarga Pradita seperti saran Dokter Diana. Rumah sakit ini merupakan Rumah sakit terbesar dan terlengkap.

Geby di bawa dengan mobil keluarga. Setelah 30 menit, mereka sampai di Rumah Sakit Pradita.

Para Dokter maupun suster segera menangani Geby selaku anak pemilik Rumah Sakit.

"Aduh padahal aku sudah baik-baik saja, tapi apa boleh buat kalau memang harus di periksa, tapi aku takut jika nanti yang memeriksaku dan mengetahui hasilnya akan pingsan," batin Geby.

Mereka sampai di ruang pemeriksaan, Geby di bawa masuk bersama dua Dokter untuk menangani pemeriksaan. Sedangkan keluarganya di suruh menunggu di luar.

2 jam berlalu, Dokter Dion selaku dokter yang menangani pemeriksaan Geby. Mana Dokter satunya? Dokter satunya sekarang sedang tidur, eh bukan tidur tapi pingsan karena tak sanggup melihat keajaiban di depan matanya.

"Bagaimana hasilnya Dok?" tanya Hana khawatir. Tidak dengan Danu serta kedua putranya yang hanya bersikap biasa.

"Tenang nyonya, semuanya baik dan bahkan sangat baik. Mari masuk saya akan menjelaskan hasilnya," ucap Dokter Dion.

Mereka semua pun masuk, tatapan mereka jatuh pada Geby yang sedang duduk santai di sandaran ranjang rumah sakit dan beralih ke ranjang lainnya yang terlihat Dokter yang masuk bersama Dokter Dion tadi sedang tertidur?

"Saya akan menjelaskannya," penasaran mereka teralihkan dengan ucapan Dokter Dion.

"Begini hasil dari pemeriksaan ini sangat mengejutkan, pasalnya di seluruh dunia tidak ada yang mampu sembuh total setelah jatuh dari ketinggian yang termasuk tinggi itu. Teman saya saja sampai pingsan melihat hasilnya. Kalian bisa lihat nona Geby terlihat seperti biasa. Seperti tak pernah mengalami kecelakaan yang fatal. Ini merupakan hal baru dalam dunia kedokteran, jadi saya pastikan jika nona Geby telah sembuh total, tulang yang retak pun telah sembuh, tapi untuk berjaga-jaga, dia jangan melakukan aktivitas berat dulu," jelas Dokter Dion.

Hana, Danu serta kedua kakak Geby hanya diam meresapi semua penjelasan Dokter Dion.

Masih dalam keadaan diam, Geby telah dipindahkan ke kamar VIP untuk rawat inap. Sebenarnya Geby menolak, tapi dengan paksaan Hana akhirnya dia menyerah dan di tempat ini sekarang dia berada, kamar VIP yang kalau di lihat seperti kamar hotel.

"Geby," panggil Hana, dia merasa Geby berubah, tapi dia juga ragu, karena dia pun sebagai mamanya tak tahu bagaimana sifat sebenarnya dari anaknya tersebut.

"Hmm, ya ma?" Geby.

"Ah tidak apa, apakah kau mau makan?" di angguki oleh Geby.

Hana pun menelpon seseorang dan setelahnya kembali lagi menemani Geby.

"Ma," panggil Geby pada mamanya yang sekarang fokus pada laptopnya, mungkin urusan pekerjaan.

"Ya Geb? Ada apa? Apakah kamu sudah sangat lapar, tapi tunggu, sebentar lagi bi Sum akan datang membawakan makanan untukmu," jelas Hana seraya meninggalkan pekerjaan dan menghampiri Geby.

Dimana Danu selaku ayahnya dan Yoga serta Farel selaku kakaknya?

Mereka sedang melakukan aktivitas masing-masing. Danu sedang rapat di perusahannya, Yoga dan Farel sedang bersekolah.

"Bukan itu ma, tapi...," Geby ragu mengatakannya "Apa aku pura-pura hilang ingatan ya? Seperti hilang ingatan pada kenangan tertentu, tapi memang benarkan aku tidak tahu. Ingatan yang masuk juga hanya sebagian dan itu pun pada saat Geby selalu berbuat jahat," batin Geby.

"Tapi apa Geb? Katakan lah," Hana.

"Ummm, Geby tidak mengingat kenangan-kenangan tertentu, tapi Geby masih ingat nama serta keluarga, yang Geby lupa itu kenangan Geby saat berumur 10 tahun kebawah dan kenangan-kenangan tertentu pada saat sebelum kecelakaan Geby," jelas Geby menunduk. Bukannya takut tapi dia berusaha ber drama menjadi anak baik, pasalnya nama Geby sudah sangat buruk, di sekolahan maupun di dalam keluarganya. Hanya saja Hana tak mempermasalahkannya, dia sadar jika dia juga salah dalam hal ini, tapi tidak dengan Danu serta kedua putranya yang menurutnya tak sadar dengan pembuatan mereka sendiri, dia juga sadar jika dia seharusnya tak menyalahkan kedua putranya yang salah disini adalah dia dan suaminya selaku kedua orang tua mereka.

"Tak masalah kau lupa dengan itu, yang terpenting kau tak lupa dengan keluargamu. Kita akan memulainya dari awal lagi," dengan senyum hangat seraya memeluk Geby.

Dua hari berlalu, Geby sudah di ijinkan untuk pulang. Selama dua hari itu pula Hana sebagai mamanya selalu mendampinginya meski selalu membawa semua pekerjaannya ke kamar rumah sakit yang ditempati Geby.

Selama dua hari itu juga ayahnya Danu dan kedua kakaknya Yoga dan Farel tak pernah mengunjunginya lagi setelah mengantarkannya ke rumah sakit.

Geby terlihat melamun sambil memandangi jalanan kota dari balik jendela. "Apakah ini yang di rasakan Geby? Semua keluarganya tak memperhatikannya dan membuatnya menjadi anak yang pembangkang dan nakal. Menuruti bukan salahnya Geby sih, tapi apa boleh buat semua pembuatan Geby harus diselesaikan dengan cepat agar hidupku tenang," batinnya.

.........

Happy Reading

3.3

Hana melihat putrinya yang seperti banyak pikiran pun "Geb," panggil Hana.

Geby tersentak saat Hana memanggilnya.

"Ah ya ma?" Geby.

"Kamu kenapa?" Hana.

Geby menggeleng dan memberikan senyum yang tak pernah diberikan oleh Geby asli terhadap keluarganya maupun orang lain.

"Sudah siap?" tanya lembut Hana pada putrinya.

"Siap," jawab Geby kembali ceria.

Mereka pun turun ke lobby dan keluar, di luar tepat di depan rumah sakit terdapat mobil mewah telah menunggu mereka.

Pengawal yang memang bertugas menjaga keluarga Pradita selalu mengikuti dan membawakan barang bawaan mereka.

Selama 30 menit di perjalanan Geby memilih memejamkan matanya, tidur.

Setelah sampai Hana membangunkan Geby dan mengantarkannya ke kamar Geby yang semula.

"Istirahatlah, nanti saat waktunya makan malam akan mama panggil," Hana.

"Baik," Geby.

Setelah ditinggalkan Hana Geby langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur king size nya.

"Hah, malam ini aku harus mengatakan keinginan ku untuk kembali sekolah. Lebih cepat membereskan masalah kan lebih baik, jadi setelahnya aku bisa bebas, karena memang Geby asli tak akan kembali, dan aku bisa hidup tenang di dunia ini," ucap Geby senang.

Geby duduk "Ah, apa aku harus membuat rencana ya, agar penyelesaian masalahnya akan berjalan dengan mulus. Tapi....ah nanti saja deh, aku mau tidur aja dulu,"

Tak berapa menit menyamankan tubuhnya di kasur king size-nya Geby sudah berada di alam mimpinya.

07:00 p.m

Tok tok tok "Geb," panggil Hana.

Geby langsung terduduk dengan linglung masih mengumpulkan kesadarannya, karena bangun mendadak.

"Geb, kau masih tidur?" Hana.

Setelah lumayan sadar "Ya ma aku sudah bangun kok, mama duluan aja, aku mau cuci muka dulu," Geby.

"Baiklah, cepat ya!" Hana.

"Iya," Geby.

Geby pun bergegas ke kamar mandi, menggosok gigi dan cuci muka. Setelah cukup dia turun ke bawah tepatnya ke ruang makan.

Dari tangga terlihat seluruh keluarganya yang berjumlah empat orang sudah berada di meja makan "Selamat malam," Geby.

"Malam, ayo duduk kita makan," Hana.

Hanya Hana sang mama yang menyahut, tidak dengan ayah serta kedua kalinya yang menatap aneh Geby.

"Tumben?" ucap Datar Yoga.

"Ya?" Geby.

"Tumben mau makan bareng, biasanya makan sendiri di kamar, dan apa itu 'selama malam' Tak biasanya kau banyak bicara," ucap Yoga sinis.

Memang pada dasarnya keluarga ini tak dekat dan tak saling menyapa. Makan malam bersama ini juga di lakukan sesaat setelah Geby mengalami kecelakaan, sebelumnya mereka akan makan masing-masing.

"Emang apa salahnya menyapa? Gak ganggu kamu juga kan?" ucap Geby acuh.

Perkataan Geby itu semakin membuat raut wajah semua orang tak dapat di artikan.

"Oh ya ma, besok aku mau masuk sekolah, bisa kan?"

"Kan kamu baru keluar rumah sakit sayang, kenapa tidak istirahat saja dulu?" Hana.

"Tidak ma, lagian di rumah sangat lah membosankan," melas Geby.

"Baiklah," Hana mengalah dengan wajah melas putrinya itu.

"Heh, di sekolah juga palingan kerjaannya ngebully, buat apa sekolah," ucap Farel sinis.

"Terserah ku, kan bukan kamu yang aku bully," sarkas Geby.

"Sudah diam lah, cepat makan," ucap Danu menghentikan perdebatan anak-anaknya itu.

Makan malam selesai dengan tanpa adanya percakapan lagi setelah perdebatan sebelumnya. Semuanya dengan pikirannya masing-masing, entah apa yang mereka pikirkan, tapi itu bukan urusan Geby, karena sekarang yang harus di pikirkannya menyelesaikan semua masalah Geby asli di luar terlebih dulu dan untuk yang di lingkungan keluarganya akan dilakukan secara perlahan.

...

Cuit

Cuit

Cuit

Pagi cerah menyambut sesosok gadis yang terlihat sangat bersemangat, terlihat dia telah bangun sedari jam 5 pagi, tidak biasanya seperti itu membuat para pekerja rumah besar itu terheran-heran.

"Non Geby lagi olahraga ya?" tanya pak Sapri si tukang kebun.

"Iya nih pak, badanku terasa kaku, jadi olahraga sebentar," sahut Geby dengan senyuman.

"Oh, bapak jadi senang lihat non Geby jadi lebih ceria dan bersemangat," ucap pak Sapri yang di balas Geby dengan senyuman.

Geby melanjutkan olahraga nya dengan lari keliling komplek.

06:10 a.m

Geby kembali ke rumah dan mendapati mamanya dengan wajah panik.

Geby mendekatinya dan "Geb kamu kemana aja? Mama nyariin kamu dari tadi loh, mama khawatir," Hana.

"Maaf ma, tadi Geby cuman olahraga keliling komplek kok," Geby.

"Oh, kalau begitu mandi gih lalu sarapan nanti mama yang ngantar ke sekolah," Hana.

"Ok bos," Geby.

Geby pun memasuki kamarnya, melakukan ritual mandi, setelah selesai dia pun mengenakan seragam sekolahnya yang baru di ambil dari penyimpanan, pasalnya seragam Geby yang dulu sangat-sangat tak pantas di pakai. Bagaimana tidak bukannya mau ke sekolah, tapi seragam itu seperti mau ke club.

Memoles tipis bedak dan tak lupa Lip Tin menambah kadar kecantikan Geby yang mulanya memang cantik.

Memasukkan buku serta alat tulis untuk belajar ke dalam tas yang baru di ambil di lemari penyimpanan pula, karena isi dari tas Geby dulu adalah alat-alat make up bukan alat untuk belajar.

Setelah selesai menyiapkan semuanya Geby menuruni satu persatu anak tangga menunju dapur.

Karena sekarang sudah jam 07:10 a.m, semua orang telah berangkat ke pekerjaan masing-masing, kecuali Hana yang memang menunggu Geby.

"Pagi ma," sapa Geby.

"Pagi, yuk cepat sarapan, nanti telah loh," Hana.

"Baik," Geby.

Susu, roti dengan selai nanas menjadi sarapan Geby.

"Sudah?" Hana.

"Sudah, yuk berangkat," Geby.

Mereka pun berangkat menggunakan mobil pribadi berwarna putih milik Hana.

30 menit, akhirnya sampai di depan pintu gerbang sekolahan Geby. Sekolah berbasis internasional, sekolah favorit, sekolah para anak orang kaya dan lainnya yang pastinya berhubungan dengan kekayaan.

Pintu gerbang sudah mau di tutup, wajar memang Geby mintanya gak terlalu pagi berangkatnya.

"Ma, aku sekolah dulu," ucap Geby seraya mencium pipi mamanya.

"Iya sayang, semangat belajarnya," Hana.

Mobil Hana pun melaju meninggalkan sekolahan.

Geby berjalan dengan tergesa-gesa menuju gerbang yang akan di tutup.

"Tunggu pak," ucap Geby.

Gerbang pun di hentikan dan pak satpam membiarkan Geby masuk.

Geby sedikit berlari menuju kelasnya, dari ingatan Geby asli kelasnya berada di lantai dua kelas paling ujung yaitu kelas 11 A. Kelas para anak orang kaya berkumpul, tidak memandang pintar atau pun tidak.

Setelah mendapati kelasnya Geby langsung masuk dan kebetulan juga setelah masuk bel masuk berbunyi.

Saat masuk pun terlihat banyak tatapan yang berbeda-beda dari semua teman di kelas Geby "Sepertinya mereka semua memusuhi Geby?" batin Geby.

Tak menghiraukan mereka yang menatapnya, Geby memilih duduk paling belakang, pojok dekat jendela. Sesaat setelah duduk guru pun masuk ke kelas dan memulai pelajaran yaitu pelajaran Matematika.

Bukannya sok pintar, tapi jiwa di dalam tubuh Geby merupakan jiwa yang jenius, apalagi dia juga sudah lulus SMA, jadi dia tak terlalu memperhatikan penjelasan guru di depan, tapi dia asik melihat keluar jendela, entah apa yang di lihatnya.

.........

Happy Reading

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!